"Dian ... Diandra! Cepat ambilkan sepatuku! Dasar Istri gak becus!" Reza terus memarahi istrinya yang yang masih sibuk membereskan sisa sarapan mereka."Sebentar, Mas. Dian baru selesai beresin meja makan. Sepatunya kan sudah Dian siapkan di rak depan. Jadi, Mas Reza tinggal pakai saja, kaos kaki juga sudah ada di dalamnya." terang Diandra."Kamu kan tahu saya duduk di sini. Ya Kamu ambilkan lah sepatu itu ke sini. Gimana sih jadi Istri kok malas-malasan," gerutu Reza."Tapi kan lantai ini sudah Dian pel, Mas. Nanti kotor lagi kalau Mas Reza pakainya di sini." Meski suaminya sudah marah-marah, namun Diandra tetap menghadapinya dengan sabar."Kalau kotor kan tinggal di pel lagi gimana sih! Dasar Istri nggak guna!" Reza berjalan keluar dengan menghentakkan kakinya. Ia bahkan sempat mendorong Dian hingga istrinya terjatuh dan meringis kesakitan.Begitulah keseharian Diandra dan suaminya, selalu terlibat percekcokan meski hanya dalam masalah ringan. Meski begitu, Diandra tak pernah sekali
Saat malam tiba, Diandra tak kunjung bisa memejamkan matanya. Ia terus berjalan mondar-mandir menunggu kepulangan suaminya. Ini merupakan kesekian kalinya Reza pulang terlambat. Setiap kali ditanya, Reza selalu menjawab lembur karena pekerjaan."Mas Reza kemana ya? Kok udah malam belum pulang juga? Apa jangan-jangan terjadi sesuatu sama Mas Reza? Atau lembur lagi?" ucap Diandra.Berkali-kali ia menghubungi suaminya, akan tetapi nomornya tidak aktif. Tentu saja hal itu membuat Diandra semakin gelisah.Hingga tepat pukul 10.00 malam, deru mesin mobil suaminya terdengar di garasi. Dengan tergesa-gesa Diandra berlari menyambut suaminya."Mas, kok tumben baru pulang? Mas Reza lembur lagi?" tanya Diandra."Hem. Gak usah banyak tanya! Sekarang siapin air hangat, aku mau mandi!" ucap Reza dingin.Tanpa menjawab lagi, Diandra dengan cekatan menyiapkan air dan baju tidur untuk suaminya."Mas, airnya sudah Dian siapin. Bajunya juga ada di kasur. Makan malamnya biar Dian panasin dulu ya," ucap Dia
Diandra terus memandangi baju suaminya dengan air mata yang mulai mengalir. Ingatannya Kembali berputar pada kejadian pagi tadi, dimana suaminya salah menyebut namanya“Apa mungkin Mas Reza tadi bukan salah panggil, tapi memang itu nama Wanita lain yang selama ini menemaninya?”monolog Diandra.Ia pun sadar, jika sejak setahun belakangan suaminya mulai jarang menyentuhnya. Bahkan Reza mulai jarang pulang dan beralasan jika ia menginap di kantor karena banyak kerjaan.Tak ingin berburuk sangka, akhirnya Diandra memutuskan akan menyelidiki kegiatan suaminya akhir-akhir ini secara diam-diam. Ia tak ingin hal yang selama ini menjadi momok menakutkan baginya benar-benar terjadi.“Ya ampun, mikir apaan sih aku ini? Semoga semua itu gak benar. Aku bisa tahan denngan makianmu, Mas. Tapi tidak dengan pengkhianatan kamu, Mas!" ujar Diandra.“Lebih baik sekarang aku selesaikan tugas rumah dulu, kalau sudah aku mau belanja. Daripada mikirin yang bukan-bukan. Soal baju, aku bisa tanyakan nanti kal
