Jawaban Elma sungguhlah sangat tidak memuaskan. Tapi Arash tentu tidak akan menyerah. Dia punya sejuta akal untuk mengatasi setiap permasalahan. Namun selain dari itu pula Arash punya satu pertanyaan yang beberapa hari ini kerap berputar di kepala dan tanpa dia sadari sudah menjadi beban pikirannya. Lelaki itu kemudian menatap Elma dengan serius.“Katakan padaku apa yang membuatmu sebegitu membenci aku, Elma? Kau bahkan tidak memberikanku kesempatan untuk mendekati dengan benar saat kau bisa dengan mudah memberikan akses kepada pria lain untuk mendekatimu.”Elma menghabiskan gelas keduanya dengan hanya tiga kali tegukan. Kepalanya sudah mulai berkabut, dan di titik itu pula dia merasa bisa jauh lebih bebas mengekspresikan diri tanpa perlu mempertimbangkan banyak hal yang menyulitkan di moment kedepannya. Kontrol emosi wanita itu lepas bebas.“Ralat, bukan pria lain tapi pria yang aku menaruh minat padanya. Jika pria itu tidak menarik minatku tentu aku tidak akan pernah memberinya kese
Kenapa baru sekarang? sisi dalam diri Elma berbisik. Jangan terpengaruh, jangan bersimpati. Kau tidak boleh lengah, Elma.Tentu saja, karena Elma sudah bertekad bahwa dia tidak akan terjebak dengannya. Terutama karena Arash adalah alasan yang sempurna mengapa dirinya lebih suka menutup diri. Patah hati yang dia rasakan cukup untuk membuat Elma tidak ingin jatuh cinta lagi.“Tidak … mungkin seharusnya akulah yang berterima kasih padamu. Entah sejak kapan tepatnya berkat kata-kata jahatmu aku berusaha keras mengubah diriku. Mungkin pada saat itu aku memang mengharapkan validasi bahwa semua kata-kata kejam yang kau peruntukan padaku tidaklah benar. Tetapi sekarang justru aku sudah tidak peduli dengan apapun yang kau katakan soal aku. Aku bangga pada diriku sebab sekarang aku menjadi salah satu wanita sukses yang cukup sebanding untuk menyaingi dirimu.”Ah … Elma rasa dia benar-benar sudah mabuk sekarang. Untuk apa dia mengatakan omong kosong itu pada Arash? Elma rasa dia sudah terlalu ba
Arash berdiri menghadap jendela kamar yang tirainya dia buka selebar-lebarnya. Lelaki itu tampak diam disana. Merenung menatapi hamparan lampu-lampu kota yang berkilauan di luar sana. Berbeda dengan suasana terang benderang di luar Arash justru membiarkan apartment yang dia tempati gelap gulita. Membiarkannya seperti itu lantaran dia terlalu malas hanya untuk sekadar melangkahkan kaki menekan saklar lampu. Dia tidak bergairah melakukan apapun untuk saat ini.Arash kemudian menyesap bourbonnya. Rasa alkohol yang familiar langsung menyengat di lidah, memberikan sebuah sensasi yang memang teramat dia butuhkan. Pikiran pria itu sedang mencoba untuk merasionalisasikan segala hal terutama pada emosi yang melandanya. Dia tidak terbiasa menghadapi emosinya seperti ini, oleh sebab itu Arash merasa bahwa dirinya overwhelming hanya karena hal yang mungkin bagi kebanyakan orang merupakan sesuatu yang remeh. Tidak ada apa-apanya.Apa yang salah dengan dirinya sekarang? dia merasa sangat amat terpu
