"Kak Fanno?" desis Lintang.
"Kamu kenal?" tanya yang lain.
"Kenal dong, sepertinya dia bikin kejutan buat jemput aku," seru Lintang girang, "Dah, semua .... " Lintang melambaikan tangan kepada teman-temannya lalu pergi.
Sementara teman-temannya melongo dan nampak kecewa. Pangeran ganteng yang sedari tadi jadi incaran mereka rupanya sedang menunggu Lintang.
"Kirain lagi nyari cewek, enggak tahunya nungguin si Lintang," salah satunya menggerutu.
"Itu pacarnya Lintang apa bukan, ya?"
"Beruntung banget, ya, kalau cowok itu pacarnya Lintang."
"Mungkin saja sodaranya."
"Sepupunya misalkan."
"Ah, semoga saja, ya."
"Aku daftar, deh, jadi pacarnya."
Riuh suara teman-teman Lintang berkomentar tentang Fanno.
Sementara Lintang dengan langkah ringan terus berjalan mendekati Fanno yang kini sudah menyadari kehadiran gadis itu.
Pemuda itu berdiri tegak setelah Lintang kian mendekat.
"Kak Fanno?" sapa
Malam harinya Aji kembali menghubungi Laila tapi beberapa kali dihubungi ponsel anaknya itu tidak aktif. Karena tidak enak hati khawatir ada apa-apa, akhirnya Aji menghubungi ponsel Rani.Wanita 40 tahunan itu merasa heran kenapa malam-malam Aji menghubunginya. Ragu dia menerimanya apalagi tadi siang keduanya sempat terjebak dalam situasi canggung."Ha-lo .... " sapa Rani ragu."Eum, ya, Rani. Aku ... apa Laila sudah tidur?" Pria di ujung telepon juga terdengar gugup."Sepertinya belum, "jawab Rani sambil mendongak ke arah kamar Laila."Aku menghubunginya tapi tidak aktif.""Sebentar." Rani bangkit dan berjalan menuju kamar Laila. Ini masih jam 8, Rani yakin Laila pasti belum tidur.Benar saja, ketika Rani masuk ke kamarnya, gadis itu belum tidur."Ayah kamu telepon, katanya ponselmu tidak aktif." Rani memberikan ponselnya pada Laila lalu pergi."Maaf, Yah, aku lupa isi baterai," kata Laila pada Ayahnya begitu pons
"Kiriman dari siapa?" tanya Rani ketika melihat Laila membawa dua kantong plastik.Karena terlihat kerepotan, Rani berdiri dan mengambil alih bawaan dari tangan Laila."Di luar masih ada satu dus lagi Bun," katanya sambil memberi isyarat dengan kepalanya."Biar nanti Bunda yang ambil. Kamu duduk saja!"Setelah meletakkan dua kantong plastik besar itu, Rani bergegas keluar. Benar saja disana ada satu buah dus berukuran sedang. Yang ternyata cukup berat.Susah payah Rani membawanya ke dalam rumah. Setelah itu dia menghempaskan tubuhnya ke atas sofa."Isinya apa, sih? Berat banget." Rani mengatur nafasnya yang tersengal."Buka aja, Bun!" Laila tersenyum lucu melihat Bundanya kecapean seperti itu.Meskipun masih cape, tapi Rani memaksakannya diri untuk bangkit karena di dorong oleh rasa penasarannya. Tangannya cekatan membuka tali dan selotip yang menutup kardus tersebut."Beras? Minyak? Ini dari siapa, Nak? Apa bantuan dari
curkan Gosip Miring"Berita itu sudah menyebar, bukan tidak mungkin rumah ini akan menjadi sorotan." Rani terlihat khawatir."Bunda tenang dulu, ya. Jangan panik, aku mau hubungi ayah dulu." Laila mengusap tangan Rani untuk menenangkan.Kemudian ia meraih ponselnya dan segera menghubungi Aji."Ya, ada apa, Laila?""Ayah sudah baca berita hari ini?""Berita tentang apa? Ayah belum cek ponsel pagi ini.""Tentang Ayah dan Bunda.""Apa?! Tentang Ayah dan Bunda? Berita apa?" Aji terdengar kaget."Ayah baca sendiri, ya. Nanti aku kirim link-nya.""Baiklah, Ayah tunggu."Panggilan berakhir, beberapa detik kemudian Laila mengirimkan link berita yang baru saja dia baca pada ayahnya.Aji segera membacanya dan sontak kaget membaca berita tentang dia dan Rani yang dituduh kumpul kebo lagi."Heran dengan para pencari berita itu tidak pernah mewawancarai aku tahu-tahu berita sudah tayang.
