Bab 30
Rayna menghela nafas. Dia yang sudah muak dengan keadaan ini, akhirnya memutuskan bangkit dari tempat duduk dan menyeret tasnya, tanpa memperdulikan Ziyad. Setibanya di teras, dia kembali mengecek ponsel. Sebentar lagi taksi pesanannya akan datang. Perempuan itu memilih berdiri di dekat salah satu tiang, sementara Ziyad menyusul wanita itu dan berdiri di belakangnya.
Benar. Tak sampai lima menit kemudian, sebuah mobil berhenti di pinggir jalan depan rumah. Rayna melangkah bergegas menuju mobil dan segera masuk ke dalamnya.
Mobil itu meluncur manis menuju suatu tempat. Malam ini Rayna sengaja menginap di hotel. Setelah itu dia akan berpikir untuk mencari rumah kontrakan murah yang akan dia gunakan untuk tempat tinggalnya.
Tekadnya sudah bulat. Dia tidak mau lagi tinggal dengan lelaki itu, apalagi sekarang sudah ada wanita lain diantara mereka dan ce
Bab 31Masih dengan menyeret tas besarnya, Rayna mendorong pintu rumah kontrakan. Rumah ini hanyalah rumah petak dengan ukuran yang sangat terbatas. Hanya ada satu ruangan, dapur kecil dan kamar mandi menempel di belakang. Semuanya persis seperti yang ia lihat pada postingan promosi di grup sosial media dengan icon warna biru itu.Tak apalah. Dia hanya memerlukan tempat untuk berteduh dari panas dan hujan. Ruangan ini cukup bersih. Tampaknya sang pemilik kontrakan merawat tempat ini dengan baik selama belum ada orang yang menyewanya.Rayna mulai membuka tas, mengeluarkan isinya yang tak seberapa itu. Dia menaruh baju-baju ke dalam lemari yang sudah di sediakan. Di ruangan ini hanya ada satu lemari pakaian, kasur dan cermin besar yang menempel di dinding.Setelah pekerjaannya selesai, Rayna pun melangkah menuju dapur. Dapur ini pun cukup bersih, meskipun ukurannya sanga
Bab 32 "Papa yang kerja mencari uang, sedangkan Mama di rumah. Mama harus menurut apapun kata-kata Papa. Semua hal dan keputusan di rumah kita didominasi oleh papa. Mama hampir tidak pernah punya kesempatan untuk mengemukakan pendapat sendiri. Mama tumbuh menjadi wanita yang menurut terhadap suami." Ziyad memutar kembali memori yang pernah ia rekam di otaknya saat mereka masih bersama dengan sang papa. "Namun apa yang terjadi padaku dan Rayna beda kasusnya, Ma. Lagi pula zaman sudah berubah...." Ziyad menelan ludah saat merasakan tenggorokannya kering seperti orang yang yang habis berceramah. Ah dia memang berceramah. Bedanya yang diceramahi adalah ibunya sendiri. "Ya, zaman memang sudah berubah, tetapi yang tidak berubah adalah tugas dan peran seorang istri di rumah," pangkas ibunya.
Bab 33Lelaki itu berjalan menghampiri Rayna tanpa peduli dengan ekspresi wanita itu yang menyilangkan tangan ke dadanya. Kakinya yang semula berselonjor kini ditarik ke depan, membuat lutut berdempetan dengan dadanya. Rayna terlihat mengejapkan mata, menatapnya tak percaya.Ravin telah tiba di tepi pembaringan. Dia duduk dan menatap wajah itu dalam-dalam."Maafkan jika caraku salah, membawamu ke tempat ini. Namun aku tidak mau mengambil resiko mendapat bantahan darimu," jelasnya."Jadi benar kamu yang membawaku ke tempat ini?" telisik Rayna sembari menaikturunkan alisnya.Lelaki itu mengangguk. "Benar, Rayna. Sekali lagi aku minta maaf. Hanya inilah satu-satunya jalan untuk mengenalkan diri ini kepadamu." Lelaki itu menelan ludahnya sebelum melanjutkan kata-katanya."Kamu masih ingat nggak, ini tempat apa?"
