Hari ini adalah akhir pekan, Kirei tengah berolahraga di taman. Ini adalah caranya melepas penat dan mengembalikan energinya. Minggu ini sedikit melelahkan bagi Kirei terlebih karena setiap hari dia harus satu ruangan dengan Faisal, atasannya.
Kirei sudah sekitar hampir 1 jam berlari mengelilingi taman dia mendudukan dirinya di salah satu bangku taman itu, dia menarik napasnya dan menghembuskannya. Udara segar pagi hari memenuhi indra penciumannya.
Tiba-tiba seseorang dengan memakai baju olahraga berwarna ungu muda mendekatinya, Kirei tidak bisa melihat jelas orang itu karena orang itu memakai kacamata hitam dan masker hingga akhirnya dia membuka kacamata dan maskernya lalu duduk di samping Kirei. Dia adalah Renata rekan kerjanya.
Kirei yang mengenalinya tersenyum “Ibu juga olahraga di sini?” sapanya ceria, wanita itu menatap Kirei terlihat wanita itu sama sekali tidak berkeringat. Apakah dia kemari untuk olahraga? pikir Kirei.
“Jangan panggil Ibu kalo di luar walaupun kamu lebih muda daripada saya, kita hanya beda 5 tahun tahu? Panggil saja kak Rena.” Ujarnya dia meminum air mineral yang sedaritadi dia pegang. Kirei tersenyum mengangguk tanda mengerti.
Rena mendekatkan diri pada Kirei “Kirei, apa kamu sudah punya pacar?” Rena tiba-tiba bertanya dengan semangat, Kirei menautkan alisnya bingung “Tidak. Tidak ada,” jawabnya.
“Aku punya pacar tampan sekali. Aku sangat mencintainya, aku tidak bisa hidup tanpanya.”
Kirei hanya terkekeh geli persis sekali seperti sahabatnya Jessica ketika punya pacar tetapi saat putus dia hanya akan mengumpati mantan pacarnya. Kata-kata dusta seperti itu Kirei sudah terbiasa.
“Benarkah? Apakah kak Rena mau menjodohkanku dengan dia?” Tanyanya bercanda.
“Enak saja, jika dia ketauan berselingkuh aku akan membunuh selingkuhannya.” Kirei menatapnya pura-pura ngeri mendengar kalimat dari seorang pacar posesif. Benar-benar bukan gaya dia. Renata menoleh dan tertawa melihat ekspresi Kirei. “Bercanda,” ujar Rena lagi. Mereka tertawa bersama.
“Seru juga ngobrol dan curhat sama kamu, mau jadi teman ngopi aku? Kita harus sering bertemu,” ujar Rena tiba-tiba. Kirei mengangguk tanda setuju.
...
Tidak terasa Kirei dan Rena sudah menghabiskan akhir pekan bersama, dengan karakter Kirei yang merupakan pendengar yang baik dan pemberi saran yang baik sedangkan Rena dengan karakter banyak bicara dan peduli membuat Kirei dan Rena semakin akrab. Mereka berjanji untuk bermain bersama jika akhir pekan.
Jam sudah menunjukan pukul 18.00. Kirei tengah berada di halte bus, dia lelah sekali hari ini dia bahkan masih memakai pakaian olahraga. Rena tidak bisa berhenti bicara jika bersama Kirei. Dia menghabiskan hari ini dengan mendengarkan curhatan dari Rena tentang pacarnya. Setelah seharian bersama mereka berpisah, Rena pulang naik taksi sedangkan Kirei memilih naik bus karena lebih hemat. Kirei meluruskan kakinya menunggu bus datang tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya. Dia mendongak dan melihat seseorang itu adalah Faisal, dia mengisyaratkan Kirei untuk masuk ke mobilnya.
...
Kirei dan Faisal tengah berada di sebuah restoran mewah dengan interior elegan dengan banyak lampu-lampu krystal yang menghiasi. Pelayan menghampiri mereka berdua dan menyajikan makanan di atas meja. Kirei hanya menatap makanan itu dan sekeliling restoran dengan canggung begitu pula dengan Faisal sama canggungnya dengan Kirei.
Sejak mereka duduk di sana keheningan menyelimuti mereka tidak ada yang berani membuka suara, Kirei sangat canggung karena di tempat mewah seperti ini dia hanya memakai pakaian olahraga dan masih bau dengan keringat. Sebenarnya apa alasan Kirei masuk ke mobil Faisal adalah dia pikir Faisal mau mendiskusikan pekerjaan dengannya, dia tidak tahu jika Faisal akan membawanya makan malam ke tempat seperti ini.
“Silahkan dinikmati.” Ucapan pelayan membuat mereka berdua tersadar dari pikiran mereka sendiri lalu hanya mengangguk canggung pada pelayan. Mereka mulai mengambil alat makan dan memakan makanan mereka. Faisal memesan steak sapi dan Kirei memesan pasta. Kirei menatap Faisal yang berpakaian rapi lalu menatap pakaiannya sendiri.
'Apa dia sengaja ingin mempermalukanku dengan membawaku yang kucel seperti gembel ini ke restoran mewah?' batinnya kesal.
“Bagaimana kabarmu?”
Ucapan Faisal barusan menginterupsi Kirei yang tengah asik mengutuk Faisal di dalam hati, Kirei bingung dengan pertanyaan Faisal mereka kan bertemu setiap hari dan hampir 12 jam ada di ruangan yang sama pula kenapa menanyakan kabar?
Melihat Kirei diam saja Faisal kemudian mengganti pertanyaannya “Kabar ayah sama ibu kamu gimana? Baik kan?” Kirei terdiam mendengar ucapan Faisal. Dia menghentikan kegiatan makannya dan meletakan garpunya di meja, Kirei menghela napas berat sebelum akhirnya berkata dengan sinis “Apakah kamu menanyakan itu karena benar-benar tidak tahu?”
Faisal menautkan alis bingung, apa yang salah dengan pertanyaannya. “Apa maksudnya?” dipikirkan berapa kali pun dia tidak mengetahui dimana letak kesalahannya mengapa wajah Kirei terlihat sangat marah.
“Apakah kamu bahagia sekarang? Setelah membuat hidupku seperti ini. Apa kau puas?” Kirei menahan tangisnya, Faisal semakin tidak mengerti. Apakah Kirei begitu sakit hati padanya? Karena dia mencampakan Kirei?
“Maaf, Aku hanya sedang kesal dan marah pada diriku karena nilaiku yang buruk hingga berkata seperti itu dulu padamu. Aku tidak bermaksud untuk mengatakan tidak ingin bertemu denganmu lagi,” Faisal menjelaskan panjang lebar. Dia menatap Kirei yang masih terlihat marah.
“Karena kekesalan dan kemarahanmu itu dua orang yang paling berharga di hidupku kini sudah tidak ada.”
“Apa kamu tahu apa yang membuatku marah? Aku tidak tahu harus menyalahkan siapa, karena aku merasa bodoh menangisimu yang bahkan tidak peduli padaku. Kau bahkan tidak menemuiku sejak hari itu. Tapi bagiku, hari itu adalah hari penyesalan terbesarku karena pergi menemuimu.” Kirei bangkit ingin meninggalkan tempat itu dia berdiri sejenak dan berkata pada Faisal tanpa menatapnya.
“Aku harap kita tidak saling mengenal saja. Tolong berpura-puralah tidak mengenalku”
Kirei melangkahkan kakinya tapi terhenti karena seseorang menghalanginya. Tidak itu bukan Faisal, lagi-lagi dia melihat dada bidang yang tidak asing baginya. Kirei mendongakan kepalanya untuk melihat sosok itu dia terkejut karena dia melihat siapa yang ada di depannya. Orang itu menatapnya datar.
“Sayang ngapain? Katanya mau ke kamar mandi?” Sebuah suara menginterupsi mereka yang asik berpandangan, Kirei melirik ke sumber suara tidak jauh di meja dia dan Faisal duduk seorang gadis cantik menggunakan dress hitam tengah menatap kemari.
Pria itu Haru, menoleh dan tersenyum “Iya aku segera kembali.”
Haru kembali menatap Kirei. Menyadari dia menghalangi jalan, Kirei segera menyingkir dan pergi meninggalkan tempat itu.
...
Di sinilah Kirei sekarang di halte bus yang kosong. Kirei tidak bisa menahan tangisannya, dia menangis. Hatinya benar-benar hancur jika harus mengingat hari itu hari dimana dia kehilangan kedua orang tuanya. Itu salahnya dan dia tidak bisa menyalahkan siapapun karena itu dia sangat malu melampiaskan kemarahannya pada Faisal.
Tiba-tiba sebuah pesan masuk pada ponselnya, dia merogoh ponsel yang berada di sakunya menatap layar ponsel itu dan membaca pesannya.
‘Kapan kamu gajian? Keponakanmu sedang sakit aku tidak punya uang karena sudah di PHK, cepat kirim uang ke rekening kakak'
Tangisan Kirei pecah membaca pesan dari kakanya itu, dia benar-benar tidak tahan mengapa dunia seperti ini padanya? Dia menangis tersedu tanpa dia sadar Haru duduk di ujung kursi halte, dia duduk berjauhan dengan Kirei. Haru menoleh menatap Kirei yang tengah menangis. Setelah puas menangis, Kirei sepertinya menyadari keberadaan Haru, dia menoleh dan menghela napas.
Lagi-lagi pria itu, mereka sudah tiga kali bertemu. Kirei benar-benar tidak nyaman dengan tatapannya. Sekarangpun begitu entah sejak kapan pria itu terus menatap Kirei, terlebih sepertinya dia juga mendengar percakapan Kirei dan Faisal tadi.
“Apa tadi pacarmu?” tanya Haru datar, Kirei mendengus kesal dia menatap pria itu sinis.
“Tidak sopan menguping percakapan orang asing kau tahu?” ujar Kirei ketus.
Pria itu tersenyum singkat “Aku tidak menguping hanya tidak sengaja mendengar. Lagipula siapa di restoran tadi yang tidak mendengar ucapanmu,” jawabnya. Kirei semakin kesal saja mendengarnya, harinya sudah buruk dia tidak ingin memperburuk harinya dengan meladeni ucapan orang asing tidak sopan seperti dia.
“Kalau begitu berpura-puralah tidak mendengar apapun. Itu yang orang asing lakukan untuk kesopanan.” Kirei menatap kedepan dia memutuskan untuk tidak membalas pria itu lagi, dia lelah hari ini.
Haru mengangguk mengerti dan menatap kedepan juga. Setelah itu, Hanya keheningan dan angin sepoi sepoi mengenai kulit mereka, mereka sama sama terdiam menatap lurus ke depan terhanyut dalam pikiran masing-masing. Hingga akhirnya sebuah bus berhenti di depan mereka, Haru bangkit dan lebih dulu masuk ke dalam bus, Kirei menatap Haru kesal, ternyata mereka harus satu bus terlebih saat masuk bus ternyata tidak ada satupun penumpang hanya mereka berdua.
Haru terlihat duduk di bangku pojok paling belakang, pria itu membuka jendela dan menatap keluar. Kirei yang melihatnya memilih duduk di bangku tengah dekat jendela.
Bus mulai berangkat mereka berdua lagi-lagi hanyut dengan pikiran masing-masing sambil menatap keluar jendela. Di bus kosong ini hanya mereka berdua dan pak supir. Kemudian Haru melihat Kirei yang tengah memejamkan matanya, angin malam yang masuk melalui jendela mengenai rambut panjang gadis itu. Haru terdiam dengan pemandangan di depannya.
