Nova mengakhiri panggilan Nabila, lalu melihat dokumen panti jompo.Lingkungan panti jompo memang bagus seperti yang Nabila katakan.Satu-satu hal yang membuat dia kepala besar adalah biaya medis.Nova menghela napas ringan.Baru saja menyimpan dokumen, dia langsung menerima panggilan dari Brian."Kontrak nggak bermasalah. Bu Nova ikut aku melakukan perjalanan bisnis. Nanti kita terbang ke Kota Bers, aku tunggu kamu di lantai atas."Nova tiba-tiba tertegun. "Pak Brian, bukannya selama ini Sekretaris Umum yang menemani Anda dalam perjalanan bisnis?"Brian tersenyum tipis. "Aku mau Bu Nova yang menemaniku, boleh, 'kan?"Nova tidak tahu apa yang harus dikatakan.Brian adalah bos Nova, tentu saja harus mematuhi perintahnya.Nova terdiam beberapa lama. "Aku masih banyak urusan, Pak Brian ....""Kasus ini adalah kasusmu, jadi kamu juga menguasai situasi. Nova, ini memang kewajibanmu."Nova mengerutkan kening. "Aku masih belum mengemas koper."Melalui telepon, jelas pria ini sudah kehilangan
Namun, hanya sesaat dia melepaskan gagasan itu lagi.Dia sekarang sangat yakin bahwa dirinya tidak suka Nova yang memberontak.Perlawanan diam-diam, tapi sangat kuat.Setiap sikap asing Nova membuatnya sangat kesalHal itu membuat Brian ingin mematahkan sayap wanita itu dan memaksanya untuk patuh serta bergantung padanya.Namun, pada akhirnya, dia tetap menahannya.Tidak perlu.Hanya sepasang kekasih saja, yang terpenting Nova akan selalu di sisinya.Yang lain sebenarnya tidak diperlukan.Namun, masih harus melampiaskan rasa kesal ini.Dia mengangkat dagu Nova sambil merendahkan."Inilah yang harus dilakukan Bu Nova. Kalau nggak bisa melakukan hal ini, Bu Nova nggak akan pantas mendapatkan uangnya."Ekspresi Brian acuh tak acuh, tidak ada keinginan di matanya, tapi ada sedikit kemarahan.Nova sebenarnya mengerti kenapa dia marah.Pria ini tidak mencintainya atau ingin menjauhkannya.Sama seperti sikap posesifnya yang tidak masuk akal.Namun, Nova sendiri ... hanya tidak ingin membiarka
Bibir Nova yang agak dingin jatuh ke bibirnya.Jakun Brian bergulir ke atas dan ke bawah dua kali, memegang bagian belakang leher Nova dan meremasnya dengan kuat.Saat berbicara, suaranya sudah agak serak."Bu Nova, apa menurutmu ciuman saja sudah cukup?"Brian mengusap bagian belakang lehernya dan berkata, "Lanjutkan."Nova mengerutkan kening. "Pak Brian, kita masih harus datang ke pesta."Brian memandangnya dengan alis terangkat dan tertawa. "Kalau begitu, lanjutkan nanti saja."Setelah mengatakan itu, Brian mengeluarkan selendang dan memakaikannya pada Nova. "Ayo pergi."...Makan malam diadakan di sebuah vila, sepertinya ini adalah pesta makan pribadi.Brian membawa Nova masuk dan disambut oleh seseorang.Orang itu adalah pria berusia tiga puluhan."Brian, kamu terlambat!" ucap pria itu sambil tersenyum.Begitu pria itu mengatakan itu, mata semua orang tertuju padanya.Namanya Brian, ke mana pun Brian pergi, semua orang akan memperhatikannya.Nova memegang lengannya dan menerima ta
Brian sedikit mengerutkan kening dan Michael tersenyum pahit."Aku juga punya kakak yang dua puluh tahun lebih tua dariku, tapi dia menghilang saat aku masih kecil. Orang tuaku selalu memikirkannya, terutama ibuku."Saat berbicara, Michael mengeluarkan ponselnya dan mengklik sebuah foto.Wanita di foto itu sangat cantik, dengan senyuman yang lembut.Brian sedikit mengerutkan kening.Entah kenapa, dia juga merasa orang-orang di foto itu terlihat familier.Namun, setelah memikirkannya masih tidak tahu di mana melihatnya"Sudah berapa tahun menghilangnya?""Sudah dua puluh delapan tahun."Jika bukan karena fotonya, Michael tidak akan bisa mengingat seperti apa rupa kakaknya.Brian sedikit menyipitkan matanya dan berkata, "Aku akan meminta orang untuk mencarinya.""Terima kasih." Michael menepuk pundaknya.Nova tidak bisa makan lagi setelah dua buah makanan ringan.Ruang pesta agak pengap, jadi Nova berdiri dan berjalan ke teras.Angin dingin membuat orang merasa agak kedinginan dan Nova t
Bibir Nova menegang. "Pak Brian, kamu terlalu banyak berpikir."Nova benar-benar tidak mengira Rudy berniat tidur dengannya, mungkin hanya untuk memulai percakapan.Brian tidak menjawab.Ekspresinya biasa saja.Namun, setelah mengikutinya selama tiga tahun, Nova hanya bisa melihat sekilas bahwa suasana hatinya sedang tidak baik.Brian tidak pernah membiarkan Nova melepaskan pelukannya.Brian punya status yang mulia, pada kesempatan seperti itu, tidak dapat dihindari bahwa orang-orang akan datang dan bersulang untuknya.Namun, Brian agak tidak tertarik.Melihat anggur yang diserahkan padanya, Brian tertawa."Bu Nova, bantu aku meminumnya."Nova tiba-tiba mengerutkan kening.Dia tidak mau minum, apalagi sekarang sedang menstruasi."Pak Brian, aku nggak mau minum."Brian hanya menatapnya dan tidak berkata apa-apa.Nova menatapnya dan tersenyum pahit, Brian kali ini benar-benar marah.Pada akhirnya, Nova menyerah.Nova menggertakkan gigi dan mengambil anggur yang diberikan padanya.Dengan
"Aku bisa jalan!" kata Nova.Brian tidak mengucapkan sepatah kata pun dan langsung membawanya kembali ke kamar.Setelah kembali ke kamar, Nova langsung masuk ke kamar mandi.Setelah keluar, Brian memesan layanan kamar.Nova melihat makanannya dan tidak nafsu makan sama sekali.Brian mengangkat alisnya. "Nggak mau makan?"Nova menjawab, "Nggak nafsu makan."Brian mengangguk dan menelepon lagi.Tak lama kemudian, pihak hotel kembali membawakan bubur sarang burung dan dua buah bakpao kacang merah."Ini sudah malam, jangan makan terlalu banyak yang manis-manis."Nova terdiam beberapa saat dan berkata, "Terima kasih."Setelah makan, Nova berbaring dan tertidur.Mungkin karena alkohol, Nova tidur nyenyak.Keesokan harinya, samar-samar dia merasakan Brian mencium bibirnya."Tunggu di hotel sampai aku pulang."Nova tahu bahwa Brian tidak akan mengizinkannya pergi ke upacara penandatanganan.Nova membuka matanya dan bertemu dengan tatapannya."Aku ingin jalan-jalan."Brian sedikit mengerutkan k
Saraf Nova langsung tegang.Nova memandang Brian dan berusaha tampil sealami mungkin. "Aku ingin melihat-lihat beberapa panti jompo kelas atas dan membuat rencana untuk masa depan ibuku."Brian menatapnya dengan serius, seolah ingin membaca sesuatu dari ekspresinya.Nova tidak berani menghindarinya, Brian sangat curiga, Nova pun tidak berani menunjukkan rasa bersalah.Setelah beberapa lama, Brian mengangguk."Bu Nova berencana tinggal di Kota Bers?"Nova terdiam beberapa saat, bahkan setelah mengetahui bahwa panti jompo itu milik Keluarga Selena, Nova sudah berencana tidak akan memakai panti jompo itu.Jika pergi, Nova tidak akan ingin berada di dekat Brian lagi."Mungkin.""Suka Kota Bers?"Nova menggelengkan kepalanya. "Lumayan, tapi bagaimanapun juga Kota Bers adalah ibu kota. Kondisi medis di sini lebih baik daripada di tempat lain."Brian tidak menyangkalnya."Tapi biaya pengobatan di sini jauh lebih tinggi daripada di tempat lain. Bu Nova, kondisi medis di Kota Jimaun juga bagus.
Michael melambaikan tangannya saat melihat mereka berdua."Brian, Nona Nova, kita bertemu lagi."Nova mengangguk dan Michael menarik wanita di belakangnya."Ini tunanganku, Maria, seorang fotografer.""Maria, ini Pak Brian."Saat berbicara, Michael berhenti, lalu menatap Brian dan berkata, "Ini rekannya, Nona Nova."Mata Brian berkedip, tapi tidak mengatakan apa-apa.Maria menyapa mereka berdua dan berhenti berbicara.Sebaliknya, Chelsea yang berdiri di sisi lain, mengeluarkan suara."Aku pikir siapa? Nggak disangka ternyata Nona Nova yang suka menjadi simpanan orang lain."Begitu mengucapkan kata-kata ini, raut wajah semua orang yang hadir menjadi suram.Brian sedikit mengangkat alisnya, tatapan matanya mengeluarkan cahaya yang dingin.Ini pertama kalinya Brian mendengar Nova langsung disebut wanita simpanan.Entah rumor di perusahaan sebelumnya.Atau komentar di Internet.Setelah melihatnya, Brian sebenarnya tidak merasakan apa-apa.Namun, sekarang benar-benar kesal setelah mendengar
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo