"Nova!"Brian tiba-tiba mencubit dagunya dengan kejam.Nova terdiam.Sebenarnya Brian jarang marah.Kebanyakan waktu, dia tidak menunjukkan kemarahannya.Dia menyembunyikan emosinya di dalam hati dan tidak membenarkan orang lain untuk mengetahuinya.Namun, sekarang tatapannya yang penuh amarah malah membuat Nova agak takut."Aku bercanda." Usai berbicara, dia saling bertatapan dengan Brian dan bertanya, "Menurut Pak Brian, aku sebanding nggak?"Tatapan Brian semakin dingin. "Kalau kamu menawarkan harga ini, lebih baik kamu menunjukkan nilai dari harga ini."Usai berbicara, Brian berdiri. "Setelah selesai kerja, segera pulang."Nova menyunggingkan senyuman. "Baik."Setelah pulang kerja, Nova langsung pulang ke rumah.Rumah itu sebenarnya adalah sebuah apartemen yang dihadiahkan oleh Brian kepadanya saat mereka bersama.Setiap sudut diatur menurut kebahagiaan yang dia rasakan kala itu.Selama ini dia menyebut tempat ini sebagai rumahnya.Rumah mereka berdua.Begitu Nova masuk rumah, dia
"Apa yang terjadi?"Suaranya dingin dan tatapannya terjatuh pada perut Nova.Selama ini Brian paranoid dan sensitif.Nova sangat jelas bahwa mungkin Brian sudah mencurigai dirinya.Nova menundukkan kepala. "Satu hari nggak makan, sehingga perut kurang nyaman."Ekspresi Brian tidak jelas dan mencengkeram belakang lehernya untuk memaksa dia mendongak. "Benar hanya karena perut kurang sehat?"Nova tidak berani mengelak pandangannya. "Benar. Gary mencari masalah padaku seharian, sehingga nggak ada selera makan. Perutku memang kurang sehat, ditambah dengan tadi tiba-tiba makan bubur dengan tergesa-gesa, sehingga mau muntah."Brian menatapnya beberapa lama, lalu mengangguk dengan ragu-ragu. "Besok pergi periksa."Nova mengepalkan jari tangan. "Baik."Dia mengatupkan bibir dan akhirnya tidak sabar mengetesnya."Apa Pak Brian mencurigai aku hamil?"Brian berjalan ke tepi jendela dan menyalakan sebatang rokok.Setelah mengisapnya, dia baru berkata."Selalu lebih baik untuk berhati-hati. Bu Nova
"Nabila, kamu mesti membantuku.""Bantu apa?""Dia mencurigai aku sudah hamil dan besok bakal suruh sekretarisnya bawa aku pergi periksa. Kamu bantu aku cetak selembar pemeriksaan kehamilan yang palsu."Nabila tiba-tiba terbungkam."Nabila?" Nova mengerutkan kening sambil memanggilnya."Ini anak Brian?" Nabila tiba-tiba bertanya.Nova tertegun, karena tidak sangka Nabila bisa menebaknya.Namun, dia tidak perlu menyembunyikannya dari Nabila dan berkata terus terang, "Benar, anak Brian.""Waduh, ternyata benar-benar anaknya! Apa dia telah memaksamu? Dasar pria bajingan, kelihatannya tampan, ternyata nggak bermoral, bahkan memaksamu!"Nova bingung dengan serangkaian kata-kata kasar dari Nabila.Beberapa lama kemudian, dia baru tiba-tiba tersenyum pahit. "Bukan, dia nggak memaksaku."Nabila tiba-tiba berpikiran lain. "Kalau begitu, kamu telah menggodanya?"Nova menarik napas. "Aku telah menjadi simpanannya sejak 3 tahun yang lalu."Nabila tiba-tiba bungkam."Apa perbuatanku ini mengejutkan
Keesokan paginya, sekretaris umum Brian langsung mengetuk pintu rumah Nova.Dia berdiri di depan pintu dengan wajah tersenyum simpul. "Bu Nova, Pak Brian suruh saya bawa Anda pergi periksa.""Baik, maaf telah merepotkan Anda."Tiba di rumah sakit, Nova menghela napas lega setelah melihat Nabila yang berdiri di area pengambilan sampel.Setelah mengambil darah, sekretaris umum itu membawa Nova makan sesuatu."Kata Pak Brian, hari ini Anda boleh istirahat satu hari.""Baik." Nova tidak menolak, karena kebetulan dia ada urusan lain.Setelah berpisah dengan sekretaris umum itu, Nova langsung menuju lokasi sesuai perjanjian untuk menemui Alex."Mau minum apa?"Nova baru saja duduk, Alex langsung bertanya padanya."Air mineral saja."Alex bantu memesan air mineral untuknya.Nova menyesapnya, lalu mulai omong blak-blakan."Sebelumnya kamu bilang butuh bantuanku, apa itu?"Usai berbicara, Nova tersenyum. "Saat itu aku juga nggak menanyakan detail-nya, setelah dipikirkan, apa mungkin kamu mau be
