Hari yang dinanti telah tiba! aku tak sabar untuk memulai ospek-ku di taman bermain. Sejujurnya agak aneh, karena sekelompok mahasiswa baru datang untuk ospek di sebuah taman bermain. Tetapi, apapun itu pasti akan sangat menyenangkan!
Kali ini aku harus menjemput Billa terlebih dahulu karena aku berjanji padanya kemarin bahwa hari ini kami akan berangkat bersama. Rumahnya tak terlalu jauh dari rumahku, hanya terpisah oleh blok saja. Aku segera pamit kepada mama dan langsung mengendarai mobil menuju rumah Billa.
"Bil! keluar dong, aku udah didepan rumahmu nih!" ucapku di telefon. Jika tidak ditelefon, Billa tidak akan menyadari bahwa aku sudah sampai. Rumahnya besar, butuh waktu 10 menit untuk masuk menuju area rumahnya. Orang kaya memang beda ya hahahaha.
"Halluuwww Chrisyy cantikk, baik bangett dehh mau jemput" sapa Billa dengan nada yang sedikit alay(?)
"Dihh situ yang minta dijemput! aku mah ogah jemput kamu" jawabku
"eh chris, udah ah pake bahasa biasa ajaa! nanti sampe kampus baru aku-kamu lagi!" ucap Billa. Di UNIBIM, mahasiswa baru wajib menggunakan bahasa yang baik, tidak ada namanya bahasa gaul karena dianggap kurang sopan kepada kakak tingkat. Tenang, ini hanya berlaku saat ospek.
"iyaaa iyaa tuan putrii" sahutku dengan malas seraya melajukan mobilku menuju kampus.
Sesampainya dikampus, aku dan Billa dengan cepat menuju ke aula. Kami berlari secepat mungkin agar tidak terlambat, walaupun kami sampai di waktu yang lumayan jauh dari batas maksimal. Kami sampai di aula dan hanya ada 1 maba disana, dia adalah Cia.
Cia menoleh pada kami yang baru saja datang dengan nafas yang ngos-ngosan. Ia menatap kami dengan wajah datar lalu kembali melihat kearah handphonenya. Aku tak menggubris tatapannya, aku sangat lelah usai berlari tadi begitu juga dengan Billa. Kami kehabisan nafas dan langsung duduk di aula.
Tak lama setelah kami sampai, maba lainnya sedikit demi sedikit mulai berdatangan dan memenuhi aula. Sama sepertiku dan Billa tadi, mereka semua datang dengan nafas tak karuan. Mereka berlari. "wah pasti mereka berlari dengan sangat cepat tadi" pikirku. Aku mulai berbicara dengan Billa sembari menunggu acara dimulai.
Singkat cerita, aku dan maba lainnya pergi menuju taman bermain dengan menggunakan bus. Kami semua memasuki bus sesuai dengan kelompok masing-masing, untungnya kelompokku bukan berisikan anak-anak yang membosankan. Suasana di bus sangat riuh oleh suara maba laki-laki dan kating yang ikut memandu kami. Mereka semua sangat bersemangat. Aku meliat Cia yang duduk sendiri di bangku belakang, ia tampak santai dengan headset yang melekat di telinganya. "Apakah dia tidak terganggu? disini sangat ribut, bagaimana bisa dia tidak terusik?" pikirku. Menurutku, Cia adalah perempuan yang misterius dan menarik untuk diajak berteman, tetapi ia terlalu dingin, aku tak yakin bisa berhasil berteman dengannya. Aku mengabaikan pandanganku pada Cia dan mulai mengobrol lagi dengan Billa, untuk saat ini Billa sangat cukup untukku. Mungkin lain kali saja aku berteman dengan Cia.
