Bab 87"Kamu berani mengancam Mama?" hardik Widya tak percaya."Aku tidak mengancam, tetapi itu kenyataan. Dalam waktu satu kali 24 jam Mama tidak menyerahkan uang itu kepadaku, maka Adam dan Damian akan datang dan mengambil paksa uang itu. Sama aja, kan? Mama juga tidak dapat apa-apa," seringai Ziyad."Benar-benar anak durhaka kamu ya! Mama pikir kamu mau menurut apa kata Mama, pinjam uang kepada lelaki itu, tetapi kenyataannya kamu malah memalukan Mama. Kamu kan yang bilang kalau Mama menyuruhmu meminjam uang kepada Ravin?""Kalau kenyataannya iya, kenapa?" tantang Ziyad. Saking kesalnya, lelaki itu sampai berkacak pinggang. Dia maju selangkah demi selangkah mendekati ibunya."Selama ini kurang apa aku sama Mama? Aku mengucapkan terima kasih karena Mama sudah melahirkan, mendidik, membesarkan aku sampai dewasa. Tetapi anak itu bukan investasi, Ma. Anak itu adalah titipan dari Allah dan apa yang Mama perbuat adalah bentuk kewajiban Mama sebagai orang tua. Anak memang harus membalas b
Bab 88"Saya terima nikahnya Rayna Anindya Edelweis binti Abdullah Mufti almarhum dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Ravin mengucapkan kalimat itu dengan lancar hanya dengan satu tarikan nafas. Tangannya menggenggam erat paman Hamzah yang menjadi wali nikah Rayna."Sah!" Dua orang ustadz yang menjadi saksi pernikahan pagi ini berseru secara bersamaan."Alhamdulillah..." Lelaki setengah baya itu lantas membaca doa pernikahan dan setelah selesai ia menepuk lelaki yang sekarang sudah sah menjadi suami keponakannya itu.Kebahagiaan menyelimuti sepasang pengantin. Ravin dan Rayna begitu menikmati harinya. Silih berganti tamu-tamu berdatangan. Senyum tak pernah lepas dari bibir tuan Elvan dan nyonya Amyta saat kolega dan rekan bisnis mereka menyalami serta mengucapkan selamat atas pernikahan putranya.Nafisa pun tak kalah bahagia. Dia merasa ini adalah yang terbaik, walaupun telinganya mendengar kasak kusuk dari para kerabat tentang putrinya yang menikah dua kali dalam jangka waktu y
Bab 89 "Seperti yang kamu lihat, Bella. Kamu bisa, kan membaca tulisan di depan gedung hotel ini?" ujar tuan Elvan santai. Posisi mereka kini tengah berhadap-hadapan. Tuan Elvan dengan Adam yang berdiri di belakang agak jauh, sementara Bella yang berdiri angkuh di hadapan mantan mertuanya. "Tetapi kenapa dia menikah, Daddy? Aku tahu, Ravin itu hanya mencintaiku dan ia menceraikanku karena marah. Hanya itu. Bukan karena ia membenciku." Nada suara perempuan itu teramat kecewa. "Kalian sudah lama bercerai dan hati itu bisa saja berubah, Bella," tukas tuan Elvan. Dia sudah hapal dengan sifat keras kepala perempuan ini. "Tidak! Ravin hanya mencintaiku, Daddy. Perempuan itu pasti hanya sekedar pelampiasannya. Aku harus segera menemui Ravin dan membatalkan pernikahan ini." "Batal?!" Lelaki tua itu tertawa sinis. "Punya kekuatan apa kamu membatalkan pernikahan ini? Sejak beberapa jam yang lalu, Rayna sudah sah menjadi istri Ravin!" "Aku akan membuat mereka bercerai, Daddy. Ravin itu h
Bab 90"Bisa menyentuhmu seperti ini bagaikan sebuah mimpi tapi nyata." Lelaki itu tersenyum sehangat mentari. Dia berdiri dan duduk di samping istrinya. Sebelah tangannya memeluk pinggang ramping perempuan itu.Ada desir aneh yang menjalari sekujur tubuh Rayna saat Ravin mengangkat sedikit tubuhnya, membuatnya masuk ke dalam pangkuan lelaki itu."Kamu tahu sendiri, kan bagaimana selama ini aku mati-matian menahan diri untuk tidak menyentuhmu? Kamu masih ingat dengan perjanjian kita?" Ravin mengingatkan.Dia memposisikan tubuh Rayna dengan posisi menyamping, seperti memangku seorang bayi. Lelaki itu menatap lekat bidadarinya, menikmati manik-manik mata Rayna seperti mutiara yang berkilauan. Dia mendekatkan wajahnya. Nafasnya memburu, seketika membuat tubuh Rayna bergetar hebat. Bibirnya gemetar mengecup kening itu begitu lama. Perempuan itu balas tersenyum. "Aku ingat, Ravin. Sekarang sentuhlah aku sepuas hatimu.""Tentu. Aku pasti akan membuatmu tidak bisa berjalan esok pagi," ujarn