"Hey! Kalian wartawan 'kan?" Suara seseorang terdengar dari belakang mereka.Ketiganya serentak menoleh, dan terlihat kaget."Kenapa kaget? Seharusnya kalian senang bertemu dengan saya.""Anda .... ""Saya orang yang beritanya kalian posting pagi ini. Saya ke sini untuk menawarkan diri supaya besok kalian bisa memajang berita tentang saya di halaman paling depan."Ketiga wartawan itu saling pandang, ucapan pria dihadapan mereka terdengar seperti sindiran. Tapi dia adalah Aji, yang pagi ini beritanya jadi trending topik."Bagiamana?" Aji mengangkat sebelah alisnya."Maksad Anda?" Salah satu dari wartawan itu bertanya."Kalian tahu, apa yang kalian tulis itu fitnah. Saya sama sekali tidak melakukan seperti apa yang kalian tuduhkan. Berati kalian telah memfitnah saya dana Rani.""Maaf, Pak Aji. Kami memang tidak mewawancarai Anda, karena selama ini baik anda maupun Bu Rani terkesan menghindar dari wartawan. Tapi menurut pen
"Pernyataan apa? " tanya Aji heran karena seingatnya dia tidak berkata yang menyinggung Rani."Pernyataan bahwa kita akan segera menikah, 'kan tidak lucu." Rani memberanikan diri menatap Aji."Oh itu, aku tidak sedang bercanda, kok. Aku memang serius ingin menikahimu," ucap Aji pelan sambil balas menatap Rani.Ucapan Aji tersebut membuat Rani dan Laila terkejut. Keduanya berpandangan heran."Ayah serius?" tanya Laila antusias.Aji hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Ia mengamati wajah Rani yang tanpa ekspresi. Ada sedikit perasaan kecewa, karena dia berharap Rani akan menyambut niatnya dengan senang. Setidaknya wanita itu akan tersenyum atau bahkan tersipu.Tapi kenyataannya, Rani hanya terdiam dengan ekspresi datar."Bun?" Laila mengguncang lengan Rani."Ah, iya!""Aku setuju kalau kalian rujuk," lanjut Laila penuh harap."Kamu main setuju saja, enggak nanya pendapat Bunda dulu?""Memangnya Bunda ...
Rani menarik nafas dalam-dalam, ia tidak boleh egois hanya memikirkan perasaannya sendiri."Baiklah, Bunda setuju.""Serius, Bun?" Laila berbinar.Rani tersenyum sambil berkaca keduanya lalu berpelukan. Rani sudah mengambil keputusan, apapun yang akan dikatakan netizen, Rani tak peduli. Setelah masa iddahnya habis, ia siap kembali menjadi Nyonya Aji."Makasih, ya, Bun. Aku seneng dengernya. Ayah juga pasti bahagia. Aku akan mengabari ayah dulu." Laila melepas pelukannya lalu segera menghubungi Aji."Ya, ada apa, Laila?" tanya Aji setelah menjawab salam dari anaknya."Aku punya kabar baik, Yah.""Maksud Kamu?""Coba Ayah tebak." Laila sengaja membuat Aji penasaran."Kamu itu, mau bikin Ayah penasaran, ya?""Ayo, tebak saja!""Ayah tutup teleponnya, ya." Aji balik menggoda Laila."Jangan!""Hmmm.""Ya, udah. Ayah pasti akan seneng mendengarnya kalau sebentar lagi kita akan tinggal bersama
Heru berpikir sejenak, ada baiknya mereka diizinkan beristirahat di sini saja. Toh mereka hanya meminta satu malam dan dia tidak akan keluar kamar."Tempatkan mereka di kamar samping!""Baik, Tuan.""Satu lagi, jangan beritahu siapa pun kalau aku ada di sini.""Beres, Tuan. Itu mah Mamang juga mengerti."Mang Juned turun ke lantai bawah, kemudian menemui tamunya di teras."Maaf lama, kata Juragan saya kalian boleh nginep tapi hanya satu malam.""Makasih, Pak. Tidak apa-apa satu malam karena besok kami akan melanjutkan perjalanan ke atas,"kata Aldi."Mari, lewat sini." Mang Juned mendahului mereka berjalan ke arah samping villa.Aldi dan teman-tema nya saling pandang karena ternyata mereka tidak diizinkan masuk ke dalam villa utama.Akhirnya mereka pasrah hanya bisa masuk bagian samping villa."Kalau ada apa-apa, Mamang di sana, ya. Ketuk saja pintunya." Mang Juned menunjuk pintu yang menjadi penghubung bagi
"Helen? Maksud kamu apa?" jawab suara di seberang telepon yang ternyata adalah Rani."Jadi, kamu mau mengelak?" Helen terdengar sewot."Bukannya mengelak, tapi kamu harus tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi.""Tidak penting!" jawab Helen ketus."Kakak kamu di penjara itu karena perbuatannya, ia pantas mendapatkannya.""Kenapa kamu sebagai istrinya tidak mau membela suami sendiri? Malah menggugat cerai dan ninggalin suami yang sedang kesusahan di penjara. Istri macam apa?""Apa pantas suami seperti kakakmu itu dipertahankan? Aku kira semua wanita yang berperan sebagai ibu akan memilih anaknya daripada suaminya bejad seperti Heru." Rani tidak bisa tinggal diam ia terus-terusan disudutkan oleh Helen.Tapi bukan Helen namanya kalau dia menyerah begitu saja."Ya, karena kesalahan terbesar kakakku adalah menikahi kamu.""Dan kesalahan terbesarku adalah jika aku bertahan dengan kakakmu."Setelah berkata seperti itu Ran
Acara lamaran Lintang berlangsung sangat khidmat. Senyum tak lepas dari bibir gadis itu. Akhirnya pemuda yang selama hampir tiga tahun dekat dengannya ini, membuktikan keseriusannya.Begitu juga dengan Aris, kedua sahabat ini pernah berkelakar bahwa mereka akan jadi sodara ipar. Fanno berkali-kali pernah menawarkan diri untuk jadi adik ipar sahabatnya ini.Ternyata benar, ucapan itu adalah doa, maka ucapkanlah yang baik-baik agar menjadi doa yang baik-baik pula.Selesai acara lamaran, semua yang hadir menyantap hidangan yang telah disediakan oleh Ajeng.Fanno mendekati sahabat sekaligus calon Abangnya itu."Gimana kerjaan lu?""Sopan dikit kek, sekarang gue udah jadi calon Abang lu. Masa masih manggil seperti itu?" Aris protes."Oke, Bang, gue ralat. Gimana sekarang kerjaan lu, Bang?""Tetap aja, ya, tapi gapapa lah gue maklum.""Lagian, begitu aja jadi masalah. Pertanyaan gue kagak dijawab juga.""Lu kepo aja uru
Ekstra Part 19Menuju AkhirAris berusaha untuk menikmati pekerjaannya sebagai tukang cuci mobil. Meski bayaran yang dia terima tidak sebanyak ketika bekerja di kantor Papanya David. Tetap saja ia syukuri.Dua hari sudah waktu yang David janjikan untuk membawa Zara kepada keluarga Aris. Tapi belum ada tanda-tanda pria itu akan menepati janjinya."Gue cuma mau ngingetin, ini sudah hampir 2 x 24 jam, Dav," kata Aris lewat sambungan telepon."Gue usahain nanti malam, Ris.""Bener, ya?""Bener. Entar gue kirim alamatnya.""Lu datang ke rumah gue saja.""Enggak bisa, Ris. Lu tahu Zara seperti apa? Ini juga gue enggak yakin.""Lah, gue pikir udah deal.""Tadi 'kan gue bilang mau usahain.""Oke, gue tunggu kabar selanjutnya."Aris memutus sambungan telepon. Ia berharap David bisa membuktikan ucapannya.***Selepas magrib David mengirimkan alamat pad
Malam itu juga Aris pergi ke rumah David. Tidak sulit baginya untuk menemukan alamat orang kaya dan terkenal seperti keluarga David.Sebelumnya Aris mengirim pesan terlebih dahulu pada pria berambut klimis itu kalau dia sedang dalam perjalanan ke rumahnya.[Gue lagi di luar, Ris. Besok aja, ya, kita ketemu di kantor.]David beralasan.[Tanggung gue udah di jalan. Enggak apa-apa kalau lu enggak ada, gue ketemu Bokap lu aja.]Tulis Aris sambil tersenyum.[Oke, gue balik. Lu tunggu gue, jangan ngadu macem-macem sama bokap gue!]Aris tersenyum membaca balasan dari David. Pria itu ternyata sangat sayang dengan jabatannya, sehingga dia sangat takut kehilangan.Ternyata Aris sampai terlebih dahulu dari tuan rumah. Dia menunggu di dekat pos satpam. Kata Pak satpam barusan, David belum sampai ke rumah.Berselang lima belas menit, mobil David memasukkan pintu gerbang. Ia langsung mengajak Aris masuk melalui pintu samping dan duduk
"Mama tidak menyangka kamu tega mencoreng muka Mama dan Papa. Memberikan kesan buruk pada keluarga kita, Ris. Maksudnya apa ini?" Ajeng mengetuk-ngetuk layar ponselnya."Itu fitnah, Ma. Aris dijebak, Mama tahu 'kan wanita itu yang mengacau di acara wisudaku beberapa bulan ke belakang.""Iya, Mama tahu. Tapi ini tidak bisa dikatakan fitnah. Sedangkan jelas orang di dalam poto ini adalah kamu. Mama tidak bisa membayangkan kalau Papa sampai tahu." Ajeng merasa terpukul.Lagipula, Aris tak habis pikir, dari mana wanita itu mendapat nomor Ajeng."Aku bisa jelaskan, Ma.""Apa lagi yang mau dijelaskan? Semuanya sudah jelas, kamu tidak bisa beralasan." Ajeng berpaling."Adegan dalam poto ini rekayasa, Ma.""Tidak mungkin, kamu tidak bisa membodohi Mama. Kalau kamu tidak mau harusnya berontak dan menolak. Dari segi mana itu dibilang rekayasa. Atau kamu mau bilang itu adegan poto untuk kepentingan komersial? Kalaupun ia, Mama tidak setuju!"
Selama perjalanan menuju rumah sakit, Laila maupun Aris tidak banyak bicara. Keduanya bingung harus bersikap, secara dari semalam Laila masih belum bersikap manis pada suaminya.Aris ingin segera menunjukkan video itu pada Laila. Tapi sepertinya waktunya tidak tepat jika sekarang.Laila pun tak tahu harus bagaimana memulai untuk minta maaf pada Aris. Ia merasa canggung karena dari semalam dia tidak bersikap baik pada suaminya.Keduanya hanya bersikap biasa ketika berbicara dengan Ariel. Selebihnya seperti dua orang asing yang baru saja bertemu.Kaku.Di rumah sakit, untung saja Laila segera datang, karena ternyata Rani sendirian. Beberapa menit yang lalu, Aji pamit pulang dulu untuk mengambil sesuatu di rumah. Itu kata Rani, wanita itu tidak mau berterus terang bahwa Aji sedang mencari pinjaman uang untuk melunasi biaya rumah sakit.Tabungan mereka belum cukup untuk melunasi semua biaya. Aji sedang menemui beberapa teman kerjanya siapa tahu
"Ini surat pengunduran diri saya." Aris meletakkan surat itu dihadapan Pak Jani, pria yang dulu menerimanya bekerja."Saya perlu tahu, kenapa kamu ingin berhenti bekerja di sini. Padahal kamu termasuk karyawan terbaik meski baru dua bulan bergabung bersama kami. Apa kamu ada masalah dengan salah satu karyawan di sini?" Pak Jani bersandar pada kursinya sambil memperhatikan Aris."Saya tidak ada masalah, Pak. Selama bekerja di sini saya sangat senang. Tapi saat ini, saya ingin mencoba mengembangkan usaha sendiri meski kecil-kecilan." Aris beralasan."Saya sangat menyayangkan saja, Ris. Harus kehilangan karyawan baik seperti kamu. Next kalau kamu ingin bergabung kembali dengan kami, jangan sungkan, ya. Pintu selalu terbuka buat kamu.""Baik, Pak. Terima kasih telah memberikan kesempatan buat saya bekerja di sini. Saya permisi." Aris bangkit dan mengulurkan tangannya."Terima kasih juga sudah pernah bergabung bersama kami," jawab Pak Jani sambil meneri