Saga berlari ke arah kerumunan orang-orang guna memastikan keadaan putri semata wayangnya. Ketegangan terpampang jelas diwajahnya, khawatir jika putri tercinta dari hasil pernikahannya lima tahun lalu terluka.“Bella!” teriak Saga sembari menerobos kerumunan.Saat ia berhasil sampai di depan, ia bernafas lega melihat keadaan putrinya yang baik-baik saja berada dalam pelukan seorang wanita. Namun, sayangnya wanita itu dalam keadaan tak sadarkan diri. Karena penasaran dengan sosok penolong putrinya, Saga langsung membalikkan badan wanita tersebut.Alangkah terkejutnya ia melihat sosok itu. Sosok yang baru kemarin ia lihat, sosok yang selama ini masih tersimpan dalam ingatan.“Diandra,” lirih Saga.Tanpa pikir panjang ia langsung menggendong Diandra ala bridal style dan membawanya ke mobil, tak lupa Saga meminta Bella mengikuti langkahnya sekaligus meminta orang untuk membukakan pintu mobilnya.“Tolong bukakan pintunya, saya mau bawa Wanita ini ke rumah sakit,” pinta Saga.“Bella, kamu
Saga Mahesa, seorang CEO dari SM COMPANY yang berstatus duda dan memiliki kekayaan yang cukup membuat iri banyak orang.Saga merupakan anak pertama dari pasangan Arya Mahesa dan Susanti. Sementara adiknya bernama Sinta Mayesa, adalah dokter OBGYN di rumah sakit yang dibangun keluarga mereka.Saga adalah satu-satunya penerus SM COMPANY, perusahaan yang sudah dibesarkan oleh papanya selama ini. Sebab tuan Arya sendiri saat ini memutuskan untuk pensiun dan menghabiskan waktunya di rumah bersama istrinya. Sinta sendiri enggan melanjutkan perusahaan papanya lantaran ia sudah memilii cita-cita tersendiri sejak kecil.Bermula sejak mereka masih bertatus sebagai pelajar SMP, Saga dan Diandra sudah memiliki hubungan yang dekat. Awalnya mereka hanya berteman biasa. Saga, Diandra, Kevin dan Rania memiliki ikatan persahabatan yang kuat. Namun, semua berubah setelah mereka lulus dan melanjutkan kejenjang SMA.Sejak saat itu, Saga dan Diandra sudah mulai menjalin hubungan asmara, bahkan hubungan m
“Kamu apa kabar?” tanya Diandra. “A-aku baik. Maaf, pertemuan kita harus diawali dengan keadaan kaya gini,” ucap Saga. Saat ini mereka tengah berada di ruangan hanya berdua, lantaran Bella dibawa Sinta ke ruangannya untuk istirahat. “Bukan masalah besar. Lagi pula aku gak kenapa-napa. Cuma luka sedikit yang sebentar lagi juga sembuh,” ujar Diandra sembari tersenyum. “Kamu gak pernah berubah, Di. Sejak dulu kamu selalu begitu, mempertahankan senyummu meski keadaanmu lagi gak baik-baik aja,” batin Saga menatap Diandra sendu. “Mana istri kamu? Kenapa kamu jagain Bella sendirian? Kamu udah kabarin dia kan keberadaanmu sekarang?” tanya Diandra mencoba mencairkan suasana. Saga yang mendengar itu seketika terdiam, berpikir jika mengatakan kebenaran sama saja akan mengungkit masa lalu. “Andai kamu tau, kalau Mama Bella sudah gak ada. Dan Mama Bella adalah teman kita dulu, apa kamu akan merasa kecewa dan dikhianati, Di?” batin Saga. “Ga?” panggil Diandra. “Mama Bella udah gak ada seja
Melihat Dandra yang terdiam, membuat Saga bertanya-tanya. Ia pun mengikuti arah pandang Diandra.“Kamu kenapa, Di? Ada masalah sama pemilik mobil itu?” tanya Saga.“Enggak, gak apa-apa,kok.” Jawab Diandra dengan memaksakan senyumnya.“Semoga Mama gak lihat kita berdua. Aku gak mau ada masalah lagi nantinya, apalagi sampai bawa-bawa orang lain.” batin Diandra.“Ayo aku bantu turun, atau kamu mau ikut kita pulang ke rumahku?” tanya Saga menggoda.“Makasih! Tapi rumahku masih nyaman untuk ditempati,”jawab Diandra ketus.“Cantik, Tante pulang dulu, ya. Ingat pesan Tante, jangan lari-lari di jalan lagi, ya.” Diandra menasehati Bella.“Makasih, Tante. Bella janji, Bella gak lari-lari lagi di jalan,” jawab Bella.“Ya udah, aku pulang dulu, kalau ada apa-apa kabarin aja ya,” pinta Saga yang hanya dijawab anggukan oleh Diandra.Setelah memastikan Saga dan Bella pergi, Diandra bergegas masuk ke dalam rumah dengan menggunakan tongkat yang diberikan Saga.Namun, baru saja ia membuka pintu, Diand
Saga melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Saat dirinya tengah fokus menyetir, tiba-tiba Bella menunjukan benda yang tak asing di ingatannya.“Papa, ini dompet Tante Diandra ketinggalan,” ucap Bella sambal menunjukkan dompet berwarna pink di tangannya.Tentu saja Saga tak merasa asing dengan dompet itu, karena itu adalah dompet yang dia belikan saat dirinya masih menjalin hubungan dengan Diandra dulu.“Kamu dapat dari mana dompet ini, sayang?” tanya Saga sembari menepikan mobilnya..“Ada di bawah situ, Pa. Kita balikin sekarang yok, Pa. Pasti Tante Diandra lagi nyariin dompetnya,” ujar Bella.“Iya, sayang. Tapi ini beneran jatuh ‘kan? Bukan akal-akalan Bella biar bisa ketemu Tante lagi?” tanya Saga dengan mata menyipit. Pasalnya, saat Saga membantu Diandra turun ia tak melihat adanya dompet. Terlebih, ia cukup paham dengan tingkat kecerdasan anaknya yang banyak akal.“Hehe, maafin Bella, Pa. Tapi Bella masih pingin ketemu Tante. Nanti kita undang Tante Dian makan malam ya, Pa.”
“Rania,” ucap Saga lirih. “Rania adalah mendiang istriku, Di. Rania teman kita, adalah Mama Bella,” sambungnya. Diandra sangat terkejut mendengar apa yang Saga baru saja. Diandra tak ingin mempercayainya, tapi saat ia menoleh ke arah Kevin, nyatanya Kevin pun mengangguk membetulkan ucapan Saga. Dengan suara bergetar menahan tangis, Diandra bertanya, “Jadi, maksud kamu Rania sudah meninggal?” “Iya, Rania meninggal setelah sebelumnya mengalami kecelakaan saat kami dalam perjalanan menuju rumah sakit. Rania kehabisan banyak darah, dia meninggal begitu Bella lahir,” tutur Saga menunduk. Rasa bersalah kembali menyelimutinya. Setetes air mata berhasil lolos. “Maafin kita, Di. Kita gak ngabarin soal Rania, karena dia yang minta. Waktu Rania nikah dengan Saga, Rania meminta kita buat gak kasih tau ke kamu. Dan saat dia meninggal, kita semua gak ada yang punya nomor kamu,” timpal Kevin. Diandra masih shock mendengar kabar itu. Dengan tatapan kosong, ia bertanya, “Jadi, selama bertahun-t
Toko kue Diandra hari ini begitu ramai, para pembeli tengah mencicipi kue coklat pertama yang Diandra suguhkan. Promosi yang Diandra suguhkan itu sukses menarik perhatian para pembeli. Mereka sangat antusias, bahkan tak segan-segan memesan kue untuk esok hari agar tak kehabisan. Melihat reaksi para pembeli yang begitu menyukai kue buatannya, membuat Diandra semakin semangat untuk terus belajar membuat kue dengan varian lain lagi.“Toko rame banget, Di? Kira-kira aku kebagian kue coklatnya enggak ya?” ucap Arkan yang baru pulang kerja.“Eh, kamu, Ar? Tenang, kue buat kam sudah aku simpan di dalam. Sama buat Ibu-Bapak juga, ya. Awas kalau dihabisin sendiri!” ancam Diandra.“Iya, iya, bawel banget sih. Jadi makin sayang,” canda Arkan.“Tapi sayang, aku makin mual dengarnya,” balas Diandra.Saat mereka tengah asyik bercanda, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depan toko kue milik Diandra, membuat semua pengunjung penasaran dengan pemilik mobil tersebut. Termasuk Diandra dan Arkan y
