"Selamat siang, Sir. Ada Mister Adam Hopkins yang ingin bertemu dengan Anda!" lapor Carlos Peron di ruang kantor kediaman Richero.
Tuan Arnold Richero teringat nama pria muda yang sempat menaruh hati kepada Celia dan mencoba meminang putri bungsunya itu belum lama ini. Adam Hopkins berasal dari Kentucky, keluarganya masih termasuk keturunan bangsawan asal Inggris yang membiakkan kuda-kuda ras murni berharga mahal di daerah sekitar Sungai Missisipi.
"Persilakan dia masuk, Carlos!" sahut papa Celia antusias.
Pria berambut cokelat kemerahan seperti warna kayu mahoni itu menghampiri Tuan Arnold dan menjabat tangan dengan senyuman lebar. "Halo, Mister Arnold. Apa kabar?" sapanya sopan.
"Hai, Adam. Senang bertemu lagi denganmu di Kansas. Kabarku ... tidak terlalu baik. Mungkin kau bisa membantu persoalanku. Bagaimana peternakan kudamu di Kentucky?" ujar Tuan Arnold basa-basi. Dia duduk di sofa berhadapan d
Pramusaji kafetaria ice skating rink menghampiri mereka untuk mengirimkan dua gelas hot chocolate dan dua hotdog yang beraroma lezat. Morgan membiarkan Celia menikmati menu sederhana itu dengan tenang dan tak mengganggunya dengan desakan apa pun.Dalam benak chef tampan itu, dia berpikir untuk membaca buku psikologi dari pakarnya mengenai trauma kejiwaan yang melatar belakangi trust issue. Dia ingin memahami dari sisi Celia saat menjalani hubungan baru dengan pria seperti dirinya. Ada perasaan menyesal karena satu malam panas bersama Celia kemarin. Kesan yang ditimbulkan justru Morgan memanfaatkan situasi mabuk Celia sehingga mereka bercinta."Setelah menghabiskan hotdog, aku ingin berseluncur es lagi, Morgan. Kalau kau sibuk, pergi saja duluan. Toh aku bisa pulang sendiri karena menginap di unit condotel di atas!" ujar Celia sengaja menaruh jarak di antara mereka."Aku tak ada kesibukan lain petang ini sampai mala
Seusai berenang pagi di kolam renang indoor yang ada di condotel, Celia segera berjalan-jalan mencari sarapan di gerai penjual makanan di gedung yang sama. Pilihannya jatuh di masakan oriental, Celia masuk ke restoran itu dan bertanya ke waitress berseragam baju cheongsam merah dengan sulaman gambar naga warna emas, "Selamat pagi, Miss. Apa di sini menyediakan menu sarapan untuk orang sakit?""Selamat pagi juga, Miss. Kami menyediakan menu herbal juga. Kalau boleh tahu sakit apa yang diderita orang yang sedang Anda carikan sarapan pagi ini?" jawab waitress bernama Ching Yan itu."Luka yang didapat semalam karena tebasan pisau di lengan. Dokter sudah menjahit lukanya dan sekarang dalam masa penyembuhan!" cerita Celia agar menu yang dia butuhkan sesuai fungsinya."Sup krim dengan daging kepiting dan jagung manis pipil akan cocok untuk orang setelah operasi yang meninggalkan bekas luka jahitan. Bihun goreng dengan Dag
Berhari-hari rutinitas Celia selama tinggal di luar kediaman Richero adalah mengurusi Morgan. Dia bolak-balik dari condotel ke penthouse chef tampan itu untuk mengurusi segalanya terkait pemulihan luka di lengan Morgan.Pasangan itu tetap bertahan dengan hubungan tanpa status sekalipun ketertarikan di antara Morgan dan Celia terlihat jelas satu sama lain. Mereka mengobrol apa saja dan Celia mulai belajar dasar-dasar memasak dari ahlinya dapur.Siang itu Celia sedang mencoba membuat rice bowl chicken katsu homemade dengan saus barbeque di dapur penthouse Morgan. Selangkah demi selangkah dia dipandu oleh chef tampan yang duduk mengawasinya dari island table."Goreng chicken katsunya hingga berwarna golden brown dengan api sedang. Jangan sampai gosong jadi harus dibalik tepat waktu di wajan, Celia!" ujar Morgan seperti tutor privat memasak.Celia tertawa renyah dan menjawab, "Apa asisten dapurmu p
"Morgan—aku takut papa akan marah karena mendengar suara janggalku saat orgasme tadi!" cicit panik Celia. Dia membiarkan Morgan memberinya afterplay setelah percintaan marathon mereka hingga lupa waktu.Kecupan-kecupan bibir yang basah itu di kulit Celia membuatnya meremang. Morgan tersenyum puas, dia terlalu mabuk asmara saat ini dan tak peduli apa yang akan dipikirkan Tuan Arnold tentang putrinya. Kapan saja diminta, dia siap menikahi Celia!"Bagaimana kalau kau katakan ke papamu bahwa sekarang kamu sudah punya kekasih? Dari pada dijodohkan dengan sembarang tuan muda kaya playboy atau duda beranak empat, aku terbukti bisa mengurusimu dengan sangat memuaskan, Celia!" goda Morgan penuh percaya diri.Dia mengangkat tangan kanannya untuk dijadikan tumpuan kepala ketika berbaring di sofa. Celia beringsut menyelinap ke sisi Morgan dan menyandarkan kepalanya di dada bidang chef tampan itu."Ak
"Papa, cobalah dengarkan aku sekali saja! Celia kabur dari pernikahannya dengan Mark dan sudah seminggu lebih tak pulang ke rumah. Malahan Papa dengar sendiri suara janggal itu tadi. Aku tak cukup bodoh untuk berpura-pura tidak tahu sedang apa dia di sana! Makin tak ada akhlak saja si Celia ini!" Esmeralda merepet di ruang keluarga mengkritik papanya yang terlalu memberi kebebasan kepada Celia.Tuan Arnold mengerutkan keningnya dengan hati gelisah. Dia pun pernah muda dan mengalami beberapa petualangan liar bersama wanita-wanita di zamannya. "Esme, sudah dua kali Celia menolak untuk dinikahkan ... dia kabur sebelum mengucap janji suci. Papa memang telah menerima lamaran Adam Hopkins, pria asal Kentucky yang latar belakangnya mengesankan. Akan tetapi, tak ada jaminan Celia akan setuju bila dipaksa!" jawabnya.Mama Celia pun menyahut, "Kita harus buat Celia tidak bisa kabur, Hubby. Sebaiknya jangan beri tahu tentang rencana pernikahan ini kepadanya terlebih dahulu. Dia harus mau ikut ki
"Akhirnya kamu pulang juga, Celia Sayang!" Tuan Arnold Richero menyambut kepulangan putri bungsunya yang bengal itu dengan pelukan hangat. "Apa kabar, Papa? Kuharap kegagalan pernikahanku dan Mark kemarin yang terakhir kalinya. Aku hanya ingin menjalani hari-hariku dengan tenang tanpa terikat dalam sebuah komitmen, Pa!" balas Celia. Dia pantas merasa waswas disuruh pulang karena alasan yang sama; dipaksa menikah.Tuan Arnold Richero berdehem tak nyaman. Alasannya memanggil Celia pulang karena dia akan mengajak putri bungsunya menemui keluarga Hopkins dan Adam. "Papa hanya ingin kamu mendapatkan yang terbaik. Jangan salah mengartikannya, Celia. Memang tentang status Mark yang telah mempunyai empat anak, itu kesalahan fatalku. Sudahlah, kita buka lembaran baru lagi saja. Apa kamu sudah makan siang?" sahut papa Celia seraya merangkulnya menuju ke ruang makan.Sebenarnya Chef Morgan telah memberikan Celia banyak makan sebelum merelakan wanita kesayangannya itu pulang ke rumah. Namun, Cel
Pesawat American Airlines yang membawa keluarga Richero mendarat jelang tengah hari di Bandara Blue Grass, Lexington, Kentucky. Sebenarnya ada enam bandara yang beroperasi secara komersil untuk pesawat umum di Kentucky. Namun, yang terdekat dengan tempat tinggal keluarga Hopkins adalah bandara tersebut.Celia melangkah turun dari kabin pesawat hanya membawa tas selempang saja karena kopernya akan diurusi oleh para pengawal. Selama penerbangan, dia memilih untuk tidur saja. Esmeralda dan Austin berada sederet dengan bangkunya. Dia malas sekali melihat kemesraan mereka."Ke marilah bersama Papa saja, Celia!" panggil Tuan Arnold. Dia melangkah menuju gerbang kedatangan penumpang dan mencari-cari sosok Adam Hopkins yang jangkung dengan badan tegap berotot.Pria muda jelang 30 tahun itu melambaikan tangan dengan wajah penuh senyuman ketika melihat calon istrinya dan calon papa mertuanya. Adam menyambut ramah dengan jabatan ta
"Celia ... jangan memacu Downy terlalu kencang!" seru Adam bernada kuatir. Dia mengejar dengan Shinning Star, kuda betina Thoroughbred berwarna putih di belakang Celia yang menunggangi Don Mazzerano.Namun, Celia menggenggam tali kekang kuda hitam itu dengan kokoh. Dia tahu apa yang dilakukannya. "Tenanglah ini aman!" sahut Celia sembari merundukkan badan rendah ke badan Downy. Kedua tungkai kakinya menjepit bagian perut kuda itu agar tidak terjatuh saat larinya kencang.Angin dari arah Sungai Mississippi berhembus kencang menerbangkan rambut panjang cokelat keemasan yang terurai indah di kepala Celia. Sesaat dia merasa bebas seakan-akan sedang mengendarai angin tanpa beban pikiran apa pun. Ketika mereka nyaris sampai di ujung daratan yang berbatasan dengan tepian sungai berbatu kerikil tajam dan berkarang besar, Celia menarik tali kekang Downy agar mulai melambat dan berhenti.Detak jantung Celia masih terasa kencang di
'Mister Carlos, target sudah mulai melancarkan aksinya. Dua pengawal berhasil dia hasut untuk meninggalkan pos jaga!' ketik Fabio Hernandes di layar ponselnya.Di dalam mobil yang melaju, Carlos membalas pesan anak buahnya, 'Berpura-puralah kalian semua sibuk ke toilet dan tempat lainnya atau tertidur saat berjaga. Setelah penjahat itu beraksi kejutkan dia lalu ringkus. Pastikan barang bukti berupa video agar kuat diserahkan ke pihak kepolisian. Aku sebentar lagi sampai di rumah sakit.'Fabio mengirim pesan ke rekan-rekan pengawal satu regu dengannya. Dia menjelaskan adanya pembunuh bayaran yang menyusup ke skuad pengawal pagi ini dan memberi instruksi sesuai saran Carlos. Selepas kepergian Timothy dan Leonard dari lorong poli ICU depan kamar Tuan Arnold Richero, para pengawal lainnya meminta izin untuk ke toilet dan kantin rumah sakit. Hanya Fabio Hernandes dan Aaron MacKay yang duduk sambil bersedekap mengantuk di bangku tunggu.Hugo Clarke menyeringai puas dengan kesempatan emas y
Setelah pengacara Oliver Darwin berhasil melepaskan kliennya dan Emilia Pilscher dari sel tahanan sementara dengan uang jaminan. Mereka berpisah di depan pintu keluar kantor polisi Kansas City. "Oliver, kuharap istrimu tak akan menganggap peristiwa hari sebagai sesuatu yang serius!" ucap Emilia seraya mengecup pipi notaris tampan itu. "Hmm ..., tak perlu kau pikirkan. Pulang dan beristirahatlah, ini sudah malam!" sahut Oliver dengan senyum tipis lalu dia masuk ke mobil pengacaranya. Sedangkan, Emilia naik taksi ke kediaman Richero.Langit telah menjadi gelap ketika dia sampai di tujuan, Emilia memasuki rumah megah yang menjadi tempat tinggalnya selama 28 tahun terakhir ini. Hubungannya dengan Arnold Richero dan kedua putri beda ibu itu telah melewati banyak cerita. "Madam, Anda sudah pulang!" sapa Hilda dengan sopan sekalipun dia melihat berita Emilia digelandang polisi dari sebuah hotel bersama pasangan selingkuhnya siang jelang sore tadi."Iya, Hilda. Tolong suruh pelayan mengiri
"Aku ada di kamar 8008, Oliver. Apa kau sudah sampai di hotel?" Emilia berganti pakaian dengan bathrobe yang disediakan untuk tamu hotel sambil menelepon.Notaris hidung belang itu menyeberangi lantai lobi hotel yang luas sembari menempelkan ponsel di telinganya. Kaca mata hitam dikenakan oleh Oliver Darwin agar tak ada yang mengenali dia dan menjadi penasaran dengan urusannya."Yes, aku akan naik lift ke lantai delapan. Tunggu aku membunyikan bel, Madam Sayang!" jawab Oliver dengan seringai lebar di wajahnya.Tak lama kemudian bel kamar 8008 berdenting, "TING TONG!" Segera Emilia berlari-lari kecil tanpa alas kaki untuk membukakan pintu. Dia tak hanya butuh bantuan Oliver, tetapi dia juga suka aksi pria perkasa itu di balik pintu kamar hotel yang tertutup.Ketika pintu terayun membuka, Oliver segera menyergap tubuh Emilia seperti layaknya pasangan gelap yang bertemu melepas rindu. Dia menendang pintu hingga menutup rapat kembali dan menciumi bibir, leher, dan dada wanita itu dengan g
"Halo, aku mengerti. Ikuti mereka dulu, Louis. Aku akan meminta beberapa pihak melakukan penggerebekan di hotel!" ujar Carlos Peron. Dia berjalan menuju ke poli ICU karena Tuan Arnold Richero telah dipindahkan dari ruang operasi."Baik, Sir. Akan saya pantau terus Emilia!" jawab Louis. Dia mengendarai sepeda motor pria lalu mengikuti taksi yang membawa Emilia Pilscher menuju ke Hotel Balmont Royal Kansas.Sementara itu Esmeralda yang tadi diusir dari rumah sakit ingin mengadu kepada Austin di kantor suaminya tersebut. Dia berharap pria yang dicintainya akan menghibur kekesalannya. Akan tetapi, Esmeralda justru harus menelan pil pahit siang itu.Langkah ringannya terhenti beberapa meter dari pintu ruang presdir Ultima Exim Technology Company. Logo huruf besar UE itu terukir di kayu Ek berpelitur cokelat tua. Pintu berat tersebut tak sepenuhnya menutup rapat."Aahh ... Austin!" Desahan diikuti su
"Mama, syukurlah Tuan Davidson bisa membebaskan Mama dengan jaminan!" seru Esmeralda menyambut kebebasan Emilia dari sel tahanan sementara.Kasus itu mudah saja ditangani pengacara kawakan sekelas Arthur Davidson karena memang tak ada korban jiwa maupun kerugian secara materi. Pengacara itu langsung berpamitan ke dua wanita tersebut setelah pekerjaannya selesai di kantor polisi.Emilia merasa di atas angin, dia berhasil meracuni pikiran Esmeralda dengan mengadu domba dua bersaudari beda ibu itu. Di dalam mobil yang dikemudikan sopir, Emilia berkata ke Esme, "Papamu sedang menjalani operasi cangkok ginjal saat ini. Celia itu malah sengaja berbuat ulah agar kita terlihat buruk di mata Arnold!" "Huhh, awas saja kalau aku bertemu dengan Celia. Akan kuhajar tanpa ampun dia. Anak haram dari pelakor yang mencelakakan mama kandungku itu tak boleh hidup bahagia!" geram Esmeralda penuh kedengkian. Hatinya telah teracuni semua cerita bohong karangan Emilia sedari kecil."Kita lihat saja nanti,
"TING!" Pintu lift terbuka di lantai tiga di mana ruang operasi berada. Celia melangkah keluar dari lift bersama Carlos Peron. Mereka berbincang ringan mengenai rencana mengadakan pesta penyambutan kepulangan Tuan Arnold Richero pasca operasi. Memang masih lama karena kata Dokter Jarvis untuk monitoring akurat kondisi pemulihan ginjal pasien butuh sekitar sebulan. Beliau menginginkan risiko minimal setelah transplantasi ginjal, terkadang ada efek samping yang tak terduga jikalau pasien tidak mendapat perawatan intensif tim medis di rumah sakit."Aku senang sudah tak ada lagi pernikahan yang dipaksakan kepadaku. Jujur, Uncle Carlos ... aku agak phobia dengan laki-laki. Terutama setelah bertemu yang semacam Joel Falcon dan Davidoff Van Siege, mereka diktator pemaksa!" ujar Celia di lorong menuju bangku tunggu depan ruang operasi."Celia, menikah itu saling melengkapi dengan pasangan yang kita cintai. Dengarkan kata hatimu saja. Tak ada gunanya ketakutan terhadap pernikahan. Uncle tida
"Hey, bangun ... bangun kau, Putri Tidur!" Emilia menepuk-nepuk kasar wajah Celia yang telah dirias cantik."Tante Emmy, jangan terlalu kasar membangunkan Celia. Kasihan dia kesakitan!" sergah Joaqin. Dia memang tak pernah memukul perempuan.Emilia bukannya mendengarkan keponakannya justru semakin keras mencubit lengan Celia. "Jangan tidur terus, Celia. Ckk ... dasar nona muda pemalas!" hardiknya galak."Ukh ... sakit! Hentikan Maa ... ada apa ini? Di mana kita? Kenapa aku memakai gaun pengantin? Serentetan pertanyaan meluncur dari bibir Celia yang dipoles lipstick merah muda glossy."Akhirnya, sadar juga kau, Celia. Pagi ini, aku ingin kau menikah dengan Joaqin. Jangan membantah maupun ingin kabur. Aku tidak segan-segan menyakitimu!" ancam Emilia masih di ruang rias.Kedua wanita perias pengantin itu mengerutkan kening tak senang melihat perlakuan Emilia ke putrinya. Merek
"Klik!" Suara pengunci yang tergeser terdengar pelan dan akhirnya pintu kamar tidur Celia pun terbuka. "Cepat ... gendong dia, Joaqin!" desis Emilia tak bisa bersabar lagi kepada keponakannya yang otaknya lama loading. "Ohh, okay. Langsung di bawa turun ya, Tante Emmy?" tanya Joaqin lagi yang membuat tatapan mata Emilia tajam bak sebilah pedang."Iyaa!!" jawab wanita berhati iblis itu, dongkol.Segera Joaqin mengangkat tubuh ringan Celia ke dadanya lalu membawanya keluar kamar dan menuruni tangga ke lantai bawah. Namun, mereka memang sudah terlambat beraksi sekalipun masih agak gelap."Ada apa dengan nona muda, Joaqin?" tanya Hilda yang baru saja keluar dari kamar tidurnya di kediaman Richero. Karena Joaqin tak dapat menjawab pertanyaan Hilda, maka sang tante segera turun tangan. Emilia pun beralasan, "Kami akan membawanya ke rumah sakit ... ehh ... jadi Celia terserang demam tinggi. Maaf, kami terburu-buru!" Dia segera mendorong punggung Joaqin menuju ke garasi samping rumah dan m
"Uncle Carlos, aku ingin tahu ada kisah apa di balik kebencian Esme kepadaku sedari kecil?!" tuntut Celia dengan mata berkaca-kaca. Dia bagaikan gajah bertarung dengan gajah, pelanduk mati di tengah dalam situasi ini. Justru dia yang tak bersalah terkait sengketa besar keluarga Richero yang jadi korbannya. Asisten kepercayaan Arnold Richero itu menghela napas sembari menyugar rambutnya lalu menatap iba kepada Celia. Dia pun berkata, "Celia Dear, bisakah kamu menahan sejenak rasa ingin tahu itu sampai papamu sembuh pasca operasi?""Ayolah, Uncle ... tak ada seorang pun yang tahu mengenai kisah masa lalu mama kandungku selain papa, Uncle Carlos, dan Esme, bukan? Mereka enggan memberi tahuku!" desak Celia memegangi lengan Carlos seperti anak kecil."Aku perlu bertanya terlebih dahulu kepadamu, seandainya pun kamu tahu ... apakah bisa merubah keadaan? Semua itu telah berlalu 25 tahun lampau!" kelit Carlos. Kebenaran yang terkuak akan menyeret Celia dalam pusaran konflik besar lainnya, sa