Bab 34"Mama?" ulang Ravin."Iya, ibuku di kampung. Aku tidak bisa membayangkan seandainya beliau tahu bagaimana nasib rumah tanggaku sekarang. Pasti hatinya sakit," tuturnya sendu."Kita bisa menjelaskan semua itu pelan-pelan, Rayna.""Tapi aku masih ragu ....""Kita belum mencobanya," tukas Ravin. "Seorang ibu pasti bisa menerima kondisi rumah tanggamu. Dia pasti tidak akan membiarkan putrinya tersiksa di dalam sebuah rumah tangga toxid.""Entahlah ...." Rayna masih saja terisak.Tidak pernah seumur hidupnya ia merasa sehancur ini, kecuali saat itu. Luka lama yang sudah ia balut seiring berjalannya waktu, tiba-tiba saja mengeluarkan rasa sakit yang jauh lebih parah dari sebelumnya."Kamu mengingatkanku pada rasa sakit yang kualami saat itu, Ravin," ujarnya frustasi. Rayna meremas ujung jilbabnya."Aku bisa merasakan bagaimana sakit hatimu saat itu. Seandainya waktu itu kamu tidak langsung meninggalkan kamar ini, kita masih bisa bicara baik-baik ...."
Bab 35"Rayna, dengar dulu." Lelaki itu setengah membentak. "Sejak malam itu aku selalu teringat dirimu." Ravin kembali memejamkan matanya sejenak. "Lima tahun aku mencarimu, Rayna. Itu bukan waktu yang sebentar. Aku tahu kedatanganku sudah terlambat, tetapi rasa yang tertinggal sejak malam itu tak bisa aku pungkiri begitu saja.""Rasa yang tertinggal?" Rayna beringsut, bermaksud menjauh. Namun lelaki terus menggenggam tangannya. Lagi-lagi perempuan itu hanya bisa pasrah."Ya, rasa itu. Dan terus berkembang sampai kini. Sedetikpun aku tidak pernah melupakanmu. Aku selalu mencarimu. Aku menyusuri kota demi kota, berkeliling sembari mengontrol gerai-gerai Al-Fatih Mart, berharap suatu saat Tuhan mempertemukan kita kembali, demi sebuah tanggung jawab yang belum aku tunaikan kepadamu." Sebelah tangannya menarik bantal yang tengah di peluk Rayna, sehingga membuat wajah wanita itu terangkat."Aku tidak butuh tanggung jawabmu! Se
Bab 36"Tunggu, Ravin!""Ada apa, Rayna?"Perempuan itu bergegas turun dari ranjang, lantas berdiri di belakang lelaki itu."Beri waktu buatku untuk berpikir. Dan selama aku berpikir, aku harap kamu jangan menggangguku. Jangan menghubungiku, karena aku tidak mau terganggu."Lelaki itu mengerjapkan mata. "Oke. Namun aku tetap mengawasimu, karena aku tidak mau sesuatu hal yang buruk terjadi padamu. Deal?""Deal!" seru Rayna.Akhirnya keduanya pun bersalaman.Ravin meneruskan langkahnya menuju kamarnya, yang bersebelahan dengan kamar yang di tempati Rayna.Sebenarnya ia bisa saja tidur di kamar yang sama. Demi kenyamanan wanita itu, akhirnya dia mengalah. Rayna wanita baik-baik dan ia tidak mau membuat perempuan itu tidak nyaman dengan kehadirannya di kamar itu. Wala
Bab 37"Mama," ucap Rayna. Perempuan itu maju selangkah, bermaksud akan masuk ke dalam rumah. Namun langkahnya dihadang oleh Widya. Perempuan tua itu berdiri sembari berkacak pinggang tepat di depan pintu."Mengapa kamu kembali kemari? Apakah kamu sudah di campakkan laki-laki itu?" ejek Widya. Di otaknya yang ada hanya kesalahan menantunya, tanpa pernah mengingat kesalahan putranya sendiri."Aku hanya ingin mengambil barang-barang dan juga motorku," ujar Rayna tenang."Katanya selingkuhanmu itu pengusaha kaya raya. Kenapa motor butut itu masih kamu ingat? Kamu bisa, kan minta dibelikan mobil mewah?" Widya memindai penampilan Rayna yang terlihet tidak berubah.Perempuan muda itu hanya tersenyum samar. Rayna berusaha menyisihkan tubuh tua itu dan kini dia berhasil masuk ke dalam rumah."Aku tidak mempersilahkan kamu masuk, Rayna!
Bab 38Rayna menatap lelaki itu dalam-dalam. Ingin rasanya ia menelan lelaki itu bulat-bulat, tetapi saat ini ia harus bisa bersikap setenang mungkin demi menjatuhkan mental lelaki itu."Mungkin bagimu, iya. Pada kenyataannya bukan Ravin yang membuat rumah tangga kita hancur, tetapi justru kamu sendiri. Dari awal kamulah yang membuat masalah.""Apa kamu masih belum juga mengerti?! Sejak awal, kamu lah yang membuat masalah. Seandainya kamu waktu itu masih tersegel, tidak akan pernah terjadi drama di dalam rumah kita. Kamu pikir menerima kondisi seorang istri yang sudah tidak perawan itu mudah?!" Suara Ziyad menggelegar"Ziyad, keperawanan ataupun keperjakaan sebenarnya sama saja. Bukan cuma seorang wanita yang dituntut untuk menjaga kehormatan dirinya, tetapi juga laki-laki. Seseorang yang sudah pernah melakukan hubungan intim di luar nikah, jangan pernah berharap mendapatkan pasan
Bab 139 "Jodoh itu ibarat cerminan diri. Di detik ini aku baru sadar, aku memang tidak pantas untukmu. Kamu memang pantas untuk bersanding dengan Ravin," gumam Ziyad. Matanya tak lepas dari layar ponsel yang menayangkan adegan demi adegan kegiatan Rayna bersama Al-Fatih Mart Foundation. Perempuan muda itu nampak begitu tulus menyalami para orang tua di salah satu panti jompo yang ia kunjungi. Meskipun tak pernah ada lagi kontak dengan Rayna, tetapi lelaki itu senantiasa mengikuti perkembangan Rayna melalui akun media sosial Al-Fatih Mart yang ia follow. Ya, hanya itu jalan satu-satunya untuk mengetahui perkembangan dari perempuan yang bahkan sampai kini masih tetap dia cintai. Semua akses sudah tertutup. Rayna sudah menikah dengan Ravin, bahkan kini memiliki anak, Akalanka Mirza Zahair Narendra. Tak ada gunanya ia terus berharap. Mencintai dalam diam. Itu yang ia lakukan sekarang. Ziyad tersenyum kecut. Biarlah semua orang menganggapnya bodoh. Tapi hanya itu yang tersisa dari sosok
Bab 138 "Selamat, Tuan. Anaknya laki-laki, sehat, tak kurang suatu apapun dan ganteng seperti daddynya," canda dokter Viona. Dia sendiri yang menyerahkan langsung bayi mungil di dalam bedongan itu kepada Ravin. "Terima kasih, Dok." Ini jelas sebuah keajaiban bagi Ravin. Bisa menggendong bayi yang merupakan darah dagingnya sendiri merupakan mimpinya sejak lama dan kini menjadi kenyataan. Ravin melangkah menghampiri sang istri yang terbaring lemah di ranjang. Wanita itu mengulas senyum termanis. "Ini putra kita, Sayang," ujarnya sembari duduk di kursi dekat ranjang. Matanya menatap wajah mungil itu lekat-lekat. "Tentu saja. Terima kasih sudah menyambut kehadirannya." "Apa yang kau katakan, Sayang?!" Refleks tangannya terulur menutup mulut Rayna. "Kehadirannya sudah lama kutunggu dan hari ini aku sangat bahagia karena sekarang aku memiliki seorang pewaris. Pewaris Al-Fatih Mart yang sekarang tumbuh dan berkembang semakin besar, melebarkan sayap sampai ke negeri tetangga," ujarnya
Bab 137 "Bukan, Sayang. Lagi pula aku sudah memutuskan untuk tidak lagi memantau mereka. Dean dan Roy akan ditarik sebagai pengawal pribadiku, menggantikan Adam dan Damian yang telah resmi menjadi pengawal pribadimu mulai hari ini." "Kenapa bisa begitu?" Rayna tersentak. "Karena kita sudah punya kehidupan masing-masing. Ada banyak hal yang lebih penting untuk kita perhatikan, Sayang. Jadi mulai hari ini stop! Ziyad dan keluarganya kita keluarkan dari tema pembicaraan kita sehari-hari. Are you oke?" tegas Ravin. Tangannya terulur menangkup wajah perempuan itu, mendongakkannya, lalu mendekatkan wajahnya sendiri, mengecup bibir ranum itu dengan lembut. Rayna menggeliat. Tubuhnya menghangat seketika. "Berjanjilah untuk move on dari cinta dan suami pertamamu itu, Sayang. Seperti aku juga yang move on dari istri pertamaku," lirih lelaki itu. Rayna menatap pemilik wajah dengan rahang yang tegas itu dalam-dalam. Ada kesungguhan dan ketulusan di sana. Ravin benar. Setelah selesai soal kem
Bab 136Perempuan muda itu menoleh. "Kak Rayna!" Suaranya bergetar.Rayna menubruk gadis itu, memeluknya dengan erat, meskipun beberapa detik kemudian menyadari saat mereka berpelukan, ada yang mengganjal. Bukan cuma perutnya, tetapi juga perut Selvi."Selvi, kamu sedang hamil?" Tanpa sadar tangan perempuan itu mengusap perut besar milik Selvi.Gadis itu mengangguk. "Seperti yang Kakak lihat," sahutnya getir"Kamu sudah menikah?" Pertanyaan itu terasa begitu konyol. Otaknya berusaha keras mengingat-ingat. Dia dan Ravin memang memantau Ziyad dan Selvi, meskipun tentu tidak bisa 100%. Sampai sejauh ini suaminya tidak pernah menceritakan soal Selvi. Setiap kali ditanya, Ravin selalu bilang Selvi dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi nyatanya....Laila berinisiatif untuk membawa Selvi, Rayna dan Vania masuk ke rumahnya yang bersebelahan dengan bangunan itu."Ini anak Angga?" Rayna kembali mengusap perut besar Selvi dengan lembut saat mereka sudah duduk di sofa."Iya, Kak." Butir-butir beni
Bab 135"Terima kasih, Sayang. Kamu adalah istriku dan ratuku. Kamu tidak perlu merubah apapun dari dirimu. Semua yang ada pada dirimu sudah sempurna. Aku juga tidak menuntutmu terlibat penuh dalam kegiatan di perusahaan, kalau memang kamu tidak menginginkannya. Cukuplah kamu mendampingiku, setia padaku, karena aku benci dengan yang namanya penghianatan." Ravin menghela nafas berat.Antara Bella dan Rayna sungguh berbeda dan Ravin menerima Rayna mutlak apa adanya. Dia hanya menginginkan kesetiaan, setelah apa yang Bella torehkan kepadanya. Buat apa memiliki istri cantik, cerdas, berpendidikan tinggi, tetapi punya kebiasaan memelihara pria pemuas hasrat? Ini sangat menjijikan!Keduanya menikmati waktu beberapa saat di taman sebelum akhirnya bangkit. Ravin memeluk pinggang istrinya posesif. Namun baru beberapa langkah keduanya mengayunkan kaki, mendadak ponsel Ravin berdering"Panggilan video dari Axel," cicit Rayna. Sepasang suami istri itu berpandangan."Angkat saja, Hubby. Siapa tahu
Bab 134 "Istrimu?!" Perempuan yang hanya mengenakan dress di atas lutut tanpa lengan itu mengibaskan rambutnya. "Apakah aku tidak salah dengar? Apakah ini benar-benar istrimu?" Dia menunjuk Rayna dengan ekspresi keheranan. Matanya tak lepas mengamati penampilan Rayna yang mengenakan gamis dengan jilbab yang menutupi kepala sampai tonjolan di dadanya. Memang, pakaian yang dikenakan oleh Rayna berharga cukup mahal dan model kekinian. Namun di mata Chintya, gaya berpakaian Rayna seperti orang udik, kampungan! "Lho, memangnya kenapa, Chintya?" Ravin menatap Chintya dengan pandangan tak suka. "Ah, tidak apa-apa. Aku hanya heran dengan seleramu. Kamu terlihat sangat berubah, Ravin. Aku pikir setelah kamu menceraikan Bella, kamu akan mencari wanita yang jauh lebih baik dari mantan istrimu itu." Chintya mencoba menutupi keterkejutannya dengan tertawa kecil. "Dan Rayna adalah wanita yang jauh lebih baik dari Bella," ujar Ravin sinis. Sekalian saja dia menumpahkan isi hatinya, mampung bert