Singkat cerita kami semua sampai ditempat tujuan dengan selamat. Aku turun dari bus dengan hati yang amat sangat senang. Pertama kalinya aku menjalani ospek di sebuah taman bermain hahaha kampusku memang aneh. Kami para maba UNIBIM segera diarahkan ke sebuah tempat yang luas. Hari ini kegiatan kami adalah uji kekompakkan dan kerjasama tim. Panitia ospek telah menyebarkan bendera hitam di beberapa tempat di taman bermain ini dan kami secara berkelompok harus mencarinya, bagi tim yang memiliki bendera paling banyak akan mendapatkan tiket freepass hari terakhir ospek alias hari evaluasi ospek yang terkenal kejam dan menakutkan itu. Kelompokku sangat antusias dan kami sangat berambisi untuk mendapatkan bendera hitam itu sebanyak-banyaknya.
Permainanpun dimulai~
--------------
Hi! aku penulis baru nih! mungkin kalian akan sedikit "bosan" dengan chapter "taman bermain" ini hahahha
Terimakasih buat orang-orang yang sudah baca ceritaku ini, tenang ini semua baru permulaan dan belum ada apa-apanya.
Part ini gaada konflik dan yap aku ga pengen kalian semua pusing dulu wkwkwkkw
tolong beri aku komentar agar aku bisa semangat dan mungkin ada hal2 yang bisa aku perbaiki dari chap-2 ini!
see you on next chapter!!
<3 lilly
07/28/2021
Permainanpun dimulai~ Aku dan timku sangat antusias untuk mencari bendera hitam itu sebanyak-banyaknya, demi tiket freepass itu hehehehe. Kami diberikanmaps dan harus mencari petunjuk-petunjuk yang ada di tempat-tempat yang ditandai dimaps tersebut. Timku ini sepertinya berisikan orang-orang yang pandai menggunakan akal dan nalarnya, sehingga bagi tim kami ini hanya hal kecil yang gampang untuk dipecahkan. Setiap tempat yang kami datangi akan memberikan satu teka-teki atau pertanyaan dan jawabannya akan mengarahkan kami semua menuju tempat bendera tersebut berada. Kami dengan gampangnya mengumpulkan bendera-bendera tersebut. Tanpa sengaja aku menginjak sebuah batu dan melihat suatu keganjalan dibalik batu tersebut. Benar saja, ada secarik kertas yang ditempelkan dan berisi sebuah tulisan "A bundle of flags on the black room" Aku terkejut dan langsung memanggil Billa "Bill!! Bi
Aku terbangun dengan kepala yang rasanya ingin pecah, kepalaku sakit sekali sampai-sampai aku tak sanggup untuk membuka mata dan melihat ke sekelilingku. Aku memaksakan mataku untuk terbuka dan masih gelap seperti awal aku masuk kesini. Tetapi perlahan aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh tanganku, aku menengok dan ternyata itu Cia. "Ngapain disini?" tanya Cia "Eh? gue nyari elo, lo ngapain bisa disini sih? semua orang pada panik nyariin lo daritadi" ucapku dengan kesal, bisa-bisanya dia bersembunyi disini tanpa menghiraukan panggilan orang-orang "nyariin? gaada tuh gue denger ada orang neriakin nama gue" "gue kesini cuma nyari bendera itu" sambungnya "lo juga lihat batu itu?" tanyaku dan dibalas anggukan oleh Cia "yaudah mumpung lo udah ketemu, sekarang cari benderanya aja, yuk buru" ajakku sambil menarik tangan Cia untuk mengajaknya pergi mencari bendera, tetapi tangaku ditahan olehnya. Aku menatap Cia dengan bingung, ada apa dengannya?
