“Kamu apa kabar?” tanya Diandra.
“A-aku baik. Maaf, pertemuan kita harus diawali dengan keadaan kaya gini,” ucap Saga.
Saat ini mereka tengah berada di ruangan hanya berdua, lantaran Bella dibawa Sinta ke ruangannya untuk istirahat.
“Bukan masalah besar. Lagi pula aku gak kenapa-napa. Cuma luka sedikit yang sebentar lagi juga sembuh,” ujar Diandra sembari tersenyum.
“Kamu gak pernah berubah, Di. Sejak dulu kamu selalu begitu, mempertahankan senyummu meski keadaanmu lagi gak baik-baik aja,” batin Saga menatap Diandra sendu.
“Mana istri kamu? Kenapa kamu jagain Bella sendirian? Kamu udah kabarin dia kan keberadaanmu sekarang?” tanya Diandra mencoba mencairkan suasana.
Saga yang mendengar itu seketika terdiam, berpikir jika mengatakan kebenaran sama saja akan mengungkit masa lalu.
“Andai kamu tau, kalau Mama Bella sudah gak ada. Dan Mama Bella adalah teman kita dulu, apa kamu akan merasa kecewa dan dikhianati, Di?” batin Saga.
“Ga?” panggil Diandra.
“Mama Bella udah gak ada sejak Bella lahir.” Hanya itu yang terucap dari mulut Saga.
Diandra yang mendengar itu menjadi tak enak hati, karena melihat perubahan raut wajah Saga.
“Maaf, aku gak bermaksud ngungkit luka lama kamu,” tutur Diandra.
“Gak masalah. Toh, kita baru ketemu, wajar kalau kamu tanya hal itu.” Meski ada rasa getir di hati, namun Saga tetap menjawab dengan tersenyum karena tak ingin Diandra merasa tak nyaman.
“Jadi, Bella belum tahu seperti apa Mamanya?” tanya Diandra.
“Bella Cuma tau fotonya. Tapi meskipun gitu, Bella anak yang kuat, dia tumbuh dikelilingi orang-orang yang sayang sama Bella. Jadi aku rasa Bella gak merasa kesepian,” ujar Saga.
“Kamu salah, Ga. Sehangat apapun orang sekelilingnya, gak akan bisa gantiin hangatnya dekapan Ibu kandungnya,” tutur Diandra.
“Kalau gitu kenapa gak kamu aja yang jadi Mama sambung buat Bella? Kamu masih seperti dulu, yang paling peka sama perasaan orang, tapi gak peka perasaan pasangan!” sindir Saga.
“Enak aja! Aku udah nikah, jadi jangan digodain, kualat nanti kamu! Lagian, emang kapan coba aku gak peka? Yang ada kamu tuh yang egois!” cibir Diandra.
“Aku egois kan karena sayang.” Saga mencoba membela diri dari ucapan Diandra.
Sementara Diandra yang mendengar kalimat itu terdiam. Pipinya memanas, ingatan masa lalu kembali berputar diingatan namun segera ia tepis kembali.
“Mikir apaan sih kamu, Di?! Bisa-bisanya ingat mantan padahal kamu sendiri udah punya suami. Gak boleh, gak boleh, aku gak boleh ingat-ingat masa lalu, yang bisa bikin hancur rumah tanggaku!” batin Diandra.
Saga yang melihat Diandra terdiam buru-buru meralat ucapannya. Ia tak ingin Diandra berpikir macam-macam dan menjadi canggung.
“Jangan salah paham, aku bersikap kaya gitu bukan Cuma sama kamu, tapi sama semua orang. Aku kan penyayang,” ucap Saga.
“Gimana sama pernikahan kamu? Apak amu Bahagia, Di?” tanya Saga mengalihkan pembicaraan.
“Ternyata kamu tetep Saga yang kaya dulu ya? Saga yang narsis,” ucap Diandra tersenyum memandang Saga. “Gak ada alasan buat aku gak Bahagia sama rumah tanggaku, karena aku menikah dengan lelaki yang tepat. Aku rasa kondisiku udah membaik, aku pulang sekarang ya,” sambungnya.
“Aku antar. Aku yang bertanggung jawab karena udah bikin kamu kaya gini,” ucap Saga.
“Gak perlu. Aku bisa kok pulang sendiri. Mendingan kamu bawa pulang Bella, kasihan dia pasti capek. Ini juga rumah sakit, gak baik kalau Bella lama-lama di sini,” titah Diandra.
“Kita pulang sama-sama. Kamu tunggu sebentar, biar aku ambilin kursi roda sekalian jemput Bella. Ingat, tunggu aku!”ucap Saga mewanti-wanti Diandra.
Saga bergegas keluar menjemput putrinya di ruangan Sinta, sekaligus mengambil kursi roda dan tongkat untuk Diandra. Sebab kaki Diandra mengalami cedera hingga harus dipasangi alat bantu. Usai menjemput Bella, Saga bergegas kembali ke ruangan Diandra.
“Ayo kita pulang!” Dengan semangat Saga mengajak Diandra juga putrinya. Ia membantu Diandra duduk di kursi roda dengan sangat hati-hati.
Seperti gambaran keluarga Bahagia. Saga, Diandra, dan juga Bella tampak serasi ketika mereka berjalan bersama. Tanpa orang lain ketahui jika mereka hanya mantan yang bertemu tak sengaja.
Suasana dalam mobil terasa hening, semua terdiam dengan pikiran masing-masing. Hingga tiba-tiba suara Bella memecah suasana.
“Tante, Tante temannya Papa ya?” tanya Bella.
“Iya, sayang. Tante sama Papa Bella dulunya berteman waktu masih sekolah,” ujar Diandra.
“Oh, pantesan Papa tadi sampai nangisin Tante terus. Bella kira, Tante calon Mama baru buat Bella,” ujar Bella menunduk lesu.
Sementara Saga langsung membungkam mulut Bella agar tak meneruskan ucapannya lagi.
“Jangan didengarin, Bella kadang suka gini.” Saga buru-bru menghentikan ucapan putrinya sebelum merembet kemana-mana. Sedangkan Diandra sendiri tersenyum menanggapinya.
“Oh iya, rumah kamu di mana sekarang, Di?” tanya Saga.
“Perumahan Harmoni. Tapi kamu bisa turunin aku di jalan aja gak apa-apa,” pinta Diandra.
“No, kamu lupa kalau kamu belum bisa jalan? Lagian belanjaan kamu juga banyak banget. Kamu gak bakalan bisa bawanya.” Saga tersenyum mengejek ke arah Diandra, membuat Wanita itu mendengkus kesal.
Tak berselang lama kemudian mereka sudah tiba di kediaman Diandra. Namun, alangkah terkejutnya Diandra yang melihat ada mobil yang tak asing parker di halaman rumahnya.
‘Deg’
Diandra terdiam memaku, perasaannya mendadak tak tenang.
“Tuhan, aka nada drama apalagi ini?” batin Diandra.