Bab 133"Oh, ya? Benarkah?" Sepasang mata indah itu berbinar-binar menatap tudung saji yang teramat besar menutupi seluruh hidangan di atas meja makan."Benar sekali, Nyonya. Hari ini saya memasak makanan yang merupakan kekayaan kuliner kami orang Melayu." Chef Ehsan melambaikan tangan kepada dua orang wanita berseragam pelayan yang berdiri di sudut ruangan. Mereka bergegas menghampiri, lalu membuka tudung saji."Inilah nasi lemak khas Malaysia," ujar chef Ehsan bangga."Wow...! Ini sangat keren. Terima kasih, Chef. Kamu memang juru masak yang hebat!" puji Rayna."Terima kasih atas pujian Nyonya. Itu memang sudah tugas saya sebagai chef pribadi keluarga Narendra, sekaligus senior chef di sebuah restoran masakan khas Melayu yang dimiliki oleh keluarga Narendra," sahut chef Ehsan sopan."Keluargamu juga memiliki restoran di sini, Hubby?" Perempuan itu sangat terkejut. Dia menoleh kepada sang suami."Kurang lebihnya seperti itu, Sayang. Daddy Elvan memang menjadi investor terbesar di sal
Bab 132Dari sebuah bandara kecil yang intensitas penerbangannya tidak terlalu padat, Ravin dan Rayna bertolak ke Kuala lumpur. Rayna yang baru pertama kali menaiki pesawat pribadi terkagum-kagum dengan interior yang dimiliki oleh pesawat pribadi keluarga Narendra. Sungguh sangat mewah. Seumur hidupnya ia tidak pernah menyaksikan ada pesawat yang di dalamnya didesain mirip sebuah rumah."Ini adalah milikmu juga. Kamu bebas menggunakan pesawat ini kemanapun kamu akan bepergian. Kapten Ivan akan senang hati mengantarmu. Beliau adalah seorang pilot dengan jam terbang yang sangat tinggi." Ravin seolah bisa membaca keminderan dari diri wanita itu."Memangnya aku mau kemana?" Rayna tertawa kecil. "Ini adalah pertama kali aku pergi ke luar negeri dan itu pun bersamamu Hubby....""Kasihan," goda Ravin mencubit hidung bangir istrinya. Mereka tengah berbaring di pembaringan. Ravin memeluk Rayna sembari mengelus perut wanita itu. Terasa olehnya permukaannya yang tak lagi rata. Untuk sesaat hat
Bab 131 Tangan Selvi terulur mengelus pipi tirus perempuan tua itu. Tak ada rasa hangat sedikitpun dari wajah yang disentuhnya. Tak ada kehidupan. Wajah itu dingin dan beku. Selvi menjerit keras. Tubuhnya seketika lemas tiada berdaya. Namun sebelum tubuh itu terkapar di lantai ruangan, sepasang tangan besar menangkap Selvi, membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Mama sudah tiada." Ziyad berulang kali membisikkan kata-kata itu ke telinga Selvi, meskipun matanya memanas menahan tangisnya. Bagaimanapun ibunya adalah surganya. Ziyad menggendong Selvi keluar dari ruangan itu. Dia membiarkan jenazah ibunya langsung diurus oleh para petugas di rumah sakit. Di ibukota ini ia tidak memiliki siapapun, kecuali bude Darsinah. Fokusnya sekarang adalah menenangkan Selvi yang mengalami shock berat. Saudara ibunya itu datang ke rumah sakit ini bersama keluarganya satu jam kemudian, saat jenazah ibunya sudah siap untuk di shalatkan. Mereka memutuskan untuk menyalatkan jenazah Widya di mushala de