Elma mengetuk-ngetukan jari di atas meja kerjanya. Dokumen menggunung dan file berserakan di sana-sini. Dia sungguh sibuk. Saking sibuknya dia bahkan tidak sempat berkabar atau bertemu muka dengan Kai. Karena kesibukannya pulalah mereka kehilangan kontak satu sama lain. Selama jeda waktu absen tersebut, Kai hanya pernah sekali mengiriminya sebuah pesan yang berisi pertanyaan tentang kapan Elma mau meluangkan waktu untuk mampir ke apartment-nya.Kalau dibilang kecewa, Elma jelas kecewa lantaran pria itu seolah menegaskan bahwa dirinya tidak punya intensi apapun kecuali hubungan badan dengannya. Lelaki itu tidak menunjukan rasa semacam rasa rindu atau minimal punya minat untuk bertanya soal kehidupan pribadinya. Dia sangat apatis. Namun kalau dipikir-pikir lagi memang sebaiknya harus begini. Tidak ada ikatan emosional yang menghambat, yang ada diantara mereka hanyalah sekadar urusan sebagai patner ranjang.Disisi lain, Elma juga bersyukur Arash tidak lagi menampakan diri atau mengganggu
Hari minggu yang dijanjikan tiba. Entah kenapa untuk beberapa alasan Elma merasa jadi sedikit tegang sendiri. Padahal agenda hari ini hanyalah dia akan memperkenalkan Kai secara langsung kepada sang ayah yang notabene sebenernya mereka sedang bermain peran.Sama seperti yang pernah mereka lakukan di acara pesta waktu itu. Bahkan saat itu mereka bermain di depan umum dan semua orang pun tampaknya terkejut dan percaya saja bahwa mereka berdua adalah pasangan sempurna.Tapi anehnya dalam situasi ini Elma sedikit berharap kalau Kai akan disukai oleh ayahnya secara alami. Sungguh gila mengingat mereka berdua hanya akan bersandiwara saja. Untuk apa menghadirkan rasa yang sesungguhnya untuk sebuah pentas drama kecil-kecilan?Mungkin ini terjadi karena Elma tidak pernah memperkenalkan satu pun pria ke hadapan sang ayah secara langsung. Satu-satunya pria yang Ethan ketahui hanyalah Thomy dan itupun Elma tidak serius dengannya. Ethan hanya sekadar tahu karena Thomy adalah putra bungsu keluarga
“Saya mencintai putri Anda, dan memiliki niatan untuk meminangnya, Tuan Ethan,” sahut Kai dengan begitu lugas di hadapan pria itu. Terlepas dari sandiwaranya untuk menjadi kekasih dari sang nona besar, untuk beberapa alasan apa yang Kai katakan adalah sesuatu yang berasal dari kejujuran. Ya, dia mengakui bahwa dia mulai merasakan getaran berbeda pada wanita itu dan itu adalah sesuatu yang buruk baginya.“Sudahlah, hentikan sandiwaramu sekarang juga. Entah apa yang sudah kalian sepakati di belakangku, tapi apa yang kalian perbuat sudah betul-betul membuatku jengkel,” sahut pria itu sambil memijit pangkal hidungnya. Kai memang sudah menduga hal ini sehingga raut muka keterkejutan saja tidak dia tampakan. Karena orang-orang seperti mereka memang selalu seperti ini.Tetapi dibandingkan mengakui atau melakukan pembelaan, Kai memilih untuk mengamati dan mengantisipasi. Dia tidak ingin salah langkah karena jelas pria ini punya sesuatu yang menarik untuk ditunjukan padanya. Jadinya Kai hanya
Setelah ditinggalkan begitu saja oleh Kai. Elma langsung berlari menuju ke dalam untuk mengambil kunci mobil. Tidak dia pedulikan teriakan sang ayah maupun panggilan ibunya kala itu. Yang ada dipikiran Elma hanya satu. Kai.Lelaki itu terlihat sangat marah, dan bukan saatnya bagi Elma untuk membiarkan lelaki itu sendirian. Terlebih karena dia merasa bertanggung jawab atas apa yang lelaki itu rasakan apalagi kemarahan tersebut karena ayahnya sendiri. Entah apa yang mereka bicarakan di dalam ruang kerja sang ayah. Namun yang jelas perubahan sikap Kai sudah cukup untuk menjelaskan segalanya.Elma tiba di kediaman pria itu dan mencoba mengetuk pintu berkali-kali. Dia sedikit tidak sabar tapi masih punya cukup stok akal sehat untuk tidak mendobrak pintu rumah lelaki itu dengan kasar, setidaknya dia tidak bernyali. Tidak ada jawaban dari dalam meski dia melakukannya berkali-kali. Rasa sesal, pasrah langsung masuk dalam diri. Dan kini Elma hanya bersandar di depan pintu sang lelaki.“Ah … ap
“Jadi kau berpikiran sama dengan mereka Elma? Apa jauh di dalam dirimu kau berpikir aku adalah sampah yang tak pantas menyentuh dan memilikimu? Apa diam-diam kau juga merasa jijik padaku?”Tanpa aba-aba, Kai memasuki wanita itu. Elma mengernyit dan menggigit bibir. Dalam situasi ini sejujurnya dia merasa sangat tidak berharga. Dia merasa hancur dan juga kotor. Sebab dalam setiap dorongan dan sentakan yang pria itu ciptakan Elma tidak merasakan adanya koneksi batin seperti yang biasa dia rasakan. Saat ini apa yang jelas bagi wanita itu hanyalah kemarahan dan juga kebencian Kai yang telah memuncak.Situasi ini memang tidak sepenuhnya salah Kai, meski cara lelaki itu memperlakukannya sekarang memang jauh daripada apa yang seharusnya pria itu lakukan. Hubungan ranjang mereka memang sebenarnya kurang lebih seperti moment ini. Tetapi Kai yang dia kenal selalu memperlakukannya dengan baik, meskipun statusnya master & slave.Situasi yang Elma hadapi sekarang sudah barang tentu merupakan sebua
Melihat Elma berjalan sendirian tanpa Arash disisinya, Kai memanfaatkan hal tersebut untuk mendekat. Pria itu mengikuti kemana Elma pergi, dan menemukan wanita itu duduk sendirian di bangku taman. Cahaya lampu yang temaram sangat tidak memungkinkan bagi Kai untuk melihat secara jelas bagaimana ekspresi wajah wanita itu apalagi dari jaraknya yang jauh. Karena itulah, lelaki tersebut memutuskan untuk menghapus jarak diantara mereka berdua, mengesampingkan semua hal yang kemungkian terjadi setelahnya. Dia lebih memfokuskan untuk mengambil moment terbaik dengan Elma di kesempatan pertamanya.“Elma!”Wanita itu menyatukan kedua tangannya di pangkuan. Menutup mata seolah dirinya sedang berdoa untuk mencari kekuatan untuk tidak menoleh dan memandang sosok pria yang paling dia rindukan. Bahkan pria ini pula yang dia usahakan untuk dapat dia hapus di dalam memori kepalanya sampai dia perlu pergi ke Italia. Tetapi sialnya, lelaki itu malah menampakan diri dan menghancurkan semua upaya Elma untu
Mereka bertiga tepat di tengah ruangan. Waktu seakan berhenti berputar untuk ketiganya dan hanya ada eksistensi mereka saja yang ada disana. Diluar itu segalanya mengabur begitu saja. Elma sendiri berjuang untuk tetap mempertahankan ekspersinya menajdi terlihat normal, dari sudut matanya dia melirik ke arah Arash yang kini juga telah mengatur air mukanya dengan baik. Meski untuk beberapa saat dirinya langsung shock atas pernyataan tidak bertanggung jawab yang orang itu katakan di muka umum seperti sekarang.Kai menatap lurus pada Elma. Mencoba mencari sekelumit emosi yang tampaknya dapat wanita itu tutupi dengan baik. Tanpa merasa perlu memperhatikan tangan Arash yang berada di pinggang wanita secara posesif. Kai justru dengan terang-terangan meraih tangan Elma sambil membungkukan tubuh seraya mendaratkan kecupan ringan di punggung tangan wanita itu. “Anda terlihat sangat cantik Ms. Gorgeous,” ucapnya tuus. Langkah ini jelas dia lakukan untuk memprovokasi lawannya.Jantung Elma berdeb
Elma dan Arash kembali setelah dua minggu berturut-turut menghabiskan waktu berdua saja di Italia. Setelah insiden yang terjadi ketika mereka mabuk, entah bagaimana kini hubungan mereka berdua sudah menjadi lebih akrab dari pada sebelumnya. Elma menyadari bahwa Arash adalah patner yang sempurna, serta dia tipikal teman serumah yang baik. Pria itu bisa memasak dan situasi rumah jadi lebih terorganisir sejak dia ikut tinggal bersamanya dibandingkan saat hanya ada Elma disana. Perbedaan yang terlalu mencolok tersebut membuat Elma sedikit membuka hatinya. Apalagi setelah dia kerap melihat Arash yang selalu membereskan setiap kekacauan yang Elma buat.Seementara di sisi Arash sendiri, dia bersyukur dan sangat senang lantaran usahanya menyusul wanita itu tidak sia-sia. Liburan mereka berjalan lancar dan memberikan progress positif dihubungan mereka berdua. Dia juga berhasil membuat Elma tertarik dengan pesta pernikahan yang akan mereka gelar dalam waktu dekat dengan mengunjungi beberapa WO
“Thomy, ayo kita makan siang!” Gaby masuk ke dalam kantor sang tunangan dengan santai, karena memang hal itu sudah biasa dia lakukan. Namun melihat raut muka kekasihnya tampak ditekuk bersamaan dengan tumpukan file yang tak biasa di atas meja kerjanya cukup memberikan informasi jawaban yang akan dia terima dari pria itu.“Maafkan aku, Gaby. Kau bisa lihat sendiri sepertinya aku tidak akan bisa menemanimu makan siang keluar. Yang bisa aku tawarkan sekarang hanya sebatas memesan makanan siap antar dan makan disini. Itupun kalau kau tidak keberatan,” jawab Thomy yang mempertegas dugaan Gaby sebelumnya.Alih-alih kecewa, wanita itu malah menatap wajah tunangannya dengan ekspresi yang khawatir. “Apa yang terjadi?”Thomy memijat batang hidungnya. Matanya tampak lelah membaca setiap laporan yang masuk ke meja kerjanya. Thomy memang biasanya bekerja semampunya, jadi ini adalah kali pertama Gaby melihat sang kekasih tercinta frustasi atas pekerjaan. “Arash kabur mengejar Elma ke Italia, dan si
Arash terbangun dengan ekspresi mengernyit. Kepalanya terasa berdenyut tak karuan. Untuk sesaat dia merasa kebingungan dengan apa yang sudah terjadi. Ingatan terakhir yang muncul dikepalanya adalah mereka berdua makan malam, Elma yang setengah mabuk, dan … secara beruntun semua potongan itu mulai bermunculan membentuk sebuah cerita secara utuh. Arash kontan menutup wajahnya dengan tangan. Rasa malu dan juga penyesalan menerpa bagaikan air bah, wajahnya memanas. Mereka berdua telah melakukannya. Mereka terlalu tenggelam dalam nafsu birahi hingga mengabaikan semua hal. Padahal Arash berencana mendekati Elma dengan cara yang benar, dengan cara yang baik. Sebagaimana para gentleman berlaku. Tetapi setelah kejadian semalam, tentu saja harapan itu pupus sudah dan sekarang Arash malah tidak tahu harus bersikap bagaimana. Dia takut wanita itu menanyakan sesuatu, dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan semuanya. Karena sesungguhnya semalam dia adalah yang paling sadar diantara mereka.Arash
Bibir Arash yang menyentuhnya membuat Elma merasakan kehangatan yang dia damba. Hanya saja Arash tetaplah Arash, dia bukan Kai dan mereka berdua adalah dua orang yang berbeda. Bibir yang kini dia kecup terasa seperti wine, tidak terlalu mengenakan di awal tetapi semakin dalam malah semakin memabukan. Bila ciuman dari Kai selalu terasa seperti api yang berkobar membakar dirinya dalam sebuah letupan gairah membara maka ciuman milik Arash ini jauh lebih seperti sebuah air danau yang dingin dan tidak beriak, memberikan sebuah ketenangan yang memang sedang Elma butuhkan tetapi sejujurnya Elma membutuhkan lebih dari sekadar penenang untuk sekarang. Sebab ketenangan yang Arash berikan malah membuat dirinya mati rasa.Memang benar, sejenak hatinya jauh terasa lebih lega. Semua hal yang menyesakan terlupakan dengan mudah. Tetapi hanya sebatas itu, tidak ada godaan yang memikat seperti yang biasa dapati dari Kai. Tidak ada.Dia dan Arash, mereka berdua bukanlah musuh, mereka juga sepasang kekas
Menyadari bahwa Elma bergumam untuk dirinya sendiri dan menutupi wajahnya dengan buku di tangan. Pada saat itulah Arash mencuri lirikan pada jemari Elma yang terpampang di setiap sisi buku yang sedang dia pegang. Arash melihat ada cincin pertunangan mereka disana, dan laki-laki itu langsung tersenyum simpul.“Aku senang melihatmu memakai cincin pertunangan yang aku berikan. Aku rasa kau benar-benar bisa menerimaku sekarang,” ujar pria itu yang kemudian kembali memilih menyibukan diri dengan seluruh proses memasak yang sedang dia lakukan.Mendengar soal cincin, Elma dengan refleks menutupi jemari tangannya sendiri. Tindak tanduknya yang gugup malah membuat wanita itu terlihat lucu. “A—aku hanya suka cincinnya, bukan berarti apa-apa ya. Dan lagi asal kau tahu kalau hatiku masih belum sepenuhnya ikhlas menerimamu jadi tunanganku,” sanggah Elma sedikit gelagapan.Arash hanya mengangguk-anggukan kepalanya. “Baiklah, baiklah. Aku mengerti.”“Jangan mengejekku!” seru Elma lagi mendengar jawa
Kedua mata Elma kontan membelalak tidak percaya atas apa yang baru saja dia dengar dari mulut Arash. “Apa? tidak! tidak! cari hotel lain saja sana. Aku tidak sedang menerima tamu, apalagi pria dengan alasan apa pun,” jelas Elma yang langsung membanting pintu tepat di depan muka Arash.Arash yang merasa sangat lelah karena perjalanannya sudah tidak punya tenaga untuk memahami perempuan itu. Rasa letih dan jet lag membuat pria itu tidak kuasa menahan diri lagi. “Elma, jangan jahat begitu. Kau tahu betul kalau perjalanan yang aku tempuh kemari itu memakan waktu dan aku juga sudah sangat kelelahan. Jika kau menyuruhku untuk pergi mencari tempat lain, itu bisa makan waktu tiga jam, dan sungguh aku tidak sanggup untuk melakukan perjalanan dalam bentuk apa pun untuk sekarang,” teriak pria itu mengungkapkan segalanya. Dia sudah tidak lagi menutup diri dan tidak sekaku dirinya yang dulu. Bersama Elma, Arash memang jadi lebih vocal untuk memperlihatkan semua hal yang dirinya rasakan tanpa meras
Sylla sudah berusaha mencari keberadaan Kai. Pria yang pernah dia selidiki asal-usulnya. Tetapi usahanya sekarang tampak tidak membuahkan hasil apa-apa. Sylla bahkan menelusuri langsung tempat tinggal pria itu, tetapi sekali lagi dia tidak mendapatkan informasi apa-apa. Tidak ada hasil yang signifikan atas seluruh daya upayanya. Namun ada satu moment dimana Sylla menemukan informasi bahwa Kai pernah bercengkrama dengan Lady Eleanor saat pesta perusahaan. Saat mendengar penuturan sang saksi mata, Sylla hanya bisa merasa aneh. Tentu itu sangat mencengangkan, mengingat Kai adalah seorang pria yang latar belakangnya sangat tidak jelas bahkan terkesan suram. Meski begitu dia malah punya kontak dengan seorang wanita yang berpengaruh macam Lady Eleanor yang notabene adalah seorang politisi.Setidaknya ada sedikit petunjuk, dan Sylla akan memastikan dia menggali semuanya. Dia mungkin akan mengatur pertemuan dengan Lady Eleanor segera untuk menguak seluk beluk pria itu secara rinci. Bagaimana