Aku terus berfikir, sebenarnya apa yang terjadi dengan kami? ada apa ini? apa ini hanya ruangan tipuan? apa kami hanya tersesat didalam sebuah ruangan? tak lama aku mendengar suara tangisan, ternyata Cia sedang menangis. Aku berusaha untuk menenangkannya"udah gapapa, kita pasti bakal keluar dari sini" ucapku pada Cia. Entah mengapa aku merasa harus tetap bersama Cia, aku harus mengikutinya kemanapun ia pergi.Sudah entah berapa lama kami berada di ruangan gelap ini, aku terus menangis dan tak tahu harus berbuat apa. Mungkin aku harus berjalan-jalan sedikit mengitari ruangan ini hingga aku menemukan pintu keluar dari ruangan ini. Aku memutuskan untuk "berjalan-jalan" dan melihat-lihat ruangan ini, Cia juga ikut bersamaku.Tak jauh dari tempatku menangis tadi, aku menemukan suatu ruangan kecil dan melihat seseorang disana."apa dia pegawai disini?"pikirku sambil memberanikan diri untuk masuk keruangan itu bersama Cia. Cia nampak ketakuta
"Kita kedatangan dua orang lagi dan ini udah engga bener! kita semua harus pulang! kita engga boleh ada disini lagi" sambungnya Orang-orang yang mendengarnya mulai memasang wajah sedih dan murung. Aku dan Cia masih kebingungan, ada apa sebenarnya? Aku memutuskan untuk bertanya pada Clara. "Ada apa? sebenarnya kita kenapa?" tanyaku. Clara menoleh padaku dan tersenyum miris "Aku juga bingung Chris, disini cuma Aldo, Yudha, dan dua anak kembar itu yang tahu sebenarnya" Dua anak kembar itu adalah Vito dan Vita, mereka selalu keluar dari ruangan ini untuk mencari jalan keluar dari ruang gelap ini. "Apa kita semua terjebak disini?" tanya Cia "Kita memang terjebak disini, terlepas kita masih ada atau engga, yang jelas kita terjebak disini" sahut Yudha. "Tapi siapa yang jebak? Kita semua punya cerita-cerita yang berbeda saat pertama masuk ke ruangan ini" tanya Clara dan direspon anggukan setuju oleh yang lainnya "Itu yang perlu kit
"mungkin setelah kalian terbiasa disini, kami akan menjelaskannya. Aku mohon tolong jangan panik dan keluar dari ruangan ini dulu" sambung Clara. Seperti dugaanku, semua orang disini tahu apa yang sebenarnya terjadi, mereka hanya menutup-nutupinya. Entah sudah berapa lama aku disini, aku dan semua orang diruangan ini masih menunggu dan mencari jalan keluar. Aku melihat Cia sudah terbiasa dengan lingkungan ini, sejujurnya aku juga sudah mulai akrab dengan semua orang disini. Jika kalian bertanya apakah suara itu masih terdengar? Ya, suara itu masih terdengar olehku sesekali. Disaat aku mendengarnya, aku hanya bisa menangis sambil memejamkan kedua mataku. Hatiku pedih, aku sangat amat merindukan mereka. Terkadang juga aku mendengar suara Billa, sahabatku. Ia terdengar putus asa dan sangat kehilangan, aku ingin segera keluar dari sini. Siapapun tolong bantulah aku. Seperti biasa, Vita dan Vito berkeliling untuk mencari pintu keluar. Aldo dan Yudha selalu duduk bersama d
"dik, apa kamu bisa melihat kita semua?" tanya Yudha. Anak kecil tersebut menganggukan kepalanya dengan cepat. "kak.. tolong.. tolong aku... disana ada orang besar, dia ingin memukulku, dia terus mengejarku, tolong kak" ucap anak kecil tersebut sambil menangis. Yudha menenangkannya dan menyuruhnya untuk diam, ia menyuruh Vito untuk membuat seisi ruangan ini tak terlihat. "udah, kamu aman disini, tapi kakak minta kamu segera keluar dari sini ya. Ini bukan tempatmu, ini bukan untuk kamu, kamu masih ada jalan yang panjang. Kakak mohon setelah orang besar itu pergi kamu juga harus segera pergi" ucap Yudha sambil mengelus kepala anak kecil itu. Yudha menatapku dengan tatapan sedih dan mulai menganggukkan kepalanya, seakan menjawab semua pertanyaan yang ada didalam kepalaku. Apa? apa maksudnya? apa kita semua adalah hantu? apa kita semua sudah mati? aku kehilangan keseimbanganku, aku terduduk dibawah dengan perasaan yang campur aduk. Aku sudah mati? apa yang
Aku masih tak menyangka bahwa aku akan berada diposisi ini. Jika tak ada orang yang menemukanku, maka aku akan tetap terjebak disini sampai ada yang menemukan sisa-sisa tubuhku. Hal ini tak pernah terbayangkan dibenakku sebelumnya, aku hanya berdoa agar aku bisa keluar dari sini dan membantu kakak tingkatku untuk setidaknya menyampaikan pesan-pesan terakhir mereka. Aku masih termenung, semua terjadi sangat cepat. Kenapa aku bisa mati? aku tak ingin meninggalkan kedua orangtuaku, kasihan mereka. Aku terus membaca doa sambil berharap dengan segera aku bisa ditemukan. "Hei! lihat Cia! lihatlah!!! dia sudah bersinar!" teriak salah satu kakak tingkat. Aku terkesima melihat sinar tersebut, aku bahagia, aku senang bisa melihat Cia kembali. "Cia!! jangan lupakan kami!" ucap Aldo "Cia, jalanmu masih panjang, jangan berusaha untuk mengeluarkan kami dari sini. Kami baik-baik saja" ucap Clara "Cia, misi-mu hanya sisa satu, bantulah Chris
Hari ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu, ya! hari ospek-ku. Aku mahasiswi baru disini, di kampus yang keren ini! Aku tak sabar untuk menjalani hari-hariku sebagai mahasiswi disini!Aku menghabiskan sarapanku dengan cepat dan berangkat menuju kampus dengan mobilku. Sebelum berangkat, aku cek kembali barang-barang bawaanku dan memastikan semuanya sudah aku bawa. Aku berangkat dengan hati yang sangat senang, ini adalah kampus impianku sejak kecil. Kampus bergengsi di kota ini, kampus dengan fasilitas sangat canggih dan juga memiliki mahasiswa/i yang sangat amat berprestasi. Tak butuh waktu lama, akupun sampai di kampus dan segera menuju aula untuk berkumpul dengan teman-teman lain."Chrisy!" seseorang memanggilku, oh iya! perkenalkan, namaku Chrisy Anastsya. Kalian bisa panggil aku Chrisy! Aku dibesarkan di kota Matahari oleh kedua orangtuaku dan kami hidup berkecukupan."Ayo sini! cepat! acara akan dimulai!" panggil orang tersebut sambil melambaikan tang
Aku masih tak menyangka bahwa aku akan berada diposisi ini. Jika tak ada orang yang menemukanku, maka aku akan tetap terjebak disini sampai ada yang menemukan sisa-sisa tubuhku. Hal ini tak pernah terbayangkan dibenakku sebelumnya, aku hanya berdoa agar aku bisa keluar dari sini dan membantu kakak tingkatku untuk setidaknya menyampaikan pesan-pesan terakhir mereka. Aku masih termenung, semua terjadi sangat cepat. Kenapa aku bisa mati? aku tak ingin meninggalkan kedua orangtuaku, kasihan mereka. Aku terus membaca doa sambil berharap dengan segera aku bisa ditemukan. "Hei! lihat Cia! lihatlah!!! dia sudah bersinar!" teriak salah satu kakak tingkat. Aku terkesima melihat sinar tersebut, aku bahagia, aku senang bisa melihat Cia kembali. "Cia!! jangan lupakan kami!" ucap Aldo "Cia, jalanmu masih panjang, jangan berusaha untuk mengeluarkan kami dari sini. Kami baik-baik saja" ucap Clara "Cia, misi-mu hanya sisa satu, bantulah Chris
"dik, apa kamu bisa melihat kita semua?" tanya Yudha. Anak kecil tersebut menganggukan kepalanya dengan cepat. "kak.. tolong.. tolong aku... disana ada orang besar, dia ingin memukulku, dia terus mengejarku, tolong kak" ucap anak kecil tersebut sambil menangis. Yudha menenangkannya dan menyuruhnya untuk diam, ia menyuruh Vito untuk membuat seisi ruangan ini tak terlihat. "udah, kamu aman disini, tapi kakak minta kamu segera keluar dari sini ya. Ini bukan tempatmu, ini bukan untuk kamu, kamu masih ada jalan yang panjang. Kakak mohon setelah orang besar itu pergi kamu juga harus segera pergi" ucap Yudha sambil mengelus kepala anak kecil itu. Yudha menatapku dengan tatapan sedih dan mulai menganggukkan kepalanya, seakan menjawab semua pertanyaan yang ada didalam kepalaku. Apa? apa maksudnya? apa kita semua adalah hantu? apa kita semua sudah mati? aku kehilangan keseimbanganku, aku terduduk dibawah dengan perasaan yang campur aduk. Aku sudah mati? apa yang