Melihat Dandra yang terdiam, membuat Saga bertanya-tanya. Ia pun mengikuti arah pandang Diandra.“Kamu kenapa, Di? Ada masalah sama pemilik mobil itu?” tanya Saga.“Enggak, gak apa-apa,kok.” Jawab Diandra dengan memaksakan senyumnya.“Semoga Mama gak lihat kita berdua. Aku gak mau ada masalah lagi nantinya, apalagi sampai bawa-bawa orang lain.” batin Diandra.“Ayo aku bantu turun, atau kamu mau ikut kita pulang ke rumahku?” tanya Saga menggoda.“Makasih! Tapi rumahku masih nyaman untuk ditempati,”jawab Diandra ketus.“Cantik, Tante pulang dulu, ya. Ingat pesan Tante, jangan lari-lari di jalan lagi, ya.” Diandra menasehati Bella.“Makasih, Tante. Bella janji, Bella gak lari-lari lagi di jalan,” jawab Bella.“Ya udah, aku pulang dulu, kalau ada apa-apa kabarin aja ya,” pinta Saga yang hanya dijawab anggukan oleh Diandra.Setelah memastikan Saga dan Bella pergi, Diandra bergegas masuk ke dalam rumah dengan menggunakan tongkat yang diberikan Saga.Namun, baru saja ia membuka pintu, Diand
Saga melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Saat dirinya tengah fokus menyetir, tiba-tiba Bella menunjukan benda yang tak asing di ingatannya.“Papa, ini dompet Tante Diandra ketinggalan,” ucap Bella sambal menunjukkan dompet berwarna pink di tangannya.Tentu saja Saga tak merasa asing dengan dompet itu, karena itu adalah dompet yang dia belikan saat dirinya masih menjalin hubungan dengan Diandra dulu.“Kamu dapat dari mana dompet ini, sayang?” tanya Saga sembari menepikan mobilnya..“Ada di bawah situ, Pa. Kita balikin sekarang yok, Pa. Pasti Tante Diandra lagi nyariin dompetnya,” ujar Bella.“Iya, sayang. Tapi ini beneran jatuh ‘kan? Bukan akal-akalan Bella biar bisa ketemu Tante lagi?” tanya Saga dengan mata menyipit. Pasalnya, saat Saga membantu Diandra turun ia tak melihat adanya dompet. Terlebih, ia cukup paham dengan tingkat kecerdasan anaknya yang banyak akal.“Hehe, maafin Bella, Pa. Tapi Bella masih pingin ketemu Tante. Nanti kita undang Tante Dian makan malam ya, Pa.”
“Tuan, Saga? Silahkan masuk, Anda mencari Diandra? Kebetulan Diandra ada di dalam,” ucap Danu gugup. “Papa! Kenapa malah di suruh masuk sih?! Dia selingkuhan Diandra loh, Pa. Perempuan ular itu udah selingkuh dibelakang Reza,” ucap Risa tanpa mengindahkan kode dari suaminya yang menyuruhnya diam. “Diam, Ma! Jangan sembarangan bicara! Tuan Saga ini salah satu kolega Papa dari perusahaan tempat Reza kerja. Beliau ini orang terpandang, jadi gak mungkin berbuat seperti itu,” ucap Danu. Mendengar itu, Risa pun terkejut. Bahkan wajahnya pucat pasi. Tak terkecuali Diandra yang juga sama terkejutnya. Ia tak menyangka jika Saga kini sehebat itu. Sebab dulu dirinya tak mengetahui jika Saga adalah anak pemilik perusahaan terbesar tempat suaminya bekerja. “Kenapa malah diam saja? Cepat minta maaf, Ma. Kamu mau anak kita di pecat dan perusahaan Papa yang kecil itu gulung tikar sebelum mencapai puncak jaya? Cepat minta maaf!” titah Danu pada istrinya. “Eh … Tu-tuan Saga, saya mohon maaf untuk k
