Brian menatap Nova seperti sedang melihat orang bodoh."Apakah aku akan meletakkannya di tanganmu jika bukan untukmu?"Pria itu mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Nova saat sedang berbicara, "Apakah terdapat masalah pada otak Bu Nova?"Nova tertawa pelan. "Aku hanya nggak menyangka Pak Brian akan memberi hadiah untukku."Brian menarik kembali tangannya dan berkata dengan santai."Nggak termasuk hadiah, hanya kompensasi."Nova tidak bertanya kompensasi untuk apa.Dia menunduk untuk membuka kotak itu.Nova tertegun sejenak setelah membuka kotak itu.Terdapat sepasang anting di tengah kotak.Dengan berlian sebening kristal yang berkilauan.Nova tiba-tiba teringat dengan anting di acara pelelangan.Dia menatap anting itu lebih lama di layar besar pada saat itu.Anting di depannya sedikit mirip dengan anting di pelelangan.Ternyata apa yang dimaksud kompensasi olehnya adalah kompensasi yang seperti ini.Nova memandang sepasang anting di tangannya.Benar-benar mirip dengan model anti
"Aku akan mengutus orang untuk mengantar makanan setiap hari selama beberapa waktu ini.""Baik."Sebenarnya sama sekali tidak masalah apakah dia akan mengirimkan makanan atau tidak.Meskipun kondisi tubuhnya masih sedikit lemah, itu bukan berarti dia tidak bisa masak.Hanya saja, Nova malas membantah karena Brian sudah berkata seperti ini.Ponsel Nova tiba-tiba berdering saat mereka sudah akan selesai makan.Nova mengeluarkan ponselnya dan melihat bahwa orang yang meneleponnya adalah Alex.Brian juga melihatnya.Raut wajahnya langsung memburuk dalam sekejap.Nova sedang merasa ragu apakah dia harus menjawab panggilannya atau tidak.Brian mengambil saputangan sutra dan menyeka sudut mulutnya dengan anggun.Dia melempar saputangan ke meja setelah selesai menyeka."Bu Nova, nggak mau menjawab panggilan?"Raut wajah pria itu terlihat sangat masam dan juga dipenuhi dengan amarah.Nova menarik napas dalam-dalam dan menjawab panggilannya.Pada dasarnya memang tidak ada apa-apa antara dia deng
Brian tertawa pelan setelah Nova selesai bicara.Penuh dengan hinaan dan cemooh."Apakah Bu Nova merasa dirimu pantas bernegosiasi denganku?"Nova mengangkat matanya untuk bertatapan dengan Brian. "Bukankah Pak Brian yang ingin membicarakan hal ini? Aku kira boleh bernegosiasi."Tatapan Brian tertuju pada daun telinga Nova yang putih dan lembut.Dia jelas-jelas hanya seorang wanita yang lemah dan rapuh, tapi tidak disangka akan bertengkar dengannya demi masalah ini.Muncul amarah di dalam dadanya.Brian meremas pinggang Nova, lalu mendekat untuk menggigit daun telinga Nova.Nova merasakan rasa sakit di telinganya.Kemudian terdengar suara pria itu di samping telinga Nova."Apakah kamu masih ingin membantu Alex oleh karena itu mengatakan persyaratan ini padaku?"Terdengar nada dingin dalam suaranya.Nova tahu bahwa dia sedang marah.Hanya saja dia tetap tidak menyangkal.Dia memang ingin pergi membantu Alex.Bukan karena dia ingin menyesali janji yang telah dibuat dengan Alex.Hanya saj
Nova menatap Brian.Lalu menyerahkan ponselnya padanya.Brian langsung menjawab panggilan.Gary sudah berbicara terlebih dahulu sebelum Brian."Nova, apakah kamu benar-benar ingin wanita tua itu mati?"Brian sedikit menyipitkan matanya dan bertanya setelah beberapa saat berlalu."Gary, apakah kamu tahu aku siapa?"Gary tertegun sejenak."Brian?""Kalau kamu berani mengganggu Nova lagi di masa depan, nggak cuma tangan itu yang akan dilumpuhkan!"Terdapat kekejaman dalam suara pria itu.Setelah itu, dia langsung memutuskan panggilan.Nova mengerutkan keningnya. "Apa maksud dari tangan yang dilumpuhkan?"Brian menatapnya.Tanpa menjelaskan apa-apa.Sebaliknya malah bertanya."Apa yang sebenarnya disukai ibumu dari Gary?"Sudut mulut Nova menegang.Apa yang disukai dari Gary?Mungkin dibutakan oleh penampilan awalnya?Gary memperlakukan Susy dengan sangat baik pada awalnya.Gary tidak memiliki banyak uang pada saat itu, tapi dia akan menjemput Susy setiap hari setelah Gary pulang kerja, la
"Hati-hati di jalan, Pak Brian."Brian mengangkat alisnya.Brian menatap Nova dan menyerahkan dasi di tangannya."Bu Nova, jangan hanya bisa bicara saja."Nova mengambil dasi dan terdiam sejenak, tapi pada akhirnya tetap membantu mengenakannya untuk Brian.Nova ingin menjauh setelah selesai, tapi pinggangnya tiba-tiba ditahan oleh Brian.Mata Brian tertuju pada tulang selangka Nova yang semakin terlihat kurus. "Bu Nova, makanlah yang banyak, kamu terlihat sangat kurus saat ini."Nova mengangguk dengan acuh tak acuh. "Baik."Brian seolah-olah tidak ingin melepaskan Nova, Brian tiba-tiba menundukkan kepalanya saat Nova mengerutkan keningnya dan ingin bertanya apakah masih ada masalah.Kemudian bibirnya yang panas menempeli bibir Nova.Brian membuka bibir Nova dengan paksa dan masuk lebih jauh ke dalam.Brian baru melepaskan Nova saat Nova mulai meronta.Nova terengah-engah karena ciumannya.Brian terkekeh dan menyeka bibir Nova dengan jarinya."Telepon aku kalau ada masalah."Nova menjaw
Stephen berdiri di depan pintu dan terdapat senyuman di wajahnya."Bu Nova, kebetulan sekali."Nova tidak menyangka akan bertemu dengan Stephen di sini.Dia sama sekali tidak ingin berbicara dengan pria ini saat ini."Bukan kebetulan, aku masih ada urusan, aku pergi dulu."Stephen malah menghalangi jalan Nova.Stephen merasa sangat pusing dengan kasus perselisihan akhir-akhir ini, awalnya dia datang ke sini untuk membicara kasus, tapi tidak disangka akan bertemu dengan Nova.Stephen tidak mungkin membiarkan Nova pergi dengan mudah karena sudah bertemu dengannya."Apa maksud Bu Nova? Kamu sedang menghindariku?"Muncul rasa kesal di dalam hati Nova, dia merasa sangat jijik saat bertemu dengan Stephen sekarang.Dia benar-benar tidak paham sebenarnya apa salahnya pada pria ini.Apakah hanya karena Nova tidak menerima tawaran Stephen yang membuatnya terus menerus mempersulitnya?Apakah karena Nova menduduki posisi Yasmin dan dia datang untuk menunjukkan ketidakadilan Yasmin padanya?Tidak p
Semua kesabarannya langsung menghilang pada saat ini."Pak Alex hanya perlu menganggap nggak pernah terjadi apa-apa."Stephen melepaskan tangan Alex dan kembali berjalan ke arah Nova.Alex segera melirik orang-orang di sekitarnya."Lapor polisi."Stephen mencibir. "Pak Alex, apakah kamu masih ingin bekerja di Kota Jimaun?"Alex tersenyum kecil. "Tentu saja ingin, tapi aku nggak mungkin membiarkan hal ini terjadi di tempatku, 'kan?"Stephen mendengus, kapan dia pernah mendapatkan kerugian seperti ini?Apalagi saat Nova menamparnya tadi, semakin dipikirkan semakin Stephen merasa marah.Tidak disangka Nova, seorang wanita jalang, berani menamparnya.Stephen menarik kerah Alex dan berkata, "Aku menyuruhmu untuk menganggap nggak pernah terjadi apa-apa, nggak ngerti?"Ekspresi Alex tidak berubah, dia tetap memandang Stephen dengan tenang."Pak Brian, ada kamera pengawas di dalam ruangan ini."Stephen mencibir dan meninju wajah Alex."Lalu kenapa kalau ada kamera pengawas? Aku akan tetap memu
Pria itu mengenakan jaket abu-abu, tubuhnya sepertinya masih diselimuti dengan angin luar.Pria itu hanya berdiri di sana yang membuat setiap saraf Nova menegang.Otak Nova berdengung.Tidak menyangka Brian akan datang.Jelas-jelas dia menelepon Simon.Selain itu, dia juga tidak yakin apakah Brian mendengar ucapan Alex atau tidak.Alis Alex juga berkerut saat melihat Brian.Benar-benar sangat kebetulan.Sebaliknya Stephen.Dia tersenyum bahagia saat melihat Brian."Brian, sudah dengar belum? Ini sama sekali bukanlah karanganku, Pak Alex benar-benar menunjukkan kehebatannya hari ini sampai berani memukulku demi menolong Nova, Pak Alex bahkan nggak peduli apakah masih bisa bekerja di Kota Jimaun atau nggak demi Bu Nova."Brian menatap Stephen, lalu kembali menatap Nova, kemudian tertawa pelan setelah beberapa saat."Bu Nova memang pandai membuat masalah."Ekspresi Nova sedikit menegang.Brian berjalan mendekat dan menyentuh jejak tangan di leher Nova dengan ujung jarinya yang hangat."Ku
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo