Pagi itu Ellen Aquila Perez mengunci pintu teras sambil membawa sebuah koper besar. Dia sudah memesan tiket pesawat secara online melalui aplikasi travelling terkemuka tadi malam. Penerbangan ke Guadalajara, Mexico pukul 09.00 waktu Kansas. Sebuah taksi telah siap menjemput di depan pagar pekarangan townhouse yang asri itu."Apa kopernya ingin ditaruh di bagasi belakang, Nona?" tanya sopir taksi ramah berusia awal tiga puluhan itu kepada Ellen."Yes, please. Terima kasih, Sir!" Ellen menyerahkan koper di tangannya lalu membuka pintu bangku penumpang sebelum naik ke taksi.Taksi bercat kuning itu melaju menuju ke Bandara Kansas. Ellen tak memberi kabar kepergiannya dari kota itu kepada Austin. Dia sudah tidak memerlukan simpati dari siapa pun termasuk si ayah jabang bayinya.Gustavo, sepupunya yang terdekat berjanji akan menjemput Ellen di bandara untuk mengantarkan dia ke rumah kontrakan di Guadalajara yang dicarikan oleh pria itu. Memang tabungan milik Ellen tidak terlalu besar sehin
"Kyaaa!" jerit Celia saat melihat hiu dewasa berenang mendekatinya di Lagoonarium. "Tenang, Baby Girl. Mereka jinak dan terbiasa berinteraksi dengan manusia. Ayo kita berenang ke sana saja, aku ingin melihat butterflyfish, parrotfish, dan jackfish, mereka berenang di balik terumbu karang yang agak dalam!" ajak Morgan lalu memasang kembali masker oksigen ke wajahnya.Pasangan pengantin baru itu berenang dengan perlengkapan selam menuju ke dasar laguna berair jernih yang terang di siang hari. Gugusan terumbu karang berwarna krem hingga coklat dan hitam ditumbuhi anemon laut seperti mie pendek yang bergerak-gerak mengikuti aliran gelombang air. Ikan badut berenang-renang di dekat anemon laut.Celia memberi kode kepada Morgan untuk mengambil foto selfie bersama dengannya. Segera Morgan mengeluarkan kamera khusus untuk di dalam air. Dia merangkul bahu Celia lalu berswafoto di depan terumbu karang. Setelah beberapa jepretan, Morgan melihat sekumpulan parrotfish yang berwarna kehijauan den
"Thank you, Celia. Aku berencana menemui teman Morgan itu siang ini saat istirahat lunch. Bagaimana dengan bulan madu kalian? Pastinya asik sekali, aku jadi iri!" ujar Esmeralda sambil menyetir mobil di lalu lintas jalan Kansas City yang padat. Dia memakai wireless ear phone di telinganya untuk bertelepon."Good luck, Esme. Kuharap kau akan menemukan solusi gangguan ovarium itu. Tentunya mengasikkan, kau harus berkunjung ke Bora Bora suatu hari nanti, pulaunya indah sekali. Sekarang kami sedang menunggu boarding pesawat Air Moana menuju Auckland!" jawab Celia riang. Dia senang hubungannya membaik akhir-akhir ini dengan Esmeralda.Esmeralda melihat papan besar rumah sakit yang dia tuju dari kejauhan lalu berkata, "Aku nyaris sampai di tempat praktik Dokter Jeffrey Norton, talk to you later, Celia. Salam untuk Morgan, bye!""Bye, Esme!" sahut Celia lalu mengakhiri panggilan telepon dengan kakak tirinya. "Kau mendapat salam dari Esme, Hubby. Dia akan menemui Dokter Jeff sebentar lagi!" k
Seusai menemui dokter spesialis Obsgyn di rumah sakit, Esmeralda kembali lagi ke kantornya. Seperti biasa agenda kerjanya sebagai CEO perusahaan grup Richero sangat padat. Sekretarisnya sudah mengiriminya chat mengingatkan beberapa meeting hingga petang nanti."Ohh ... betapa berat hidupku! Sungguh Celia membuatku iri, dia menjalani kehidupannya dengan sangat santai. Nampaknya Morgan akan menculik Celia lebih lama dari izin cuti kantor. Mereka baru meninggalkan Bora Bora hari ini untuk pindah ke NZ, dan entah berapa hari mereka akan melihat sapi Fries Holland di sana!" gerutu Esmeralda sembari menyetir ke arah kembali ke kantor.Dia menelepon Esther, sekretaris pribadinya untuk menyiapkan menu makan siang praktis karena jam istirahatnya tadi digunakan untuk menemui Dokter Jeffrey Norton yang tampan. Sambil menunggu lampu lalu lintas berubah dari merah ke hijau, Esmeralda memeriksa handphone dan tertawa kecil saat menemukan sebuah chat berisi
"Darling please, jangan ceraikan aku! Aku sangat mencintaimu, Esme—" Austin memeluk istrinya yang sudah berganti pakaian kantor bersih nan rapi."Ish ... kau ini, aku sudah berdandan. Jangan kau buat lusuh lagi penampilanku, heran sekali ... kau sendiri seorang CEO, masa tidak paham kalau menemui klien harus dengan penampilan yang representatif?!" omel Esmeralda. Pasalnya, sang suami menempel terus kepadanya.Austin melepaskan kedua lengan kekarnya dari tubuh ramping Esmeralda lalu berkata, "Ya sudah, nanti seusai kerja akan aku jemput untuk mengantarmu pulang ke rumah!""Hmm ... okay. Sampai nanti, Austin!" tukas Esmeralda seraya bergegas keluar terlebih dahulu membawa tas tangannya dari ruang CEO.Esther sudah siap mendampinginya turun ke meeting room di lantai sebelas. Sekretaris Esmeralda itu tidak berkomentar sama sekali melihat pakaian bosnya telah berganti. Bukan rahasia lagi bagin
"Austin, kau langsung pulang saja ke rumah keluarga Robertson. Aku jelas tak akan mau melayanimu malam ini!" ucap Esmeralda setelah mobil Hennesey Venom GT itu berhenti di depan pintu teras kediaman Richero."Esme, maafkan aku kalau perkataanku tadi menyinggung perasaanmu!" Austin menahan tangan Esmeralda yang akan turun dari mobil.Pasangan suami istri itu saling bertukar pandang dalam diam sebelum Esmeralda berbicara, "Besok siang kita diskusikan saat lunch break. Aku akan menghubungi Mister Alfred Dunhill agar menenani kita!""Apa maksudmu, Esme? Untuk apa lawyer ikut berbincang dengan kita?" tanya Austin dengan jantung mencelos. Dia tak mengerti tujuan istrinya.Esmeralda tak ingin bertengkar dengan Austin karena jiwa raganya terlalu lelah setelah berjibaku seharian di kantor. " Sudah ya, aku turun dulu!" tukas wanita bermata hijau bak zamrud itu lalu lekas-lekas keluar dari mobil dan
"Ouch ... pegal sekali punggungku!" keluh Celia ketika turun dari kabin pesawat. Penerbangan yang seharusnya pagi sempat tertunda hingga jelang tengah hari karena angin topan melanda New Zealand.Alhasil, Celia dan Morgan harus terlunta-lunta menunggu di Bandara Bora Bora selama tiga jam lebih. Baru setelah mengobrol dengan Esmeralda via telepon, panggilan boarding itu terdengar.Morgan pun menyahut seraya berjalan merangkul bahu istrinya, "Nanti sesampai di hotel akan kupijat punggungmu, Baby Girl. Sabar ya!"Para pengawal Morgan membantu mengambil koper mereka di bagian klaim barang kargo pesawat. Sementara itu Celia dan Morgan melihat-lihat toko souvenir di Bandara Auckland. Barang-barang brand internasional terpajang di outlet resmi yang berjejer di bandara, toko barang oleh-oleh makanan dan kerajinan tangan turut menyemarakkan deretan area window shopping."Aku ingin membeli topi ber
Vonis hukuman untuk Emilia Pilscher karena dalam kasus tersebut tidak menimbulkan kerugian materi maupun menghilangkan nyawa siapa pun mendapat keringanan dari hakim negara bagian Kansas. Akan tetapi, pengacara handal keluarga Richero tetap bersikeras adanya hukuman penjara bagi wanita itu dan dikabulkan dengan beberapa bulan masa pidana. Leonardo Chavez memprotes keputusan hakim yang menilai bahwa Emilia Pilscher bukan penjahat berbahaya. Sementara untuk kasus penembakan atas Morgan di rumah sakit yang menimbulkan cedera di bagian punggung korban, kesalahan dijatuhkan kepada Hugo Clarke. Vonis pidana selama dua tahun di Penjara Federal Kansas City, Missouri. Pengacara yang disewa jasanya mewakili Morgan tidak melancarkan keberatan apa pun.Seusai proses hukum Emilia dan kaki tangannya diakhiri dengan pembacaan vonis di persidangan. Keduanya digelandang naik mobil khusus tahanan polisi. Mereka akan dijebloskan ke sel penjara selama masa pidana yang ditentukan hakim. Tuan Arnold Rich
Suara sirine ambulans meraung-raung memasuki halaman depan rumah sakit. Mobil itu berhenti di depan poli IGD dan segera disambut beberapa tenaga paramedis.Dokter Alan Bowmann, presdir rumah sakit terkemuka di Kansas City baru saja akan memasuki mobil sedannya yang diparkir di tempat khusus dekat pintu masuk poli IGD. Dia mengurungkan niatnya pulang awal sore itu dan bergegas memeriksa kasus gawat darurat apa yang dialami pasien baru tersebut."Hahh, kau—Emilia Pilscher?!" Matanya melebar melihat wajah rusak terbakar zat kimia itu. Dokter Alan masih bisa mengenali sepasang mata hijau zamrud yang meminta tolong di hadapannya.Perawat poli IGD bertanya ke Dokter Alan Bowmann, "Dok, apa Anda mengenal pasien?""Dia pasienku beberapa hari yang lalu. Biarkan aku saja yang memeriksa kondisi Emilia!" seru panik dokter spesialis penyakit dalam itu seraya menyusul paramedis yang mendorong brankar masuk ke poli IGD.Segera Dokter Alan mengenakan kembali jas kerja warna putih miliknya lalu memeri
"Kondisimu sudah pulih seperti sedia kala, Emilia. Siang ini mobil dari penjara akan menjemputmu. Kuharap tak ada cedera berbahaya lagi yang akan kau terima di dalam rumah tahanan!" ujar Dokter Alan Bowmann ketika dia melakukan pemeriksaan untuk terakhir kalinya atas diri Emilia Pilscher.Wanita itu mengangguk ragu-ragu. "Semoga segalanya akan baik-baik saja sekembalinya aku ke penjara, Dok. Terima kasih telah menyelamatkan nyawaku kemarin!" balas Emilia. Dokter yang merawatnya itu berusia kisaran kepala empat, tebaknya. Masih terlihat awet muda dan mempesona."Jaga dirimu, Nona!" ucap Dokter Alan sebelum meninggalkan Emilia sendirian di ruang perawatan rumah sakit. Aura dingin dokter itu terasa kuat, Emilia pun hanya bisa terpaku menatap kepergiannya tanpa kata. Satu hal yang memenuhi benaknya saat ini justru cekaman ketakutan kembali ke sarang macan. Wanita-wanita pembencinya bertambah ganas saja semenjak John Barlow dipindahkan dari penjara Kansas City.Tepat tengah hari beberapa
"Emmy ... Emmy!" panggil Lily dengan suara panik. Dia menghampiri tempat Emilia membersihkan rumput halaman luar penjara."Ada apa, Lily?" tanya Emilia dengan alis berkerut penasaran menatap teman dekat satu sel tahanannya itu."Apa kau sudah mendengar bahwa John Barlow dipindahkan dari penjara ini ke Rikers Island?" tanya Lily dengan mata membulat penuh antisipasi.Kepala Emilia menggeleng dengan wajah cemas. Dia kuatir setelah kepergian John, dirinya akan kembali mengalami penganiayaan di dalam penjara wanita. "Lily, ini mengerikan. Kuharap kau tidak akan meninggalkan aku juga!" cicitnya.Dengan helaan napas berat Lily merangkul bahu Emilia. Mereka memang sangat dekat bertiga dengan Anne saja karena Zelda berubah memusuhi Emilia dan lebih banyak menyendiri dalam sel tahanan.Belum juga mereka berdua berbicara lebih banyak, Katlin Rookie dan Alma Alvarez membawa kroco-kroconya mendatangi Emilia."Hey, Wanita Jalang! Sekarang malaikat pelindungmu telah pergi, siapa yang akan membelamu
"Kate, aku masih dendam kepada Emilia Pilscher! Apa kau ada ide cemerlang untuk membalas dengan telak semua perlakuan buruk dari Don Barlow karena pengeroyokan Emilia tempo hari?" ujar Alma Alvarez di kebun belakang penjara saat jam bebas.Katlin Rookie yang mengalami berkali-kali perlakuan buruk dari mantan kekasihnya sekaligus penguasa prodeo Kansas City itu menatap ke pintu terowongan rahasia yang bermuara ke back yard rumah John."Hmm ... kau lihat pintu besi yang selalu terkunci rapat itu, Alma?" ucapnya menunjuk ke satu titik. Kepala wanita berambut hitam kumal karena jarang dicuci tersebut menoleh dengan alis terangkat sebelah. "Yap, kenapa?" sahut Alma."Don Barlow sering keluar masuk penjara ke dunia luar dari pintu itu. Kalau kau bisa membujuk sipir atau petinggi penjara untuk menciduk pria itu saat di luar, maka riwayatnya di penjara ini akan tamat. Kemungkinan besar John akan dipindah ke penjara lain dengan sistem keamanan yang lebih ketat. Dan ... itu hukuman yang paling
"Laut Aegea di bawah sana begitu biru, Jeff. Aku tak sabar untuk segera menginjakkan kakiku ke Bandara Thira!" seru Esmeralda sembari memandangi lautan dengan sebentuk daratan yang tak lain adalah negara Yunani.Jeffrey Norton ikut tersenyum senang mendengar antusiasme Esmeralda. Mereka memang melewatkan Italia dan langsung terbang ke Santorini, Yunani. Dia tidak keberatan asalkan istrinya bahagia. "Aku sudah melakukan reservasi villa mewah yang pemandangan kamarnya langsung ke Kaldera dan Laut Aegea, Esme. Kau pasti sangat menyukainya!" ujar Jeff. Esmeralda mengangguk-angguk penuh semangat. Booklet wisata di Santorini yang dia miliki di kamarnya di kediaman Richero kini bisa didatangi bersama pria istimewa yang tercinta. Tak sampai setengah jam pesawat Ryan Air yang mereka tumpangi mendarat dengan mulus di landasan Bandara Thira. Pramugari memberi arahan untuk penumpang turun satu per satu dengan tertib. Jeff mengambil koper bersama Esmeralda di kargo pengambilan barang penumpang
"Taman bunga Keukenhoff ini sangat luas, Jeff. Apa dulu kau sering berkunjung ke mari?" tanya Esmeralda sembari berjalan-jalan di antara rumpun bunga tulip beraneka warna. Memang tidak semua tanaman berbunga karena bukan musim semi saat ini."Tidak sering, aku banyak berada di Swiss dibanding berkunjung ke Belanda!" jawab Jeffrey Norton. Dia berjongkok lalu memetik beberapa tangkai bunga tulip berwarna ungu yang menurutnya tidak biasa ditemui. Dia mengikat beberapa bunga hasil perburuannya lalu menyerahkan ke Esmeralda sembari berlutut, "Untuk Ratuku yang paling mempesona!" Esmeralda tersenyum dengan rona merah muda di wajahnya. "Terima kasih, Jeff. Kau pria yang sangat manis! Bunga tulip ungu baru sekali aku melihatnya, apa benar boleh dipetik?" ujarnya."Taman bunga ini salah satu taman terluas di dunia. Tidak masalah bila memetik beberapa tangkai bunga nasional Belanda ini, Darling. Ayo kita lanjutkan jalan-jalannya!" ajak Jeff, dia menghirup udara segar di pagi hari menjelang sia
"Hello, Celia. Apa sudah siap pulang ke rumah?" Morgan melangkah masuk ke ruang kerja istrinya. Di luar kaca jendela ruangan vice CEO, langit mulai gelap.Celia merapikan barang pribadinya ke tas kerja lalu bangkit dari kursi. Dia menerima pelukan dan ciuman Morgan. "Hai, Hubby. Iya, hari yang melelahkan!" jawabnya lalu melangkah meninggalkan ruangan kantor menuju lift sembari menggandeng lengan suaminya.Karena Celia tidak menyinggung tentang acara memasak live show tadi pagi, Morgan lega. Dia lalu berbicara di dalam lift yang melaju turun, "Baby, kalau kita diminta dalam satu frame acara live show cooking, apa kamu bersedia?" Awalnya Celia mengerutkan keningnya, dia seolah-olah tak percaya lalu bertanya, "Apa kamu serius atau sekadar bercanda, Morgan?" "Serius, produser acara stasiun TV K-Star tadi meminta langsung kepadaku untuk mengajak serta kamu dalam acara memasak yang biasanya!" jawab Morgan lalu melangkah keluar di lantai lobi ketika lift terbuka pintunya."Baiklah, kenapa
"Pagi ini kita kedatangan tamu yaitu Annabella Stewart, please welcome!" seru Morgan sebagai host acara memasak di stasiun TV lokal K-Star. Seorang penyanyi asal Kansas City yang sedang naik daun dan lagu-lagunya menjadi top hits playlist radio itu memasuki studio sembari melambaikan tangan. Wanita berusia 27 tahun itu berjabat tangan dengan Chef Morgan dan mengecup pipi pria tampan bermata biru tersebut.Sedikit terkejut, tetapi Morgan berusaha menanggapi dengan biasa saja. "Jadi di kesempatan kali ini Bella akan menemaniku memasak Salmon Creamy Sauce with Potatoes and Asparagus dengan karbohidrat berupa Spagetti Aglio Olio. Mari kita mulai saja!" tutur Morgan memandu acara memasak yang menjadi top rating live show beberapa minggu terakhir ini di Kansas.Annabella pun menyahut, "Apa yang bisa saya bantu, Chef Morgan yang tampan?" "Apa kamu bisa memotong batang keras asparagus ini, Bella?" tanya Morgan mencoba memberi tugas yang menurutny mudah."Okay, akan kulakukan!" sahut Annabel
Seusai sarapan pagi di ruang makan yang hidangannya disiapkan oleh koki pegawai villa tersebut. Jeff dan Esmeralda memanggil taksi untuk mengantarkan mereka ke Chateau de Chillon. Obyek wisata bersejarah di Swiss yang berupa kastil bangsawan dengan tiga periode kepemilikan. Yang pertama adalah era Savoy pada abad 12 sampai 16 dengan kepemimpinan Counts of Savoy. Disusul era Bernese dan Vaudois.Pemandangan langsung di tepi Danau Jenewa membuat wisatawan yang mencari ketenangan dan melakukan refreshing menikmati kunjungan ke kastil kuno tersebut. Lokasinya yang berada di antara jalur menuju Pegunungan Alpen menjadikan tempat itu sayang untuk dilewatkan.Jeff membantu Esmeralda menapaki tangga batu melingkar di Chateau de Chillon. Ada banyak ruangan yang menyiratkan kejayaan era bangsawan dan menara tinggi di sudut-sudut kastil. Penjara bekas peninggalan Savoy pun masih bisa dilihat. Dari jendela menara tinggi yang terbuka, mereka memandangi Danau Jenewa yang terbentang luas dan latar b