Letusan kembang api pertama membuat perhatian Priam teralihkan. “Sudah dimulai festivalnya.” Dia bangkit lalu berjalan menuju balkon untuk melihat letusan berikutnya. Baginya festival kembang api yang diadakan setiap penghujung bulan November adalah salah satu kenangan yang mengingatkan Priam kepada orang yang dicintainya.
Letusan kembang api bermunculan lagi terus menerus hingga langit Kota Dennosam penuh dengan pemandangan yang indah. Setiap kembang api yang meletus itu, sekejap membentuk lingkaran, mereka akan hilang lalu berganti letusan kembang api yang baru.
Priam terlalu terbawa suasara. Dia merasa istrinya berdiri tepat di sampingnya, ia bilang jika festival kembang api ini sangatlah indah. Tanpa sadar, Priam merangkul perempuan yang dia rasa adalah istrinya.
“Bukankah ini festival kesukaanmu, Camelia?”
Perempuan yang dirangkulnya itu memberontak. “Camelia? Siapa yang kamu maksud, Priam? Aku ini Alecta!&
Mobil yang dikemudikan Naratama melaju meninggalkan pelataran restoran. Tepat berjarak 750 meter menuju apartemen kelas I, sebuah tanda bahwa jalanan ditutup karena dikhususkan untuk jalan festival. Mau tak mau Naratama harus putar balik. Ia menggerutu karena harus memutar jalan sejauh lima kilometer lagi. Namun, Alecta tidak peduli. Dia menganggap apa yang dialami Naratama adalah karma paling ringan karena telah mengancamnya. Naratama terpaksa mengambil jalan lain. Ia tak mungkin membiarkan Alecta berjalan sendirian meskipun jaraknya sudah lumayan dekat. Ternyata benar yang dikatakan Priam, jika Naratama terlalu penurut dengan perintah Freya. Huh! Ia masuk ke dalam orang yang bakal tidak kupercayai! Alecta teringat kejadian mengejutkan bersama Priam tadi. Di balkon restoran, Priam tanpa sadar memeluknya, ia juga menyebut nama perempuan lain. Camelia. Alecta tidak mengenal perempuan itu, dia sempat berpikir jika Camelia adalah perempua
Chapter 14 Janji yang Terpenuhi Di pertengahan bulan Desember Freya menjalani prosedur pengambilan sel telur setelah menerima suntikan hCG (human chorionic gonadotropin) 36 jam yang lalu. Dia sudah dianestesi agar tidak merasakan sakit saat prosedur ini dilakukan. Hampir tiga minggu lebih Freya sudah mempersiapkan segalanya termasuk ibu pengganti meskipun harus memakai jalur pemaksaan. Setiap hari dia harus menggunakan obat suntik yang mendorong folikel di dalam ovarium untuk memproduksi sel telur yang lebih banyak, setelah siklus menstrusinya sudah diketahui. Hari ini adalah saatnya sel telur yang dihasilkan itu diambil. Untuk Priam, ia juga menjalani proses pengambilan sampel air mani yang nantinya akan diambil sel-sel sperma dengan kualitas terbaik. Setelah proses selesai, sel telur dan sel sperma akan menjalani inkubasi di laboratorium selama 12-24 jam ditempatkan di wadah khusus. Alecta juga sudah menjalani pemeriksaan kesehatan
