Beranda / Romansa / (Not) A Queen / Chapter 8 Perbaikan Menjadi Cantik

Share

Chapter 8 Perbaikan Menjadi Cantik

Penulis: Ilamy Harsa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-18 12:06:15

“Poin ke-15, tidak boleh keluar apartemen kecuali saat pemeriksaan berkala ataupun dalam keadaan mendesak. Poin ke-16, tidak boleh membocorkan hal ini kepada media dan hindari paparazi.” Aleta tidak percaya jika isi surat kontrak ini ada 100 poin yang harus dipatuhinya. “Kamu membuat surat ini jauh lebih detail dari sebelumnya.”

Freya masih menikmati kopinya. Sejenak ia belum menjawab pertanyaan Alecta.

“Poin ke-27, dilarang membawa teman ataupun saudara ke apartemen ini. Kamu ingin menyiksaku dalam kesepian?” Alecta menatap tajam lawan bicaranya yang masih menyesap kopi. “Jawab aku, Frey.” Alecta sudah merasa gemas karena tak kunjung dijawab.

Freya meletakkan cangkir kopinya dengan lembut, seolah sedang makan bersama keluarga kerajaan. Kini, ia menatap Alecta. “Iya, aku mendetailkan semua surat kontrak itu agar kerahasiaan surogasi ini tetap terjaga. Tidak bocor pada media, karena aku tidak menyukainya. Mereka cenderung melebih-lebihkan temuan padahal itu sebatas rumor.”

“Masuk akal, tapi, semua syarat di sini terlalu konyol, Frey. Kamu tega, jika ada ibu hamil tinggal sendirian di tempat seperti ini?” Kesabaran Alecta benar-benar diuji dengan isi surat ini. Jika diperbolehkan, dia ingin merobek kertas-kertas itu menjadi bagian yang lebih kecil, lalu dibuang ke luar jendela.

“Oh, kamu butuh teman. Aku bisa memberimu salah satu pelayanku.”

“Kamu ingin aku tinggal bersama orang lain? Arrrrghhh!” Alecta memijat keningnya. “Terkadang aku tidak tau bagaimana jalan pikiranmu.”

“Tenanglah, persyaratan itu tidak sekaku yang kamu kira, Alec. Yang terpenting, malam ini kamu harus mempersiapkan diri untuk bertemu suamiku.”

Bertemu Tuan Priam Ardiaz. Meski terlalu cepat, tapi ini anak tangga pertama yang harus kupijak, batin Alecta.

“Kenapa aku harus bertemu suamimu? Aku jadi takut.” Alecta sedang berakting untuk menyakinkan jika dia adalah kelinci buruan yang kalah dengan serigala.

Mata Freya menyipit. “Kenapa?”

“Bertemu dengan darah bangsawan membuatku takut.”

Freya mendesah kesal. “Kamu bukan penjahat, cobalah berpikir lebih rasional!”

“Lalu apa yang harus kupersiapkan? Aku tidak punya baju bagus, kamu tau itu, kan, Frey?”

Freya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. “Sebentar lagi.”

“Sebentar lagi?” Alecta membeo, dia tak mengerti apa yang diucapkan Freya.

Suara bip terdengar, disusul pintu terbuka. Naratama datang membawa beberapa pakaian dan dua orang perempuan dengan gaya nyentrik, dengan rambut yang diwarnai dengan warna pink stabilo dan kuning stabilo.

“Sesuai pesanan Nyonya,” ucap Naratama.

“Kamu datang tepat waktu, Nara.” Freya tersenyum, sejujurnya sopirnya itu dapat diandalkan. “Nah, Alecta. Waktumu untuk mempercantik diri.”

Freya memanggil dua perempuan nyentrik itu dengan isyarat jari. Dua perempuan nyentrik itu mendekat dan memandangi Alecta dari ujung rambut sampai ujung kaki.

“Perbaiki dia,” titah Freya.

“Tunggu! Ini tidak ada dalam kontrak!” Alecta terlonjak kaget.

“Memang tidak ada. Aku sudah bilang jika isi kontrak tidak sekaku itu. Dan sekarang aku ingin kamu bersiap untuk bertemu dengan suamiku, Alec.” Freya memutar kedua bola matanya.

“Apa?”Alecta sudah berdiri, mengambil ancang-ancang untuk berlari jika diperlukan.

“Maaf, Nyonya Freya. Dia yang akan kita perbaiki?” Perempuan berambut warna kuning stabilo itu berbicara.

“Dia seperti boneka Annabelle yang tidak mandi seminggu,” sahut perempuan berambut pink stabilo. “Tenang saja, kami akan mengubahnya menjadi boneka Barbie yang cantik, jika dia menurut.”

“Kalau aku tidak mau menurut?” Alecta sudah mundur dua langkah dari tempatnya berdiri. Bersiap akan bersembunyi di kamar terdekat dengannya.

“Mungkin tampilanmu akan seperti boneka Chuky,” jawab perempuan berambut pink stabilo.

“Tidak! Aku tidak mau didandani seperti Chuky!” Alecta berlari ke kamar terdekat, lalu menutup pintunya.

“Sial! Kenapa pintunya tidak bisa dikunci?” umpat Alecta.

Freya terkekeh. “Aku lupa memberitahumu, Alec. Kalau pintu apartemen ini hanya bisa dikunci dengan kartu khusus.”

“Apa!” Alecta tak percaya. Sungguh Freya perempuan yang tidak mudah ditebak. Tadi, ia beraura sangat menyeramkan, sekarang malah tertawa.

“Segera urus dia,” titah Freya kepada dua perempuan nyentrik itu.

Dua perempuan itu mengambil dua tas yang berisi barang-barang yang dibutuhkan untuk memperbaiki boneka Annabelle menjadi boneka Barbie. Mereka bergegas menyusul Alecta.

Tak berapa saat, teriakan khas Alecta menggema. Dia sedang dalam prosesi pemaksaan agar terlihat cantik. Dua perempuan cantik itu sedang merontokkan bulu-bulu kaki dan tangan Alecta dengan teknik waxing.

“Aakkkhhhh!” Teriakan Alecta menggema lagi.

Beautiful is pain,” guman Freya sambil menikmati kopi bersama Naratama di ruangan lain.

“Oh iya, saya lupa akan sesuatu.” Naratama bangkit dari duduknya dan berjalan menuju meja yang dekat dengan pintu. “Tadi saya membeli donat untuk Nyonya.”

Naratama menyodorkan satu tas jinjing kepada Freya. “Silakan Nyonya.”

Freya mengambil satu donat dengan topping keju, lalu memakannya. “Ini enak!”

“Saya juga sudah memberitahu Pak Samsul agar bisa mengantarkan Tuan Ardiaz tepat waktu, dan memberinya profil Nyonya Alecta agar Tuan Ardiaz bisa membacanya.” Naratama tersenyum bangga seakan ingin dipuji lagi.

“Kamu memang bisa diandalkan, Nara.” Sekali lagi Freya merasa beruntung memiliki sopir yang super pengertian.

“Terima kasih, Nyonya.”

Setelah memakan donat dengan topping keju, Freya memutuskan akan pergi sebentar sembari menunggu Alecta yang masih meronta di kamar. “Mana kunci mobilnya.”

“Ini Nyonya.” Naratama menyerahkan kunci mobil. “Maaf, Nyonya mau ke mana? Saya bisa mengantarkan Nyonya.”

“Aku ingin pergi sendiri.” Freya langsung menyambar kunci mobil itu. “Tolong tunggu dia.”

“Baik Nyonya.” Naratama membungkuk sampai Freya keluar dari apartemen ini. Ia memiliki kartu yang sama seperti Naratama.

“Sakit!” jerit Alecta yang membuat Naratama harus tahan dengan suaranya.

“Sekarang aku tau alasan kenapa Nyonya memilih menunggu di luar.” Naratama mendesah malas. Lalu memilih memakan donat yang ia beli tadi.

Freya berjalan cepat menuju basement. Sesampainya basement, ponselnya berbunyi. Freya tersenyum ketika mengetahui siapa yang meneleponnya. Ia menjawab telepon itu sambil masuk ke mobilnya.

“Hai, My Honey. Aku punya waktu sekitar tiga jam.” Freya tertawa. “Kita bertemu di tempat biasa ya. See you, Honey.” Sebelum menutup telepon itu, Freya memberikan kecupan kecil yang sebenarnya sedikit konyol karena esensi kecupannya pun tidak benar-benar sampai.

Freya melajukan mobilnya keluar dari basement menuju suatu tempat yang bisa ia kunjungi.

***

Seorang sekertaris perempuan memasuki ruangan Priam yang luas ditambah dengan jendela besar yang menampilkan pemandangan pelabuhan Kota Dennosam yang indah.

“Maaf, ada pesan untuk Bapak dari Pak Samsul, sopir Bapak. Kata beliau amplop ini dari Ibu Freya.”

“Terima kasih.” Priam menerima amplop cokelat besar. Sebelum sekertaris perempuan pergi, Priam berkata, “Ruangan untuk rapat sudah dipersiapkan?”

“Sudah, Pak. Sekitar tiga puluh menit lagi, klien akan datang.”

“Iya, terima kasih.”

Setelah sekertaris itu keluar, barulah Priam membuka amplop dari istrinya itu. Sebuah profil perempuan bernama Alecta Zeline yang bersedia menjadi kandidat surrogate mother. Ia membaca di mana perempuan itu lahir dan apa keyakinannya, untuk memastikan jika perempuan itu tidak menuntutnya seperti keyakinan yang dianut masyarakat Kota Dennosam.

“Kota Numa? Dia satu kota dengan Freya?” Sekarang priam jadi tau mengapa istrinya bisa mengatasi masalah ini.

“Kenapa aku tidak yakin jika perempuan bernama Alecta ini bisa menanggungnya?” Priam jadi ragu. Ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. “Tiga jam lagi, aku akan bertemu dengan dia. Alecta Zeline. Semoga sesuai harapanku.”

***

Dua perempuan nyentrik itu keluar dari kamar dengan senyuman merekah yang mereka perlihatkan kepada Naratama.

“Kami sudah mengubah boneka Annabelle itu menjadi boneka Barbie yang cantik,” ucap perempuan dengan rambut pink stabilo bangga.

“Anda bisa melihatnya  sekarang,” sahut perempuan berambut kuning stabilo.

Naratama bangkit untuk mengecek penampilan Alecta. “Oke, semoga Nyonya Freya menyukainya.”

Tepat saat Naratama memasuki kamar, di sana seorang perempuan duduk dengan wajah sudah dipoles make up dan rambut yang tertata indah. Aroma bunga yang menyenangkan tercium.

Alecta merasa lega, akhirnya penyiksaan menjadi cantik itu selesai. Dia kagum dengan wajah dan rambut yang ditata sedemikian rupa. Bahkan tubuhnya merasa bersih bebas dari daki dan kotoran yang menempel.

Tak salah jika mereka menyiksaku selama dua jam lebih! jerit hati Alecta.

“Ternyata Miss cantik juga,” puji Naratama yang terpukau dengan penampilan Alecta.

Setelah sekian lama, baru kali ini Alecta mendengar kata ‘cantik’ yang terucap dari bibir pria lain. Padahal sebelumnya hanya satu pria yang selalu memuji jika Alecta adalah gadis cantik di matanya, yaitu Ayah.

“Te-terima kasih.” Wajah Alecta bersemu merah muda seperti sakura yang baru mekar.

“Nah sekarang, kita akan memilihkan baju untuk Miss Alecta.” Naratama pergi dari kamar untuk mengambil beberapa gaun yang cocok untuk Alecta. “Saya akan memberitahu Nyonya Freya kalo Miss hampir siap. Sebentar lagi, Anda akan menemui Tuan Priam Ardiaz.” Meskipun sosok Naratama tidak ada di kamar, tapi Alecta masih bisa mendengar suaranya yang jernih dan renyah, seperti penyiar radio.

Naratama dan perempuan berambut kuning stabilo kembali, masing-masing membawa lima potong gaun, sedangkan perempuan berambut pink stabilo mendorong rak berisi aksesoris.

“Silakan pilih gaun yang akan Miss pakai,” ucap Naratama.

Ada sepuluh gaun bermerk terkenal disediakan untuk Alecta. Dia bangkit untuk memilih mana yang pantas untuk dirinya.

Pakaian apa yang disukai Priam? Terbuka atau tertutup? Glamor atau sederhana? Monokrom atau berwarna? Cerah atau gelap? Long or short?

Alecta berpikir keras bagaimana memikat Priam dari pandangan pertama. Jika Alecta memakai pakaian seperti Freya apakah Priam akan menyukainya juga? Jawabannya belum tentu. Di mata Alecta, Freya adalah perempuan tercantik yang pernah dia temui. Meskipun memakai pakaian sederhana, Freya tetap cantik seperti ratu.

Lalu, aku harus memilih yang mana?

Alecta mengingat sebuah artikel yang pernah dibacanya beberapa bulan yang lalu dari majalah dewasa. Di situ ada survei dari 100 pria dewasa yang diwawancarai perihal pasangan impiannya. Rata-rata mereka lebih menyukai perempuan yang sederhana tidak terlalu glamor dengan wajah yang tidak membosankan.

Sejujurnya artikel itu sedikit membual. Percayalah jika kebanyakan pria dewasa lebih menyukai perempuan berwajah cantik dan berpenampilan menarik. Catat juga, mereka menyukainya, tapi terkadang tidak rela mengeluarkan banyak uang agar perempuannya tetap menarik hati. Alecta masih ragu untuk mencari gaun yang pas untuk dirinya.

“Bagaimana aku bisa memilih! Gaun-gaunnya sangat cantik!” seru Alecta.

Naratama tertawa. “Anda bisa mencobanya satu per satu, Miss Alec.”

Kedua perempuan berambut nyentrik mengangguk. Mereka menyuruh Naratama untuk keluar kamar lagi.

Gaun pertama, modelnya pendek dan ketat sehingga mengekspos tubuh Alecta yang kurus. Bagian dadanya kurang menonjol karena dia memiliki ukuran payudara yang agak rata.

“Ini tidak nyaman,” keluh Alecta. Dia sempat menutupi kakinya karena terlalu potongan gaunnya terlalu pendek.

Naratama juga setuju. Ia menyilangkan tangannya tanda tidak menyukai penampilan Alecta.

Alecta kembali ke kamar untuk mengganti dengan gaun lain. Tak sampai 10 menit, dia kembali lagi dengan gaun yang longgar dengan aksen bulu-bulu yang sedikit norak. Alecta memutar bola matanya tanda dia benar-benar tidak menyukainya.

“Miss terlihat seperti ayam betina.” Naratama kembali menyilangkan tangannya.

Gaun ketiga juga sama, Alecta memakai long dress dengan warna hitam dan sedikit payet di bagian dada.

“Jika ada topi kerucut, lalu aku memakainya, pasti penampilanku seperti penyihir. Sebaiknya gaun ini dipakai saat hallowen.” Alecta mencibir penampilannya sendiri. Mungkin jika Freya yang memakainya akan terlihat seperti putri kerajaan.

“Iya, sepertinya Miss cocok menjadi penyihir.” Naratama tertawa. Ia menyilangkan tangannya.

Selanjutnya Alecta memakai gaun yang full payet. Terlihat blink-blink dan mewah. “Aku seperti lampu di kelab malam.”

Naratama menyilangkan tangannya, tanda ia tidak menyukai gaun itu.

Pada akhirnya Alecta memilih gaun yang tidak terlalu mencolok, dengan desain sederhana, tapi manis. Ditambah warna dominasi putih dan hitam, lalu rempel di bagian ujung gaun. Aksen pita di leher serta model lengan panjang, bawahan selutut memberi kesan imut meskipun Alecta sudah berumur 26 tahun.

Nice!” Komentar Naratama ketika melihat penampilan Alecta. Ia juga memberikan dua jempol sebagai tanda jika ia menyukai penampilan Alecta.

Alecta tersenyum, dia memandangi dirinya di depan cermin, dan beberapa kali memuji dirinya sendiri.

Dua perempuan berambut nyentrik itu pamit karena tugas mereka telah selesai. Naratama memberi dua amplop sebagai balas jasa mereka. Sekarang di apartemen itu terdapat dua orang, Alecta dan Naratama.

“Sebentar lagi Nyonya Freya akan datang, beliau sudah ada dalam perjalanan, Miss,” kata Naratama. Matanya masih fokus menatap layar ponsel.

“Oke, Tama.” Alecta masih memandang dirinya di cermin bundar yang terpasang di tembok.

“Tama?” Naratama mengernyit.

“Panggilan dariku. Aku merasa kurang pas jika memanggilmu Nara.”

“Tama, nama yang bagus, Miss.”

“Nah, Tama.” Alecta duduk berseberangan dengan Naratama. Mereka hanya terpisah dengan meja selebar setengah meter. “Aku ingin bertanya padamu.”

“Silakan Miss, jika aku bisa, pasti aku akan menjawabnya.”

“Bagaimana kepribadian Priam Ardiaz?”

Bab terkait

  • (Not) A Queen   Chapter 9 Pria Penurut

    Alecta mendekatkan wajahnya ke Naratama. “Bagaimana kepribadian Priam Ardiaz?”Refleks Naratama menghindar, lalu menyodorkan sekotak donat. “Miss mau donat?”Alecta tersenyum, pertanyaannya tidak dijawab oleh Naratama. Dia tidak memperlihatkan rasa kesalnya melainkan tersenyum dan mengambil satu donat bertopping cokelat. “Terima kasih, kelihatannya lezat.”Alecta memainkan aktingnya. Dia memakan donat yang dipilihnya, seolah melupakan pertanyaan nekat tadi. “Donat ini sungguh enak!”Naratama tertawa hambar sambil menggaruk belakang kepalanya. Bagi Alecta, perilaku seperti itu berarti lawan bicaranya sedang grogi.“Kenapa Miss bertanya soal Tuan Ardiaz?”Alecta diam sejenak, memikirkan apa yang ingin dia jawab, karena perilaku Naratama agaknya sulit ditebak.“Iya ... Aku hanya takut. Selama ini aku belum pernah bertemu langsung dengan Priam Ardiaz, tapi aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-21
  • (Not) A Queen   Chapter 10 Buket Bunga Kedua

    Priam sedang terjebak dalam lautan manusia. Rapatnya sudah selesai tiga puluh menit yang lalu, tapi perjalanan menuju restoran, tempat pertemuannya dengan kandidat surrogate mother akan terlambat. Dia sudah mengirim pesan kepada Freya, kalau dirinya akan terlambat sampai waktu yang tidak bisa diprediksi.“Macet banget, Pak.” Pak Samsul berusaha memecah kesunyian serta kecemasan tuannya.“Tidak apa-apa, Pak. Lagian banyak orang yang turun ke jalan. Apa mereka sedang demo?” Priam bertanya balik.Pak Samsul yang tadi sudah menegangkan wajahnya karena takut kena semprot Priam karena keterlambatan ini, akhirnya bisa bernapas lega. Setidaknya tuannya tidak memasang wajah galak seperti singa jantan yang ingin berkelahi dengan singa lainnya.“Sepertinya tidak, Pak. Kalau tidak salah sedang ada festival kembang api untuk memperingati hari jadi kota ini, Pak,” Pak Samsul menjawab santai. Ia tahu berita fest

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-21
  • (Not) A Queen   Chapter 11 Firework

    “Miss, Tuan Priam sudah datang.” Naratama memberitahukan kedatangan Priam kepada Alecta.Alecta reflek memandang Priam yang masih terpaku di tempatnya. Mata mereka bertemu.Alecta melihat sosok pria dengan mulut sedikit terbuka dengan penampilanya yang sedikit kacau berbalut setelan jas mewah. Pria itu masih terpaku dengan mata yang lurus menatap Alecta.Apakah ada yang salah dengan penampilanku?Berkali-kali Alecta mengelap mulutnya takut ada yang sisa makanan yang menempel, dan sedikit salah tingkah. Akhirnya dia memilih menundukkan pandangannya, berusaha agar tidak perlu bersitatap dengan Priam terlalu lama.“Silakan duduk, Tuan. Saya akan memanggil Nyonya Freya, karena beliau sedang menelepon di ruangan lain. Permisi.” Naratama berlalu dengan sopan.“Iya.” Priam menjawab singkat, lalu berjalan pelan menuju meja yang sudah ditempati Alecta.Meskipun tidak menengok sepenuhny

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-24
  • (Not) A Queen   Chapter 12 Aku Menginginkan Waktumu

    Letusan kembang api pertama membuat perhatian Priam teralihkan. “Sudah dimulai festivalnya.” Dia bangkit lalu berjalan menuju balkon untuk melihat letusan berikutnya. Baginya festival kembang api yang diadakan setiap penghujung bulan November adalah salah satu kenangan yang mengingatkan Priam kepada orang yang dicintainya.Letusan kembang api bermunculan lagi terus menerus hingga langit Kota Dennosam penuh dengan pemandangan yang indah. Setiap kembang api yang meletus itu, sekejap membentuk lingkaran, mereka akan hilang lalu berganti letusan kembang api yang baru.Priam terlalu terbawa suasara. Dia merasa istrinya berdiri tepat di sampingnya, ia bilang jika festival kembang api ini sangatlah indah. Tanpa sadar, Priam merangkul perempuan yang dia rasa adalah istrinya.“Bukankah ini festival kesukaanmu, Camelia?”Perempuan yang dirangkulnya itu memberontak. “Camelia? Siapa yang kamu maksud, Priam? Aku ini Alecta!&

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-25
  • (Not) A Queen   Chapter 13 Seperti Rapunzel

    Mobil yang dikemudikan Naratama melaju meninggalkan pelataran restoran. Tepat berjarak 750 meter menuju apartemen kelas I, sebuah tanda bahwa jalanan ditutup karena dikhususkan untuk jalan festival. Mau tak mau Naratama harus putar balik. Ia menggerutu karena harus memutar jalan sejauh lima kilometer lagi. Namun, Alecta tidak peduli. Dia menganggap apa yang dialami Naratama adalah karma paling ringan karena telah mengancamnya. Naratama terpaksa mengambil jalan lain. Ia tak mungkin membiarkan Alecta berjalan sendirian meskipun jaraknya sudah lumayan dekat. Ternyata benar yang dikatakan Priam, jika Naratama terlalu penurut dengan perintah Freya. Huh! Ia masuk ke dalam orang yang bakal tidak kupercayai! Alecta teringat kejadian mengejutkan bersama Priam tadi. Di balkon restoran, Priam tanpa sadar memeluknya, ia juga menyebut nama perempuan lain. Camelia. Alecta tidak mengenal perempuan itu, dia sempat berpikir jika Camelia adalah perempua

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-26
  • (Not) A Queen   Chapter 14 Janji yang Terpenuhi

    Chapter 14 Janji yang Terpenuhi Di pertengahan bulan Desember Freya menjalani prosedur pengambilan sel telur setelah menerima suntikan hCG (human chorionic gonadotropin) 36 jam yang lalu. Dia sudah dianestesi agar tidak merasakan sakit saat prosedur ini dilakukan. Hampir tiga minggu lebih Freya sudah mempersiapkan segalanya termasuk ibu pengganti meskipun harus memakai jalur pemaksaan. Setiap hari dia harus menggunakan obat suntik yang mendorong folikel di dalam ovarium untuk memproduksi sel telur yang lebih banyak, setelah siklus menstrusinya sudah diketahui. Hari ini adalah saatnya sel telur yang dihasilkan itu diambil. Untuk Priam, ia juga menjalani proses pengambilan sampel air mani yang nantinya akan diambil sel-sel sperma dengan kualitas terbaik. Setelah proses selesai, sel telur dan sel sperma akan menjalani inkubasi di laboratorium selama 12-24 jam ditempatkan di wadah khusus. Alecta juga sudah menjalani pemeriksaan kesehatan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-27
  • (Not) A Queen   Chapter 15 Bukan Sekedar Lelucon

    “Aku sedang menunaikan janjiku padamu. Kamu masih ingat, kan?” Priam sudah membawa dua kotak merah itu ke meja makan. Alecta masih terpaku di tempat, merasa semuanya adalah ilusi. Priam datang untuk memenuhi janjinya! Apa aku tidak salah! Berkali-kali Alecta mengucek matanya. “Ini nyata?” Priam berdecak saat melihat Alecta masih terpaku di tempat saat dia menyambutnya. “Apakah aku harus menggendong Alecta untuk sampai di meja ini?” “Aku?” Untuk memastikan sekali lagi, Alecta mencubit pipnya. “Aduh, sakit! Ternyata ini bukan mimpi.” Priam yang gemas karena Alecta tak segera beranjak, akhirnya ia yang mendekati Alecta yang masih bengong di tempat itu. “Sepertnya Alecta terlalu lelah,” Priam melingkarkan tangannya ke pinggang Alecta untuk mengikat kimononya yang terbuka. Tepat saat Priam mendekat, Alecta merasa kaku dan dia bisa menghirup aroma maskulin yang membuatnya candu. Tapi, otak warasnya segera meme

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-29
  • (Not) A Queen   Chapter 16 Gadis Layanan Papakatsu

    Priam mengendarai mobilnya menuju ke pantai Kota Dennosam. Itu berarti berada dekat dengan gedung perusahaannya. Dari jalan yang dilewati, dia bisa melihat megahnya gedung perusahananya. Bahkan tulisan KARYA NUSA disinari cahaya berwarna orange. Perusahaan yang dibangun Priam sejak 15 tahun yang lalu. Berawal dari mimpinya bersama Camelia semasa kuliah. Mimpi bagaimana makanan atau barang kebutuhan lain bisa diantar ke rumah tanpa perlu datang langsung ke tokonya. Atau memesan makanan jauh lebih mudah, hanya tinggal menunggu kurir datang. Intinya efisiensi waktu yang jadi patokan, serta menciptakan lapangan kerja baru. Hingga kini sudah jutaan mitra tersebar di negara ini. Priam masih melajukan mobilnya mencari tempat yang tenang. Beruntung malam ini bukan malam minggu, jadi pengunjung pantai tidak terlalu banyak. Dia paling sebal jika ada pasangan muda-mudi yang bermesraan duduk di pinggir pantai. Itu membuatnya iri. Dia keluar dari mobilnya dan duduk

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-29

Bab terbaru

  • (Not) A Queen   Catatan Penulis

    Akhirnya selesai jugaaa, huft. (Not) A Queen telah tamat di tanggal 11 November 2021 (Hehehe ditulis aja, biar gak lupa) Terima kasih untukmu yang telah membaca kisah ini sampai tuntas. Entah mengapa aku merasa sangat lega dan yaaa akhirnya punya waktu untuk membaca buku lebih banyak lagi Aku mohon maaf kalau ada beberapa kata yang masih typo dan belum maksimal memberikan yang terbaik untukmu. Di buku yang akan datang, semoga bisa lebih baik lagi. Oh iya, aku pernah dapat pertanyaan semacam ini: apakah setelah tamat nggak ada skuelnya? Gimana yaaa, jawabnya? Memangnya butuh perpanjangan lagi? Ekstra chapter? Tapi, kurasa ini sudah cukup panjang. :0 Sebelum catatan ini selesai, aku pengen spoiler dikit tentang rencanaku. Sebenarnya ada satu novelku lagi yang ada di sini judulnya LEVIATHAN yang bergenre sci-fi. Sayangnya, belum muncul (sampai catatan ini ditulis).

  • (Not) A Queen   Chapter 127 Finale

    Freya akhirnya tertangkap sehari setelah kejadian yang memilukan itu. Sedangkan David perlu tiga hari karena berhasil kabur menuju kota lain. Berita mengenai hal ini langsung menjadi topik utama yang disiarkan berulang-ulang oleh acara berita disegala stasiun televisi. Kejadian itu menyita banyak perhatian masyarakat.Bibi Lani telah dimakamkan. Feris masih menangis. Lusi dan Naratama juga merasakan kesedihan mendalam akibat kehilangan itu.Alecta baru siuman setelah dua hari dirawat di rumah sakit. Dia menangis saat diberitahu kalau Bibi Lani meninggal dunia demi menyelamatkan Baby Leon dan Alecta.Priam memutuskan untuk menjaga Baby Leon di rumahnya karena Alecta masih dirawat di rumah sakit. Tubuhnya dipenuhi banyak luka, dan beruntung tidak ada tulang yang patah.Feris telah memutuskan sesuatu. Malam ini dia akan membicarakan keputusannya dengan Alecta. Perempuan itu sudah lebih baik beberapa hari ini, dan kemungkinan dua hari lagi dia d

  • (Not) A Queen   Chapter 126 Vengeful

    Mobil yang dikemudikan David memasuki kawasan hutan. Setahunya, kawasan itu memang sepi dan ada sebuah bangunan yang mirip gudang penyimpanan kayu yang sudah lama tidak digunakan.Mobil berhenti di depan bangunan itu. David menyeret Alecta ke gudang itu, sedangkan Freya masih berkutat dengan Leon yang hanya bisa menangis.Setelah masuk ke dalam gudang tak terpakai itu, David meletakkan Alecta di tempat yang kering. Sementara Freya yang sudah pusing dengan tangisan bayi itu akhirnya menyerah. Dia meletakkan Leon di sebuah keranjang dari ayaman rotan yang kondisinya sudah tidak layak. David jadi berpikir, kalau Freya bukanlah ibu yang baik. David mendekati Freya dan menyerahan tongkat baseball yang tadi dipakai untuk memukul sopir tadi. Freya menerima tongkat baseball itu dan mengabaikan tangisan Leon.“Gunakan untuk menyiksanya.” David menunjuk Alecta yang tergeletak tak jauh dari jangkauannya. “Aku harus segera melak

  • (Not) A Queen   Chapter 125 Vicious

    Selama hampir saatu tahun ini, kondisi keuangan Freya mulai memburuk. Dia memiliki utang hampir ratusan juta karena tidak mampu menunjang gaya hidupnya. Setelah bercerai dengan Priam, Freya terpaksa menyewa apartemen kecil bersama David.Semua kontrak kerjanya dibatalkan termasuk iklan, sponsor, dan film yang harunya dibintanginya. Namanya terhempas seolah nama Freya Farista sudah tidak lagi bersinar. Freya telah jatuh, tersingkir, dan tidak dibutuhkan lagi.Kondisi diperburuk dengan David yang namanya sudah dicoret dari keluarga besarnya karena ketahuan menjalin hubungan dengan perempuan yang sudah bersuami. Alhasil, David menjadi pengangguran, kerjaannya hanya tidur, makan dan mabuk, hanya itu siklus hidupnya. Sementara Freya harus merelakan tabungannya menunjang kebutuhan dua orang terlebih lagi Freya harus memangkas pengeluaran untuk kecantikan karena dia juga harus makan.Hampir setahun ini Freya dan David persis seperti pasangan pengangguran

  • (Not) A Queen   Chapter 124 Tuan Muda

    Pada akhirnya Priam juga menerima keputusan dari Feris kalau untuk ‘untuk sementara waktu hingga belum ditentukan’ Baby Leon akan diasuh oleh Alecta dan Feris di rumah ini. Dua hari setelah kepulangan Alecta dari rumah sakit, Priam datang bersama dua pelayannya yang cukup menggemaskan. Di ruang tamu, Priam dan Feris berbicara layaknya teman meskipun penuh kecanggungan. Sementara di kamar Alecta, terdengar gelak tawa dari Naratama dan Lusiana. Mereka, dua pelayan yang menggemaskan, begitu sebutan dari Bu Marie. “Baby Leon sangat tampan sekali!” Lusi tampak sangat senang ketika mendapat kesempatan untuk menggendong Baby Leon. “Bukankah seharusnya kita memanggilnya dengan sebutan Tuan Muda?” Natatama menimpali. Dia hanya berani menyentuh pipi bulat Baby Leon. “Kamu benar, Nara. Aku tidak sabar melihat Tuan Muda Leon besar. Dia akan lebih menggemaskan lagi.” Lusi tertawa membayangkan hal itu terjadi. “Percayalah, Leon lebih suka dip

  • (Not) A Queen   Chapter 123 Ego

    Feris masih merasa kesal karena pertemuannya dengan Alecta tertunda hampir empat puluh lima menit. Bagaimana tidak? Di dalam ruangan itu kekasihnya sedang bersenda gurau dengan Priam. Ditambah Bibi Lani menyarankan agar Feris menunggu sampai Priam selesai bertemu dengan buah hatinya.Hari ini, tanpa disangka Alecta melahirkan, dan ternyata perkiraan dokter itu meleset. Sebagai orang yang kurang berpengalaman dengan hal ini, Feris merasa menjadi orang bodoh. Harusnya dia tidak pergi hari ini. Harusnya, dia mengubah jadwal pertemuannya dengan Pak Edzard yang akan membeli rumah dan tanah warisan dari neneknya.Alasan kenapa Feris mau melepaskan properti itu karena dia ingin membeli rumah di Kota Milepolis. Dia bertekad ingin memulai kehidupannya yang baru bersama Alecta. Sebab, semakin Alecta di sini, semakin gencar pula Priam mendekatinya.Tapi sekarang, sepertinya Priam sudah mulai mendekati Alecta lagi. Mereka berbincang di dalam, padahal Feris sempa

  • (Not) A Queen   Chapter 122 Nama Bayi

    Priam sangat takjub dengan apa yang dilihatnya. Alecta yang tertidur dengan wajah sedikit kelelahan dan ada bayi mungil yang sedang ditelungkupkan meminum asi. Dulu Priam selalu menganggap apa ang dilihatnya itu tidak pernah jadi kenyataan. Kini, hari ini, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat calon penerus keluarga Ardiaz telah lahir. Priam mendekati Alecta secara perlahan agar tidak membangunkan Alecta yang sedang tertidur. Dia mencoba menyelipkan jari telunjuknya ke tangan si bayi. Perlahan tapi pasti, tangan mungil bayi itu menggenggam jari Priam. Ada ledakan kebahagian membuncah di dada Priam. Tangan mungil bayi itu seolah menyapa Priam. Rasanya tidak ada yang bisa mendeskripsikan perasaan semacam ini. “Feris ... apa itu kamu?” tanya Alecta lirih. Priam terdiam. Alecta lalu menoleh ke arah orang yang di sampingnya. Dia terkejut ketika menemukan Priam duduk di sana. Padahal tadi dia sempat bermimpi kalau ynag dat

  • (Not) A Queen   Chapter 121 Hari Bersejarah

    Kehamilan Alecta memasuki bulan kesembilan. Perutnya sudah makin besar, tendangan ‘dia’ makin aktif dan terkadang membuat Alecta kesulitan untuk tidur. Setelah sarapan, Feris memutuskan akan pergi ke Kota Lunars. “Tapi sebentar lagi aku akan melahirkan,” ucap Alecta. Sejak pindah ke rumah ini, Alecta selalu mengecek kehamilan secara berkala bersama Feris. Kata dokter, Alecta diprediksi akan melahirkan satu minggu lagi. “Aku pergi tidak lama. Mungkin nanti pulang sore. Ada orang yang tertarik membeli propertiku di Kota Lunars, My Bee.” Feris mengelus kepala Alecta dengan penuh kasih sayang. Alecta menggeleng. Dia harus mencari cara agar Feris tidak pergi. “Dia ingin mendengarkanmu membaca cerita.” Yang dimakud ‘dia’ adalah kehidupan yang ada di perut Alecta. Beberapa waktu yang lalu, kata dokter kandungan yang memeriksa Alecta mengatakan, kalau Alecta akan melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki. Tentu saja Priam senang menden

  • (Not) A Queen   Chapter 120 Fakta yang Tak Terbantahkan

    Semua berjalan sesuai kehendak Semesta. Perut Alecta makin membesar seiring bertambahnya usia kehamilan. Feris juga selalu sigap ada di samping Alecta.Sekarang perubahan yang terjadi pada tubuh Alecta membuatnya tampak cantik dan menggemaskan. Entah mengapa kalau perempuan hamil selalu cantik meskipun pipinya mulai chubby dan bada yang berisi.Alecta juga mengalaminya. Kini pipinya agak mengembang. Dadanya makin menyembul padat dan perutnya makin buncit.Terkadang Feris membenamkan wajahnya ke dada Alecta. Katanya itu bagian favoritnya karena lebih kenyal, padat, dan menyenangkan. Kalau malam Feris lebih suka mengelus-elus perut Alecta yang buncit, dan dia yang ada di dalam pasti merespon dengan tendangan.Priam masih datang walaupun jaraknya tidak menentu. Kadang seminggu sekali, lima hari sekali, atau dua minggu sekali untuk melihat Alecta dan calon anaknya. Meskipun terkadang suasana ruang tamu jadi canggung.Priam yang meny

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status