Jika Reza tengah disibukkan dengan pernikahannya, lain halnya dengan Diandra yang kini tengah merintis usaha barunya. Diandra kini sudah resmi membuka toko kue dengan memanfaatkan gerai yang menyatu langsung dengan rumahnya. Dengan bantuan Sumi dan Arkan sebagai juri untuk menilai, Diandra kini sudah bisa membuat berbagai macam kue untuk dijual.“Kan, kamu kalau mau berangkat kerja, pergi aja gak apa-apa. Aku juga udah selesai, kok. Tinggal siapin kue terakhir aja,” ujar Diandra.“Gak apa-apa. Lagipula, masih terlalu pagi buat aku berangkat kerja sekarang,” balas Arkan.Namun, tiba-tiba ponsel Arkan berdering menandakan adanya panggilan masuk. Rupanya rekan satu kantornya yang menghubungi Arkan. Arkan dipinta untuk berangkat lebih awal guna menyelesaikan pekerjaannya yang kemarin belum selesai karena akan dipinta pagi itu oleh atasannya.“Hehe, maaf, Di. Aku ditelepon sama teman. Nanti pulangnya aku bantuin lagi ya. Jangan marah, abang bekerja untuk kita,” gurau Arkan.“Iya, Aban
Hari demi hari telah berlalu, kini Reza dan Diandra telah resmi bercerai. Reza bahkan sudah mulai mempersiapkan pernikahannya bersama Clara. Setelah perceraiannya bersama Diandra, Reza tak pernah lagi bertemu dengan Diandra meski hanya sekali. Ia bahkan tak mengetahui kehidupan Diandra saat ini. Kini dunianya hanya dipenuhi oleh Clara. “Sayang, besok baju pengantinnya jangan yang ngetat ya. Kasihan anak kita kalau kamu harus pakai korset atau apapun. Lebih baik pakai gaun aja ya, jangan pakai kebaya,” pinta Reza pada Clara. “Gak mau ah, nanti aku gak cantik kalau pakainya yang besar-besar. Lagian cuman sehari doang, masa gak boleh sih? Kalau kamu mau aku pakai gaun, mendingan sekalian aja kita nikahnya di hotel mewah, Mas. Aku yakin, kalau kita nikahnya mewah, Diandra pasti bakalan cemburu,” ujar Clara. “Tapikan uangku gak sebanyak itu sayang, kita juga kan harus nabung buat biaya persalinan kamu nanti.” Sejak berpisah dengan Diandra, kondisi keuangan Reza memang sedikit menuru
Saga mendapat telepon dari bawahannya yang mengabarkan jika Diandra pergi dari rumahnya dengan menyeret koper. Mendengar kabar itu, membuat Saga berpikir jika Diandra di usir dari rumahnya. Satu sisi ia merasa senang, namun di sisi lain ia juga merasa sedih lantara Diandra harus mengalami hal yang tak menyenangkan seperti itu.“Akan ku pastikan mereka merasakan apa yang kamu rasakan sekarang,”ujar Saga. Tangannya mengepal menahan amarah.“Jadi apa yang mau lo lakuin sekarang?” tanya Kevin.“Gue harus tetap pura-pura bodoh. Jangan sampai Diandra tau kalau selama ini gue selalu mata-matain dia. Gue gak mau Diandra merasa terganggu terus ngejauhin gue. Tapi mulai sekarang lo udah bebas, lo gak peru sembunyi lagi dari Diandra. Kalau suatu saat lo ketemu sama dia dan dia nanyain soal Rania, lo cukup bilang kalau Rania udah meninggal. Biarin gue sendiri yang jelasin soal hubungan gue sama Rania nantinya,” terang Saga.“Ga, gue rasa lo musti periksa kejiwaan, deh. Lo itu udah lebih dari cint
Rumah dengan desain klasik sederhana yang tertata rapi. Dibagian depannya terdapat gerai yang bisa dijadikan untuk buka usaha. Tepat seperti target yang Diandra cari. Meski kecil, namun rumah itu tampak begitu nyaman. “Bagaimana, Neng? Suka sama rumahnya?” tanya Sopir taksi. “Suka banget, Pak. Tapi maaf, kalau boleh tau, berapa harga perbulannya ya?” tanya Diandra. “Maaf, Neng. Tempatnya disewakan pertahun, bukan perbulan. Soalnya yang punya rumah lagi butuh uang buat biaya pengobatan istrinya di rumah sakit, satu tahunnya 36 juta. Kalau Neng berminat, biar Bapak sampaikan sama yang punya buat Neng tempatin sekarang. Bagaimana, Neng?” tanya Sang Sopir. “36 juta? Tabunganku kayanya sih cukup, tapi gimana buat ke depannya nanti ya? Aku juga kn butuh modal buat buka usaha. Tapi kalau gak diambil, sayang banget, mana udah ada gerainya jug, lokasi juga strategis. Ambil gak ya?” batin Diandra. “Neng? Gimana? Mau diambil atau mau cari kontrakan lain?” tanya Pak Sopir, menyadarkan Diandra
Sakit, itu yang dirasakan Diandra. Usai dikatai mandul, kini ia yang masih berstatus istri sudah diusir dari rumahnya. Rumah yang dulu ia beli bersama suami dari hasil kerja mereka berdua. Baik mertua dan adik iparnya bahkan sama sekali tak membela Diandra.“Tanpa kamu suruh pun aku memang berniat keluar dari rumah ini. Untuk apa aku bertahan di rumah yang jadi sumber penderitaan buatku. Keluar dari sini sepertinya jauh lebih baik, dengan begitu aku bisa memperbaiki nasibku,” ujar Diandra.“Ya udah, kalau gitu tunggu apa lagi? Cepat sana pergi! Gue yakin, begitu lo keluar dari sini, lo bakalan jadi gembel di jalanan,” ujar Rianti sinis.“Gembel jauh lebih terhormat, dari pada orang yang tumpangannya mobil mewah, rumah megah, tapi sanggup merendahkan harga diri hanya demi uang dan jabatan.”“Kurangajar! Jadi maksud lo gue jadi penjilat? Heh, gembel. Ngaca dong lo, tanpa Mas Reza lo itu bukan apa-apa. Udah dipungut tapi mmasih gak tau malu,” dengus Rianti.“Iya nih. Harusnya dari dulu R
Reza kembali ke rumah usai sarapan pagi bersama Clara. Awalnya Clara melarang Reza kembali karena ia masih kesal dengan ucaoan Diandra tadi. Tapi Reza terus meyakinkan Clara bahwa ia pulang hanya untuk membicarakan masalah perceraian saja. Setelah mereka bercerai, Reza akan segera menikahi Clara. Akhirnya Clara pun mengizinkan Reza kembali. Namun, begitu Reza sampai di rumahnya, ia dibuat emosi begitu mendengar ucapan Diandra yang mengatakan akan menjadi saingan adiknya dalam mendekati Saga. Reza merasa marah dan tak terima mengetahui jika Diandra akan mendekati Saga kembali. Sebab Reza yakin jika Saga masih mencintai Diandra. Reza tak ingin Diandra mendapatkan lelaki yang lebih unggul darinya. Dengan kasar ia mendibrak pintu rumah hingga membuat semua orang terkejut. “Kamu bilang apa tadi? Kamu mau mendekati Tuan Saga lagi? Mau balas dendam karena aku sudah dapat yang jauh lebih baik dari kamu, yang bisa ngasih anak buat aku? Kamu dengar baik-baik Diandra, aku gak akan pernah biar
“Dari mana saja kamu sepagi ini? Kenapa kamu bisa pulang sama Tuan Saga? Kamu lupa, kalau kamu harus kenalkan Tuan Saga sama Rianti? Kenapa kamu malah jalan berduaan sama dia?” tanya Risa yang sempat melihat Diandra keluar dari mobil Saga. “Silahkan masuk dulu, Ma. Kita bicarakan didalam saja, karena kebetulan ada yang mau Dian sampaikan,” ujar Diandra dengan tenang. Risa pun berlalu dengan gaya pongahnya melewaati Diandra, ia bahkan menyenggol bahu Diandra hingga wanita itu hamir terjatuh. “Apa? Apa yang mau kamu omongin?! Setelah itu, kamu harus bawa Rianti ketemu sama Tuan Saga sekaligus bawakan makanan ini untuknya. Katakan kalau itu masakan Riantai, mengerti?!” tutur Risa sembari menyodorkan rantang berisi makanan. Namun dengan elegan Diandra menolak rantang berisi makanan itu. Dengan tenang, Diandra mencoba menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dengan Reza. Membuat Risa dan Rianti tercengang. “Maaf, Ma. Tapi Diandra gak bisa ngelakuin itu. Kalau Rianti mau kenalan sama