Sudah beberapa hari berlalu sejak hari dimana Kirei meluapkan emosinya pada Faisal. Walaupun Faisal tidak tahu dengan jelas apa salahnya, dia menuruti perintah Kirei untuk tidak membahas masa lalu. Beberapa hari Kirei bekerja bersama Faisal, Faisal tidak pernah membahas hari itu ataupun masa lalu mereka hanya membahas mengenai pekerjaan. Kirei sedikit bersyukur. Kirei melangkahkan kakinya menuju ranjang single size nyamannya, dia membaringkan tubuhnya melepas penat usai seharian bekerja. Kirei memejamkan matanya namun tiba-tiba pintu kamar terbuka membuat Kirei membuka matanya dan terkejut melihat sahabatnya Jessica masuk dengan penampilan yang tidak biasa. Jessica mengenakan mini dress hitam ketat yang panjangnya diatas lutut, Kirei menatapnya bingung. “Kamu darimana? Pulang-pulang make up menor begitu.” Tanya Kirei sembari memposisikan dirinya menjadi duduk. “Ayo kita ke bar!” serunya tiba-tiba, Kirei bingung sekaligus terkejut ternyata pertanyaannya salah
Jessica baru saja keluar dari toilet, dia berjalan keluar untuk kembali ke tempatnya bersama Kirei dan Renata. Dia melihat sekeliling mencari keberadaan sosok yang ingin dia temui lagi. Dia berpikir jika pria yang menyelamatkannya hari itu berharap bisa dia temui lagi di sini. Jessica terdiam melihat seseorang yang tidak jauh darinya, bukan karena menemukan sosok pria yang dia cari melainkan karena dia melihat sosok mantan pacarnya yang saling rangkul bersama seorang gadis dengan mesra, pria itu berjalan kearahnya. Jessica panik dia melihat kanan dan kiri untuk mencari tempat bersembunyi. Sebuah tangan tiba-tiba menarik lengannya, menyudutkannya ke tembok. Jessica mau protes karena badan pria yang menariknya itu terlalu dekat dengannya tapi dia terpaku saat mendongak melihat wajah pria itu. Pria yang dia cari-cari. Di depan wajah Jessica sekarang adalah dada bidang lelaki itu, jantungnya rasanya seperti sudah jatuh ke perut sekarang. Lelaki itu sedikit menund
Semua karyawan perusahaan Hanseung tengah makan siang bersama di kantin, termasuk Kirei. “Pak Faisal aneh banget, dia tidak pernah makan lagi sama kita. Kira-kira kenapa hari itu dia mau makan sama kita?” Seorang karyawan wanita tiba-tiba menggosipkan Faisal. Kirei diam saja mendengarnya, dia teringat kejadian di restoran. Dia memperingati Faisal untuk berpura-pura tidak mengenalnya dan hanya membahas pekerjaan. Faisal sangat menuruti perkataan Kirei. Kirei melihat sosok Faisal yang tengah berjalan keluar, dia jadi merasa bersalah. ... Faisal duduk di sebuah restoran, dia tengah makan siang sendirian. Memesan satu porsi nasi goreng dan memakannya dengan santai. Seorang gadis memasuki restoran itu dia hendak memesan makanan tetapi matanya melihat sosok Faisal, gadis itu terlihat terkejut. Dia berjalan mendekati Faisal.
