“Lady Eleanor, saya tidak mengira bahwa kita akan bertemu disini.”Wanita yang kala itu mengenakan gaun berwarna ungu gelap menatap ke arah Kai dengan bingung. Tentu saja karena ini pesta topeng dia tidak bisa dengan jelas mengetahui siapa yang mengajaknya bicara. Namun meski begitu wanita yang disapa Eleanor tersebut memperlihatkan senyuman ramahnya kepada Kai.“Oh, siapakah pemuda tampan yang sedang menyapaku sekarang ini?” tanya wanita itu.“Apakah Anda tidak mengingat saya, Lady? Biar saya bantu kalau begitu. Apa Anda masih ingat dengan sebutan bocah kotor?”Kalimat yang terucap dari bibir Kai kontan membuat beberapa orang disekitar mereka terhenyak dan memaku pandang penuh minat. Eleanor sendiri langsung menutup wajahnya dengan kipas, gelagat tersebut sudah merupakan salah satu bentuk konfirmasi bahwa orang itu telah mengenali Kai. Tentu saja dia akan mengenalnya, sebab bocah kotor adalah panggilan wanita itu kepada dia saat Kai masih bekerja untuknya.“Oh astaga, sungguh mengeju
“Dasar wanita jalang sialan! Kau pikir bisa mempermainkan aku begitu saja semaumu?!”Angga tampak begitu geram, pria itu kemudian melangkah mendekati Elma dengan sorot mata yang dipenuhi dengan kebencian. Kesunyian yang beberapa saat lalu Elma syukuri kini justru membuat wanita itu ketakutan. Pasalnya tidak ada siapa pun disini, dan lokasi ini terpisah dari aula pesta yang hingar bingar. Elma kini terpojok, dia tidak bisa lari kemana pun kecuali dia cukup gila untuk melompat dari lantai tiga.Dengan kasar Angga mencengkram pergelangan tangan Elma, dan secara spontan wanita itu berusaha melepaskan diri dan enggan untuk bertukar kata sama sekali. “Kenapa kau mencampakan aku begitu saja, Elma? Setelah semua hal yang telah kita lewati, apa sebegitu tidak berharganya aku dimatamu?”Elma sangat lelah dengan drama. Gelagat Angga yang seperti inilah yang membuat Elma lelah untuk memperpanjang hubungan diantara mereka. Elma pikir segalanya sudah cukup jelas saat itu, dan dia sama sekali tidak
Elma berbaring di ranjang meski pagi telah datang. Wanita itu masih cukup lelah untuk menghadapi hari baru setelah apa yang terjadi semalam. Kedua matanya berkedip, mencoba beradaptasi dengan cahaya pagi yang masuk dari jendela. Erangan keluar dari celah bibirnya yang terbuka sebelum akhirnya memijat pelipisnya sendiri. Dia terlalu banyak minum alkohol, dan itu membuatnya sakit kepala. Bukan tanpa alasan dia minum-minum, toh terlalu banyak kejadian yang bagai mimpi buruk dan membuat Elma ingin keluar dari mimpi buruk itu segera. Tapi memang sih, alkohol hanya memperburuk situasi saja.Adu mulut dengan Arash bukan apa-apa buatnya. Justru yang membuat perasaan Elma kacau balau adalah saat Kai meninggalkannya demi menghampiri seorang perempuan. Elma bisa saja bertanya apa hubungan mereka, tetapi dia sadar diri akan situasi dan statusnya yang tidak berhak untuk bertanya dan puncak kesialannya semalam adalah dia bertemu lagi dengan Angga sampai titik pria itu hendak memukulnya.Untungnya,