"mungkin setelah kalian terbiasa disini, kami akan menjelaskannya. Aku mohon tolong jangan panik dan keluar dari ruangan ini dulu" sambung Clara. Seperti dugaanku, semua orang disini tahu apa yang sebenarnya terjadi, mereka hanya menutup-nutupinya. Entah sudah berapa lama aku disini, aku dan semua orang diruangan ini masih menunggu dan mencari jalan keluar. Aku melihat Cia sudah terbiasa dengan lingkungan ini, sejujurnya aku juga sudah mulai akrab dengan semua orang disini. Jika kalian bertanya apakah suara itu masih terdengar? Ya, suara itu masih terdengar olehku sesekali. Disaat aku mendengarnya, aku hanya bisa menangis sambil memejamkan kedua mataku. Hatiku pedih, aku sangat amat merindukan mereka. Terkadang juga aku mendengar suara Billa, sahabatku. Ia terdengar putus asa dan sangat kehilangan, aku ingin segera keluar dari sini. Siapapun tolong bantulah aku. Seperti biasa, Vita dan Vito berkeliling untuk mencari pintu keluar. Aldo dan Yudha selalu duduk bersama d
"Kita kedatangan dua orang lagi dan ini udah engga bener! kita semua harus pulang! kita engga boleh ada disini lagi" sambungnya Orang-orang yang mendengarnya mulai memasang wajah sedih dan murung. Aku dan Cia masih kebingungan, ada apa sebenarnya? Aku memutuskan untuk bertanya pada Clara. "Ada apa? sebenarnya kita kenapa?" tanyaku. Clara menoleh padaku dan tersenyum miris "Aku juga bingung Chris, disini cuma Aldo, Yudha, dan dua anak kembar itu yang tahu sebenarnya" Dua anak kembar itu adalah Vito dan Vita, mereka selalu keluar dari ruangan ini untuk mencari jalan keluar dari ruang gelap ini. "Apa kita semua terjebak disini?" tanya Cia "Kita memang terjebak disini, terlepas kita masih ada atau engga, yang jelas kita terjebak disini" sahut Yudha. "Tapi siapa yang jebak? Kita semua punya cerita-cerita yang berbeda saat pertama masuk ke ruangan ini" tanya Clara dan direspon anggukan setuju oleh yang lainnya "Itu yang perlu kit
Aku terus berfikir, sebenarnya apa yang terjadi dengan kami? ada apa ini? apa ini hanya ruangan tipuan? apa kami hanya tersesat didalam sebuah ruangan? tak lama aku mendengar suara tangisan, ternyata Cia sedang menangis. Aku berusaha untuk menenangkannya"udah gapapa, kita pasti bakal keluar dari sini" ucapku pada Cia. Entah mengapa aku merasa harus tetap bersama Cia, aku harus mengikutinya kemanapun ia pergi.Sudah entah berapa lama kami berada di ruangan gelap ini, aku terus menangis dan tak tahu harus berbuat apa. Mungkin aku harus berjalan-jalan sedikit mengitari ruangan ini hingga aku menemukan pintu keluar dari ruangan ini. Aku memutuskan untuk "berjalan-jalan" dan melihat-lihat ruangan ini, Cia juga ikut bersamaku.Tak jauh dari tempatku menangis tadi, aku menemukan suatu ruangan kecil dan melihat seseorang disana."apa dia pegawai disini?"pikirku sambil memberanikan diri untuk masuk keruangan itu bersama Cia. Cia nampak ketakuta
Aku terbangun dengan kepala yang rasanya ingin pecah, kepalaku sakit sekali sampai-sampai aku tak sanggup untuk membuka mata dan melihat ke sekelilingku. Aku memaksakan mataku untuk terbuka dan masih gelap seperti awal aku masuk kesini. Tetapi perlahan aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh tanganku, aku menengok dan ternyata itu Cia. "Ngapain disini?" tanya Cia "Eh? gue nyari elo, lo ngapain bisa disini sih? semua orang pada panik nyariin lo daritadi" ucapku dengan kesal, bisa-bisanya dia bersembunyi disini tanpa menghiraukan panggilan orang-orang "nyariin? gaada tuh gue denger ada orang neriakin nama gue" "gue kesini cuma nyari bendera itu" sambungnya "lo juga lihat batu itu?" tanyaku dan dibalas anggukan oleh Cia "yaudah mumpung lo udah ketemu, sekarang cari benderanya aja, yuk buru" ajakku sambil menarik tangan Cia untuk mengajaknya pergi mencari bendera, tetapi tangaku ditahan olehnya. Aku menatap Cia dengan bingung, ada apa dengannya?