Bisa dikatakan bahwa dia adalah wanita kesukaan baru Brian.Bagaimanapun, Brian tidak akan memberi kesempatan kepada wanita yang tidak diminati untuk mendekati dirinya.Sementara itu, Yenni ini sudah ketiga kalinya.Nova berdiri diam di depan pintu, sedangkan Alex mengangkat alis matanya."Kenapa?"Nova segera tersentak."Bagaimana kalau kita ganti tempat lain saja?"Alex masih belum buka suara langsung ada yang memanggilnya."Bu Nova, kamu juga mau makan di sini ya?"Yenni itu memanggil Nova seperti sedang memamerkan diri.Bibir Nova agak pucat.Dia menoleh ke arahnya dan kebetulan bertatapan dengan Brian.Tatapan Brian sangat mendalam dan tampa emosi sedikit pun.Nova menyapanya dengan keras kepala, "Pak Brian."Brian mengangguk dengan santai.Kemudian, dia mengalihkan pandangan ke Alex.Alex juga sedang menatap Brian.Tuan dari Keluarga Frank ini adalah anak kebanggaan.Hampir setiap bidang di Kota Medin terdapat cerita legendaris dari orang tersebut.Katanya saat Brian berusia 19 t
Kata-kata yang begitu sederhana membuat Nova tidak bisa menolaknya.Nova menoleh ke arah Alex.Dia tersenyum padanya dengan ekspresi maaf.Alex tidak bermasalah.Dia malah senang bisa makan bersama Brian.Mereka berdua mengambil tempat duduk, Yenni langsung menyenggol lengan Nova."Jujur, apa kalian sedang berkencan?"Nova menoleh ke arah Brian secara refleks. Ketika melihat Brian tidak ada reaksi, barulah dia berkata, "Sepertinya ini nggak berhubungan dengan Bu Yenni."Yenni malah tidak marah, hanya menoleh ke arah Brian dengan ekspresi kesal."Brian, kamu sungguh, apa mau mencampuri kencan karyawan? Aku lihat Nona Nova dan bapak ini sangat serasi kok."Usai berbicara, dia melirik Nova dan mengedipkan mata padanya."Bu Nova, kamu nggak perlu takut, memang kenapa kalau pacaran? Memang kenapa kalau berkencan? Meskipun Brian adalah bos-mu, juga nggak berhak mencampuri urusan pribadi karyawan, 'kan?"Nova tersenyum simpul. "Bu Yenni, apa steak pun nggak bisa menyumpal mulutmu?"Yenni sont
Nova tidak naik taksi.Dia berjalan tanpa tujuan menyusuri jalan raya.Sampai mobil yang tidak asing itu muncul di depannya.Kaca jendela mobil terbuka dan muka Brian muncul di depan Nova."Naik."Nova terdiam sejenak, lalu membuka pintu mobil."Kapan hasil pemeriksaan keluar?""Hari ini pukul 3 sore."Brian mengiakannya dengan santai, lalu terdiam.Nova mengambil inisiatif untuk menjelaskan, "Aku berkonsultasi padanya tentang masalah ayahku."Brian menoleh ke arahnya. "Maka itu, kalian makan bersama?""Hanya sekadar membalas kebaikannya.""Uang ada cara yang termudah untuk membalas kebaikan orang.""Aku nggak ada uang," jawab Nova.Dia menoleh ke arah Brian.Betapa miskinnya Nova, pria ini seharusnya lebih tahu dari siapa pun.Brian memegang setiran mobil dan menyunggingkan senyuman sinis."Dua miliar kemarin sudah habis terpakai dengan begitu cepat? Apa mungkin Bu Nova punya simpanan?""Aku nggak punya!" jelas Nova secara refleks.Brian mendengus dingin.Nova tidak banyak bicara lagi
Nova mengerutkan kening. "Apa ada bilang siapa orangnya?"Cindy menggelengkan kepala."Apa yang harus dilakukan sekarang?"Nova terdiam sejenak. "Biar aku cari Pak Brian."Setelah tiba di ruang kantor Brian, Nova langsung mendengar suara Brian.Sepertinya sedang menelepon dan suaranya tidak pernah selembut ini.Dalam hati Nova tiba-tiba terasa sakit.Dia menarik napas dalam-dalam dan mengatur napas, lalu mengetuk pintu."Masuk."Terdengar suara Brian dari dalam.Nova mendorong pintu masuk."Ya, aku masuk sibuk dulu, kita bicarakan nanti."Brian mengakhiri panggilan, lalu menoleh ke arah Nova. "Ada apa?""Terkait hal endorser produk baru, proposal kami sudah disetujui, kenapa Pak Brian tiba-tiba mengganti orang?"Brian melonggarkan dasi. "Tanpa banyak tanya, Bu Nova juga tahu bahwa hanya perlu melaksanakannya."Raut wajah Nova agak muram.Dia menghabiskan waktu setengah tahun untuk membereskannya, sekarang malah tiba-tiba ditolak oleh pria ini."Kalau begitu, apa Pak Brian bisa kasih ta
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo