Share

Balas Dendam?

Author: Meylda
last update Last Updated: 2023-03-16 14:05:35

“Aku mau berselingkuh denganmu!”

Aliya menyeringai menatap wajah tampan Jevan yang tampak senang mendengar permintaanya terkabul, matanya berbinar terang serta wajahnya mengembangkan senyum kepuasan. Membuat pria itu merasa percaya diri dan langsung mendekat pada Aliya, merentangkan tanganya siap merangkul tubuh indah Aliya.

“Tunggu!” cegah Aliya ketika Jevan hendak membawanya ke pelukan. “Berselingkuhlah denganku dalam mimpi!” Aliya bahkan memicingkan matanya menatap wajah Jevan yang berubah kusut, sekarang dia merasa puas mempermainkanya.

Seketika rahang Jevan mengeras, sorot matanya tampak suram seaolah-olah dia tak suka Aliya mempermainkanya. Dia mendengus kasar dan menatap Aliya dengan tajam. Tatapan tajamnya membuat wanita itu merasa waspada.

Aliya memberanikan diri menatap wajah Jevan yang terlihat mengerikan. Namun, tubuhnya langsung meremang karena tatapan Jevan seolah melumpuhkan nyalinya.

“Sudah kubilang, a-aku…aku bukan wanita murahan!” Aliya bersikukuh pada pendirianya walau suaranya terdengar gugup.

Aliya memundurkan langkahnya karena Jevan terus saja melangkah ke depan mendekatinya lebih dekat lagi, saat tubuh mereka hendak berdekatan, segera Aliya melencong pergi, tapi secepat kilat Jevan menarik tanganya begitu kuat hingga tubuh Aliya jatuh ke pelukanya.

Tidak sampai di situ, Jevan malah menarik paksa Aliya hingga menuju parkiran depan rumah sakit, di mana mobil putih mewah Jevan terparkir di sana. Walaupun Aliya memberontak, namun orang-orang sekitar yang berlalu lalang seakan tak peduli pada apa yang terjadi di antara keduanya.

Jevan membuka pintu belakang mobilnya lalu mendorong tubuh Aliya dengan kasar hingga masuk ke dalam mobilnya. Lalu dengan cepat Jevan ikut masuk ke dalam dan langsung mengunci semua pintu.

“Kau gila! Kenapa kau terus memaksaku!”

“Diamlah! Aku belum selesai berbicara! Di sini kau tidak bisa mencoba kabur lagi dariku!” pertegasnya.

Aliya memundurkan tubuhnya tapi Jevan malah memajukan tubuhnya ke depan lebih dekat pada tubuhnya. Tubuh mereka saling berdekatan karena tubuh Aliya sudah membentur pintu mobil samping, tak ada jalan keluar bagi Aliya untuk melarikan diri.

Wajah Aliya langsung memerah, tangannya terkepal karena jantungnya berdegup kencang saat Jevan tiba-tiba mengikis jarak di antara wajah mereka. Dalam keadaan ini, Aliya bisa melihat dengan jelas ukiran indah wajah Jevan.

“Kau yakin menolak tawaranku Aliya?” tangan kananya perlahan membelai wajah Aliya hingga berhenti pada bibir ranumnya dan mengusapnya penuh kelembutan sampai Aliya kesulitan bernapas bahkan kesulitan menelan selivanya.

Sedangkan wanita itu sendiri menegang dengan perasaan aneh mengalir di seluruh tubuhnya. Manik matanya bahkan masih belum beralih pada ketampanan Jevan yang begitu jelas dan menyejukkan mata.

Cup…

Aliya tersentak kala kecupan singkat mendarat di bibirnya. Sejenak dia benar-benar kehilangan kesadaranya karena terbuai oleh pesona Jevan. Bukanya marah, Aliya malah mengusap bibirnya dengan tangan gemetar.

“Baiklah Aliya, mungkin ajakanku terlalu cepat hingga membuatmu gegabah. Kuberi waktu dua hari, jika kau mau berselingkuh denganku, datanglah lagi ke kantor.” Jevan lalu memiringkan kepalanya untuk membisikkan sesuatu ke telinga Aliya. “Bukan untuk bekerja. Melainkan untuk memuaskan hatimu yang kesepian.”

Mulut Aliya bahkan masih belum bisa berkata-kata. Setelah Jevan membuka pintu mobil untuk membebaskanya, dia segera meninggalkan Jevan untuk mengembalikan akal sehatnya yang hampir gila karena telah jatuh pada pesonanya.

Kedua tanganya dia letakkan di depan dada untuk merasakan detak jantung yang masih berdebar-debar. “Tidak! Aku tidak boleh jatuh hati padanya!”

Tiba-tiba derap langkah sosok pria jangkung terdengar mendekat. Langkahnya tegap dengan ekspresi wajahnya yang tegas serta amarah yang menyala. Dia Arya yang tengah marah karena sedari tadi kesulitan mencari sosok istri keduanya. “Rupanya kau di sini, berkeliaran sampai lupa jika kewajibanmu merawat Nadia!”

“Mas, aku hanya mencari udara segar sebentar,” alasan Aliya.

“Sebentar katamu? Kau buta waktu hah! Cepat lakukan kewajibanmu, suamimu ini orang sibuk yang harus pergi bekerja, bukan seperti kau pemalas dan tak berguna!” cibiran Arya mengelegar sampai orang-orang sekitar menatapnya dengan aneh.

Aliya tidak menjawab, dia hanya mengangkat sudut bibirnya ke atas, berusaha tersenyum walau hatinya kembali merasakan nyeri. Dunia pernikahannya memang tidak adil, sungguh berkali-kali menyakitinya.

Dia juga seorang istri yang harus di hormati dan diperlakukan selayaknya, namun Arya tidak pernah memperlakukanya dengan layak, bicara dengan lembut saja tidak pernah. Suaminya itu terus membentak hingga kepalanya pusing dan telinganya seakan terbiasa walau berdengung sakit.

Akhirnya Aliya berakhir mematuhinya lagi meski hatinya benar-benar menginginkan penolakan. Wanita itu kembali ke bangsal untuk merawat Nadia yang kini sudah sadar dan tengah menatap kedatanganya dengan tatap rapuh.

“Syukurlah kau sudah sadar Nad,” sapanya dengan senyuman.

Aliya lalu menghampiri nampan berisi makan dan minum yang telah di sediakan khusus oleh pihak rumah sakit. Menarik kursi lalu duduk tepat di samping ranjang Nadia.

“Aku suapin kamu, ayo makan biar cepat sembuh,” ucapnya halus.

Aliya menyendokkan nasi dan lauk sayur lalu tanganya mengayun mendulang Nadia. Namun wanita itu sama sekali tak membuka mulutnya malah menatap manik mata Aliya dengan dalam.

“Ayo buka mulutmu Nad, kau harus makan agar kembali sehat!”

“Aku tidak butuh kesehatan, aku memang sudah sakit Aliya.”

Aliya yang mengerti maksud tatapan sahabatnya itu langsung mendesah kesal lalu meletakkan kembali sendok yang sudah penuh itu ke piring. Kedua tangannya kemudian memegang tangan Nadia dan membalas tatapannya dengan nanar.

“Jangan katakan hal buruk, kau berhak mendapatkan kesehatanmu kembali!”

“Aliya, sudah hampir setahun kau dan Mas Arya menikah, hampir pula diriku ini akan segera mati. Jadi, kapan kalian menjadi dekat untuk saling mencintai Aliya?”

Jauh di dalam ubuk hati Aliya, dia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada nasib pernikahannya di masa depan. Lantas wanita itu menggeleng.

“Dia hanya mencintaimu Nad, jangan pergi!” matanya kini berkaca-kaca menatap sahabatnya.

“Setelah aku mati, aku berharap kau akan segera mengantikan posisiku di hatinya Aliya, kumohon jaga pernikahan ini agar aku bisa pergi dengan tenang.”

Aliya lalu mengangguk dan mencetak senyuman meski hatinya sebenarnya tidak yakin. Tiba-tiba dia merasakan dinginnya tangan Nadia bahkan seluruh tubuh wanita itu bergetar hebat. Nadia bahkan tampak kesulitan bernapas dan mengerang kesakitan.

“Nadia! Kau kena-pa!”

Dengan jantung yang berdebar kencang dan kekhawatiran yang luar biasa, Aliya sontak meneteskan air matanya karena rasa takut menyergapnya. Segera Aliya memanggil seorang dokter untuk segera menangani kondisi darurat sahabatnya.

“Nadia kau harus bertahan, kumohon!”

***

Arya merebahkan dirinya di sofa panjang ruang kantornya sendirian. Seharian ini dia sudah bekerja keras, sekarang adalah waktu untuk istirahat sejenak walau pikirannya masih berpikiran tentang Nadia. Bagaimana tidak, keadaan istri pertamanya itu semakin hari semakin memburuk.

Baru saja dia hendak menutup mata, tiba-tiba suara ketukan pintu mengalihkannya, menandakan seseorang telah datang.