Kirei menatap di depannya dengan pandangan kosong. Di sinilah ia sekarang, di kantor polisi untuk memberi keterangan mengenai kejadian mengerikan yang terjadi tadi malam. Pak Ardi menghampiri Kirei memberikan kopi untuk Kirei yang terlihat linglung. “Tenang saja, ini hanya memberikan keterangan tentang apa yang kamu ketahui, kamu tidak akan jadi tersangka.” Ujar Pak Ardi menenangkan, Kirei menatap ayah sahabatnya itu. “Kak Rena, Apa dia benar-benar meninggal?” Tanya Kirei, ia menundukan kepalanya dan menutup wajahnya lalu mengusapnya kasar. “Itu semua salahku, seharusnya aku mengunci pintu rumahnya setelah pergi, seharusnya aku menemaninya.” Air mata Kirei mengalir ia tidak percaya seseorang yang kurang dari 6 jam yang lalu bersamanya dan mengobrol bersamanya sudah meninggal dengan cara yang mengenaskan seperti itu. Pak Ardi mengulurkan tangannya menepuk-nepuk pelan bahu Kirei. “Ini bukan salahmu,” ujar Pak Ardi menenangkan. “A
Haru melangkahkan kakinya menuju cafe. Di dalam, dia melihat Jessica yang tengah duduk menunggunya. Haru menghampiri Jessica, Jessica yang menyadari segera bangkit dia terkejut melihat luka memar di wajah Haru. “Wajahmu kenapa?” tanya Jessica khawatir, ia memegang wajah Haru dengan tangannya, memegang memar itu mengusapnya pelan. Haru menatapnya, Jessica tersadar dengan tatapan Haru dia menelan ludahnya gugup karena wajah mereka sangat dekat. Tidak menyingkirkan tangannya di wajah Haru, Jessica memberanikan diri menatap Haru. “Aku menyukaimu.” Jessica tiba-tiba mengakui perasaannya. Haru hanya menatapnya dengan tatapan dalam, Jessica merasakan seperti tatapan Haru menarik dirinya masuk ke dalam. Haru hanya terdiam tidak mengatakan apapun. “Apa kau pernah memikirkanku?” tanya Jessica, dia sedikit menyesal sepertinya dia terlalu cepat menyatakan perasaannya. Haru tiba-tiba menarik wajah Jessica dan menciumnya. Jessica membelalakan matany
Hari ini adalah hari pertama Kirei menjadi penerjemah langsung. Hari ini dia tidak tahu harus memiliki perasaan apa, perasaannya campur aduk. Dia sangat senang karena ini hari pertama dia menunjukan keahliannya dalam menerjemahkan kepada atasan yang langsung datang dari kantor pusat di Korea, di lain sisi juga tidak senang karena dia harus menerjemahkan ucapan pria dingin misterius tidak berperasaan itu. Kirei sebetulnya sudah tidak ingin berhubungan lagi dengan pria itu, pria itu terlihat misterius dan sangat berbahaya. Kirei masih tidak mengerti mengapa Jessica sangat menyukai Haru. “I eumlyoneun maggeolliwa keopiui honhabmullo mandeul-eojibnida.” Kirei menerjemahkan apa yang di katakan Haru pada atasannya dengan senyuman di wajahnya. Tangannya tidak tinggal diam, selain menjelaskan menggunakan kata-kata Kirei juga menjelaskan menggunakan tangannya. Haru menahan senyumannya melihat Kirei yang terlihat sangat bersemangat. “Kopi memiliki banya
Kirei tengah makan sendirian di restoran, setelah beberapa hari yang lalu ia bertemu dengan ayah Jessica ia jadi sering memikirkan Haru. Penasaran apakah benar Haru adalah tersangka pembunuhan berantai? Ia juga harus berpikir bagaimana mengatakan itu pada Jessica, karena yang dia tahu Jessica sangat keras kepala dia baru akan menyerah jika dia sendiri ingin menyerah dia bukan type orang yang mendengar perkataan orang lain. Kirei menghela napas memikirkan banyak masalah di kepalanya, ia kembali memasukan sendok berisi bubur ke dalam mulutnya. Pagi hari sekali diakhir pekan Jessica sudah pergi meninggalkan kostan tanpa memberitahunya. Kirei berpikir pasti Jessica ingin menemui Haru lagi. Dia memijat kepalanya yang terasa pening. “Bagaimana aku memberitahunya untuk menjauhi Haru,” gumam Kirei pelan. “Aku kenapa?” Kirei hampir tersedak melihat sosok yang baru saja bicara, sosok itu duduk di depan meja Kirei, mereka duduk berhadapan. “Bu saya bakso
Faisal, Dini dan Kirei tengah bekerja di cafe Haru, mereka masih harus menyelesaikan beberapa laporan yang harus diterjemahkan. Di meja yang sama, Kirei dan Dini duduk bersebelahan dan Faisal yang duduk di depan mereka. Sudah sekitar 4 jam mereka duduk di sana setelah kepergian atasan mereka. Dini melakukan peregangan, otot-ototnya yang terasa kaku karena sudah lama sekali mereka duduk di sana. Faisal menyadari itu menyuruh Dini pulang duluan karena laporannya hampir selesai. Dini mengiyakan dan pergi duluan. Kini hanya Kirei dan Faisal yang berada disana, Faisal bangkit dan pindah duduk menjadi di samping Kirei. Kirei yang tidak terlalu mengindahkannya masih fokus mengerjakan laporan. Faisal menatap Kirei tanpa sadar dirinya menyunggingkan sebuah senyuman, Haru yang berada tidak jauh darisana menatap mereka tanpa berkedip. “Oh? Kirei kamu disini?” Jessica yang entah datang darimana tiba-tiba menyapa Kirei. Kirei terkejut melihat kedatangan Je
Faisal dan Kirei sudah sampai di villa tempat mereka menginap, mereka berdua bingung melihat jendela yang sudah berlubang dan seorang Bibi pengurus villa yang tengah membersihkan pecahan kaca yang berserakan di lantai.“Apa yang terjadi?” tanya Kirei pada Bibi yang tengah menyapukan pecahan kaca, bibi itu menghentikan aktivitasnya.“Ummm... Anu... Tadi ada yang ngelempar batu besar ke villa neng, kayanya sengaja gitu.” Ujar Bibi itu ragu-ragu.Kirei dan Faisal saling menoleh, mereka berdua sama-sama bingung, “Neng sama Abangnya ada di kamar, lagi nenangin diri,” ujar Bibi itu lagi. Kirei dan Faisal mengangguk dan segera ke kamar yang dimaksud.Kirei dan Faisal memasuki ruangan yaitu kamar Jessica dan Kirei, di sana Jessica sedang duduk dan memeluk pinggang Haru yang tengah berdiri, Kirei melihat ekspresi Haru yang terlihat seperti memikirkan sesuatu sambil menepuk-nepuk pundak Jessica menenangkan.“Kamu bai
Siang hari begitu terik menyinari kota, Jessica hendak pergi makan siang di restoran tempat dia biasa makan, gadis itu duduk di salah satu bangku restoran. Dia mengehela napas panjang sembari melihat keluar jendela, tatapannya menerawang. Lalu iris matanya melihat orang-orang sekitar yang juga tengah makan siang di restoran itu, mereka tengah mengobrol tentang beratnya pekerjaan mereka. Jessica lagi-lagi hanya menghela napas panjang. Setelah lulus SMA, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah, dan sepertinya dia sedikit menyesalinya sekarang. Mencari pekerjaan sulit sekali hanya menggunakan ijajah SMA. Tahu begini, dia kuliah di jurusan kedokteran saja seperti yang ayahnya sarankan, mungkin sekarang dia tidak perlu repot-repot mencari pekerjaan. Jessica awalnya bekerja part time bersama Kirei. Walaupun tidak sebanyak pekerjaan Kirei, Jessica pernah bekerja part time di restoran cepat saji. Tetapi sekarang dia keluar dengan alasan bosan, setiap hari hanya
Faisal, Dini dan Kirei tengah bekerja di cafe Haru, mereka masih harus menyelesaikan beberapa laporan yang harus diterjemahkan. Di meja yang sama, Kirei dan Dini duduk bersebelahan dan Faisal yang duduk di depan mereka. Sudah sekitar 4 jam mereka duduk di sana setelah kepergian atasan mereka. Dini melakukan peregangan, otot-ototnya yang terasa kaku karena sudah lama sekali mereka duduk di sana. Faisal menyadari itu menyuruh Dini pulang duluan karena laporannya hampir selesai. Dini mengiyakan dan pergi duluan. Kini hanya Kirei dan Faisal yang berada disana, Faisal bangkit dan pindah duduk menjadi di samping Kirei. Kirei yang tidak terlalu mengindahkannya masih fokus mengerjakan laporan. Faisal menatap Kirei tanpa sadar dirinya menyunggingkan sebuah senyuman, Haru yang berada tidak jauh darisana menatap mereka tanpa berkedip. “Oh? Kirei kamu disini?” Jessica yang entah datang darimana tiba-tiba menyapa Kirei. Kirei terkejut melihat kedatangan Je
Kirei tengah makan sendirian di restoran, setelah beberapa hari yang lalu ia bertemu dengan ayah Jessica ia jadi sering memikirkan Haru. Penasaran apakah benar Haru adalah tersangka pembunuhan berantai? Ia juga harus berpikir bagaimana mengatakan itu pada Jessica, karena yang dia tahu Jessica sangat keras kepala dia baru akan menyerah jika dia sendiri ingin menyerah dia bukan type orang yang mendengar perkataan orang lain. Kirei menghela napas memikirkan banyak masalah di kepalanya, ia kembali memasukan sendok berisi bubur ke dalam mulutnya. Pagi hari sekali diakhir pekan Jessica sudah pergi meninggalkan kostan tanpa memberitahunya. Kirei berpikir pasti Jessica ingin menemui Haru lagi. Dia memijat kepalanya yang terasa pening. “Bagaimana aku memberitahunya untuk menjauhi Haru,” gumam Kirei pelan. “Aku kenapa?” Kirei hampir tersedak melihat sosok yang baru saja bicara, sosok itu duduk di depan meja Kirei, mereka duduk berhadapan. “Bu saya bakso
Hari ini adalah hari pertama Kirei menjadi penerjemah langsung. Hari ini dia tidak tahu harus memiliki perasaan apa, perasaannya campur aduk. Dia sangat senang karena ini hari pertama dia menunjukan keahliannya dalam menerjemahkan kepada atasan yang langsung datang dari kantor pusat di Korea, di lain sisi juga tidak senang karena dia harus menerjemahkan ucapan pria dingin misterius tidak berperasaan itu. Kirei sebetulnya sudah tidak ingin berhubungan lagi dengan pria itu, pria itu terlihat misterius dan sangat berbahaya. Kirei masih tidak mengerti mengapa Jessica sangat menyukai Haru. “I eumlyoneun maggeolliwa keopiui honhabmullo mandeul-eojibnida.” Kirei menerjemahkan apa yang di katakan Haru pada atasannya dengan senyuman di wajahnya. Tangannya tidak tinggal diam, selain menjelaskan menggunakan kata-kata Kirei juga menjelaskan menggunakan tangannya. Haru menahan senyumannya melihat Kirei yang terlihat sangat bersemangat. “Kopi memiliki banya
Haru melangkahkan kakinya menuju cafe. Di dalam, dia melihat Jessica yang tengah duduk menunggunya. Haru menghampiri Jessica, Jessica yang menyadari segera bangkit dia terkejut melihat luka memar di wajah Haru. “Wajahmu kenapa?” tanya Jessica khawatir, ia memegang wajah Haru dengan tangannya, memegang memar itu mengusapnya pelan. Haru menatapnya, Jessica tersadar dengan tatapan Haru dia menelan ludahnya gugup karena wajah mereka sangat dekat. Tidak menyingkirkan tangannya di wajah Haru, Jessica memberanikan diri menatap Haru. “Aku menyukaimu.” Jessica tiba-tiba mengakui perasaannya. Haru hanya menatapnya dengan tatapan dalam, Jessica merasakan seperti tatapan Haru menarik dirinya masuk ke dalam. Haru hanya terdiam tidak mengatakan apapun. “Apa kau pernah memikirkanku?” tanya Jessica, dia sedikit menyesal sepertinya dia terlalu cepat menyatakan perasaannya. Haru tiba-tiba menarik wajah Jessica dan menciumnya. Jessica membelalakan matany
Kirei menatap di depannya dengan pandangan kosong. Di sinilah ia sekarang, di kantor polisi untuk memberi keterangan mengenai kejadian mengerikan yang terjadi tadi malam. Pak Ardi menghampiri Kirei memberikan kopi untuk Kirei yang terlihat linglung. “Tenang saja, ini hanya memberikan keterangan tentang apa yang kamu ketahui, kamu tidak akan jadi tersangka.” Ujar Pak Ardi menenangkan, Kirei menatap ayah sahabatnya itu. “Kak Rena, Apa dia benar-benar meninggal?” Tanya Kirei, ia menundukan kepalanya dan menutup wajahnya lalu mengusapnya kasar. “Itu semua salahku, seharusnya aku mengunci pintu rumahnya setelah pergi, seharusnya aku menemaninya.” Air mata Kirei mengalir ia tidak percaya seseorang yang kurang dari 6 jam yang lalu bersamanya dan mengobrol bersamanya sudah meninggal dengan cara yang mengenaskan seperti itu. Pak Ardi mengulurkan tangannya menepuk-nepuk pelan bahu Kirei. “Ini bukan salahmu,” ujar Pak Ardi menenangkan. “A
Semua karyawan perusahaan Hanseung tengah makan siang bersama di kantin, termasuk Kirei. “Pak Faisal aneh banget, dia tidak pernah makan lagi sama kita. Kira-kira kenapa hari itu dia mau makan sama kita?” Seorang karyawan wanita tiba-tiba menggosipkan Faisal. Kirei diam saja mendengarnya, dia teringat kejadian di restoran. Dia memperingati Faisal untuk berpura-pura tidak mengenalnya dan hanya membahas pekerjaan. Faisal sangat menuruti perkataan Kirei. Kirei melihat sosok Faisal yang tengah berjalan keluar, dia jadi merasa bersalah. ... Faisal duduk di sebuah restoran, dia tengah makan siang sendirian. Memesan satu porsi nasi goreng dan memakannya dengan santai. Seorang gadis memasuki restoran itu dia hendak memesan makanan tetapi matanya melihat sosok Faisal, gadis itu terlihat terkejut. Dia berjalan mendekati Faisal.
Jessica baru saja keluar dari toilet, dia berjalan keluar untuk kembali ke tempatnya bersama Kirei dan Renata. Dia melihat sekeliling mencari keberadaan sosok yang ingin dia temui lagi. Dia berpikir jika pria yang menyelamatkannya hari itu berharap bisa dia temui lagi di sini. Jessica terdiam melihat seseorang yang tidak jauh darinya, bukan karena menemukan sosok pria yang dia cari melainkan karena dia melihat sosok mantan pacarnya yang saling rangkul bersama seorang gadis dengan mesra, pria itu berjalan kearahnya. Jessica panik dia melihat kanan dan kiri untuk mencari tempat bersembunyi. Sebuah tangan tiba-tiba menarik lengannya, menyudutkannya ke tembok. Jessica mau protes karena badan pria yang menariknya itu terlalu dekat dengannya tapi dia terpaku saat mendongak melihat wajah pria itu. Pria yang dia cari-cari. Di depan wajah Jessica sekarang adalah dada bidang lelaki itu, jantungnya rasanya seperti sudah jatuh ke perut sekarang. Lelaki itu sedikit menund