“Aku sedang menunaikan janjiku padamu. Kamu masih ingat, kan?” Priam sudah membawa dua kotak merah itu ke meja makan. Alecta masih terpaku di tempat, merasa semuanya adalah ilusi. Priam datang untuk memenuhi janjinya! Apa aku tidak salah! Berkali-kali Alecta mengucek matanya. “Ini nyata?” Priam berdecak saat melihat Alecta masih terpaku di tempat saat dia menyambutnya. “Apakah aku harus menggendong Alecta untuk sampai di meja ini?” “Aku?” Untuk memastikan sekali lagi, Alecta mencubit pipnya. “Aduh, sakit! Ternyata ini bukan mimpi.” Priam yang gemas karena Alecta tak segera beranjak, akhirnya ia yang mendekati Alecta yang masih bengong di tempat itu. “Sepertnya Alecta terlalu lelah,” Priam melingkarkan tangannya ke pinggang Alecta untuk mengikat kimononya yang terbuka. Tepat saat Priam mendekat, Alecta merasa kaku dan dia bisa menghirup aroma maskulin yang membuatnya candu. Tapi, otak warasnya segera meme
Priam mengendarai mobilnya menuju ke pantai Kota Dennosam. Itu berarti berada dekat dengan gedung perusahaannya. Dari jalan yang dilewati, dia bisa melihat megahnya gedung perusahananya. Bahkan tulisan KARYA NUSA disinari cahaya berwarna orange. Perusahaan yang dibangun Priam sejak 15 tahun yang lalu. Berawal dari mimpinya bersama Camelia semasa kuliah. Mimpi bagaimana makanan atau barang kebutuhan lain bisa diantar ke rumah tanpa perlu datang langsung ke tokonya. Atau memesan makanan jauh lebih mudah, hanya tinggal menunggu kurir datang. Intinya efisiensi waktu yang jadi patokan, serta menciptakan lapangan kerja baru. Hingga kini sudah jutaan mitra tersebar di negara ini. Priam masih melajukan mobilnya mencari tempat yang tenang. Beruntung malam ini bukan malam minggu, jadi pengunjung pantai tidak terlalu banyak. Dia paling sebal jika ada pasangan muda-mudi yang bermesraan duduk di pinggir pantai. Itu membuatnya iri. Dia keluar dari mobilnya dan duduk
Alecta sudah membersihkan meja makan, membuang kotak merah yang berasal dari restoran tempat Priam membeli charsiu ayam, nasi hainan, dan udang pedas gurih. Tak lupa dia juga mencuci piring, merapikan semuanya seperti semula. Dia tidak mau tiba-tiba Naratama datang dan melihat jika meja makan ini berantakan dan menjadi saksi kalau priam pernah makan bersama. Alecta sempat berpikir, bagaimana jadinya jika meja atau kursi ini bisa berbicara, pastinya mereka akan mengadukan semua ini kepada Naratama. Dia mengumpulkan karton, tissu, dan wadah makan di kantong kresek sampah yang besar. Selanjutnya, Alecta melihat ponselnya. “Astaga sudah jam setengah sebelas malam!” Dia harus bergegas membuang sampah itu ke tempatnya. Semua penghuni apartemen sudah diberitahu, jika membuang sampah harus menuju lantai dasar di bagian belakang. Di sana sudah ada beberapa tong khusus sampah. Itu berarti Alecta harus turun ke bawah. “Bagaimana jika besok pagi sa
Naratama memainkan kursi putar di ruangan kepala pelayan. Saat ini dia sedang dilanda kebosanan karena nyonyanya, Freya tidak mengizinkan dia untuk ikut ke lokasi syuting. Alasannya, Freya akan pulang pagi, dan lebih baik ia menginap di hotel untuk istirahat. Naratama tidak menyukai itu. Dia sanggup untuk menunggui Freya sampai selesai. Dia bisa tidur di mobil. Tapi tetap saja Freya menolak dan menyuruh Naratama pulang. “Dibanding aku mengantar Miss Alecta, aku lebih suka mengantar Nyonya Freya,” gumannya. Naratama meletakkan ponselnya di meja, lalu melanjutkan untuk memainkan kursi putar itu. Sampai Naratama tertarik pada susunan buku yang ada di belakangnya. Sangat rapi dan selalu ditata sesuai warna. “Kamu selalu membuatku takjub Sensei.” Naratama memanggil kepala pelayan dengan sebutan sensei yang berarti guru. Dia memutuskan untuk bangkit untuk mengambil salah satu buku. “Tak salah jika Tuan Ardiaz masih mempergunakanmu, Se
Priam baru menyadari jika seseorang yang berlari melewatinya adalah Naratama. Ia bahkan tidak menyapa Priam. “Kenapa dia berlari seperti itu.” Priam menggeleng karena tingkah aneh Naratama yang sedikit lebih heboh dibanding Pak Samsul. Dia melanjutkan jalannya menuju kamar. Baru di langkah ketiga, Priam berhenti lalu berbalik memandangi Naratama yang sudah menghilang di balik pintu. “Kenapa Naratama sudah ada di rumah. Berarti Freya juga sudah ada di rumah!” Priam panik, bagaimana menjelaskan kepergiannya. Dia harus mencari alasan kenapa malam ini dia pergi tanpa sopir. Ketika hendak berbalik, Priam terkejut dengan Feris yang sudah berdiri di hadapanya. “Kamu mengagetkanku!” Priam berusaha menangkan dirinya agar Feris tidak terlalu curiga. Feris mengedus. “Charsiu ayam, nasi hainan, masakan seafood, dan bau parfum perempuan.” Priam terdiam karena bingung akan menjawab apa. Dia lupa kalau Feris bisa menghidu aroma yang m
“Kenapa kamu menyerang Nyonya Alecta? Jawab! Dasar bajingan!” Salah satu penjaga apartemen harus mengumpat tepat di depan wajah pria mabuk yang menyerang Alceta. Namun pria mabuk itu hanya mengeringai tidak jelas dengan wajah merah, mata yang sipit. Ia benar-benar terlihat kacau dan teler. Sekarang Alecta sedang duduk bersama Nenek Neena yang tangannya terus mengusap-usap bahu Alecta untuk memberikan ketenangan. “Apakah sebelumnya Nyonya mengenal pria ini? Atau punya konflik yang belum terselesaikan?” tanya penjaga tadi. Kelihatannya ia sudah sebal karena kesulitan meminta jawaban dari pria mabuk itu. Alecta masih menampilkan kesedihannya. Dia memandang pria mabuk itu dengan ekspresi ketakutan seakan ia adalah monster yang menyeramkan. ‘Saatnya beraksi Alecta.’ Alecta mengerang seakan seperti mendapat trauma berat. “Saya tidak punya konflik dengan dia.” Alecta memaksa matanya untuk terus mengeluarkan air mata, agar akti
Akhirnya selesai jugaaa, huft. (Not) A Queen telah tamat di tanggal 11 November 2021 (Hehehe ditulis aja, biar gak lupa) Terima kasih untukmu yang telah membaca kisah ini sampai tuntas. Entah mengapa aku merasa sangat lega dan yaaa akhirnya punya waktu untuk membaca buku lebih banyak lagi Aku mohon maaf kalau ada beberapa kata yang masih typo dan belum maksimal memberikan yang terbaik untukmu. Di buku yang akan datang, semoga bisa lebih baik lagi. Oh iya, aku pernah dapat pertanyaan semacam ini: apakah setelah tamat nggak ada skuelnya? Gimana yaaa, jawabnya? Memangnya butuh perpanjangan lagi? Ekstra chapter? Tapi, kurasa ini sudah cukup panjang. :0 Sebelum catatan ini selesai, aku pengen spoiler dikit tentang rencanaku. Sebenarnya ada satu novelku lagi yang ada di sini judulnya LEVIATHAN yang bergenre sci-fi. Sayangnya, belum muncul (sampai catatan ini ditulis).