bab 91 Malam ini terasa singkat bagi dua insan yang tengah dimabuk asmara. Keringat mengucur dari tubuh mereka, terlihat berkilat-kilat di terpa cahaya lampu kamar yang temaram. Ravin menuntaskan semua kerinduannya malam ini, keinginan yang tertunda sejak ia kembali menemukan Rayna. Keinginan yang ditahannya, meskipun Bram selalu menggoda, memanas-manasinya untuk melakukan hal serupa seperti yang kini ia lakukan terhadap Rayna. Tidak. Ravin bukan lelaki murahan yang mengobral kejantanan kepada seorang wanita yang bukan haknya. Ini pertama kali ia menyentuh Rayna kembali setelah waktu itu. Cukup sekali ia melakukan kesalahan. Itupun ia lakukan saat dalam kondisi yang benar-benar kalut dan terpuruk. Sebuah kesalahan yang sangat ia sesali, walaupun kini diam-diam disyukurinya. Mungkin memang itu cara Tuhan untuk mempertemukannya dengan Rayna dan membuka mata hatinya akan kedok istrinya yang dulu, Bella. Dari hasil investigasi, Ravin mengetahui jika apa yang ia lihat di hotel malam itu
Bab 92"Hati manusia itu bisa berubah, Bella. Apalagi saat sudah tersakiti. Nyatanya Ravin sudah melupakanmu dan bisa mencintai perempuan lain yang sekarang menjadi istrinya!" Tuan Elvan angkat bicara. Dia melirik menantu barunya yang masih berada di dalam pelukan istrinya."Tapi tidak mungkin secepat ini, Daddy!" bantah Bella."Lima tahun kamu pikir itu waktu yang cepat?!" sergah lelaki itu benar-benar jengkel. Ravin memijat kepalanya."Aku tahu kamu hanya mencintaiku, Vin dan perempuan ini pasti hanya sekedar pelarianmu. Kembalilah padaku," pinta Bella. Dia tak peduli dengan tatapan tuan Elvan yang serasa ingin menelannya bulat-bulat."Kamu memintaku kembali setelah apa yang kamu lakukan kepadaku? Jangan pikir aku tidak tahu bahwa apa yang kulihat saat itu bukan yang pertama kali. Kamu ingin bilang bahwa kamu dijebak, kan? Seperti pengakuanmu waktu itu?" Ravin menyeringai sinis. Tentu saja dia lebih mempercayai laporan anak buahnya sendiri!"Aku dijebak oleh teman-temanku," tegas Be
Bab 93Untuk melampiaskan rasa kesalnya akibat perlakuan Ravin dan keluarganya barusan, Bella mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia tak peduli dengan sekelilingnya. Beberapa mobil membunyikan klakson, memberi peringatan. Namun Bella tetap tancap gas, seolah hanya dia sendirian yang ada di jalanan itu.Sebuah truk tiba-tiba saja datang dari arah berlawanan, melaju dengan kecepatan tinggi pula. Bella yang tengah berada di lajur yang tidak seharusnya tak bisa membanting setir ke arah kiri. Dia sangat terkejut saat mobil truk tersebut akhirnya menabrak mobilnya. Kecelakaan tak bisa dihindarkan. Bella hanya bisa berteriak, lalu tak sadarkan diri, menyisakan orang-orang yang berteriak histeris dan segera menghambur ke jalan tempat kejadian perkara."Di mana aku?" Perempuan berumur 33 tahun itu mengerjapkan mata. Bella berusaha menggerakkan tubuhnya, tapi terasa sangat sakit, bahkan kaki kanannya tak bisa digerakkan. Akhirnya dengan menggunakan tangan lemahnya, Bella memencet bel
Bab 94"Kenalkan, ini putraku. Namanya Arsen," ujar Bella sembari berusaha menggapai wajah mungil Arsen dengan tangannya yang masih lemah.Anak laki-laki kecil itu terpaku menatap sepasang laki-laki dan perempuan dewasa di hadapannya."Om dan Tante ini siapa?" tanya Arsen. Mulut mungilnya yang bergerak-gerak terasa begitu menggemaskan di mata Ravin."Arsen Sayang, ini adalah Daddy Ravin dan Mommy Rayna," beritahu Bella seraya mengusap pipi putranya dengan penuh kasih sayang."Daddy? Apakah ini daddyku? Jadi benar, aku punya Daddy, Mom?" Pertanyaan beruntun meluncur begitu saja dari mulut Arsen."Tentu saja. Setiap anak yang lahir ke dunia ini pasti memiliki Daddy dan Mommy," jawab Bella."Benarkah? Daddy.....""Bella, ini anak kamu?" tanya Ravin terbata-bata. Matanya menatap lekat bocah kecil yang tiba-tiba saja merentangkan tangan dan memeluknya sangat erat."Betul. Tepatnya kurang lebih 4,5 tahun yang lalu saat hakim ketok palu terakhir dan aku pindah ke Kanada, saat itu aku tengah