Mata Ajeng seketika terbelalak, kabar yang baru saja disampaikan oleh pihak kepolisian sangat mengejutkan. Heru mengaku telah memperkosa Laila, itu artinya ....
Seketika pandangan Ajeng gelap dan tubuhnya ambruk ke lantai.
"Mama!!" teriak Laila yang kebetulan kekuar dari kamarnya.
"Mama," ulangnya sambil mengguncang tubuh Ajeng.
"Kak Aris, tolong Mama!" teriak Laila lagi.
Mendengar teriakan Laila, Lintang keluar dari kamarnya
"Mama? Mama kenapa, Ma? Bangun, Ma!" pekiknya setelah melihat mamanya tergeletak di lantai.
"Tolong!"
"Tolong!"
Teriak Lintang dan Laila bersamaan. Aris yang mendengar adik dan istrinya berteriak, tergesa-gesa keluar dari kamar.
"Ada apa?"
"Mama pingsan, kak!" jawab Lintang.
"Ya ampun, Mama! Kenapa bisa begini?"
"Nggak tahu, aku tadi mendengar Laila teriak. Begitu keluar kamar Mama sudah seperti ini," jawab Lintang.
Aris menoleh ke arah istrinya seakan minta jawaba
Di tempat yang agak jauh, pria yang tadi menemui pak Kadus nampak tersenyum puas sambil memegang ponselnya."Lapor boss, pemuda itu sudah meninggalkan rumah Rani." ucapnya sambil tersenyum miring. Matanya bergerak liar mengawasi sekitar khawatir ada yang melihat atau menguping aktivitasnya."Apakah gadis itu mencoba menghalangi?" tanya suara seorang laki-laki di ujung telepon."Dia tidak berani karena warga mengancam akan membakar rumah mereka kalau Aris tidak segera pergi.""Bagus, saya suka pekerjaan anda.""Apakah aku perlu membuat mereka lebih ketakutan lagi?" tanya pemuda yang tadi mengaku bernama Dino itu."Tidak perlu, untuk saat ini cukup. Aku hanya perlu anakku kembali, itu saja. Aku akan menghubungimu lagi kalau ada pekerjaan tambahan," jawab pria di seberang sana yang tak lain adalah Papanya Aris."Baiklah boss, saya tunggu transferan untuk sisa pembayarannya.""Oke, saya transfer sekarang."Panggilan berakhir
Aris menghela panjang sebelum dia berbicara. Dadanya terasa sesak, bagaimana ini pilihan yang sulit untuknya. Memilih satu diantara orang-orang yang dia sayangi. Antara orang tua dan kekasih hatinya."Aku menyayangi kalian semua, jujur saja ini adalah pilihan yang sulit. Tapi aku harus punya pilihan 'kan? Dan aku akan mempertahankan pernikahanku dengan Laila. Aku sudah terlanjur menikahinya jadi sudah menjadi kewajibanku untuk melindunginya.""Aris!? Apa kamu yakin dengan keputusanmu itu?" tanya Ajeng dengan suara tinggi."Maaf, Ma, kalau keputusanku ini menyakitkan untuk kalian. Tapi aku tidak punya pilihan lain selain bertahan." Aris menunduk."Mama kecewa, Ris. Mama nggak nyangka kamu akan lebih memilih Laila yang sudah fitnah kamu ketimbang memikirkan perasaan Mamamu ini." Ajeng mulai terisak."Mama justru harus bangga karena Aris bertanggung jawab .... ""Tanggung jawab apa? Tanggung jawab atas kesalahan yang tidak pernah kamu lakukan?"
"Apa?!" Aris terlonjak dan mundur satu langkah. Matanya menelisik gadis di hadapannya yang masih menutup mulutnya itu.Mata Laila berair karena menahan mual. Mulutnya mengeluarkan suara seperti orang muntah, tapi tidak ada yang keluar dari mulutnya."Apa ... kamu hamil, Laila?" tanya Aris dengan suara bergetar.Laila menggeleng beberapa kali dengan cepat."Tidak mungkin!" jawabnya sambil terus mengeluarkan suara-suara khas orang mual.Bunda yang sedang berada di dapur mendengar samar-samar suara dari dalam kamar Laila. Karena rumah Rani terbilang kecil maka jarak antara ruangan satu dan yang lainnya sangat dekat.Penasaran Rani mendekati kamar Laila, dan semakin jelas terdengar suara itu termasuk percakapan Laila dengan Aris.'Jangan-jangan Laila hamil.' batin Rani.Rani kembali ke dapur dan mengambil satu gelas air hangat, lalu membawanya ke depan.Sampai di depan pintu kamar Laila, Rani ragu. Tapi beberapa detik kemudi
Sosok yang berdiri di samping meja dan membelakanginya itu tiba-tiba berbalik setelah tahu Heru sudah berada di belakangnya.Dengan satu gerakan pria itu mendaratkan tinjunya pada wajah Heru. Membuat Heru hampir saja terjatuh karena mendapat serangan dadakan."Aw!" Heru sempoyongan sambil memegang pipinya. Ia berusaha untuk berdiri tegak dan menatap pria di hadapannya yang nampak sangat emosi.Untuk beberapa saat keduanya saling menatap tajam. Amarah Aji sudah diubun-ubun. Rasanya ia ingin menghabisi pria yang telah menodai anak gadisnya itu."Bajingan kamu! Penjara bukan tempat yang cocok untukmu. Seharusnya kamu sudah mati!" maki Aji sambil mengepalkan tinjunya."Mau menghabisi aku? Lakukan saja sekarang! Aku akan mati dan kamu yang menggantikan aku di penjara ini," seru Heru sambil menyeringai.Aji menatap Heru dengan semua rasa benci di dalam hatinya. Masalah yang mereka hadapi sekarang adalah buah dari perbuatan Heru, makanya Aji tidak
s TespackDi dalam penjara, setelah dibawa kembali ke dalam sel, Heru memegangi pipinya yang lebam karena pukulan Aji. Lalu duduk bersandar pada dinding."Kenapa, lu?" tanya seorang lelaki yang menjadi teman satu selnya.Heru melirik sekilas, ke arah pria dengan banyak tatto itu."Heh! Lu denger nggak! Ditanya nggak jawab! Lu budek, ya?!" Teman yang lainnya menambahkan.Heru tetap diam, ia masih kesal dengan Aji yang tiba-tiba memukulnya. Dan sekarang teman-temannya malahan kepo."Lu punya kuping kaga?" Pria bertatto tadi mendekati Heru."Lu kaga liat kuping gue dua nih?!" Heru memperlihatkan kedua telinganya."Terus kenapa nggak jawab?!" Pria berambut gondrong itu mendekat dan meraih krah baju Heru."Gue dipukul, " jawab Heru singkat."Dipukul siapa?""Bokapnya gadis yang gue perkosa, " jawab Heru datar."Apa? Jadi lu tukang perkosa gadis?""Ya, anak tiri gue.""Anak
Pria itu melihat bayangan wajahnya pada cermin sekali lagi karena belum yakin rambutnya telah tersisir dengan benar. Setelah memastikan, baru dia letakkan sisir di tempat semula. Ia mengambil jaket dan helm, tak lupa kunci motor yang tergeletak di atas meja.Duduk di atas jok motor dan memakai helm. Percuma saja tadi dia bercermin beberapa kali memastikan rambutnya rapi kalau ujung-ujungnya ditimpa helm."Mas, tunggu!" Aji menghentikan aktivitasnya memakai helm ketika Adrian memanggilnya."Ya, kenapa?" Aji menoleh ke arah adiknya."Mas Aji mau ke mana?""Ke rumah Rani, ada hal yang harus aku bicarakan dengannya.""Sendirian?""Iya," jawab Aji heran. Kenapa Adrian jadi se-kepo itu."Mas Aji tidak kapok ya, pergi ke rumah Mbak Rani sendirian? Nanti kena fitnah lagi bagaimana?"Aji nampak berpikir sejenak."Iya juga, ya. Kok aku sampai lupa.""Kalau begitu aku ikut!" Tanpa menunggu persetujuan dari kakaknya, A
aila ViralMelihat keadaan Laila yang sangat terpuruk, Aji merasa kasihan. Dia tidak tega kalau Laila terus menangis. Mata gadis itu sudah bengkak, Rani juga sudah berusaha menenangkan dengan berbagai cara. Tapi Laila tetap tidak mau makan ataupun bicara. Ia hanya duduk memeluk lutut di atas kasur sambil sesekali terisak.Aji bingung harus berbuat apa, sebagai laki-laki dia tidak begitu paham apa yang harus dilakukan ketika hati seorang gadis sedang bersedih.Dia berpikir mungkin kehadiran orang yang disayang akan banyak membantu.'Oh iya, bukankah Laila menangis karena Aris pergi!' batin Aji.Pria itupun pergi ke ruang tamu dimana Ardian adiknya sedang duduk. Lalu Aji mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi Aris. Namun nomor Aris tidak aktif.Melihat Aji mencebik, Ardian yang sejak tadi hanya memperhatikan kini bersuara."Siapa, Mas?""Aris.""Tidak diangkat?""Tidak aktif," jawab Aji sam
Ajeng duduk di tepi ranjang mencoba untuk mencari tahu, tapi Lintang tetap tak mau menjawab.Akhirnya ia membiarkan anak gadisnya itu menangis sampai puas.Selang beberapa menit tangis Laila mereda, gadis itu bangkit lalu memeluk Mamanya. Air matanya kembali keluar meski dia terlihat lebih tenang."Katakan saja, Nak! Ada apa? Kalau kamu nggak ngomong Mama 'kan jadi bingung." Ajeng mengusap punggung anaknya pelan."Aku malu, Ma," ucap Lintang lirih."Malu kenapa?""Berita tentang kasus pemerkosaan Heru terhadap anak tirinya sudah menyebar, Ma. Dan teman-teman Lintang di sekolah 'kan tahu kalau Heru itu adalah Ayah tiri Laila. Jadi otomatis mereka terpikir kalau Laila adalah korban Heru. Parahnya, teman-teman Laila tahu kalau dia itu pacarnya kak Aris." Lintang kembali terisak.Sementara Mama nampak geram mendengar penuturan Lintang. Itu artinya aib keluarganya karena Aris menikahi korban pemerkosaan tidak bisa ditutupi lagi.Lal