Freya akhirnya tertangkap sehari setelah kejadian yang memilukan itu. Sedangkan David perlu tiga hari karena berhasil kabur menuju kota lain. Berita mengenai hal ini langsung menjadi topik utama yang disiarkan berulang-ulang oleh acara berita disegala stasiun televisi. Kejadian itu menyita banyak perhatian masyarakat.Bibi Lani telah dimakamkan. Feris masih menangis. Lusi dan Naratama juga merasakan kesedihan mendalam akibat kehilangan itu.Alecta baru siuman setelah dua hari dirawat di rumah sakit. Dia menangis saat diberitahu kalau Bibi Lani meninggal dunia demi menyelamatkan Baby Leon dan Alecta.Priam memutuskan untuk menjaga Baby Leon di rumahnya karena Alecta masih dirawat di rumah sakit. Tubuhnya dipenuhi banyak luka, dan beruntung tidak ada tulang yang patah.Feris telah memutuskan sesuatu. Malam ini dia akan membicarakan keputusannya dengan Alecta. Perempuan itu sudah lebih baik beberapa hari ini, dan kemungkinan dua hari lagi dia d
Mobil yang dikemudikan David memasuki kawasan hutan. Setahunya, kawasan itu memang sepi dan ada sebuah bangunan yang mirip gudang penyimpanan kayu yang sudah lama tidak digunakan.Mobil berhenti di depan bangunan itu. David menyeret Alecta ke gudang itu, sedangkan Freya masih berkutat dengan Leon yang hanya bisa menangis.Setelah masuk ke dalam gudang tak terpakai itu, David meletakkan Alecta di tempat yang kering. Sementara Freya yang sudah pusing dengan tangisan bayi itu akhirnya menyerah. Dia meletakkan Leon di sebuah keranjang dari ayaman rotan yang kondisinya sudah tidak layak. David jadi berpikir, kalau Freya bukanlah ibu yang baik. David mendekati Freya dan menyerahan tongkat baseball yang tadi dipakai untuk memukul sopir tadi. Freya menerima tongkat baseball itu dan mengabaikan tangisan Leon.“Gunakan untuk menyiksanya.” David menunjuk Alecta yang tergeletak tak jauh dari jangkauannya. “Aku harus segera melak
Selama hampir saatu tahun ini, kondisi keuangan Freya mulai memburuk. Dia memiliki utang hampir ratusan juta karena tidak mampu menunjang gaya hidupnya. Setelah bercerai dengan Priam, Freya terpaksa menyewa apartemen kecil bersama David.Semua kontrak kerjanya dibatalkan termasuk iklan, sponsor, dan film yang harunya dibintanginya. Namanya terhempas seolah nama Freya Farista sudah tidak lagi bersinar. Freya telah jatuh, tersingkir, dan tidak dibutuhkan lagi.Kondisi diperburuk dengan David yang namanya sudah dicoret dari keluarga besarnya karena ketahuan menjalin hubungan dengan perempuan yang sudah bersuami. Alhasil, David menjadi pengangguran, kerjaannya hanya tidur, makan dan mabuk, hanya itu siklus hidupnya. Sementara Freya harus merelakan tabungannya menunjang kebutuhan dua orang terlebih lagi Freya harus memangkas pengeluaran untuk kecantikan karena dia juga harus makan.Hampir setahun ini Freya dan David persis seperti pasangan pengangguran
Pada akhirnya Priam juga menerima keputusan dari Feris kalau untuk ‘untuk sementara waktu hingga belum ditentukan’ Baby Leon akan diasuh oleh Alecta dan Feris di rumah ini. Dua hari setelah kepulangan Alecta dari rumah sakit, Priam datang bersama dua pelayannya yang cukup menggemaskan. Di ruang tamu, Priam dan Feris berbicara layaknya teman meskipun penuh kecanggungan. Sementara di kamar Alecta, terdengar gelak tawa dari Naratama dan Lusiana. Mereka, dua pelayan yang menggemaskan, begitu sebutan dari Bu Marie. “Baby Leon sangat tampan sekali!” Lusi tampak sangat senang ketika mendapat kesempatan untuk menggendong Baby Leon. “Bukankah seharusnya kita memanggilnya dengan sebutan Tuan Muda?” Natatama menimpali. Dia hanya berani menyentuh pipi bulat Baby Leon. “Kamu benar, Nara. Aku tidak sabar melihat Tuan Muda Leon besar. Dia akan lebih menggemaskan lagi.” Lusi tertawa membayangkan hal itu terjadi. “Percayalah, Leon lebih suka dip
