Bab 32
"Papa yang kerja mencari uang, sedangkan Mama di rumah. Mama harus menurut apapun kata-kata Papa. Semua hal dan keputusan di rumah kita didominasi oleh papa. Mama hampir tidak pernah punya kesempatan untuk mengemukakan pendapat sendiri. Mama tumbuh menjadi wanita yang menurut terhadap suami." Ziyad memutar kembali memori yang pernah ia rekam di otaknya saat mereka masih bersama dengan sang papa.
"Namun apa yang terjadi padaku dan Rayna beda kasusnya, Ma. Lagi pula zaman sudah berubah...." Ziyad menelan ludah saat merasakan tenggorokannya kering seperti orang yang yang habis berceramah.
Ah dia memang berceramah. Bedanya yang diceramahi adalah ibunya sendiri.
"Ya, zaman memang sudah berubah, tetapi yang tidak berubah adalah tugas dan peran seorang istri di rumah," pangkas ibunya.
Bab 33Lelaki itu berjalan menghampiri Rayna tanpa peduli dengan ekspresi wanita itu yang menyilangkan tangan ke dadanya. Kakinya yang semula berselonjor kini ditarik ke depan, membuat lutut berdempetan dengan dadanya. Rayna terlihat mengejapkan mata, menatapnya tak percaya.Ravin telah tiba di tepi pembaringan. Dia duduk dan menatap wajah itu dalam-dalam."Maafkan jika caraku salah, membawamu ke tempat ini. Namun aku tidak mau mengambil resiko mendapat bantahan darimu," jelasnya."Jadi benar kamu yang membawaku ke tempat ini?" telisik Rayna sembari menaikturunkan alisnya.Lelaki itu mengangguk. "Benar, Rayna. Sekali lagi aku minta maaf. Hanya inilah satu-satunya jalan untuk mengenalkan diri ini kepadamu." Lelaki itu menelan ludahnya sebelum melanjutkan kata-katanya."Kamu masih ingat nggak, ini tempat apa?"
Bab 34"Mama?" ulang Ravin."Iya, ibuku di kampung. Aku tidak bisa membayangkan seandainya beliau tahu bagaimana nasib rumah tanggaku sekarang. Pasti hatinya sakit," tuturnya sendu."Kita bisa menjelaskan semua itu pelan-pelan, Rayna.""Tapi aku masih ragu ....""Kita belum mencobanya," tukas Ravin. "Seorang ibu pasti bisa menerima kondisi rumah tanggamu. Dia pasti tidak akan membiarkan putrinya tersiksa di dalam sebuah rumah tangga toxid.""Entahlah ...." Rayna masih saja terisak.Tidak pernah seumur hidupnya ia merasa sehancur ini, kecuali saat itu. Luka lama yang sudah ia balut seiring berjalannya waktu, tiba-tiba saja mengeluarkan rasa sakit yang jauh lebih parah dari sebelumnya."Kamu mengingatkanku pada rasa sakit yang kualami saat itu, Ravin," ujarnya frustasi. Rayna meremas ujung jilbabnya."Aku bisa merasakan bagaimana sakit hatimu saat itu. Seandainya waktu itu kamu tidak langsung meninggalkan kamar ini, kita masih bisa bicara baik-baik ...."
Bab 35"Rayna, dengar dulu." Lelaki itu setengah membentak. "Sejak malam itu aku selalu teringat dirimu." Ravin kembali memejamkan matanya sejenak. "Lima tahun aku mencarimu, Rayna. Itu bukan waktu yang sebentar. Aku tahu kedatanganku sudah terlambat, tetapi rasa yang tertinggal sejak malam itu tak bisa aku pungkiri begitu saja.""Rasa yang tertinggal?" Rayna beringsut, bermaksud menjauh. Namun lelaki terus menggenggam tangannya. Lagi-lagi perempuan itu hanya bisa pasrah."Ya, rasa itu. Dan terus berkembang sampai kini. Sedetikpun aku tidak pernah melupakanmu. Aku selalu mencarimu. Aku menyusuri kota demi kota, berkeliling sembari mengontrol gerai-gerai Al-Fatih Mart, berharap suatu saat Tuhan mempertemukan kita kembali, demi sebuah tanggung jawab yang belum aku tunaikan kepadamu." Sebelah tangannya menarik bantal yang tengah di peluk Rayna, sehingga membuat wajah wanita itu terangkat."Aku tidak butuh tanggung jawabmu! Se
Bab 36"Tunggu, Ravin!""Ada apa, Rayna?"Perempuan itu bergegas turun dari ranjang, lantas berdiri di belakang lelaki itu."Beri waktu buatku untuk berpikir. Dan selama aku berpikir, aku harap kamu jangan menggangguku. Jangan menghubungiku, karena aku tidak mau terganggu."Lelaki itu mengerjapkan mata. "Oke. Namun aku tetap mengawasimu, karena aku tidak mau sesuatu hal yang buruk terjadi padamu. Deal?""Deal!" seru Rayna.Akhirnya keduanya pun bersalaman.Ravin meneruskan langkahnya menuju kamarnya, yang bersebelahan dengan kamar yang di tempati Rayna.Sebenarnya ia bisa saja tidur di kamar yang sama. Demi kenyamanan wanita itu, akhirnya dia mengalah. Rayna wanita baik-baik dan ia tidak mau membuat perempuan itu tidak nyaman dengan kehadirannya di kamar itu. Wala
Bab 37"Mama," ucap Rayna. Perempuan itu maju selangkah, bermaksud akan masuk ke dalam rumah. Namun langkahnya dihadang oleh Widya. Perempuan tua itu berdiri sembari berkacak pinggang tepat di depan pintu."Mengapa kamu kembali kemari? Apakah kamu sudah di campakkan laki-laki itu?" ejek Widya. Di otaknya yang ada hanya kesalahan menantunya, tanpa pernah mengingat kesalahan putranya sendiri."Aku hanya ingin mengambil barang-barang dan juga motorku," ujar Rayna tenang."Katanya selingkuhanmu itu pengusaha kaya raya. Kenapa motor butut itu masih kamu ingat? Kamu bisa, kan minta dibelikan mobil mewah?" Widya memindai penampilan Rayna yang terlihet tidak berubah.Perempuan muda itu hanya tersenyum samar. Rayna berusaha menyisihkan tubuh tua itu dan kini dia berhasil masuk ke dalam rumah."Aku tidak mempersilahkan kamu masuk, Rayna!
Bab 38Rayna menatap lelaki itu dalam-dalam. Ingin rasanya ia menelan lelaki itu bulat-bulat, tetapi saat ini ia harus bisa bersikap setenang mungkin demi menjatuhkan mental lelaki itu."Mungkin bagimu, iya. Pada kenyataannya bukan Ravin yang membuat rumah tangga kita hancur, tetapi justru kamu sendiri. Dari awal kamulah yang membuat masalah.""Apa kamu masih belum juga mengerti?! Sejak awal, kamu lah yang membuat masalah. Seandainya kamu waktu itu masih tersegel, tidak akan pernah terjadi drama di dalam rumah kita. Kamu pikir menerima kondisi seorang istri yang sudah tidak perawan itu mudah?!" Suara Ziyad menggelegar"Ziyad, keperawanan ataupun keperjakaan sebenarnya sama saja. Bukan cuma seorang wanita yang dituntut untuk menjaga kehormatan dirinya, tetapi juga laki-laki. Seseorang yang sudah pernah melakukan hubungan intim di luar nikah, jangan pernah berharap mendapatkan pasan
Bab 39"Aku minta maaf sudah membuatmu seperti ini," ujar Ziyad. Dia mencoba untuk mengalah. "Kamu boleh melakukan apapun dan tinggal di manapun yang membuatmu nyaman, asal jangan menjalin hubungan dengan lelaki lain." "Jangan lupakan dengan perselingkuhanmu," ujar Rayna mengingatkan. Dia benar-benar muak dengan larangan Ziyad yang satu itu. "Kamu pikir hati wanita itu terbuat dari batu? Bayangkan aja, aku melihat suamiku tengah bergumul dengan wanita lain, di depan mataku dan di ranjangku. Kamu pikir hatiku tidak hancur?" Perempuan itu memegang dadanya sembari bersandar di dinding. "Bagaimana kalau kita mulai semuanya dari awal lagi. Ya anggap aja sekarang kita sedang pacaran. Aku akan memutuskan Ghina...." "Lebih baik kamu teruskan hubunganmu dengan Ghina. Kulihat dia sangat mencintaimu, sampai rela melakukan segala cara untuk mendapatkanmu," tukas Rayna. Tubuhnya lantas merosot dan akhirnya terduduk di lantai. "Hubungan kami sifatnya hanya bersenang-senang, Rayna..." "Itu bag
Bab 40Saat ini keduanya telah berpakaian rapi dan duduk di pinggir ranjang. "Ada apa, Ziyad?" tanya Ghina. "Maaf, Ghin, kurasa hubungan kita cukup sampai disini. Aku tidak bisa meneruskan hubungan ini. Ini salah, Ghin...." "Hubungan kita sudah sejauh ini, baru kamu sadari kalau itu salah?" Sepasang mata indah itu langsung melotot. "Maaf." Ziyad menangkupkan tangan di dadanya. Wajahnya memerah. "Salahku apa, Ziyad? Kekuranganku apa? Aku sudah memberikan semuanya untukmu...." "Kamu tidak memiliki kekurangan apapun," sergah Ziyad buru-buru. "Aku hanya ingin memperbaiki rumah tangga serta hubunganku dengan Rayna. Semuanya kacau setelah aku kembali berhubungan sama kamu." "Tapi dia juga berhubungan dengan lelaki lain...." "Aku tahu. Justru karena itu aku ingin merengkuhnya kembali agar lelaki itu tidak lagi memiliki kesempatan untuk mendekati Rayna." Tiba-tiba perempuan itu berdiri. Dia berkacak pinggang dengan mata melotot menatap Ziyad dengan beringas. "Lagi-lagi Rayna. Kenapa