Nova tertegun sejenak dan kemudian menyadari bahwa itu adalah Brian.Dia menoleh untuk melihat Bisma."Kak, ayo pindah tempat."Bisma melirik Brian dan mengangguk. "Oke."Brian meraih pergelangan tangan Nova.Nova menariknya dengan kuat dua kali."Brian, tanganku terkilir."Brian langsung melepaskannya.Nova berpindah tempat dengan Bisma dan tidak pernah melihatnya lagi.Brian memandang serius ke arah Bisma yang duduk di sebelahnya."Apa kamu nggak merasa kamu ini merusak pemandangan?"Bisma tersenyum padanya dan berkata, "Pak Brian, Selamat Tahun Baru."Brian berkata, "Selama Tahun Baru Pak Bisma nggak berada di Kota Bers, kenapa datang ke Kota Jimaun?"Bisma tertawa dan menjawab, "Tentu saja aku datang untuk bermain."Brian mencibir, "Mana mungkin Kota Jimaun bisa lebih menyenangkan daripada Kota Bers?"Bisma mengangguk. "Tentu saja, pemandangannya indah, orang-orangnya bahkan lebih cantik."Brian mencibir, "Entah seberapa cantiknya, dia hanya mantanmu saja."Bisma masih tersenyum. "
Brian ingin mengejarnya, tapi Bisma langsung menghentikannya."Bisma!" Pembuluh darah muncul di dahi Brian. "Mau aku pukul?"Bisma bergeming, "Apa kamu nggak lihat Nova nggak mau bicara denganmu? Brian, Nova sudah terlalu menderita karenamu. Kalau kamu nggak bisa menjamin bahwa kamu benar-benar bisa memberinya kebahagiaan, maka jangan ganggu dia lagi!"Brian sangat marah, mana mungkin masih peduli dengan perkataannya?"Bisma, apa masalah ini ada hubungannya denganmu? Atau kamu bisa memberinya kebahagiaan?"Bisma terdiam beberapa saat lalu berkata, "Aku nggak bisa menjaminnya, jadi sekarang aku lebih suka tinggal bersamanya sebagai teman."Bisma tidak tinggal lebih lama lagi dan setelah selesai berbicara, Bisma segera kembali ke mobil.Brian memperhatikan mobil itu pergi dan segera tersenyum sinis.Dia sekarang mengerti bahwa Bisma selalu bisa di samping Nova, tapi dirinya tidak!...Nova kembali ke mobil, sudut matanya masih sedikit merah.Sebenarnya setelah memblokir Brian hari ini, N
Simon tersedak dan tidak tahu harus menjawab apa.Tidak ada yang tahu apakah kakaknya akan benar-benar peduli pada Yasmin lagi.Namun, Simon tetap berkata, "Menurutku kakakku nggak akan seperti itu. Nova, kamu harus percaya pada kakakku. Setiap malam, kakakku selalu menangis karena penyesalannya."Nova menatapnya dan menjawab, "Simon, apa kamu pikir aku nggak kenal kakakmu?"Simon terdiam.Saat hendak mengatakan sesuatu, Simon mendengar Nova berkata, "Hubungan antara aku dan kakakmu bukan hanya tentang satu hal ini. Simon, kembalilah dan bujuk kakakmu. Percuma datang mencariku."Setelah selesai berbicara, Nova pergi bekerja.Sesaat kemudian, pesan lain masuk di ponselnya.Yang dikirim Simon adalah foto.Brian sedang berbaring di tempat tidur, wajahnya pucat dan tampak sangat kuyu.Nova menghentikan gerakan jarinya.Setelah itu, keluar dari foto itu.Namun, saat keluar, Simon mengirimkan satu lagi, yaitu gambar Brian yang sedang bersandar di kursi santai di balkon, terlihat seperti maya
Nova menatap langsung ke arahnya dengan sedikit ejekan di matanya."Colton, katakan saja apa maumu, jangan ucapkan kata-kata yang membuatku jijik."Raut wajah Colton langsung berubah."Nova, bagaimana pun, aku akan tetap menjadi ayahmu!""Jangan menghina kata ayah yang suci ini, kamu hanyalah penyedia gen saja!""Nova!" Meskipun Colton tidak membuat Keluarga Shaw berkembang dalam beberapa tahun terakhir, karena hubungan antara Yasmin dan Brian, tidak ada seorang pun yang berani mempermalukannya.Namun, Nova tidak menunjukkan rasa hormat padanya berkali-kali.Colton sepertinya sedang menahan amarahnya.Namun, Colton mengerti bahwa dirinya tidak bisa lagi berselisih dengan Nova.Colton menekan amarah di dalam hatinya dan berusaha sebaik mungkin untuk terlihat baik."Kudengar ibumu sudah menunjukkan tanda-tanda akan sadar?"Nova menjadi gugup saat menyebutkan urusan tentang Susy.Dia memandang Colton dengan waspada."Colton, ibuku sudah nggak ada hubungannya lagi denganmu!"Colton tertawa
Tangan di pergelangan tangannya masih terasa panas.Nova secara alami menyadari bahwa ekspresi Brian memang jauh lebih buruk dari sebelumnya."Nova, aku belum makan selama sehari!"Nova berhenti sejenak lalu menjawab, "Ada banyak yang mau menemani Pak Brian makan."Setelah mengatakan itu, Nova melepaskannya dan langsung menelepon. "Pak Randy ayo kita ganti restoran saja. Oke, aku akan mencarimu."Nova keluar sambil menelepon.Brian mengikutinya dengan wajah cemberut."Nova, aku masih sakit. Apa kamu nggak kasihan sama sekali?"Nova berhenti sejenak dan berkata, "Kamu yang nggak bisa menjaga tubuhmu sendiri, jadi mana mungkin ada yang kasihan padamu!"Setelah mengatakan itu, Nova pergi tanpa menoleh ke belakang.Brian berdiri di sana dan tidak tahu apa yang dirinya rasakan.Nova benar-benar kejam.Semua kata yang pernah dia ucapkan padanya, sekarang Nova mengembalikannya kalimat demi kalimat.Saat Brian hendak mengikutinya, ponselnya tiba-tiba berdering.Brian segera mengangkatnya."Kak
"Ya, aku nggak peduli."Michael berkata, "Jangan khawatir, aku akan melampiaskan amarahmu padamu dalam dua hari."Nova tersenyum dan menjawab, "Oke, terima kasih, Pak Michael."Kasus kerusakan reputasi yang dilakukan Yasmin dan kasus penyerangan secara sengaja disidangkan pada hari ke delapan setelah Tahun Baru.Michael awalnya ingin menjaga kerahasiaan persidangan.Bagaimanapun, artis seperti Yasmin punya pengaruh yang luas.Meskipun Nova adalah korbannya, begitu kata-kata seperti aborsi dan menjadi simpanan keluar, reputasinya pasti akan rusak.Namun, Nova bersikeras melakukan persidangan terbuka.Dia hanya ingin Yasmin hancur.Namun, atas desakan Michael, Nova tidak hadir di pengadilan.Meski tidak berada di pengadilan, Nova tetap duduk di ruang tunggu dan menyaksikan seluruh persidangan.Kebanyakan orang yang duduk di auditorium adalah reporter dan tentu saja ada juga penggemar Yasmin.Colton dan Zelda berdiri dengan tegas, Brian duduk di hadapan mereka.Brian datang ke sini hari i
Brian berdiri di depan pintu, hatinya penuh dengan kekesalan.Dia tidak bisa menjawab pertanyaan ini.Entah seberapa ingin dirinya menyangkalnya.Namun, dalam situasi itu, kalaupun Nova mengatakannya, dia mungkin tidak mau mendengarkan.Dia saat ini sedang mengingat dalam pikirannya kapan tepatnya kejadian ini terjadi.Setelah berpikir lama, dia teringat bahwa sepertinya Yasmin mendatanginya hari itu dengan tamparan di wajahnya, mengatakan bahwa Nova yang menamparnya.Apa yang dia katakan saat itu ....Tampaknya memang seperti itu.Dia meminta Nova minta maaf pada Yasmin.Tangan Brian yang tergantung di sisi tubuhnya terus mengencang."Kalau saat itu kamu bilang padaku ...."Nova tidak berbicara, Nabila sudah keluar dari samping."Bilang padamu? Apa selanjutnya? Apa kamu ingin kamu memperingatkan Nova agar menjauh dari Yasmin? Brian, pernahkah kamu memikirkan berapa banyak hal berengsek yang telah kamu lakukan?""Kamu selalu mengikuti Nova selama ini. Kamu menghancurkan hubungannya den
Pemandangan yang familier.Ketika ibunya didorong oleh Gary, pengacara Gary juga menunjukkan surat diagnosis kesehatan mental pada saat-saat terakhir.Nabila tentu saja mengetahui hal ini.Nabila langsung marah, "Ini sama saja dengan situasi Gary saat itu? Benar saja, bajingan memang tetap saja bajingan!"Saat reporter di lokasi kejadian melihat surat diagonis kesehatan mental milik Yasmin, mereka langsung kaget.Apa Yasmin mengalami sakit jiwa?Gugatan hari ini sangat heboh.Di ruang tunggu, Nova tidak pernah menjawab.Sudut bibirnya menegang dan melihat pemandangan di layar dengan emosi.Sekarang, pikirannya sangat kacau.Bukankah adegan ini terlalu kebetulan?Brian melihat kejadian ini dengan ekspresi serius.Nabila sedikit cemas dan berkata, "Bagaimana ini? Dia tidak akan dibebaskan seperti Gary saat itu, 'kan?"Nova cemberut lalu berkata, "Aku percaya Pak Michael."Michael melihat surat yang diambil pihak lain dan tiba-tiba tertawa."Apa terdakwa benar-benar sakit jiwa?"Pengacara
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo