Nova merapatkan bibirnya.Tidak mau menjawab.Tentu saja Nova merasa sedih.Akan tetapi, kesedihan Nova tidak dapat menimbulkan rasa simpati dan belas kasihan dari Brian."Kamu nggak lihat kejailan Bayu dua kali sebelumnya atau nggak peduli?" Brian menarik leher Nova ke belakang untuk memaksa Nova mendongakkan kepala.Nova membantah lagi."Aku nggak punya pilihan selain cari Pak Bayu. Yasmin nggak mau kerja sama, Jania juga nggak angkat telepon, tapi Pak Brian hanya mau pakai Yasmin. Apa yang bisa kulakukan?"Brian langsung melepaskan Nova. "Kalau nggak mampu kerja, ganti orang saja!""Pak Brian, tolong lihat baik-baik. Yasmin yang nggak mau kerja sama denganku!"Brian menyeringai sinis. "Kenapa dia nggak mau kerja sama? Nova, aku sudah peringatkan kamu untuk jangan cari masalah dengan Yasmin. Coba pikirkan bagaimana sikapmu padanya!"Nova menundukkan kepala. Hatinya terasa sangat sakit.Apakah karena sikapnya terhadap Yasmin?Yasmin-lah yang terus mencari masalah!Nova selalu berkompr
"Bisa nggak lain kali?"Brian tertegun sejenak. "Bu Nova, aku menghabiskan banyak uang padamu bukan untuk kamu membuatku marah!"Hati Nova terasa sakit.Ya, kegunaannya adalah untuk memuaskan nafsu Brian.Mengapa dia bisa lupa?Nova tidak lagi melawan.Bahkan berinisiatif.Brian sangat kasar, seolah-olah sedang menghukum Nova.Seolah-olah ingin memakan Nova hidup-hidup.Nova hanya bisa memohon agar Brian jangan terlalu kuat.Sampai jam dua subuh lebih, Brian baru berhenti.Nova sangat kelelahan. Timbul rasa sakit dari tulang selangka karena keringat yang jatuh dari wajah.Ada bekas gigitan Brian di sana.Bekas gigitan itu menutupi bekas cekikan Bayu.Brian menyirami bekas gigitan itu dengan air panas tanpa rasa ampun.Brian menatap bekas gigitan itu seraya bertanya, "Sakit nggak?"Nova menggelengkan kepala.Brian langsung menekannya."Sakit nggak?"Seketika, wajah Nova menjadi pucat.Namun, Brian sama sekali tidak berbelaskasihan."Bagus kalau sakit. Bu Nova, ingat statusmu baik-baik.
Nova tidak dapat membantah hal tersebut.Kemarin malam, Nova telah berulang kali memberi tahu Brian bahwa Yasmin menolak untuk kerja sama sehingga dia tidak punya pilihan selain meminta bantuan Bayu.Nova tidak menyangka Brian akan menegur Yasmin.Bagaimanapun, Yasmin adalah cinta pertama Brian.Brian tidak pernah menegur Yasmin sebelumnya.Mungkin hanya demi kemajuan kerja.Akan tetapi, hati Nova tersentuh.Jantung Nova berdebar-debar karena kegirangan.Jika dipikir-pikir lagi, Nova merasa dirinya kasihan.Jika Brian memberinya kebaikan sedikit saja ....Nova akan diam-diam bergembira untuk waktu yang lama.Nova tidak basa-basi dengan Jania.Nova menyingkirkan pikirannya, lalu mengatur pekerjaan syuting.Nova sibuk berkomunikasi dengan juru kamera dan kru lain.Saat Nova selesai sibuk, Yasmin selesai berdandan.Yasmin berdiri di depan Nova dan tersenyum. "Brian mau bikin acara untukku, ayo datang."Nova langsung menolak."Nggak usah, daripada semua orang nggak senang."Nova berbalik b
Nova sungguh mengagumi Yasmin.Yasmin dapat melakukan apa pun demi menyiksa Nova.Nova tahu dirinya akan dikatai menentang Yasmin jika tidak pergi malam ini.Nova menahan kejengkelan dalam hati, lalu mengangguk sambil tersenyum. "Oke, aku datang."Seketika, Yasmin tersenyum."Bu Nova baik sekali."Cindy yang berdiri di samping merasa jijik.Setelah Yasmin pergi, Cindy berbisik di telinga Nova."Pak Brian benar-benar buta sampai menyukai wanita seperti itu!"Nova tersenyum. Ya, dia juga tidak mengerti.Ada beragam jenis wanita di sisi Brian.Ada yang polos, centil, cantik dan anggun.Wanita apa pun juga ada.Mengapa Brian bisa menyukai Yasmin?Bukannya Nova menghina Yasmin.Selain kecantikan, Yasmin tidak memiliki keunggulan lain.Namun, Brian menyukai Yasmin.Apa boleh buat?"Selera setiap orang berbeda."Cindy menggelengkan kepala.Semua orang naik mobil menuju Restoran Yamaho.Yasmin langsung menyebutkan nama Brian pada staf resepsionis.Semua orang kembali bersorak.Nova berjalan di
Yasmin berjalan ke arah Nova membawa dua gelas bir.Nova melirik gelas bir di tangan Yasmin.Nova tahu apa yang akan terjadi berikutnya.Seketika, Nova sakit kepala.Benar saja, Yasmin menyodorkan segelas bir pada Nova."Bu Nova, maaf telah menunda pekerjaanmu karena masalah pribadiku. Mungkin juga ada kesalahpahaman karena aku. Aku minta maaf padamu."Nova melirik gelas itu, lalu bertatapan dengan Yasmin."Nggak perlu minta maaf, pasti ada cekcok dalam urusan kerja, yang penting bisa dikomunikasikan dengan baik. Maaf nggak bisa minum bir, aku nggak enak badan belakangan ini."Nova tidak mengambil gelas bir tersebut.Kemudian, Nova lanjut berjalan ke luar.Yasmin langsung menghalangi Nova."Bu Nova nggak mau maafkan aku? Kalau nggak, kenapa Bu Nova nggak mau minum bir denganku?"Nova tersenyum. "Nona Yasmin, sudah kubilang kita hanya cekcok dalam urusan kerja. Nggak ada yang perlu dimaafkan. Apalagi aku benar-benar nggak enak badan."Namun, Yasmin mengotot. "Nggak banyak kok. Dengar-de
Yasmin tetap berlagak kasihan."Aku nggak punya maksud lain, Bu Nova, jangan marah.""Nona Yasmin berpikir terlalu banyak."Setelah itu, Nova langsung meninggalkan ruangan.Tepat saat pintu tertutup, Nova melihat Brian mengambil selembar tisu untuk Yasmin.Yasmin tidak mengambil tisu.Jadi, Brian dengan tidak berdaya mengelap air mata Yasmin."Sudah besar, kenapa masih suka menangis?""Aku juga nggak ingin.""Jelek sekali."Meski demikian, senyuman tetap tersungging di wajah Brian.Nova memegang gagang pintu dengan erat hingga buku jarinya memutih.Kemarin, Brian berkata dengan kejam pada Nova.Tidak ada gunanya untuk menangis.Jangan berharap dia akan berbelaskasihan.Nova menduga hati Brian terbuat dari batu.Selama bertahun-tahun ini, Brian sangat kejam pada Nova.Brian tidak akan berbelaskasihan karena air mata Nova.Brian tidak akan berkompromi karena permohonan Nova.Sementara itu, Brian sangat berbeda di depan Yasmin.Nova adalah orang luar di mata Brian.Meski sudah tahu dari a
Nova menggantung tas di rak, lalu ganti sepatu."Jalan-jalan ke pasar malam.""Dengan siapa?"Nova tertegun, lalu berterus terang.Dari gerak-geriknya, Brian pasti sudah tahu."Aku sendiri, tapi ketemu Pak Alex setelah itu. Jadi, dia mengantarku pulang."Brian duduk di sofa sembari menatap Nova."Kebetulan?""Ya, kebetulan.""Kebetulan sekali."Brian menyeringai sinis dan menepuk tempat di sebelah."Sini, ceritakan bagaimana kalian bisa bertemu secara kebetulan."Tubuh Nova menegang.Brian jelas sedang marah.Nova tersenyum getir seraya menjelaskan."Aku lagi tunggu mobil di pinggir jalan, dia kebetulan lewat dan antar aku pulang. Pak Brian, aku nggak secantik itu sampai bisa menyuruh semua orang datang untukku."Wajah Brian sangat masam.Brian menyeringai sinis. "Bu Nova, ingat apa yang kukatakan sebelumnya, jangan macam-macam dengan pria lain. Kalau sampai jadi kotor, kamu nggak sepadan lagi dengan harga sekarang."Hati Nova terasa sakit, tetapi tidak ditunjukkan sama sekali di depan
Brian sangat mengenal tubuh Nova.Sesaat kemudian, Nova menjadi lemas karena ciuman itu.Nova tanpa sadar membuka mulut untuk menerima Brian.Dalam kegelapan, mereka menempel pada satu sama lain bagaikan pasangan kekasih yang intim.Brian lebih lepas kendali daripada tadi malam.Itu seperti hukuman dan pelampiasan, sama sekali tidak berbelaskasihan.Brian sangat mendominasi dan tegas dalam melakukan hubungan intim.Malam ini, Brian memegang pinggang Nova dan memaksa Nova duduk di atasnya.Brian meraba pinggang Nova selama sesaat, lalu duduk dan mencium telinga Nova.Nova tanpa sadar memeluk Brian erat-erat.Tepat saat itu, ponsel Nova berdering.Nova sudah kehilangan setengah kesadaran. Brian mengambil ponsel Nova dan menjawab telepon.Terdengar suara Alex."Nova, ada waktu nggak besok? Aku punya beberapa dokumen yang butuh bantuanmu."Kesadaran Nova yang hilang karena asmara langsung pulih.Kemudian, wajah Nova menjadi pucat.Namun, Brian dengan jahat memberikan ponsel itu ke tangan N
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo