Seusai berenang pagi di kolam renang indoor yang ada di condotel, Celia segera berjalan-jalan mencari sarapan di gerai penjual makanan di gedung yang sama. Pilihannya jatuh di masakan oriental, Celia masuk ke restoran itu dan bertanya ke waitress berseragam baju cheongsam merah dengan sulaman gambar naga warna emas, "Selamat pagi, Miss. Apa di sini menyediakan menu sarapan untuk orang sakit?"
"Selamat pagi juga, Miss. Kami menyediakan menu herbal juga. Kalau boleh tahu sakit apa yang diderita orang yang sedang Anda carikan sarapan pagi ini?" jawab waitress bernama Ching Yan itu.
"Luka yang didapat semalam karena tebasan pisau di lengan. Dokter sudah menjahit lukanya dan sekarang dalam masa penyembuhan!" cerita Celia agar menu yang dia butuhkan sesuai fungsinya.
"Sup krim dengan daging kepiting dan jagung manis pipil akan cocok untuk orang setelah operasi yang meninggalkan bekas luka jahitan. Bihun goreng dengan Dag
Berhari-hari rutinitas Celia selama tinggal di luar kediaman Richero adalah mengurusi Morgan. Dia bolak-balik dari condotel ke penthouse chef tampan itu untuk mengurusi segalanya terkait pemulihan luka di lengan Morgan.Pasangan itu tetap bertahan dengan hubungan tanpa status sekalipun ketertarikan di antara Morgan dan Celia terlihat jelas satu sama lain. Mereka mengobrol apa saja dan Celia mulai belajar dasar-dasar memasak dari ahlinya dapur.Siang itu Celia sedang mencoba membuat rice bowl chicken katsu homemade dengan saus barbeque di dapur penthouse Morgan. Selangkah demi selangkah dia dipandu oleh chef tampan yang duduk mengawasinya dari island table."Goreng chicken katsunya hingga berwarna golden brown dengan api sedang. Jangan sampai gosong jadi harus dibalik tepat waktu di wajan, Celia!" ujar Morgan seperti tutor privat memasak.Celia tertawa renyah dan menjawab, "Apa asisten dapurmu p
"Morgan—aku takut papa akan marah karena mendengar suara janggalku saat orgasme tadi!" cicit panik Celia. Dia membiarkan Morgan memberinya afterplay setelah percintaan marathon mereka hingga lupa waktu.Kecupan-kecupan bibir yang basah itu di kulit Celia membuatnya meremang. Morgan tersenyum puas, dia terlalu mabuk asmara saat ini dan tak peduli apa yang akan dipikirkan Tuan Arnold tentang putrinya. Kapan saja diminta, dia siap menikahi Celia!"Bagaimana kalau kau katakan ke papamu bahwa sekarang kamu sudah punya kekasih? Dari pada dijodohkan dengan sembarang tuan muda kaya playboy atau duda beranak empat, aku terbukti bisa mengurusimu dengan sangat memuaskan, Celia!" goda Morgan penuh percaya diri.Dia mengangkat tangan kanannya untuk dijadikan tumpuan kepala ketika berbaring di sofa. Celia beringsut menyelinap ke sisi Morgan dan menyandarkan kepalanya di dada bidang chef tampan itu."Ak
"Papa, cobalah dengarkan aku sekali saja! Celia kabur dari pernikahannya dengan Mark dan sudah seminggu lebih tak pulang ke rumah. Malahan Papa dengar sendiri suara janggal itu tadi. Aku tak cukup bodoh untuk berpura-pura tidak tahu sedang apa dia di sana! Makin tak ada akhlak saja si Celia ini!" Esmeralda merepet di ruang keluarga mengkritik papanya yang terlalu memberi kebebasan kepada Celia.Tuan Arnold mengerutkan keningnya dengan hati gelisah. Dia pun pernah muda dan mengalami beberapa petualangan liar bersama wanita-wanita di zamannya. "Esme, sudah dua kali Celia menolak untuk dinikahkan ... dia kabur sebelum mengucap janji suci. Papa memang telah menerima lamaran Adam Hopkins, pria asal Kentucky yang latar belakangnya mengesankan. Akan tetapi, tak ada jaminan Celia akan setuju bila dipaksa!" jawabnya.Mama Celia pun menyahut, "Kita harus buat Celia tidak bisa kabur, Hubby. Sebaiknya jangan beri tahu tentang rencana pernikahan ini kepadanya terlebih dahulu. Dia harus mau ikut ki
"Akhirnya kamu pulang juga, Celia Sayang!" Tuan Arnold Richero menyambut kepulangan putri bungsunya yang bengal itu dengan pelukan hangat. "Apa kabar, Papa? Kuharap kegagalan pernikahanku dan Mark kemarin yang terakhir kalinya. Aku hanya ingin menjalani hari-hariku dengan tenang tanpa terikat dalam sebuah komitmen, Pa!" balas Celia. Dia pantas merasa waswas disuruh pulang karena alasan yang sama; dipaksa menikah.Tuan Arnold Richero berdehem tak nyaman. Alasannya memanggil Celia pulang karena dia akan mengajak putri bungsunya menemui keluarga Hopkins dan Adam. "Papa hanya ingin kamu mendapatkan yang terbaik. Jangan salah mengartikannya, Celia. Memang tentang status Mark yang telah mempunyai empat anak, itu kesalahan fatalku. Sudahlah, kita buka lembaran baru lagi saja. Apa kamu sudah makan siang?" sahut papa Celia seraya merangkulnya menuju ke ruang makan.Sebenarnya Chef Morgan telah memberikan Celia banyak makan sebelum merelakan wanita kesayangannya itu pulang ke rumah. Namun, Cel
Pesawat American Airlines yang membawa keluarga Richero mendarat jelang tengah hari di Bandara Blue Grass, Lexington, Kentucky. Sebenarnya ada enam bandara yang beroperasi secara komersil untuk pesawat umum di Kentucky. Namun, yang terdekat dengan tempat tinggal keluarga Hopkins adalah bandara tersebut.Celia melangkah turun dari kabin pesawat hanya membawa tas selempang saja karena kopernya akan diurusi oleh para pengawal. Selama penerbangan, dia memilih untuk tidur saja. Esmeralda dan Austin berada sederet dengan bangkunya. Dia malas sekali melihat kemesraan mereka."Ke marilah bersama Papa saja, Celia!" panggil Tuan Arnold. Dia melangkah menuju gerbang kedatangan penumpang dan mencari-cari sosok Adam Hopkins yang jangkung dengan badan tegap berotot.Pria muda jelang 30 tahun itu melambaikan tangan dengan wajah penuh senyuman ketika melihat calon istrinya dan calon papa mertuanya. Adam menyambut ramah dengan jabatan ta
"Celia ... jangan memacu Downy terlalu kencang!" seru Adam bernada kuatir. Dia mengejar dengan Shinning Star, kuda betina Thoroughbred berwarna putih di belakang Celia yang menunggangi Don Mazzerano.Namun, Celia menggenggam tali kekang kuda hitam itu dengan kokoh. Dia tahu apa yang dilakukannya. "Tenanglah ini aman!" sahut Celia sembari merundukkan badan rendah ke badan Downy. Kedua tungkai kakinya menjepit bagian perut kuda itu agar tidak terjatuh saat larinya kencang.Angin dari arah Sungai Mississippi berhembus kencang menerbangkan rambut panjang cokelat keemasan yang terurai indah di kepala Celia. Sesaat dia merasa bebas seakan-akan sedang mengendarai angin tanpa beban pikiran apa pun. Ketika mereka nyaris sampai di ujung daratan yang berbatasan dengan tepian sungai berbatu kerikil tajam dan berkarang besar, Celia menarik tali kekang Downy agar mulai melambat dan berhenti.Detak jantung Celia masih terasa kencang di
'Ohh ... damn! Papa masih saja berniat menjodohkan aku dan memaksakan sebuah pernikahan yang tak kukehendaki!' gerutu Celia dalam hatinya seraya melangkah perlahan-lahan ke teras belakang. Dia memikirkan apa yang harus dilakukan. Acara makan malam bersama keluarga Hopkins diadakan di patio belakang rumah induk. Celia merasa nyaman dengan suasana tenang ala pedesaan dan juga temperamen keluarga Hopkins yang kalem. Orang tua beserta saudara-saudari Adam begitu ramah dan rendah hati. Sulit untuk menemukan hal negatif dari mereka. Nyonya Amanda Hopkins senang bercerita dengan gaya yang seru dan humoris, mommy Adam itu pandai memasak. Sedangkan, Tuan Royce Hopkins tipikal bapak-bapak yang sabar dan penyayang, beliau sangat dekat dengan putra-putrinya melebihi papa Celia.Putri bungsu keluarga Richero itu duduk di samping kursi Adam. Dia memperhatikan semua orang yang berada di sekeliling meja makan kayu buatan sendiri yang berbentuk oval besar. Satu-satunya yang terlambat datang adalah A
"Halo, di mana Celia sekarang, Matt?" tanya Morgan panik. Dia tak mungkin menyusul ke Kentucky dan membuat kehebohan di sana. Namun, perasaannya sangat gelisah mencemaskan nasib Celia.Matt Davis yang masih berada di peternakan kuda Blue Ivy pun menjawab, "Dia ikut memancing di Harrington Lake bersama para pria dari keluarga Hopkins dan beberapa tetangga. rombongan berangkat tadi pagi sebelum aku sampai di peternakan, Bos!"Sejenak Morgan memutar otak untuk membantu Celia kabur dari pernikahan yang kemungkinan besar tidak diketahuinya. Dia yakin tempat asing di mana Celia berada akan menyulitkan bagi wanita itu untuk kabur dari perjodohan yang dipaksakan. Sungguh Tuan Arnold keterlaluan memaksakan pernikahan putrinya begini, pikir Morgan dengan kesal."Okay, Matt. Susul Celia ke danau. Kau harus benar-benar menemukannya dan membantu dia pergi dari Kentucky. Biaya tambahan akan kutransfer ke rekeningmu. Katakan saja bahwa
"Taman bunga Keukenhoff ini sangat luas, Jeff. Apa dulu kau sering berkunjung ke mari?" tanya Esmeralda sembari berjalan-jalan di antara rumpun bunga tulip beraneka warna. Memang tidak semua tanaman berbunga karena bukan musim semi saat ini."Tidak sering, aku banyak berada di Swiss dibanding berkunjung ke Belanda!" jawab Jeffrey Norton. Dia berjongkok lalu memetik beberapa tangkai bunga tulip berwarna ungu yang menurutnya tidak biasa ditemui. Dia mengikat beberapa bunga hasil perburuannya lalu menyerahkan ke Esmeralda sembari berlutut, "Untuk Ratuku yang paling mempesona!" Esmeralda tersenyum dengan rona merah muda di wajahnya. "Terima kasih, Jeff. Kau pria yang sangat manis! Bunga tulip ungu baru sekali aku melihatnya, apa benar boleh dipetik?" ujarnya."Taman bunga ini salah satu taman terluas di dunia. Tidak masalah bila memetik beberapa tangkai bunga nasional Belanda ini, Darling. Ayo kita lanjutkan jalan-jalannya!" ajak Jeff, dia menghirup udara segar di pagi hari menjelang sia
"Hello, Celia. Apa sudah siap pulang ke rumah?" Morgan melangkah masuk ke ruang kerja istrinya. Di luar kaca jendela ruangan vice CEO, langit mulai gelap.Celia merapikan barang pribadinya ke tas kerja lalu bangkit dari kursi. Dia menerima pelukan dan ciuman Morgan. "Hai, Hubby. Iya, hari yang melelahkan!" jawabnya lalu melangkah meninggalkan ruangan kantor menuju lift sembari menggandeng lengan suaminya.Karena Celia tidak menyinggung tentang acara memasak live show tadi pagi, Morgan lega. Dia lalu berbicara di dalam lift yang melaju turun, "Baby, kalau kita diminta dalam satu frame acara live show cooking, apa kamu bersedia?" Awalnya Celia mengerutkan keningnya, dia seolah-olah tak percaya lalu bertanya, "Apa kamu serius atau sekadar bercanda, Morgan?" "Serius, produser acara stasiun TV K-Star tadi meminta langsung kepadaku untuk mengajak serta kamu dalam acara memasak yang biasanya!" jawab Morgan lalu melangkah keluar di lantai lobi ketika lift terbuka pintunya."Baiklah, kenapa
"Pagi ini kita kedatangan tamu yaitu Annabella Stewart, please welcome!" seru Morgan sebagai host acara memasak di stasiun TV lokal K-Star. Seorang penyanyi asal Kansas City yang sedang naik daun dan lagu-lagunya menjadi top hits playlist radio itu memasuki studio sembari melambaikan tangan. Wanita berusia 27 tahun itu berjabat tangan dengan Chef Morgan dan mengecup pipi pria tampan bermata biru tersebut.Sedikit terkejut, tetapi Morgan berusaha menanggapi dengan biasa saja. "Jadi di kesempatan kali ini Bella akan menemaniku memasak Salmon Creamy Sauce with Potatoes and Asparagus dengan karbohidrat berupa Spagetti Aglio Olio. Mari kita mulai saja!" tutur Morgan memandu acara memasak yang menjadi top rating live show beberapa minggu terakhir ini di Kansas.Annabella pun menyahut, "Apa yang bisa saya bantu, Chef Morgan yang tampan?" "Apa kamu bisa memotong batang keras asparagus ini, Bella?" tanya Morgan mencoba memberi tugas yang menurutny mudah."Okay, akan kulakukan!" sahut Annabel
Seusai sarapan pagi di ruang makan yang hidangannya disiapkan oleh koki pegawai villa tersebut. Jeff dan Esmeralda memanggil taksi untuk mengantarkan mereka ke Chateau de Chillon. Obyek wisata bersejarah di Swiss yang berupa kastil bangsawan dengan tiga periode kepemilikan. Yang pertama adalah era Savoy pada abad 12 sampai 16 dengan kepemimpinan Counts of Savoy. Disusul era Bernese dan Vaudois.Pemandangan langsung di tepi Danau Jenewa membuat wisatawan yang mencari ketenangan dan melakukan refreshing menikmati kunjungan ke kastil kuno tersebut. Lokasinya yang berada di antara jalur menuju Pegunungan Alpen menjadikan tempat itu sayang untuk dilewatkan.Jeff membantu Esmeralda menapaki tangga batu melingkar di Chateau de Chillon. Ada banyak ruangan yang menyiratkan kejayaan era bangsawan dan menara tinggi di sudut-sudut kastil. Penjara bekas peninggalan Savoy pun masih bisa dilihat. Dari jendela menara tinggi yang terbuka, mereka memandangi Danau Jenewa yang terbentang luas dan latar b
"Tahukan apa alasan aku memilih villa ini dari pada hotel bintang lima di Jenewa sebagai tempat menginap kita, Darling?" tanya Jeff sembari membuka jendela kaca besar berbingkai kayu mahoni di samping jacuzzi yang sedang diisi air panas.Esmeralda menghampiri suaminya dan melihat pemandangan di luar jendela itu. Dia terkesiap takjub lalu tersenyum kepada Jeff. "Aku rasa karena kita bisa melihat langsung keindahan Danau Jenewa dengan latar belakang kastil tua di seberangnya itu. Apa tebakanku benar, Hubby?" jawabnya."Tepat sekali! Istriku memang cerdas. Iya, kuharap kau akan suka, ditambah jacuzzi ini sengaja diletakkan di sisi jendela agar tamu yang berendam bisa menikmati panorama indah itu dalam suasana santai atau ... romantis!" timpal Jeff. Dia menurunkan kerah longgar gaun selutut berbahan ringan yang dikenakan Esmeralda hingga terjatuh ke lantai lalu membenamkan kepala di antara bukit kembar istrinya."Aakh ... Jeff, kau pria yang sangat romantis. Mmhh ... airnya!" Esmeralda me
Derap kaki kuda menjelajah area perkebunan Lavaux di Zurich, Swiss. Esmeralda yang duduk di pelana kuda dan dipeluk dari belakang oleh Jeffrey Norton merasa aman. Dia baru satu kali mengendarai kuda, berbeda dengan Celia yang memang atlet tunggang serasi di kampus dulu. "Kuharap kau bisa rileks, Esme. Nanti bagian punggungmu sakit kalau tegang!" ujar Jeff seraya menarik tali kekang kuda putih yang mereka tunggangi.Esmeralda tertawa kering seraya menjawab, "Maklum saja, Hubby. Aku belum terbiasa berkuda. Jadi apa kau dan Morgan ketika remaja sering berkuda di sepanjang sungai Missouri?""Yeah ... Morgan sangat jago berkuda. Dia selalu berhasil mengalahkanku ketika kami balapan dengan kuda apa pun!" sahut Jeff terkenang masa remajanya dahulu. Esmeralda pun terkikik lalu menyeletuk, "Kurasa Morgan sangat jago, dia menunggangi Celia sampai hamil triplet sekaligus!"Jeff pun meledak dalam tawa. "Ahh ... nampaknya kau benar sekali, Esme. Kita tak boleh kalah dari mereka ya!" tukasnya lal
Mobil tahanan yang mengangkut Emilia berhenti di depan pintu penjara federal Kansas City, Missouri. Wanita berseragam oranye itu digelandang masuk menuju ke selnya. Lily dan Anne segera bergegas menghampiri Emilia. Kemudian mereka mendudukkan rekan satu sel yang terkenal namanya di penjara wanita karena hubungan spesialnya dengan John Barlow itu ke tepi tempat tidur. "Bagaimana hasil persidanganmu, Emmy?" tanya Lily tak sabar.Emilia mengendikkan bahu tak bersemangat. "Belum dibacakan vonisnya oleh hakim tadi, tapi sepertinya aku akan mendekam di sini lebih lama lagi!" jawabnya sendu.Dari tempat tidurnya, Zelda tertawa sendirian. Dia berkata, "Nikmati saja masa-masa kejayaanmu sebagai ratu penjara bersama Don Barlow, Emmy. Bukankah dia memenuhi segala keinginanmu termasuk kebutuhan biologis dan perawatan kecantikanmu yang mahal itu?" Memang yang dikatakan Zelda sesuai kenyataan. Akan tetapi, Emilia tersinggung seolah-olah Zelda menjadikannya sebagai lelucon dan tertawa di atas pen
"Emilia Pilscher, ada panggilan persidangan banding dari pihak penuntut yaitu Mister Arnold Richero di pengadilan negara bagian Kansas!" ujar sipir penjara wanita di depan jeruji sel tahanan.Wajah Emilia mendadak pucat pasi, dia tak menyangka gertakan Esmeralda akan seserius ini akibatnya. Dia pun menjawab sopan, "Baik. Atas dasar apa, Ma'am? Lalu kapan saya harus menghadiri persidangan banding itu?" "Maaf, aku tidak tahu detail isi gugatannya. Namun, jadwal akan diselenggarakan sidang memang sudah ada. Besok pagi kau harus menghadirinya dikawal oleh petugas kepolisian dengan mobil narapidana!" tutur Officer Valerie Brown. Wanita berkulit hitam itu lalu bergegas meninggalkan sel tahanan Emilia.Zelda dan kedua rekan Emilia lainnya cukup syok karena sidang banding untuk memperberat hukuman jarang dilakukan. Namun, masa tahanan setengah tahun yang diterima Emilia memang terkesan ringan bagi narapidana mana pun. "Apa suamimu tidak ingin kau cepat bebas dari penjara, Emmy?" tanya Lily
Pesawat yang lepas dari landasan Bandara Kansas City membawa terbang pasangan pengantin baru Esmeralda dan Jeff menuju ke benua biru tepatnya Swiss. Mereka hanya berdua tanpa pengawal sama sekali. Jeff mengatakan ke Tuan Arnold Richero bahwa mereka bukan publik figur jadi tidak akan terlalu mencolok di antara wisatawan biasa.Sementara kakaknya menikmati liburan bulan madu yang entah berapa lamanya, Celia menggantikan tugas Esmeralda sebagai wakil CEO dibantu oleh papanya di kantor grup Richero."Kita sampai pukul berapa di Swiss, Hubby?" tanya Esme yang mulai bosan tanpa aktivitas berjam-jam duduk bengong di kabin pesawat. "Nampaknya sore waktu Swiss, sekitar beberapa jam lagi, Esme. Apa kau lelah?" jawab Jeff seraya membelai rambut panjang istrinya yang berwarna cokelat kemerahan.Esmeralda pun menggelengkan kepalanya. "Bosan saja, semoga tempat tujuan kita menyenangkan untuk dijelajahi!" sahutnya."Kurasa nanti perjalanan pulang ke Kansas kita bisa memilih pesawat Emirates yang me