“Maksudnya apa, Tuan?” tanya Risa gugup. Sebab ia takut terjebak lagi dengan ucapannya. “Bukankah Anda sendiri yang bilang, kalau saya Sugar Daddy, Diandra? Jadi, mulai sekarang saya turuti apa yang Anda katakann,” terang Saga. “Udah deh, Ga. Jangan makin ngawur ngomongnya. Buruan sana pulang, kasihan Bella nungguin kamu dari tadi. Udah sore, sebentar lagi suamiku pulang. Tolong jangan buat keributan dirumahku, Ga. Please,” pinta Diandra, “Oke, tapi sebelum itu simpan baik-baik kartu namaku. Kalau ada apa-apa, langsung hubungin aku,” ucap Saga. Setelah merasa urusannya dengan Diandra selesai, Saga bergegas kembali ke mobilnya. “Papa kok lama banget sih? Gimana, Pa? Tante Diandra mau gak makan malam di rumah kita?” tanya Bella tak sabar. “Sayang, Tante Bella minta maaf karena gak bisa nurutin permintaan Bella. Lagi pula, sekarang kan Tante masih sakit, jadi biarin Tante istirahat dulu ya,” ujar Saga. “Yah, ya udah deh gak apa-apa.” Karena hari sudah semakin sore, Saga memutuskan
“Ma, apa maksud Mama tadi di telepon? Siapa yang pulang sama Diandra? Laki-laki mana yang jadi selingkuhan Diandra, Ma?!” tanya Reza.Ya, begitu mendapat telepon dari Ibunya yang mengabarkan jika Diandra membuat onar dengan pulang diantar laki-laki lain, Reza langsung bergegas pulang.Reza sendiri tak mengerti, apa yang membuat ia begitu tak terima mendengar kabar itu. Yang pasti, Reza merasa tak ingin ada laki-laki lain yang mendekati istrinya.Egois memang, disaat dirinya dengan begitu nyamannya selingkuh dengan teman Diandra, ia juga tak terima jika istrinya didekati pria lain.“Istri kamu pulang diantar Bos kamu yang sombong itu, Za. Dia bahkan bikin Mama diancam sama Bos kamu itu. Dasar ganjen, pura-pura polos ternyata murahan. Dari dulu kan Mamam udah ilang, jangan nikahin dia. Benar ‘kan dugaan Mama, kalu ternyata istri kamu itu bukan perempuan baik-bak,” cibir Risa.Reza yang mendengar itu sangat terkejut, tak menyangka jika istrinya mengenal atasannya. Ia menatap tajam istrin
Diandra tengah memainkan ponselanya, sementara Reza tengah serius membaca buku. Mereka sama-sama duduk di atas ranjang. Jika dulu aktivitas di atas ranjang mereka selalu hangat dengan canda tawa, berbeda dengan sekarang yang saling diam.Saat tengah membuka galeri ponselnya, tiba-tiba pandangannya tertuju pada sebuah foto yang ia ambil tadi pagi. Ingatannya kembali berputar, ia yakin jika warna lipstick yang ada di kemeja suaminya bukanlah miliknya. Karena diliputi rasa penasaran yang tinggi, akhirnya Diandra memberanikan diri untuk menanyakan siapa pemilik noda lipstick itu.“Kenapa diam, Mas? Siapa pemilik noda ini?” tanya Diandra lagi. Sebab Reza terus bungkam tak langsung menjawabnya.“I-itu, itu punya … Eh, punya karyawanku. Iya, punya Mona si karyawan baru. Kemarin lift rusak, jadi kita semua jalannya lewat tangga darurat. Waktu aku mau naik, kebetulan Mona mau turun. Entah gimana kejadiannya tiba-tiba dia hampir jatuh. Reflek aku tangkap dong, gak tau kalau lipstiknya kena ke b
Dengan menaiki ojek, Diandra menuju alamat yang di berikan melalui pesan singkat dari sosok misterius. Awalnya ia tak ingin mempercayai pesan yang menurutnya tipuan. Tapi begitu pesan ke-dua masuk yang memberi tahukan nama suami sekaligus nama yang menempati kontrakan itu, Diandra memutuskan untuk mengecek kebenarannya.Sesampainya di alamat yang dimaksud, Diandra terpaku menatap mobil yang sangat ia kenali parkir di halaman sebuah kontrakan yang sangat ia kenali siapa pemiliknya.“Gak mungkin, Mas Reza … Ara … Gak mungkin mereka berdua ….” Diandra menutup mulutnya, tak sanggup meneruskan ucapannya.Dengan Langkah kaki gemetar Diandra berjalan menunju pintu.TokTokTok‘Ceklek’Terkejut, itu adalah gambaran dari wajah keduanya. Clara yang mendengar suara ketukan pintu langsung bergegas membukakan pintu. Begitu mendapati tamu yang datang adalah Diandra, Clara tak mampu menutupi kegugupannya.“Oh, Ha-hai, Di? Apa kabar?” tanya Clara basa-basi.‘Plak!’Bukan jawaban mulut, melainkan seb
Saga tak berkedip menatap layar monitor yang memunculkan sosok Diandra yang tengah melabrak Reza dan Clara. Tapi tentunya melabrak dengan cara elegan namun mematikan sebab selalu tepat sasaran.Ia sendiri sempat terkejut kala mendengar Diandra tak mengelak sama sekali saat dituduh oleh Reza. Justru malah memuji Saga secara gamblang dihadapan suaminya. Membuat Saga tak henti-hentinya tersenyum.“Lo serius masih cinta sama Diandra, Ga?” tanya Kevin tak percaya.“Kenapa? Lo cemburu?” tanya Saga.“Bukan gitu. Maksud gue, lo ‘kan udah pernah nikah, terus sampe punya Bella lagi. Masa lo gak pernah jatuh cinta atau berpaling gitu dari Diandra? Ini udah lima tahun lebih loh, Ga!” ucap Kevin.“Gue gak perduli seberapa lamapun gue harus nungguin dia, gue cuman mau Diandra, Vin. Lo juga tau kan kalau cuma Diandra yang udah Diandra lakuin buat gue?” ucap Saga dengan tatapan menerawang.Flashback;Saat masih duduk di bangku SMP, Saga pernah menjadi korban perundungan teman-temannya. Alasan mereka
“Rania,” ucap Saga lirih. “Rania adalah mendiang istriku, Di. Rania teman kita, adalah Mama Bella,” sambungnya. Diandra sangat terkejut mendengar apa yang Saga baru saja. Diandra tak ingin mempercayainya, tapi saat ia menoleh ke arah Kevin, nyatanya Kevin pun mengangguk membetulkan ucapan Saga. Dengan suara bergetar menahan tangis, Diandra bertanya, “Jadi, maksud kamu Rania sudah meninggal?” “Iya, Rania meninggal setelah sebelumnya mengalami kecelakaan saat kami dalam perjalanan menuju rumah sakit. Rania kehabisan banyak darah, dia meninggal begitu Bella lahir,” tutur Saga menunduk. Rasa bersalah kembali menyelimutinya. Setetes air mata berhasil lolos. “Maafin kita, Di. Kita gak ngabarin soal Rania, karena dia yang minta. Waktu Rania nikah dengan Saga, Rania meminta kita buat gak kasih tau ke kamu. Dan saat dia meninggal, kita semua gak ada yang punya nomor kamu,” timpal Kevin. Diandra masih shock mendengar kabar itu. Dengan tatapan kosong, ia bertanya, “Jadi, selama bertahun-t
Toko kue Diandra hari ini begitu ramai, para pembeli tengah mencicipi kue coklat pertama yang Diandra suguhkan. Promosi yang Diandra suguhkan itu sukses menarik perhatian para pembeli. Mereka sangat antusias, bahkan tak segan-segan memesan kue untuk esok hari agar tak kehabisan. Melihat reaksi para pembeli yang begitu menyukai kue buatannya, membuat Diandra semakin semangat untuk terus belajar membuat kue dengan varian lain lagi.“Toko rame banget, Di? Kira-kira aku kebagian kue coklatnya enggak ya?” ucap Arkan yang baru pulang kerja.“Eh, kamu, Ar? Tenang, kue buat kam sudah aku simpan di dalam. Sama buat Ibu-Bapak juga, ya. Awas kalau dihabisin sendiri!” ancam Diandra.“Iya, iya, bawel banget sih. Jadi makin sayang,” canda Arkan.“Tapi sayang, aku makin mual dengarnya,” balas Diandra.Saat mereka tengah asyik bercanda, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depan toko kue milik Diandra, membuat semua pengunjung penasaran dengan pemilik mobil tersebut. Termasuk Diandra dan Arkan y
Jika Reza tengah disibukkan dengan pernikahannya, lain halnya dengan Diandra yang kini tengah merintis usaha barunya. Diandra kini sudah resmi membuka toko kue dengan memanfaatkan gerai yang menyatu langsung dengan rumahnya. Dengan bantuan Sumi dan Arkan sebagai juri untuk menilai, Diandra kini sudah bisa membuat berbagai macam kue untuk dijual.“Kan, kamu kalau mau berangkat kerja, pergi aja gak apa-apa. Aku juga udah selesai, kok. Tinggal siapin kue terakhir aja,” ujar Diandra.“Gak apa-apa. Lagipula, masih terlalu pagi buat aku berangkat kerja sekarang,” balas Arkan.Namun, tiba-tiba ponsel Arkan berdering menandakan adanya panggilan masuk. Rupanya rekan satu kantornya yang menghubungi Arkan. Arkan dipinta untuk berangkat lebih awal guna menyelesaikan pekerjaannya yang kemarin belum selesai karena akan dipinta pagi itu oleh atasannya.“Hehe, maaf, Di. Aku ditelepon sama teman. Nanti pulangnya aku bantuin lagi ya. Jangan marah, abang bekerja untuk kita,” gurau Arkan.“Iya, Aban
Hari demi hari telah berlalu, kini Reza dan Diandra telah resmi bercerai. Reza bahkan sudah mulai mempersiapkan pernikahannya bersama Clara. Setelah perceraiannya bersama Diandra, Reza tak pernah lagi bertemu dengan Diandra meski hanya sekali. Ia bahkan tak mengetahui kehidupan Diandra saat ini. Kini dunianya hanya dipenuhi oleh Clara. “Sayang, besok baju pengantinnya jangan yang ngetat ya. Kasihan anak kita kalau kamu harus pakai korset atau apapun. Lebih baik pakai gaun aja ya, jangan pakai kebaya,” pinta Reza pada Clara. “Gak mau ah, nanti aku gak cantik kalau pakainya yang besar-besar. Lagian cuman sehari doang, masa gak boleh sih? Kalau kamu mau aku pakai gaun, mendingan sekalian aja kita nikahnya di hotel mewah, Mas. Aku yakin, kalau kita nikahnya mewah, Diandra pasti bakalan cemburu,” ujar Clara. “Tapikan uangku gak sebanyak itu sayang, kita juga kan harus nabung buat biaya persalinan kamu nanti.” Sejak berpisah dengan Diandra, kondisi keuangan Reza memang sedikit menuru
Saga mendapat telepon dari bawahannya yang mengabarkan jika Diandra pergi dari rumahnya dengan menyeret koper. Mendengar kabar itu, membuat Saga berpikir jika Diandra di usir dari rumahnya. Satu sisi ia merasa senang, namun di sisi lain ia juga merasa sedih lantara Diandra harus mengalami hal yang tak menyenangkan seperti itu.“Akan ku pastikan mereka merasakan apa yang kamu rasakan sekarang,”ujar Saga. Tangannya mengepal menahan amarah.“Jadi apa yang mau lo lakuin sekarang?” tanya Kevin.“Gue harus tetap pura-pura bodoh. Jangan sampai Diandra tau kalau selama ini gue selalu mata-matain dia. Gue gak mau Diandra merasa terganggu terus ngejauhin gue. Tapi mulai sekarang lo udah bebas, lo gak peru sembunyi lagi dari Diandra. Kalau suatu saat lo ketemu sama dia dan dia nanyain soal Rania, lo cukup bilang kalau Rania udah meninggal. Biarin gue sendiri yang jelasin soal hubungan gue sama Rania nantinya,” terang Saga.“Ga, gue rasa lo musti periksa kejiwaan, deh. Lo itu udah lebih dari cint
Rumah dengan desain klasik sederhana yang tertata rapi. Dibagian depannya terdapat gerai yang bisa dijadikan untuk buka usaha. Tepat seperti target yang Diandra cari. Meski kecil, namun rumah itu tampak begitu nyaman. “Bagaimana, Neng? Suka sama rumahnya?” tanya Sopir taksi. “Suka banget, Pak. Tapi maaf, kalau boleh tau, berapa harga perbulannya ya?” tanya Diandra. “Maaf, Neng. Tempatnya disewakan pertahun, bukan perbulan. Soalnya yang punya rumah lagi butuh uang buat biaya pengobatan istrinya di rumah sakit, satu tahunnya 36 juta. Kalau Neng berminat, biar Bapak sampaikan sama yang punya buat Neng tempatin sekarang. Bagaimana, Neng?” tanya Sang Sopir. “36 juta? Tabunganku kayanya sih cukup, tapi gimana buat ke depannya nanti ya? Aku juga kn butuh modal buat buka usaha. Tapi kalau gak diambil, sayang banget, mana udah ada gerainya jug, lokasi juga strategis. Ambil gak ya?” batin Diandra. “Neng? Gimana? Mau diambil atau mau cari kontrakan lain?” tanya Pak Sopir, menyadarkan Diandra
Sakit, itu yang dirasakan Diandra. Usai dikatai mandul, kini ia yang masih berstatus istri sudah diusir dari rumahnya. Rumah yang dulu ia beli bersama suami dari hasil kerja mereka berdua. Baik mertua dan adik iparnya bahkan sama sekali tak membela Diandra.“Tanpa kamu suruh pun aku memang berniat keluar dari rumah ini. Untuk apa aku bertahan di rumah yang jadi sumber penderitaan buatku. Keluar dari sini sepertinya jauh lebih baik, dengan begitu aku bisa memperbaiki nasibku,” ujar Diandra.“Ya udah, kalau gitu tunggu apa lagi? Cepat sana pergi! Gue yakin, begitu lo keluar dari sini, lo bakalan jadi gembel di jalanan,” ujar Rianti sinis.“Gembel jauh lebih terhormat, dari pada orang yang tumpangannya mobil mewah, rumah megah, tapi sanggup merendahkan harga diri hanya demi uang dan jabatan.”“Kurangajar! Jadi maksud lo gue jadi penjilat? Heh, gembel. Ngaca dong lo, tanpa Mas Reza lo itu bukan apa-apa. Udah dipungut tapi mmasih gak tau malu,” dengus Rianti.“Iya nih. Harusnya dari dulu R
Reza kembali ke rumah usai sarapan pagi bersama Clara. Awalnya Clara melarang Reza kembali karena ia masih kesal dengan ucaoan Diandra tadi. Tapi Reza terus meyakinkan Clara bahwa ia pulang hanya untuk membicarakan masalah perceraian saja. Setelah mereka bercerai, Reza akan segera menikahi Clara. Akhirnya Clara pun mengizinkan Reza kembali. Namun, begitu Reza sampai di rumahnya, ia dibuat emosi begitu mendengar ucapan Diandra yang mengatakan akan menjadi saingan adiknya dalam mendekati Saga. Reza merasa marah dan tak terima mengetahui jika Diandra akan mendekati Saga kembali. Sebab Reza yakin jika Saga masih mencintai Diandra. Reza tak ingin Diandra mendapatkan lelaki yang lebih unggul darinya. Dengan kasar ia mendibrak pintu rumah hingga membuat semua orang terkejut. “Kamu bilang apa tadi? Kamu mau mendekati Tuan Saga lagi? Mau balas dendam karena aku sudah dapat yang jauh lebih baik dari kamu, yang bisa ngasih anak buat aku? Kamu dengar baik-baik Diandra, aku gak akan pernah biar
“Dari mana saja kamu sepagi ini? Kenapa kamu bisa pulang sama Tuan Saga? Kamu lupa, kalau kamu harus kenalkan Tuan Saga sama Rianti? Kenapa kamu malah jalan berduaan sama dia?” tanya Risa yang sempat melihat Diandra keluar dari mobil Saga. “Silahkan masuk dulu, Ma. Kita bicarakan didalam saja, karena kebetulan ada yang mau Dian sampaikan,” ujar Diandra dengan tenang. Risa pun berlalu dengan gaya pongahnya melewaati Diandra, ia bahkan menyenggol bahu Diandra hingga wanita itu hamir terjatuh. “Apa? Apa yang mau kamu omongin?! Setelah itu, kamu harus bawa Rianti ketemu sama Tuan Saga sekaligus bawakan makanan ini untuknya. Katakan kalau itu masakan Riantai, mengerti?!” tutur Risa sembari menyodorkan rantang berisi makanan. Namun dengan elegan Diandra menolak rantang berisi makanan itu. Dengan tenang, Diandra mencoba menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dengan Reza. Membuat Risa dan Rianti tercengang. “Maaf, Ma. Tapi Diandra gak bisa ngelakuin itu. Kalau Rianti mau kenalan sama