“Masuklah!” perintahnya sambil mendesah kesal.

Tubuhnya yang semula berbaring di sofa kini berganti menjadi duduk. Keningnya tiba-tiba berkerut melihat sosok yang melangkah masuk ke ruangannya. Segera Arya bangkit dengan gusar, raut mukanya seketika berubah tak suka.

“Kau! Kenapa kau kemari!” tanyanya dengan nada meninggi dan ketus.

Tiba-tiba Arya mendengar suara tawa yang menggelegar dari lawan bicaranya, suara teman lamanya yang entah dari kapan menjadi musuhnya tersebut.

“Jangan ganggu waktu istirahatku!” bentaknya, kedua matanya melotot sempurna mengisyaratkan seolah mengusir.

“Dapat kulihat jelas jika istri keduamu kesepian Arya!” ucap Jevan sembari menyelipkan kedua tanganya di saku jas, lalu tiba-tiba dia tertawa keras.

Arya hanya menatapnya tanpa ekpresi. Satu alisnya terangkat dengan sorot matanya yang menusuk. Perlahan namun pasti tubuh kekar itu berjalan mendekat pada Jevan lalu seketika tanganya mencengkram kerah baju Jevan dengan kasar hinga pria itu terhuyung ke depan.

“Jangan melibatkannya pada masalah yang pernah ku buat Jevan! Dia tidak bersalah!” bentak Arya, tangan kananya masih mencengkram sedangkan tangan kirinya mengepal siap melayangkan tinjuan. Rahangnya mengeras, emosinya tiba-tiba menyala bak api yang membara.

Ada yang tidak beres dengan Arya, padahal selama ini dia mengacuhkan Aliya bahkan tidak peduli dengan urusan gadis itu. Mengetahui jika Jevan mendekati istri keduanya dengan maksud tertentu membuat emosinya membludak. Dia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.

Jevan tidak ciut nyali malah membalas tatapan tajam Arya. “Wanita yang tidak di cintai di rumahnya sendiri akan mencari cinta pada orang lain Arya! Kujamin itu!” ucap Jevan tegas.

“Bajingan!” umpat Arya lalu tiba-tiba tangan kirinya yang sudah mengeras sedari tadi bergerak membogem wajah Jevan.

Bugh!

Beruntung Jevan dapat menyeimbangkan tubuhnya agar tidak tersungkur di lantai. Tinjuan Arya terasa panas dan perih mulai berdenyut di pelipisnya. Bukan hanya memar keunguan yang tercetak di sana. Namun, darah segar perlahan mulai mengalir, menandakan begitu bengisnya tinjuan yang di layangkan Arya.

Walau emosinya tersulut, Jevan tetap mengembangkan senyum miring, kedua tangannya kini berkacak pinggang. Lalu tatapanya tertuju pada perkakas di nakas. Dengan sekali hempasan tangan, Jevan memporak-porandakannya, hingga berkas-berkas yang tersusun rapi pun langsung berserakan.

“Kau gila! Kenapa kau mengacau di kantorku Jevan!” Arya langsung mendorong kasar tubuh atletis Jevan agar pria itu berhenti.

Namun, tangan penuh otot milik Jevan itu tiba-tiba mencekik leher Arya hingga pria itu kesulitan bernapas. Dengan napas tercekat, Arya pun berusaha melepaskan cengkraman tangan Jevan dari lehernya. Sayangnya, tenaga Jevan bak kerasukan iblis yang siap mengakhiri nyawanya sekarang juga.

“Le-le-paskan a-aku…”

Jevan yang mendengar permintaan itu malah tersenyum mengerikan, lalu melepaskan Arya dengan kasar hingga pria itu tersungkur di lantai dan terbatuk-batuk.

“Tidak, aku tidak akan membunuhmu semudah ini. Kau harus hidup Arya! Kau juga harus menderita lebih dari yang kurasakan!”

Arya tercengang melihat begitu dendamnya teman lamanya itu akan kesalahan yang pernah dia buat di masa lalu. Menghela napas berat, bahunya terkulai pasrah. Kemudian kembali berdiri tegap.

Walau benaknya merasa takut akan pembalasan dendam Jevan. Namun setumpuk ego membuatnya kembali tertawa agar harga dirinya tidak jatuh.

“Oh, jadi kau tertarik dengan wanita yang tidak menarik itu?”

Mendengar pertanyaan Arya membuat sudut bibir Jevan berkedut. Kepalanya sampai geleng-geleng menanggapi pertanyaan Arya yang dia Anggap bodoh itu.