Kai lantas berdiri dari kursinya, mengambil rokok dan pematik untuk kemudian meninggalkan Elma. Dia menuju ke balkon, bersandar pada dinding sambil menatap keluar. Pria itu menyalakan rokok dan menghisap benda beracun itu dalam-dalam. Kai sebetulnya bukan seorang perokok ulung, tetapi disaat-saat tertentu dia membutuhkan nikotin yang pekat untuk menenangkannya.Kai sebenarnya enggan mengaku bahwa wanita yang menemuinya pagi ini sudah menggerakan sesuatu jauh di dalam dirinya. Ya, Kai akan mengakui bahwa dia sejujurnya memiliki sebuah hasrat terpendam padanya. Dia menginginkan Elma lebih dari sekadar menjadi pemenuh kebutuhan fisik dan seksualitas. Namun berkat hal tersebut, disaat yang bersamaan dia menjadi sangat takut untuk lebih dekat dengan Elma. Perkataan orang yang bernama Angga malam itu cukup mengganggunya dan Kai juga tidak mau merasakan pengalaman yang serupa dengan lelaki berdarah panas itu. Karena bila Elma mengecewakannya, dia merasa bahwa dia tidak akan sanggup untuk men
Sepanjang siang, waktu yang ada mereka habiskan bersama anak-anak itu. Hanya perlu waktu singkat saja sampai Elma menjadi pusat atensi, dan semua anak langsung suka dan lengket padanya. Hal itu tidak mengherankan, sebab Kai pun adalah korban dari daya tarik memikat yang wanita itu punya.Kai memandang penuh apresiasi kepada Elma, menyadari bahwa kecanggungan yang sempat ada padanya telah menguap kini dia bisa dengan sangat natural dan santai bersama mereka.Kini Elma sudah seperti seorang volunteer yang mengajari anak-anak itu bernyanyi, bertepuk tangan, dan berbagi canda tawa bersama mereka. Kai suka melihat sisi lain dari wanita itu saat ini. Apalagi saat dia tersenyum sumringah menanggapi apa saja yang anak-anak lontarkan kepadanya. Elma tidak terlihat seperti Elma Enderson sang nona besar angkuh. Dia yang sekarang seperti dapat dia jangkau.“Paman, kau sangat beruntung punya pacar yang cantik, baik hati, dan tegas seperti dia. Lihat, hanya perlu waktu sebentar bagi dia untuk mencu
Ada jeda cukup lama sebelum akhirnya Kai memutuskan untuk membuka suaranya lagi. “I am fine with it.” Elma memandang pria itu agak lama, sudut bibirnya sedikit terangkat. “Aku tidak menyangka bahwa kita memiliki kesamaan, meskipun aku tidak tahu apa alasan dibalik kebekuan hatimu,” gurau Elma.“Apa kau pikir dua orang yang terluka bisa saling mengobati? Aku menginginkanmu Sayangku, tetapi bukan berarti kau bisa terlalu dekat denganku. Seperti yang kau sering katakan, aku tidak punya hati. You can’t fix me,” sahut Kai enteng.“Tapi kau juga perlu tahu bahwa aku tidak butuh cintamu. Aku cuku puas dengan situasi kita sekarang, duduk sebagai seorang teman lalu kita bisa main gila di lain waktu. Aku masih berharap kau mau membantuku lagi hingga aku lepas dari Arash.”“Aku tidak mengerti isi kepalamu, Sayangku. Alih-alih bersama seorang pria yang punya segalanya dan reputasinya cukup baik. Kau malah memilih bersamaku disini. Apa yang membuatmu menolak pria itu?”Elma memutar ingatannya pad
“Good girl, setelah ini aku akan memberimu kenikmatan yang tidak terlupakan,” ungkap Kai sambil memegang kepala sang wanita yang berlutut diantara kedua kakinya. Elma benar-benar sangat ahli dalam hal ini. Kai tidak munafik bahwa perempuan ini adalah sosok yang membuatnya kelimpungan hanya dengan blow jobnya saja. Akan sangat memalukan bagi Kai bila dia keluar di mulut wanita itu.Merasa dia tidak bisa lagi bertahan lama, Kai menarik dirinya. Menimbulkan tanda tanya besar di raut wajah cantik sang wanita yang melihat dirinya telah memerah dengan napas terengah. Ya, Kai nyaris keluar jika saja dia tidak buru-buru melepaskan diri. Dan sekarang pria itu teramat membutuhkan Elma. Persetan dengan kesabaran, dia butuh lebih dan wanita itu membutuhkan pelepasan.Akhirnya Kai menarik dan menggendong Elma ke atas ranjang dan langsung mengambil sesuatu dari laci dekat ranjangnya. Posisi wanita terbaring dengan tengkurap sehingga mudah bagi Kai untuk mengatur posisi dan mengangkat pinggulnya. Ka