Feris masih merasa kesal karena pertemuannya dengan Alecta tertunda hampir empat puluh lima menit. Bagaimana tidak? Di dalam ruangan itu kekasihnya sedang bersenda gurau dengan Priam. Ditambah Bibi Lani menyarankan agar Feris menunggu sampai Priam selesai bertemu dengan buah hatinya.Hari ini, tanpa disangka Alecta melahirkan, dan ternyata perkiraan dokter itu meleset. Sebagai orang yang kurang berpengalaman dengan hal ini, Feris merasa menjadi orang bodoh. Harusnya dia tidak pergi hari ini. Harusnya, dia mengubah jadwal pertemuannya dengan Pak Edzard yang akan membeli rumah dan tanah warisan dari neneknya.Alasan kenapa Feris mau melepaskan properti itu karena dia ingin membeli rumah di Kota Milepolis. Dia bertekad ingin memulai kehidupannya yang baru bersama Alecta. Sebab, semakin Alecta di sini, semakin gencar pula Priam mendekatinya.Tapi sekarang, sepertinya Priam sudah mulai mendekati Alecta lagi. Mereka berbincang di dalam, padahal Feris sempa
Priam sangat takjub dengan apa yang dilihatnya. Alecta yang tertidur dengan wajah sedikit kelelahan dan ada bayi mungil yang sedang ditelungkupkan meminum asi. Dulu Priam selalu menganggap apa ang dilihatnya itu tidak pernah jadi kenyataan. Kini, hari ini, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat calon penerus keluarga Ardiaz telah lahir. Priam mendekati Alecta secara perlahan agar tidak membangunkan Alecta yang sedang tertidur. Dia mencoba menyelipkan jari telunjuknya ke tangan si bayi. Perlahan tapi pasti, tangan mungil bayi itu menggenggam jari Priam. Ada ledakan kebahagian membuncah di dada Priam. Tangan mungil bayi itu seolah menyapa Priam. Rasanya tidak ada yang bisa mendeskripsikan perasaan semacam ini. “Feris ... apa itu kamu?” tanya Alecta lirih. Priam terdiam. Alecta lalu menoleh ke arah orang yang di sampingnya. Dia terkejut ketika menemukan Priam duduk di sana. Padahal tadi dia sempat bermimpi kalau ynag dat
Kehamilan Alecta memasuki bulan kesembilan. Perutnya sudah makin besar, tendangan ‘dia’ makin aktif dan terkadang membuat Alecta kesulitan untuk tidur. Setelah sarapan, Feris memutuskan akan pergi ke Kota Lunars. “Tapi sebentar lagi aku akan melahirkan,” ucap Alecta. Sejak pindah ke rumah ini, Alecta selalu mengecek kehamilan secara berkala bersama Feris. Kata dokter, Alecta diprediksi akan melahirkan satu minggu lagi. “Aku pergi tidak lama. Mungkin nanti pulang sore. Ada orang yang tertarik membeli propertiku di Kota Lunars, My Bee.” Feris mengelus kepala Alecta dengan penuh kasih sayang. Alecta menggeleng. Dia harus mencari cara agar Feris tidak pergi. “Dia ingin mendengarkanmu membaca cerita.” Yang dimakud ‘dia’ adalah kehidupan yang ada di perut Alecta. Beberapa waktu yang lalu, kata dokter kandungan yang memeriksa Alecta mengatakan, kalau Alecta akan melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki. Tentu saja Priam senang menden
Semua berjalan sesuai kehendak Semesta. Perut Alecta makin membesar seiring bertambahnya usia kehamilan. Feris juga selalu sigap ada di samping Alecta.Sekarang perubahan yang terjadi pada tubuh Alecta membuatnya tampak cantik dan menggemaskan. Entah mengapa kalau perempuan hamil selalu cantik meskipun pipinya mulai chubby dan bada yang berisi.Alecta juga mengalaminya. Kini pipinya agak mengembang. Dadanya makin menyembul padat dan perutnya makin buncit.Terkadang Feris membenamkan wajahnya ke dada Alecta. Katanya itu bagian favoritnya karena lebih kenyal, padat, dan menyenangkan. Kalau malam Feris lebih suka mengelus-elus perut Alecta yang buncit, dan dia yang ada di dalam pasti merespon dengan tendangan.Priam masih datang walaupun jaraknya tidak menentu. Kadang seminggu sekali, lima hari sekali, atau dua minggu sekali untuk melihat Alecta dan calon anaknya. Meskipun terkadang suasana ruang tamu jadi canggung.Priam yang meny