“Dasar bodoh!”

Air muka Arya tampak keras kembali, mulutnya terbuka hendak menjawab namun Jevan menyelanya—

“Kau memang bodoh Arya! Mengacuhkan permata demi batu yang rapuh!”

Brakkk!!!!

Arya mengebrak meja hingga menimbulkan dentuman keras bunyi.

“Apa maksudmu Arya! Jaga perkataanmu—“

“Kau malah memilih istrimu yang sakit-sakitan padahal istri keduamu begitu bugar dan sehat!”

Bak keruntuhan batu besar, tubuh Arya seketika meremang. Dia terdiam cukup lama merasakan pesakitan akan kebenaran yang telah di lontarkan Jevan. Tubuhnya melemas menerima kenyataan jika memang istri pertamanya sekarang bak batu yang telah rapuh dan akan segera hancur.

“Tapi sudah terlambat, sebentar lagi aku akan mendapatkan permata itu, bahkan aku sudah mendapatkan mahkotanya. Bersiaplah Arya! Kau akan segera kehilangan semuanya, kau akan hancur! Jangan harap aku berbelas kasihan pada istri keduamu itu, dia harus mendapatkan noda yang sama!”

Related chapters

  • Noda Cinta Istri Kedua   Hukuman

    “Bajingan!” Arya mengumpat dengan raut muka mengeras, hatinya memanas begitu mendengar kata ancaman dari Jevan. Tangan kananya kembali mengepal kuat dan langsung melayangkan tinju pada perut Jevan. Namun Jevan lebih lihai menghindar. “Ada apa? Kenapa kau marah padahal selama ini kau tak memedulikanya Arya! Apa akal pikiranmu yang bodoh itu sedikit terbuka?” tanya Jevan di sela-sela tawa remehnya. Sejenak Arya menghembuskan napas kasar, lalu kembali tenggelam dalam lautan api emosinya. Tatap matanya semakin tajam, seakan-akan ingin menghabisinya secara kejam detik ini juga. “Begitulah sifat manusia bodoh! Baru sadar dan peduli ketika hendak kehilangan!” tuding Jevan dengan mata memicing. Di saat keduanya masih saling adu mulut dalam suasana mencekam, tiba-tiba pintu ruangan diketuk dari luar, diikuti oleh Mahen – asisten pribadi Arya yang sedang terburu-buru dengan ekspresi tegang. “Tuan, baru saja saya mendapat telepon dari pihak rumah sakit. Merek

    Last Updated : 2023-05-11
  • Noda Cinta Istri Kedua   Serahkan Juga Tubuh Indahmu

    “Kau sungguh brengsek! Kenapa kau terus membuatku menderita Mas! Kau bukan manusia, kau binatang buas!” umpat Aliya dengan sarkas. Ia terpaksa berlutut supaya pria berjas hitam itu tidak menyambuknya lagi. Sosok jangkung berjas hitam itu menatap Aliya nyalang dengan ekspresi mengerikan dan mengayunkan cambuk di tanganya yang siap kapan saja menyambuk istrinya lagi. Arya mencondongkan tubuhnya lalu wajahnya mendekat pada wajah Aliya. “Kau sebut aku binatang buas?” lirihnya sembari menarik dagu Aliya ke atas menggunakan jemarinya, membuat mata wanita itu langsung beradu dengan sorot matanya yang tajam. Bahkan Aliya dapat merasakan napas panas pria itu menerpa wajahnya. “Kau salah, kau bisa menyebutku monster!” Arya tertawa puas, matanya yang tajam masih melotot, alisnya menukik tajam menunjukkan bahwa di balik tawanya ia menyimpan amarah yang besar. Cengkeramannya di dagu Aliya semakin kuat membuat Aliya menjerit kesakitan sambil memejamkan mata. “Baiklah, monst

    Last Updated : 2023-05-13
  • Noda Cinta Istri Kedua   Berhasil Kabur

    "Ah tolong pelan-pelan, sakit," rengek Aliya ketika kapas yang dibasahi cairan antiseptik menyentuh memar kemerahan di lehernya. Setelah berhasil kabur dari rumahnya, Aliya dibawa Jevan ke sebuah vila mewah dengan nuansa tenang karena vila tersebut terletak sekitar dua puluh kilometer dari pusat kota. Vila ini tersembunyi di balik hutan yang menawarkan nuansa kedamaian. Keduanya kini duduk di sofa abu-abu di ruang tamu berukuran 10x10 meter persegi yang dindingnya didominasi cat abu-abu dan hitam. Jevan merawat luka Aliya dengan hati-hati agar tidak membekas dan merusak kulit putih mulus wanita itu. "Suamimu benar-benar kejam, setelah ini apa kau yakin masih mau kembali bersamanya?" Jevan bertanya sambil meniup-niup luka Aliya. Aliya tidak menjawab malah termenung cukup lama hingga ia tidak menyadari bahwa tangan Jevan mulai menangkupkan kemejanya untuk mengobati luka-luka lain di tubuhnya. Ketika kapas yang dibasahi cairan antiseptik mengenai tubuhnya, wanita itu secara reflek

    Last Updated : 2023-05-15
  • Noda Cinta Istri Kedua   Kehilangan

    "Dokter, apa pun yang terjadi, tolong selamatkan istri saya!" Perawat dan dokter merawat Nadia dengan cepat, melakukan segala cara untuk menyadarkannya dari henti jantung. Mereka menghubungkan Nadia ke monitor dan mesin pernapasan untuk memantau status kesehatannya secara terus menerus. Dokter di ICU juga memasang defibrilator ke tubuh Nadia untuk memberikan kejutan listrik, dengan harapan dapat membantu mengembalikan irama jantungnya yang terhenti. Akhirnya, defibrilator itu meledak dan memberikan sengatan listrik ke tubuh Nadia. Semua orang menahan napas dan menunggu perubahan. Namun pada akhirnya, napas Nadia tidak pernah kembali dan dia dinyatakan telah meninggal Dunia. "Kami sudah melakukan segala upaya untuk menyelamatkan Nyonya Nadia, namun saya turut berduka cita dan menyampaikan maaf sebesar-besarnya karena nyonya Nadia telah meninggal Dunia." Dokter berbicara dengan suara bergetar menyampaikan berita duka tersebut, Para perawat juga merasakan kesedi

    Last Updated : 2023-05-19
  • Noda Cinta Istri Kedua   Masih Istri Sah

    Aliya berjalan menuju makam Nadia dengan langkah berat dan mata berkaca-kaca. Dalam situasi yang menyedihkan ini, ia datang bersama Jevan. Aliya menyesal karena saat ia tiba, sahabatnya Nadia sudah dimakamkan, para pelayat juga sudah pergi meninggalkan Arya sendirian. Tanpa menghiraukan Arya yang menatapnya tajam, ia meletakkan karangan bunga itu dengan rapi di atas tanah kuburan, sambil menangkupkan kedua tangannya, mulutnya mulai memanjatkan doa. “Tenanglah di surga Nad.” Aliya berlutut sembari tangannya mengelus batu nisan Nadia, lalu kedua air matanya yang menyalurkan kesedihan hatinya pun menumpahkan air mata duka yang begitu mendalam. Sementara itu, di belakang Aliya, Arya berdiri dengan tangan terkepal. Aliya yang menyadari bahwa ia sedang ditatap dengan tatapan marah oleh Arya, hanya berpura-pura terlihat santai. Padahal, jauh di dalam hatinya, ia sangat takut dengan laki-laki seperti monster itu, namun karena Jevan ada bersamanya dan berjanji akan melindun

    Last Updated : 2023-05-21
  • Noda Cinta Istri Kedua   Dihargai atau Tidak

    Mobil putih Jevan melaju dengan kecepatan penuh membelah jalanan kota yang padat, seperti orang yang kerasukan setan, ia terus menginjak gas dengan kecepatan tinggi, melewati kota dengan kemarahan dan kekecewaan yang membayangi pikirannya. Saat hendak menabrak pengendara lain, dia reflek membanting setir mobilnya ke sisi jalan hingga mobil putih itu menabrak pepohonan yang ada di pinggir jalan, hingga bagian depan mobilnya rusak parah. Beruntung Jevan tidak luka parah, hanya saja pelipisnya yang sempat terbentur mengeluarkan sedikit darah. “Sial! Aliya kau tidak akan kulepaskan dengan mudah, tunggu saja kau akan segera kembali ke pelukanku!” dia berteriak sambil meremas kencang setir mobilnya lalu memukul-mukul kaca samping mobilnya hingga tangannya berdarah.*** Aliya menatap Arya, yang kini terbaring tak berdaya di ranjangnya. Terlihat jelas jika hatinya kini telah hancur dan penuh kesedihan. Melihat hal itu, perasaan Aliya campur aduk antara kasihan dan am

    Last Updated : 2023-05-23
  • Noda Cinta Istri Kedua   Nama Wanita Lain

    “Tidak Mah, biar kupanggilkan pembantu yang lain. Dia tugasnya memasak,” ucap Arya dengan datar, menatap Aliya yang masih membeku di tempatnya dengan mengisyaratkan mata seolah dalam perkataannya wanita itu harus menaati perintahnya barusan. Aliya membalas tatapan itu dengan matanya yang memerah menahan bulir-bulir air mata, tangannya mengepal erat. Disebut sebagai pembantu membuat harga dirinya jatuh sedalam jurang yang paling dalam. Dirinya menggeleng menandakan dia tak mau melaksanakan perintah suaminya. “Aku bukan pembantu, aku nyonya besar di rumah ini!” teriak Aliya di dalam hatinya, rasanya ia ingin menyuarakan hal tersebut sekeras-kerasnya di depan keluarga Arya. Saat amarah masih menguasai hatinya, Aliya dapat merasakan langkah tegas Arya mendekat padanya, kemudian tangannya yang terkepal seketika di genggam oleh Arya dan pria itu menariknya menjauh dari ruang tamu, menjauh dari keluarga yang dia hormati. “Jangan pernah mengaku pada mereka jika kau ist

    Last Updated : 2023-05-27
  • Noda Cinta Istri Kedua   Masa Lalu Kelam

    Ciumannya terasa semakin dalam dan liar. Jevan seperti hewan buas yang kini melahap Aliya dengan rakus. Lidahnya bahkan menerobos masuk seakan mengoyak dan mengobrak-abrik mulut Aliya. “Jevan hentikan!” pekik Aliya di sela-sela menarik nafas saat Jevan memberinya kesempatan. Aliya tampak megap-megap karena pungutan Jevan jauh dari kata lembut, pria di atasnya itu kembali menciumnya dengan brutal sampai bibir Aliya berdarah. Ciumannya turun ke leher dan meninggalkan bekas kemerahan di sana. “Sadarlah kau mabuk!” kali ini Aliya berteriak lebih keras karena Jevan perlahan menyusuri area sensitifnya. “Jevan!” Aliya kehilangan kesabaran, tangannya melayang di udara menampar Jevan dengan keras agar pria mabuk itu menghentikan aksinya. “Akh!” pria itu meringis kesakitan sembari mengusap pipinya yang panas. Pandangannya masih sayu, akal sehatnya perlahan-lahan mulai kembali. Namun bersamaan dengan itu, kepalanya berdenyut tak karuan bercampur perutn

    Last Updated : 2023-05-29

Latest chapter

  • Noda Cinta Istri Kedua   Ketulusan yang Dicemburui

    Kedua mata Arya memang tertutup rapat, tetapi dia sepenuhnya sadar akan rasa sakit akibat luka yang menusuk-nusuk kulitnya dan badannya yang terasa remuk. Luka di pelipisnya, selebar lima sentimeter, kini sudah dijahit, meskipun rasa sakitnya masih terasa. Untungnya, lukanya tidak sampai menyebabkan gegar otak. Ada pula luka di bagian kaki dan lengan akibat tergores aspal. Yang parah, kakinya mengalami patah tulang dan dipastikan dia tidak akan bisa berjalan, meskipun tidak permanen. Dokter pun menyarankan perawatan maksimal. Dokter menjelaskan bahwa Arya harus menjalani berbagai tindakan perawatan, seperti reposisi atau penyusunan kembali tulang. Kemudian, untuk menjaga tulang dalam posisi yang benar, akan dipasang gips. Pengobatan untuk menetralisir rasa nyeri juga akan dilakukan, dan dilanjutkan dengan rehabilitasi. Aliya, sebagai pihak keluarga, tentu menyetujui keputusan yang diberikan oleh dokter. Soal biaya, tidak perlu khawatir karena suaminya memiliki asuransi kesehatan bisn

  • Noda Cinta Istri Kedua   Masih Ada Rasa

    "Kita akan mengetahuinya setelah kau ikut pulang bersamaku Aliya." Arya menggenggam kedua tangan Aliya dan menatapnya serius untuk meyakinkannya. "Tidak! Aku bukan wanita bodoh, aku tidak akan kembali dan terluka lagi Mas, kita harus bercerai!" Aliya langsung menarik tangan dari genggamannya, berjalan cepat meninggalkan Arya yang terpaku atas penolakan. "Kumohon Aliya! Ayah dan ibuku memaksaku menikah lagi dan segera punya keturunan, aku… maafkan aku karena tak mengakuimu Aliya. Aku berjanji setelah kita pulang nanti semuanya akan berbeda!" Langkah Aliya terhenti, tangannya tiba-tiba mengepal menahan rasa sesak yang lagi-lagi timbul dalam hati, ia sudah menduga jika akan kecewa lagi dan lagi. Arya jelas sekali mengatakan jika permohonan itu bukan murni muncul dalam lubuk hatinya melainkan hanya sebuah perintah dari orang tuanya. Aliya berbalik, menatap pria yang masih sah suaminya itu dengan tatap nanar. Bibirnya mengulas senyum samar yang dipaksakan.

  • Noda Cinta Istri Kedua   Keputusan Labil

    Para pekerja di kantor pada heboh melihat Aliya kembali bekerja, mereka menelisiknya penuh tanda tanya karena mereka sangat penasaran kenapa dia tiba-tiba keluar kerja dan sekarang kembali lagi bekerja. Hal yang lebih heboh adalah, mereka kaget bukan main karena Aliya datang ke kantor semobil dengan CEO perusahaan, Jevan. “Aliya!” Pekik Caca kegirangan saat Aliya tengah berjalan menuju ruang kerjanya, dia adalah rekan kerja yang dapat diandalkan dan sudah baik padanya selama ini, Caca dengan antusias menghambur memeluk tubuh Aliya dengan erat seolah mengobati rindu sudah lama tak berjumpa. “Kangen banget tau, hei ponselmu tuh buat apa sih! Ada apa-apa ngak kabar-kabar, aku khawatir tau Al!” protes Caca masih memeluk Aliya dengan erat. Jangan tanya di mana Jevan berada, setelah memarkirkan mobilnya, dia di sambut dengan para asistennya dan langsung bergegas bekerja meninggalkan Aliya sendirian. Yah, ia memakluminya karena pria itu termasuk orang yang gila bekerja.

  • Noda Cinta Istri Kedua   Ingin Bercerai

    “Ada hal penting yang ingin ayah bicarakan denganmu,” Adikara membuka suara di tengah-tengah suasana sarapan pagi saat mereka semua berkumpul di ruang makan. Setelah sesuap nasi dan lauk pauk masuk ke dalam mulutnya, Arya menaruh perlahan sendok yang semula ada di genggaman untuk berhenti sejenak terlebih dahulu dari aktivitas makannya, menggeser piringnya untuk meletakkan kedua tangan yang terlipat rapi di atas meja makan. Arya menatap ayahnya dengan rasa penasaran. “Ya Ayah, apa yang ingin Anda sampaikan?” Adikara termenung terlebih dahulu sebelum mengutarakan apa yang akan dia sampaikan, merangkai kata yang tepat agar putranya menerima ucapannya dan mematuhinya dengan segera. Tanpa basa-basi dia akhirnya membuka suaranya lagi. “Ayah pikir sudah saatnya kau memikirkan kembali tentang keturunan.” Ucapan itu bagai sebuah tuntutan yang tiba-tiba menyerang hatinya yang masih bersedih dan berduka atas kematian istrinya. “Apa yang ayah katakan! Istri saya baru saja m

  • Noda Cinta Istri Kedua   Masa Lalu Kelam

    Ciumannya terasa semakin dalam dan liar. Jevan seperti hewan buas yang kini melahap Aliya dengan rakus. Lidahnya bahkan menerobos masuk seakan mengoyak dan mengobrak-abrik mulut Aliya. “Jevan hentikan!” pekik Aliya di sela-sela menarik nafas saat Jevan memberinya kesempatan. Aliya tampak megap-megap karena pungutan Jevan jauh dari kata lembut, pria di atasnya itu kembali menciumnya dengan brutal sampai bibir Aliya berdarah. Ciumannya turun ke leher dan meninggalkan bekas kemerahan di sana. “Sadarlah kau mabuk!” kali ini Aliya berteriak lebih keras karena Jevan perlahan menyusuri area sensitifnya. “Jevan!” Aliya kehilangan kesabaran, tangannya melayang di udara menampar Jevan dengan keras agar pria mabuk itu menghentikan aksinya. “Akh!” pria itu meringis kesakitan sembari mengusap pipinya yang panas. Pandangannya masih sayu, akal sehatnya perlahan-lahan mulai kembali. Namun bersamaan dengan itu, kepalanya berdenyut tak karuan bercampur perutn

  • Noda Cinta Istri Kedua   Nama Wanita Lain

    “Tidak Mah, biar kupanggilkan pembantu yang lain. Dia tugasnya memasak,” ucap Arya dengan datar, menatap Aliya yang masih membeku di tempatnya dengan mengisyaratkan mata seolah dalam perkataannya wanita itu harus menaati perintahnya barusan. Aliya membalas tatapan itu dengan matanya yang memerah menahan bulir-bulir air mata, tangannya mengepal erat. Disebut sebagai pembantu membuat harga dirinya jatuh sedalam jurang yang paling dalam. Dirinya menggeleng menandakan dia tak mau melaksanakan perintah suaminya. “Aku bukan pembantu, aku nyonya besar di rumah ini!” teriak Aliya di dalam hatinya, rasanya ia ingin menyuarakan hal tersebut sekeras-kerasnya di depan keluarga Arya. Saat amarah masih menguasai hatinya, Aliya dapat merasakan langkah tegas Arya mendekat padanya, kemudian tangannya yang terkepal seketika di genggam oleh Arya dan pria itu menariknya menjauh dari ruang tamu, menjauh dari keluarga yang dia hormati. “Jangan pernah mengaku pada mereka jika kau ist

  • Noda Cinta Istri Kedua   Dihargai atau Tidak

    Mobil putih Jevan melaju dengan kecepatan penuh membelah jalanan kota yang padat, seperti orang yang kerasukan setan, ia terus menginjak gas dengan kecepatan tinggi, melewati kota dengan kemarahan dan kekecewaan yang membayangi pikirannya. Saat hendak menabrak pengendara lain, dia reflek membanting setir mobilnya ke sisi jalan hingga mobil putih itu menabrak pepohonan yang ada di pinggir jalan, hingga bagian depan mobilnya rusak parah. Beruntung Jevan tidak luka parah, hanya saja pelipisnya yang sempat terbentur mengeluarkan sedikit darah. “Sial! Aliya kau tidak akan kulepaskan dengan mudah, tunggu saja kau akan segera kembali ke pelukanku!” dia berteriak sambil meremas kencang setir mobilnya lalu memukul-mukul kaca samping mobilnya hingga tangannya berdarah.*** Aliya menatap Arya, yang kini terbaring tak berdaya di ranjangnya. Terlihat jelas jika hatinya kini telah hancur dan penuh kesedihan. Melihat hal itu, perasaan Aliya campur aduk antara kasihan dan am

  • Noda Cinta Istri Kedua   Masih Istri Sah

    Aliya berjalan menuju makam Nadia dengan langkah berat dan mata berkaca-kaca. Dalam situasi yang menyedihkan ini, ia datang bersama Jevan. Aliya menyesal karena saat ia tiba, sahabatnya Nadia sudah dimakamkan, para pelayat juga sudah pergi meninggalkan Arya sendirian. Tanpa menghiraukan Arya yang menatapnya tajam, ia meletakkan karangan bunga itu dengan rapi di atas tanah kuburan, sambil menangkupkan kedua tangannya, mulutnya mulai memanjatkan doa. “Tenanglah di surga Nad.” Aliya berlutut sembari tangannya mengelus batu nisan Nadia, lalu kedua air matanya yang menyalurkan kesedihan hatinya pun menumpahkan air mata duka yang begitu mendalam. Sementara itu, di belakang Aliya, Arya berdiri dengan tangan terkepal. Aliya yang menyadari bahwa ia sedang ditatap dengan tatapan marah oleh Arya, hanya berpura-pura terlihat santai. Padahal, jauh di dalam hatinya, ia sangat takut dengan laki-laki seperti monster itu, namun karena Jevan ada bersamanya dan berjanji akan melindun

  • Noda Cinta Istri Kedua   Kehilangan

    "Dokter, apa pun yang terjadi, tolong selamatkan istri saya!" Perawat dan dokter merawat Nadia dengan cepat, melakukan segala cara untuk menyadarkannya dari henti jantung. Mereka menghubungkan Nadia ke monitor dan mesin pernapasan untuk memantau status kesehatannya secara terus menerus. Dokter di ICU juga memasang defibrilator ke tubuh Nadia untuk memberikan kejutan listrik, dengan harapan dapat membantu mengembalikan irama jantungnya yang terhenti. Akhirnya, defibrilator itu meledak dan memberikan sengatan listrik ke tubuh Nadia. Semua orang menahan napas dan menunggu perubahan. Namun pada akhirnya, napas Nadia tidak pernah kembali dan dia dinyatakan telah meninggal Dunia. "Kami sudah melakukan segala upaya untuk menyelamatkan Nyonya Nadia, namun saya turut berduka cita dan menyampaikan maaf sebesar-besarnya karena nyonya Nadia telah meninggal Dunia." Dokter berbicara dengan suara bergetar menyampaikan berita duka tersebut, Para perawat juga merasakan kesedi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status