“Jadi intinya kau menyeret pria malang yang tidak tau apa-apa itu ke dalam masalahmu? Lalu kau membuat dia berhadapan dengan Arash demi menyelamatkan dirimu sendiri, begitu?” Ekspresi wajah Gaby membuat segalanya jadi lebih buruk, apalagi tatapan matanya yang menyelidik agak membuat Elma terganggu.Walaupun Gaby merebut Thomy darinya dahulu. Tetapi setelah kejadian itu mereka kembali bersahabat dan Elma sudah berdamai dengan keadaan. Karena itulah di waktu kosongnya, mereka bisa hangout bareng seperti sekarang.“Hei, jangan buat seolah-olah aku ini orang jahatnya. Lagipula kau tidak perlu bersimpati kepada Kai, toh dia bukan korban. Kami sudah membuat kesepakatan, dan lagi dia bersedia membantu karena aku bersedia memberinya imbalan yang sepadan.”“Berapa banyak uang yang dia inginkan darimu?”Elma menggelengkan kepala dan malah menunjukan sesuatu yang terpasang di lehernya. “Dia tidak minta uang, tapi kau lihat benda yang terpasang di leherku? Menurutmu ini apa?”“Choker? Tidak. Itu
Elma mengetuk-ngetukan jari di atas meja kerjanya. Dokumen menggunung dan file berserakan di sana-sini. Dia sungguh sibuk. Saking sibuknya dia bahkan tidak sempat berkabar atau bertemu muka dengan Kai. Karena kesibukannya pulalah mereka kehilangan kontak satu sama lain. Selama jeda waktu absen tersebut, Kai hanya pernah sekali mengiriminya sebuah pesan yang berisi pertanyaan tentang kapan Elma mau meluangkan waktu untuk mampir ke apartment-nya.Kalau dibilang kecewa, Elma jelas kecewa lantaran pria itu seolah menegaskan bahwa dirinya tidak punya intensi apapun kecuali hubungan badan dengannya. Lelaki itu tidak menunjukan rasa semacam rasa rindu atau minimal punya minat untuk bertanya soal kehidupan pribadinya. Dia sangat apatis. Namun kalau dipikir-pikir lagi memang sebaiknya harus begini. Tidak ada ikatan emosional yang menghambat, yang ada diantara mereka hanyalah sekadar urusan sebagai patner ranjang.Disisi lain, Elma juga bersyukur Arash tidak lagi menampakan diri atau mengganggu
Arash berdiri menghadap jendela kamar yang tirainya dia buka selebar-lebarnya. Lelaki itu tampak diam disana. Merenung menatapi hamparan lampu-lampu kota yang berkilauan di luar sana. Berbeda dengan suasana terang benderang di luar Arash justru membiarkan apartment yang dia tempati gelap gulita. Membiarkannya seperti itu lantaran dia terlalu malas hanya untuk sekadar melangkahkan kaki menekan saklar lampu. Dia tidak bergairah melakukan apapun untuk saat ini.Arash kemudian menyesap bourbonnya. Rasa alkohol yang familiar langsung menyengat di lidah, memberikan sebuah sensasi yang memang teramat dia butuhkan. Pikiran pria itu sedang mencoba untuk merasionalisasikan segala hal terutama pada emosi yang melandanya. Dia tidak terbiasa menghadapi emosinya seperti ini, oleh sebab itu Arash merasa bahwa dirinya overwhelming hanya karena hal yang mungkin bagi kebanyakan orang merupakan sesuatu yang remeh. Tidak ada apa-apanya.Apa yang salah dengan dirinya sekarang? dia merasa sangat amat terpu
Kenapa baru sekarang? sisi dalam diri Elma berbisik. Jangan terpengaruh, jangan bersimpati. Kau tidak boleh lengah, Elma.Tentu saja, karena Elma sudah bertekad bahwa dia tidak akan terjebak dengannya. Terutama karena Arash adalah alasan yang sempurna mengapa dirinya lebih suka menutup diri. Patah hati yang dia rasakan cukup untuk membuat Elma tidak ingin jatuh cinta lagi.“Tidak … mungkin seharusnya akulah yang berterima kasih padamu. Entah sejak kapan tepatnya berkat kata-kata jahatmu aku berusaha keras mengubah diriku. Mungkin pada saat itu aku memang mengharapkan validasi bahwa semua kata-kata kejam yang kau peruntukan padaku tidaklah benar. Tetapi sekarang justru aku sudah tidak peduli dengan apapun yang kau katakan soal aku. Aku bangga pada diriku sebab sekarang aku menjadi salah satu wanita sukses yang cukup sebanding untuk menyaingi dirimu.”Ah … Elma rasa dia benar-benar sudah mabuk sekarang. Untuk apa dia mengatakan omong kosong itu pada Arash? Elma rasa dia sudah terlalu ba
Jawaban Elma sungguhlah sangat tidak memuaskan. Tapi Arash tentu tidak akan menyerah. Dia punya sejuta akal untuk mengatasi setiap permasalahan. Namun selain dari itu pula Arash punya satu pertanyaan yang beberapa hari ini kerap berputar di kepala dan tanpa dia sadari sudah menjadi beban pikirannya. Lelaki itu kemudian menatap Elma dengan serius.“Katakan padaku apa yang membuatmu sebegitu membenci aku, Elma? Kau bahkan tidak memberikanku kesempatan untuk mendekati dengan benar saat kau bisa dengan mudah memberikan akses kepada pria lain untuk mendekatimu.”Elma menghabiskan gelas keduanya dengan hanya tiga kali tegukan. Kepalanya sudah mulai berkabut, dan di titik itu pula dia merasa bisa jauh lebih bebas mengekspresikan diri tanpa perlu mempertimbangkan banyak hal yang menyulitkan di moment kedepannya. Kontrol emosi wanita itu lepas bebas.“Ralat, bukan pria lain tapi pria yang aku menaruh minat padanya. Jika pria itu tidak menarik minatku tentu aku tidak akan pernah memberinya kese
Elma menaikan sebelah alis sekaligus menyunggingkan senyum di ujung bibir sebelah kanannya. Ada tawa kecil yang merdu keluar dari wanita itu sebelum akhirnya dia angkat bicara terhadap penjelasan penuh kepercayaan diri yang beberapa saat lalu dia dengar dari Arash.“Sungguh lelaki yang arogan,” komentarnya. “Untuk kebaikanmu sendiri, sebaiknya jangan terlalu yakin dulu, Arash.”Dengan tenang pria itu memberikan tatapan super serius terhadap Elma. “Lantas kenapa? Arogansi yang kau tudingkan kepadaku hanyalah bentuk dari insecurity terhadap dirimu sendiri.”“Hah?” tanggapan demikian tentu tidak bisa dipungkiri keluar dari Elma. Selain Kai, dia tidak mengira bahwa Arash bahkan berani bicara soal insecurity terhadap dirinya yang selalu penuh percaya diri dalam semua hal yang dia lakukan. Elma jelas selalu penuh perhitungan dan tentu tidak akan terima bila dia dituduh sebagai seorang wanita yang insecure. Apalagi insecure itu dikarenakan oleh seorang pria. Tidak ada dalam sejarahnya.“Kala
“Aku tidak habis pikir dari semua tempat kau malah mengajakku kemari,” komentar Elma begitu mereka tiba.Mereka berdua berkendara dalam diam selama dua jam penuh di dalam mobil, dan Elma sungguh sangat bosan dengan pantat yang terasa panas. Tidak ada musik, tidak ada obrolan. Hanya ada mereka berdua dan suara deru mesin mobil yang menyala menjadi saksi dari perjalanan mereka.Sebetulnya Elma benci perjalanan tanpa sesuatu yang mengisi kesunyian. Hanya saja dia tidak mau menaruh harga dirinya dibawah hanya karena itu, dia juga terlalu gengsi untuk mengajak Arash bicara. Lagipula kalau pun bicara, Elma tidak yakin pembicaraan itu akan cukup menyenangkan.Sebab sepanjang yang dia ingat, obrolan mereka selalu seputar hal-hal yang membuat darahnya mendidih, dan kemudian mereka berdua akan saling serang. Terus terang saja, Elma sedang tidak mood untuk adu argument dan memenangkannya.“Mengajakku bicara?” kata lelaki itu yang membuat Elma langsung beringsut memberinya tatapan sinis.“Kau pik
Arash duduk di pinggir tempat tidur dengan sebelah tangan menggenggam erat ponsel yang beberapa saat lalu dia gunakan untuk menelepon Elma. Pria itu menghembuskan napas berat dan secara otomatis tangannya yang bebas memijat pangkal hidungnya. Selalu saja seperti itu, selalu saja setiap percakapan yang terjadi antara dia dan Elma tidak pernah berjalan dengan lancar dan mulus. Wanita itu selalu bersikap defensif, kasar dan selalu mencoba melawannya.Kalau dipikir lagi sebenarnya apa yang salah? Arash saat ini hanya mencoba untuk membangun sebuah rasa familiar untuk saling mengenal dengan mengajaknya kencan sebelum mereka berdua resmi menikah seperti rencana kedua orang tua mereka. Toh, memangnya dia bisa menolak keputusan itu? Harusnya perempuan itu mulai belajar untuk menghargai dan menghormatinya dari sekarang.Saat itulah Sylla kembali dari kamar mandi, dan menemukan sang patner tampak terlihat gusar.“Arash apa yang terjadi? Wajahmu terlihat kusut. Apa kau baik-baik saja? apa sesuat
Elma balas menatap Kai dan sebuah senyuman berkembang disana. Maka seketika hilang sudah ekspresi dingin maupun keras yang biasa Elma lihat dari pria itu. Bahkan garis wajah Kai tampak jauh lebih lembut ketika dirinya rileks. Membuat Kai terlihat dua kali lipat lebih tampan dari pria yang Elma temui beberapa waktu lalu. Kai mengelus pipi Elma dan mengunci pandangan mereka.It’s wrong but feel right. “Kenapa kau tersenyum, Elma?”“Aku? Tentu saja itu karenamu, Kai. Entah bagaimana aku jadi merasa lebih baik setelah melewati hari yang begitu memberatkan. Padahal awalnya aku merasa lelah dan stress.” “It’s just because the sex we had. Good sex lift your mood up.”“Kau pikir begitu?”Entah kenapa Elma sedikit merasa kecewa atas jawaban lelaki itu. Kai berkata bahwa semua perasaan yang kini sedang Elma rasakan tidaklah valid. Dia seolah berkata bahwa semua kesenangan yang mereka rasakan hanya karena mereka bercinta. Meski begitu memang ada benarnya juga bila bicara soal logika. Itu masuk
Jari-jari Kai tiba-tiba saja sudah menjelajah disana. Pria itu menyelipkan jarinya pada celah di antara bibir yang terkatup rapat dan menemukan sebuah fakta bahwa budaknya sudah begitu basah, hangat dan bergairah.Reaksi yang tampak dari Elma membuat darah lelaki itu berdesir semakin cempat dan mulai berkumpul di pangkal paha. Kai mendorong Elma untuk kemudian membaringkannya dalam posisi telungkup. Memberikan Kai pemandangan berupa bokong yang bulat sempurna dan akses lebih baik untuk satu hal yang paling menggoda keimanan dari tubuh perempuan.Sebagai akhir, sang pria berambut hitam tersebut melepaskan gag-ball yang menyumpal mulut sang wanita.“Princess, berikan aku rintihan dan lenguhan erotismu. Karena sekarang aku akan memberikan apa yang kau inginkan.”Tiba-tiba saja mulut dan lidah pria itu sudah berada di bagian privasi Elma. Memberikan stimulasi berlebih di area itu. Sang wanita kontan bereaksi dengan suara desahan yang keras tatkala merasakan sensasi elektrik di sekujur tub