"Kyaaa!" jerit Celia saat melihat hiu dewasa berenang mendekatinya di Lagoonarium. "Tenang, Baby Girl. Mereka jinak dan terbiasa berinteraksi dengan manusia. Ayo kita berenang ke sana saja, aku ingin melihat butterflyfish, parrotfish, dan jackfish, mereka berenang di balik terumbu karang yang agak dalam!" ajak Morgan lalu memasang kembali masker oksigen ke wajahnya.Pasangan pengantin baru itu berenang dengan perlengkapan selam menuju ke dasar laguna berair jernih yang terang di siang hari. Gugusan terumbu karang berwarna krem hingga coklat dan hitam ditumbuhi anemon laut seperti mie pendek yang bergerak-gerak mengikuti aliran gelombang air. Ikan badut berenang-renang di dekat anemon laut.Celia memberi kode kepada Morgan untuk mengambil foto selfie bersama dengannya. Segera Morgan mengeluarkan kamera khusus untuk di dalam air. Dia merangkul bahu Celia lalu berswafoto di depan terumbu karang. Setelah beberapa jepretan, Morgan melihat sekumpulan parrotfish yang berwarna kehijauan den
"Thank you, Celia. Aku berencana menemui teman Morgan itu siang ini saat istirahat lunch. Bagaimana dengan bulan madu kalian? Pastinya asik sekali, aku jadi iri!" ujar Esmeralda sambil menyetir mobil di lalu lintas jalan Kansas City yang padat. Dia memakai wireless ear phone di telinganya untuk bertelepon."Good luck, Esme. Kuharap kau akan menemukan solusi gangguan ovarium itu. Tentunya mengasikkan, kau harus berkunjung ke Bora Bora suatu hari nanti, pulaunya indah sekali. Sekarang kami sedang menunggu boarding pesawat Air Moana menuju Auckland!" jawab Celia riang. Dia senang hubungannya membaik akhir-akhir ini dengan Esmeralda.Esmeralda melihat papan besar rumah sakit yang dia tuju dari kejauhan lalu berkata, "Aku nyaris sampai di tempat praktik Dokter Jeffrey Norton, talk to you later, Celia. Salam untuk Morgan, bye!""Bye, Esme!" sahut Celia lalu mengakhiri panggilan telepon dengan kakak tirinya. "Kau mendapat salam dari Esme, Hubby. Dia akan menemui Dokter Jeff sebentar lagi!" k
Seusai menemui dokter spesialis Obsgyn di rumah sakit, Esmeralda kembali lagi ke kantornya. Seperti biasa agenda kerjanya sebagai CEO perusahaan grup Richero sangat padat. Sekretarisnya sudah mengiriminya chat mengingatkan beberapa meeting hingga petang nanti."Ohh ... betapa berat hidupku! Sungguh Celia membuatku iri, dia menjalani kehidupannya dengan sangat santai. Nampaknya Morgan akan menculik Celia lebih lama dari izin cuti kantor. Mereka baru meninggalkan Bora Bora hari ini untuk pindah ke NZ, dan entah berapa hari mereka akan melihat sapi Fries Holland di sana!" gerutu Esmeralda sembari menyetir ke arah kembali ke kantor.Dia menelepon Esther, sekretaris pribadinya untuk menyiapkan menu makan siang praktis karena jam istirahatnya tadi digunakan untuk menemui Dokter Jeffrey Norton yang tampan. Sambil menunggu lampu lalu lintas berubah dari merah ke hijau, Esmeralda memeriksa handphone dan tertawa kecil saat menemukan sebuah chat berisi
"Darling please, jangan ceraikan aku! Aku sangat mencintaimu, Esme—" Austin memeluk istrinya yang sudah berganti pakaian kantor bersih nan rapi."Ish ... kau ini, aku sudah berdandan. Jangan kau buat lusuh lagi penampilanku, heran sekali ... kau sendiri seorang CEO, masa tidak paham kalau menemui klien harus dengan penampilan yang representatif?!" omel Esmeralda. Pasalnya, sang suami menempel terus kepadanya.Austin melepaskan kedua lengan kekarnya dari tubuh ramping Esmeralda lalu berkata, "Ya sudah, nanti seusai kerja akan aku jemput untuk mengantarmu pulang ke rumah!""Hmm ... okay. Sampai nanti, Austin!" tukas Esmeralda seraya bergegas keluar terlebih dahulu membawa tas tangannya dari ruang CEO.Esther sudah siap mendampinginya turun ke meeting room di lantai sebelas. Sekretaris Esmeralda itu tidak berkomentar sama sekali melihat pakaian bosnya telah berganti. Bukan rahasia lagi bagin
"Austin, kau langsung pulang saja ke rumah keluarga Robertson. Aku jelas tak akan mau melayanimu malam ini!" ucap Esmeralda setelah mobil Hennesey Venom GT itu berhenti di depan pintu teras kediaman Richero."Esme, maafkan aku kalau perkataanku tadi menyinggung perasaanmu!" Austin menahan tangan Esmeralda yang akan turun dari mobil.Pasangan suami istri itu saling bertukar pandang dalam diam sebelum Esmeralda berbicara, "Besok siang kita diskusikan saat lunch break. Aku akan menghubungi Mister Alfred Dunhill agar menenani kita!""Apa maksudmu, Esme? Untuk apa lawyer ikut berbincang dengan kita?" tanya Austin dengan jantung mencelos. Dia tak mengerti tujuan istrinya.Esmeralda tak ingin bertengkar dengan Austin karena jiwa raganya terlalu lelah setelah berjibaku seharian di kantor. " Sudah ya, aku turun dulu!" tukas wanita bermata hijau bak zamrud itu lalu lekas-lekas keluar dari mobil dan
"Ouch ... pegal sekali punggungku!" keluh Celia ketika turun dari kabin pesawat. Penerbangan yang seharusnya pagi sempat tertunda hingga jelang tengah hari karena angin topan melanda New Zealand.Alhasil, Celia dan Morgan harus terlunta-lunta menunggu di Bandara Bora Bora selama tiga jam lebih. Baru setelah mengobrol dengan Esmeralda via telepon, panggilan boarding itu terdengar.Morgan pun menyahut seraya berjalan merangkul bahu istrinya, "Nanti sesampai di hotel akan kupijat punggungmu, Baby Girl. Sabar ya!"Para pengawal Morgan membantu mengambil koper mereka di bagian klaim barang kargo pesawat. Sementara itu Celia dan Morgan melihat-lihat toko souvenir di Bandara Auckland. Barang-barang brand internasional terpajang di outlet resmi yang berjejer di bandara, toko barang oleh-oleh makanan dan kerajinan tangan turut menyemarakkan deretan area window shopping."Aku ingin membeli topi ber
Vonis hukuman untuk Emilia Pilscher karena dalam kasus tersebut tidak menimbulkan kerugian materi maupun menghilangkan nyawa siapa pun mendapat keringanan dari hakim negara bagian Kansas. Akan tetapi, pengacara handal keluarga Richero tetap bersikeras adanya hukuman penjara bagi wanita itu dan dikabulkan dengan beberapa bulan masa pidana. Leonardo Chavez memprotes keputusan hakim yang menilai bahwa Emilia Pilscher bukan penjahat berbahaya. Sementara untuk kasus penembakan atas Morgan di rumah sakit yang menimbulkan cedera di bagian punggung korban, kesalahan dijatuhkan kepada Hugo Clarke. Vonis pidana selama dua tahun di Penjara Federal Kansas City, Missouri. Pengacara yang disewa jasanya mewakili Morgan tidak melancarkan keberatan apa pun.Seusai proses hukum Emilia dan kaki tangannya diakhiri dengan pembacaan vonis di persidangan. Keduanya digelandang naik mobil khusus tahanan polisi. Mereka akan dijebloskan ke sel penjara selama masa pidana yang ditentukan hakim. Tuan Arnold Rich
Pagi itu Esmeralda berangkat ke pusat kebugaran dengan menyetir mobil sendirian. Di tas jinjingnya, dia membawa pakaian kantor dan alat mandi serta beberapa kosmetik di sebuah make up pouch. Dia sengaja tak memberi tahu Austin tentang kepergiannya melakukan senam yoga sesuai rekomendasi Dokter Jeffrey Norton tadi malam.Handphone miliknya dalam mode silent, dia tak ingin ada gangguan saat menjalani senam yoga perdana. Sesampainya di parking lot, Esmeralda memilih sebuah tempat yang masih kosong untuk mobilnya lalu bergegas turun dari kendaraan.Sesosok pria berjalan memasuki gedung tiga lantai bertuliskan Callis Body Shape berukuran raksasa dengan simbol siluet tubuh ramping estetik warna biru muda dan pink. Esmeralda seperti mengenali pria tersebut dari belakang. Dia pun segera mengejarnya dan berseru, "Morning, Dok!"Dokter Jeffrey Norton membalik badan dan mengulas senyuman ramah. "Good day, Esmeralda. Senang me
"Ckiiiittt!" Suara ban mobil menggasak aspal karena rem cakram diinjak terdengar nyaring."Ada apa, Mister Welson?" tanya Esmeralda terkejut karena tubuhnya terpelanting ke depan."Sebuah mobil mencegat kita, Nyonya Esme!" jawab sopir keluarga Richero dengan detak jantung bertalu-talu dalam rongga dadanya.Tanpa sempat menyelamatkan diri, pintu penumpang dibuka paksa dan Esmeralda ditarik tangannya keluar dari mobil. "Ikut kami dan jangan melawan, atau kau akan mati!" teriak kasar seorang pria bertopeng lalu dia menggelandang masuk wanita cantik itu agar naik ke mobil minivan hitam tanpa plat nomor kendaraan.Rekan pria itu tadi memukuli sopir keluarga Richero hingga tak sadarkan diri di samping mobil yang mesinnya masih menyala. Gerombolan penculik tadi segera tancap gas membawa Esmeralda menuju ke sebuah gudang tua di pinggiran Kansas City yang berdekatan dengan alur Sungai Missouri. "Siapa kalian dan apa yang kalian inginkan, hahh?!" hardik Esmeralda galak. Dia tak menyangka sepul
"Tim, mungkin kami baru akan kembali ke rumahmu menjelang pagi. Jangan cemas aku membawa lari mobilmu ya. HAHAHA!" canda Morgan saat berpamitan dengan pasangan suami istri Buchanan di depan teras."Kau ini—aku juga pernah muda, Morgan. Kalian pakai saja mobil itu sampai puas menikmati panorama Aurora Australis mumpung berkunjung ke Selandia Baru!" sahut Tim Buchanan.Melanie memeluk cium Celia sebelum berangkat seolah-olah kedua wanita cantik itu kakak beradik. Mereka berdua cepat sekali akrab setelah beberapa hari Celia tinggal di peternakan."Celia, aku membawakan sedikit bekal makanan dan minuman untuk di perjalanan. Daerah untuk melihat Aurora Australis jauh dari pemukiman penduduk karena biasanya memang di atas danau dan pegunungan di Tekapo atau di Distrik MacKenzie sisi selatan Canterbury!" ujar Mel yang sudah sering bepergian bersama keluarga kecilnya untuk berkemah dan melihat fenomena langit bak sel
Celia begitu antusias menjalani travelling hari keempat di New Zealand, dia dan Morgan telah bertolak dari Auckland menuju ke daerah pedesaan Canterbury untuk menikmati pemandangan alam serta suasana di peternakan.Kolega Morgan di sana ada yang berprofesi sebagai farmer, Tim Buchanan memiliki peternakan sapi perah Fries Holland yang berwarna hitam putih bulunya, domba Merlino, dan beberapa kuda ras Thoroughbred impor. Pasangan yang sedang berbulan madu itu disambut hangat oleh Tim dan dipersilakan menginap di rumahnya selama berkunjung di sana."Celia ini penunggang kuda yang bagus, Tim. Dahulu sewaktu masih berkuliah, dia atlet tunggang serasi. Apa boleh kami meminjam seekor kuda jantan untuk ditunggangi menjelajah sekitar sini?" ujar Morgan. Dia tak sabar untuk membawa istrinya menjelajahi bentang alam yang memukau."Ohh, tentu saja ada. Bagaimana kalau kupinjamkan sepasang kuda saja untuk kalian? Kalau ditungga
"Morgan, ada kabar mengejutkan dari Kansas!" ujar Celia seusai suaminya keluar dari kamar mandi dengan berlilitkan handuk setengah basah di pinggul.Alis Morgan berkerut penasaran ada apa gerangan. "Katakan saja, Celia. Aku tak akan terkena serangan jantung mendengar kabar itu!" sahutnya dengan wajah cemas lalu duduk di sebelah istrinya di tepi ranjang."Esme dan Austin akan bercerai. Sidang perceraian pertama mereka akan dilaksanakan besok pagi waktu Kansas," jawab Celia. Dilema antara senang maupun sedih."Hmm ... terus terang aku tidak terlalu menyukai Austin, mantan tunanganmu itu, Celia. Dia terlalu banyak drama, perselingkuhannya dengan wanita lain bisa jadi penyebab keretakan rumah tangga mereka!" Morgan berkomentar jujur sesuai penilaian pribadinya.Celia pun menghela napas lalu memeluk Morgan dari samping. "Aku beruntung gagal menikahi Austin. Tadinya kupikir dia akan langgeng bersama
Celia membuka matanya ketika cahaya mentari pagi menyusup dari kaca jendela balkon. Kamar hotel tempatnya menginap menjadi terang dan dia pun merenggangkan otot-ototnya sambil duduk di atas ranjang. Celia menoleh ke arah suaminya yang masih terlelap di sisinya.Namun, ketika dia ingin beranjak dari tempat tidur, suara Morgan mengejutkannya. "Babe, kau sudah bangun? Mau ke mana?""Hubby, aku ke toilet sebentar ya. Kamu tidurlah lagi kalau masih mengantuk!" jawab Celia lalu beranjak ke arah kamar mandi.Morgan menyusulnya dengan langkah cepat lalu menunggu Celia selesai berkemih. Dia juga sama sesak kencing. "Apa kamu lapar, Darling? Sepertinya sarapan hotel sudah tersedia pukul 07.00, bagaimana kalau kita mencuci muka lalu turun saja?" tawarnya yang segera ditanggapi dengan anggukan oleh Celia.Seperti yang dikatakan oleh Morgan, sarapan untuk tamu hotel telah tersedia lengkap di restoran. Pasan
"TING TONG." Bel pintu unit apartemen Clara Knightley berbunyi, tak lama wanita paruh baya berusia 42 tahun itu membukakan pintu untuk Austin."Hai, Clara. Apa kau sedang menungguku, Babe?" Austin memindai tubuh molek nan sintal yang hanya berbalut lingerie merah semi transparan itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.Tangan wanita itu segera meraih lengan Austin dengan tak sabar agar masuk ke unit apartemen mewahnya. Clara langsung mengunci lagi pintunya. "Kau membuatku menunggu lama, Boy! Apa sudah makan malam?" ucap Clara dengan suara lembut memanja sambil berlenggak-lenggok di depan Austin.Pria muda itu menggeleng lesu. "Aku sedang banyak masalah, tadi orang tuaku memarahiku di rumah!" Dia pun digandeng ke arah meja makan yang penuh sajian lezat menggoda."Temani aku makan malam kalau begitu, Austin. Kebetulan aku terlambat pulang kantor tadi karena menemui beberapa teman di bar. Kami merencana
Menu makan malam yang dipesan Morgan via room service disajikan di meja balkon kamar. Sekali pun angin badai sempat menerjang kota Auckland siang hingga sore tadi, tetapi suasana malam dengan pemandangan arah pelabuhan sayang untuk dilewatkan. Lampu-lampu kapal yang terapung-apung di dermaga beserta lalu lintas maritim menjadi daya tarik tersendiri bagi Morgan dan Celia yang duduk di teras sembari menikmati makanan buatan chef hotel bintang lima itu."Udara masih terasa dingin dan basah ya, Hubby? Aku berharap besok cuaca cerah sehingga liburan kita di New Zealand tidak terganggu. Berapa hari kita akan berada di sini?" ujar Celia sambil menyantap hidangan steak daging sapi jenis Angus yang empuk sekali pun tebal."Sekitar tiga atau empat hari, kita hanya dua malam di hotel ini sebelum berpindah agak ke pedesaan, Baby Girl. Pemandangan alam daerah peternakan lebih memukau dan itu yang terkenal dari New Zealand. Besok kita menjajahi kota
Pagi itu Esmeralda berangkat ke pusat kebugaran dengan menyetir mobil sendirian. Di tas jinjingnya, dia membawa pakaian kantor dan alat mandi serta beberapa kosmetik di sebuah make up pouch. Dia sengaja tak memberi tahu Austin tentang kepergiannya melakukan senam yoga sesuai rekomendasi Dokter Jeffrey Norton tadi malam.Handphone miliknya dalam mode silent, dia tak ingin ada gangguan saat menjalani senam yoga perdana. Sesampainya di parking lot, Esmeralda memilih sebuah tempat yang masih kosong untuk mobilnya lalu bergegas turun dari kendaraan.Sesosok pria berjalan memasuki gedung tiga lantai bertuliskan Callis Body Shape berukuran raksasa dengan simbol siluet tubuh ramping estetik warna biru muda dan pink. Esmeralda seperti mengenali pria tersebut dari belakang. Dia pun segera mengejarnya dan berseru, "Morning, Dok!"Dokter Jeffrey Norton membalik badan dan mengulas senyuman ramah. "Good day, Esmeralda. Senang me
Vonis hukuman untuk Emilia Pilscher karena dalam kasus tersebut tidak menimbulkan kerugian materi maupun menghilangkan nyawa siapa pun mendapat keringanan dari hakim negara bagian Kansas. Akan tetapi, pengacara handal keluarga Richero tetap bersikeras adanya hukuman penjara bagi wanita itu dan dikabulkan dengan beberapa bulan masa pidana. Leonardo Chavez memprotes keputusan hakim yang menilai bahwa Emilia Pilscher bukan penjahat berbahaya. Sementara untuk kasus penembakan atas Morgan di rumah sakit yang menimbulkan cedera di bagian punggung korban, kesalahan dijatuhkan kepada Hugo Clarke. Vonis pidana selama dua tahun di Penjara Federal Kansas City, Missouri. Pengacara yang disewa jasanya mewakili Morgan tidak melancarkan keberatan apa pun.Seusai proses hukum Emilia dan kaki tangannya diakhiri dengan pembacaan vonis di persidangan. Keduanya digelandang naik mobil khusus tahanan polisi. Mereka akan dijebloskan ke sel penjara selama masa pidana yang ditentukan hakim. Tuan Arnold Rich