Permainanpun dimulai~ Aku dan timku sangat antusias untuk mencari bendera hitam itu sebanyak-banyaknya, demi tiket freepass itu hehehehe. Kami diberikanmaps dan harus mencari petunjuk-petunjuk yang ada di tempat-tempat yang ditandai dimaps tersebut. Timku ini sepertinya berisikan orang-orang yang pandai menggunakan akal dan nalarnya, sehingga bagi tim kami ini hanya hal kecil yang gampang untuk dipecahkan. Setiap tempat yang kami datangi akan memberikan satu teka-teki atau pertanyaan dan jawabannya akan mengarahkan kami semua menuju tempat bendera tersebut berada. Kami dengan gampangnya mengumpulkan bendera-bendera tersebut. Tanpa sengaja aku menginjak sebuah batu dan melihat suatu keganjalan dibalik batu tersebut. Benar saja, ada secarik kertas yang ditempelkan dan berisi sebuah tulisan "A bundle of flags on the black room" Aku terkejut dan langsung memanggil Billa "Bill!! Bi
Hari yang dinanti telah tiba! aku tak sabar untuk memulai ospek-ku di taman bermain. Sejujurnya agak aneh, karena sekelompok mahasiswa baru datang untuk ospek di sebuah taman bermain. Tetapi, apapun itu pasti akan sangat menyenangkan!Kali ini aku harus menjemput Billa terlebih dahulu karena aku berjanji padanya kemarin bahwa hari ini kami akan berangkat bersama. Rumahnya tak terlalu jauh dari rumahku, hanya terpisah oleh blok saja. Aku segera pamit kepada mama dan langsung mengendarai mobil menuju rumah Billa."Bil! keluar dong, aku udah didepan rumahmu nih!" ucapku di telefon. Jika tidak ditelefon, Billa tidak akan menyadari bahwa aku sudah sampai. Rumahnya besar, butuh waktu 10 menit untuk masuk menuju area rumahnya. Orang kaya memang beda ya hahahaha."Halluuwww Chrisyy cantikk, baik bangett dehh mau jemput" sapa Billa dengan nada yang sedikit alay(?)"Dihh situ yang minta dijemput! aku mah ogah jemput kamu" jawabku"eh chris, udah
Hari ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu, ya! hari ospek-ku. Aku mahasiswi baru disini, di kampus yang keren ini! Aku tak sabar untuk menjalani hari-hariku sebagai mahasiswi disini!Aku menghabiskan sarapanku dengan cepat dan berangkat menuju kampus dengan mobilku. Sebelum berangkat, aku cek kembali barang-barang bawaanku dan memastikan semuanya sudah aku bawa. Aku berangkat dengan hati yang sangat senang, ini adalah kampus impianku sejak kecil. Kampus bergengsi di kota ini, kampus dengan fasilitas sangat canggih dan juga memiliki mahasiswa/i yang sangat amat berprestasi. Tak butuh waktu lama, akupun sampai di kampus dan segera menuju aula untuk berkumpul dengan teman-teman lain."Chrisy!" seseorang memanggilku, oh iya! perkenalkan, namaku Chrisy Anastsya. Kalian bisa panggil aku Chrisy! Aku dibesarkan di kota Matahari oleh kedua orangtuaku dan kami hidup berkecukupan."Ayo sini! cepat! acara akan dimulai!" panggil orang tersebut sambil melambaikan tang