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, Aris seperti kesetanan mengemudikan mobilnya. Ia terus merutuki kebodohannya, kenapa harus menuruti David. Bukankah ia sudah punya janji dengan Laila dan Ariel.Kenapa pula ia harus terus menerus merasa tidak enak pada David, bukankah ia juga punya hak untuk menolak."Sial. Seharusnya aku sudah berhenti kerja setelah tahu David itu sepupuan dengan Zara. Sebab aku tahu Zara itu licik dan nekad." Aris memukul setir.Berkali-kali ia menekan klakson karena ada yang menghalangi jalannya. Hingga satu ketika mobilnya oleng dan hampir saja menabrak pembatas jalan."Astaghfirullah," ucapan sambil memelankan mobilnya.Ia usap wajahnya berkali-kali, lalu membuang nafas perlahan. Ini salah, melampiaskan kekesalan dengan cara ugal-ugalan saat menyetir, memang tidak dibenarkan. Bisa membahayakan dirinya juga pengendara lain. Bukannya mengurangi masalah malah akan manambah masalah jadinya."Papa?!" Matanya membola keti
Ekstra Part 13Hati WanitaLaila mondar mandir sambil terus mengotak-atik ponselnya. Dari tadi ia menghubungi Aris tapi tidak diangkat. Akhir pekan ini, pria halalnya itu berjanji akan pulang cepat demi mengajak Ariel jalan-jalan."Habis ashar kamu dan Ariel langsung siap-siap, ya. Supaya aku tidak nunggu lama dan kita punya banyak waktu untuk mengajak Ariel jalan-jalan." Itu pesan Aris beberapa jam yang lalu lewat telepon.Tapi sampai saat ini suaminya itu belum juga datang. Laila mencoba menghubunginya, tapi tak satupun panggilan darinya diangkat."Mungkin Kak Aris terjebak macet, maklum ini sudah masuk akhir pekan jadi banyak yang ke luar untuk liburan," guman Laila menghibur diri.Matanya tak lepas dari layar ponsel yang masih menyala."Tapi ... kalau memang iya terjebak macet, kenapa sampai tidak bisa menjawab telepon?"Laila bangkit dari duduknya lalu melihat ke luar rumah melalui kac
"Lepaskan aku! Kalian tidak punya hak menangkapku!"Helen terus meronta ketika dua orang sipir memegangi tangannya. Kedua pria itu membawa Helen ke luar sel tersebut."Lepaskan!!" Helen mencoba mengayunkan tangannya agar terlepas, tapi sia-sia karena tenaga dua orang pria itu tentu saja lebih kuat.Tiba-tiba wanita itu berhenti. Ia berusaha mundur ketika dua orang berseragam itu menariknya."Aku bilang lepaskan! Kalian akan membawa aku kemana?""Tindakanmu barusan itu membahayakan penghuni lain. Kamu harus dipisahkan," ujar salah satunya."Tidak mau! Aku tidak mau sendirian! Aku mau bersama dengan yang lain. Lepas, aku bilang lepas!!"Lama-lama tenaga Helen terkuras sia-sia karena terus meronta. Wanita yang dulu selalu berpenampilan bak artis ibu kota itu akhirnya harus pasrah ketika dirinya dimasukkan ke sel terpisah tanpa teman."Heeyy! Lepaskan aku!! Kalian tidak tahu pacarku kaya, banyak duitnya. Sebentar lagi dia akan data