Share

Bab 05

Author: Miss Yune
last update Last Updated: 2025-03-24 10:33:56

"Jangan asal bicara, Farah. Justru, Karina yang memaksa aku untuk segera datang ke rumah sakit. Dia sangat peduli padamu," balas Mas Rafli membalas ucapanku.

Mataku mengerjap mendengar semua ucapan Mas Rafli. Sangat mustahil bila Karina memaksa untuk segera datang. Kenyataannya, suamiku itu malah mengantarkan Alia ke rumah neneknya terlebih dahulu.

"Sudahlah, Nak Rafli. Farah terserempet motor hingga dirinya terbaring di rumah sakit. Syukurlah tidak terjadi apa pun dalam kandungannya. Bila memang kami peduli pada istrimu, seharusnya kamu yang pertama kali datang pada Farah," ujar Ibu angkat bicara.

Aku menatap Ibu dengan nanar. Tidak pernah aku bermaksud membuat Ibu mengetahui tentang rumah tanggaku. Ditutupi seperti apa pun Mas Rafli tetapi membela sahabatnya.

"Seharusnya, Ibu bersyukur karena bisa saja Farah kehilangan janin yang ada dalam kandungannya," tukas Karina tanpa mempedulikan akibat dari ucapannya.

Ibuku, Bu Reni adalah seorang perempuan yang lemah lembut. Dia membesarkanku yang merupakan anak tunggal dalam keluarga seorang diri karena ayah sudah meninggal semenjak aku kecil. Ibu selalu memprioritaskan diriku.

Ketika aku memilih untuk menikahi Mas Rafli, Ibu berpikir keras karena tidak ingin aku salah dalam memilih suami. Kupikir, Mas Rafli akan membahagiakanku. Namun, seketika hal itu runtuh karena kehadiran Karina di antara kami.

"Memang sebaiknya kamu keluar saya dari ruangan ini. Anak saya membutuhkan istirahat," balas Ibu menahan emosinya.

Mas Rafli hanya diam tidak membantah ucapan Ibu. Ucapan Karina yang keterlaluan tidak ditegurnya sama sekali. Tentu saja, Mas Rafli selalu menganggap semua perkataan Karina adalah benar.

"Baiklah, lagi pula saya juga sudah tidak memiliki urusan di sini," kata Farah dengan santai.

"Aku harus mengantarkan Karina pulang," ucap Mas Rafli.

Ucapannya bukanlah sebuah permintaan izin, tetapi merupakan sebuah pemberitahuan. Aku menahan air mata yang hampir mengalir dari pelupuk mataku.

Tidak adakah sama sekali perasaan khawatir dalam hati suamiku? Mengapa lagi-lagi Karina menjadi prioritas Mas Rafli.

"Apa kamu tidak bisa menunggu Farah di sini? Lihatlah kondisi Farah seperti ini dipenuhi oleh luka. Bahkan, kamu tidak menanyakan keadaan istrimu sedari tadi."

Ibu angkat bicara ketika mendengarkan ucapan Mas Rafli. Dari suaranya yang ketus, aku menduga ibuku menahan semua rasa kesalnya.

"Bukankah Ibu menunggu Farah? Jadi, aku masih memiliki waktu untuk sekadar mengantarkan Karina pulang," balas Mas Rafli tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Ibu harus pulang, ada yang akan Ibu kerjakan. Kalau kamu memang merupakan suami yang bertanggung jawab. Jaga Farah karena dia adalah tanggung jawabmu!" tukas Ibu.

Wanita yang melahirkanku itu berdiri kemudian menatap Mas Rafli dengan tatapan menusuk. Kulihat dadanya naik turun karena menahan gejolak yang ada dalam hatinya.

Di usianya saat ini pasti ingin melihatku bahagia dengan pernikahanku. Namun, hal yang dilihat malah membuat hatinya bersedih.

"Sudahlah, Bu. Biarkan Mas Rafli mengantarkan Karina. Kalau Ibu pergi pasti aku pun akan ditinggalkan seorang diri oleh suamiku," ucapku menatap Ibu dengan tatapan tidak biasa.

"Tapi, kamu ini istrinya!" bantah Ibu tidak menyukai ucapanku.

"Aku akan pulang naik taksi saja, Mas. Tidak perlu kamu mengantarkanku. Lagi pula tidak akan ada yang terjadi padaku, kamu tenang saja."

Mas Rafli mengangguk, dia tersenyum lembut pada Karina. Senyum yang sudah tidak pernah kulihat tertuju padaku lagi.

"Hati-hati, Karina. Maaf aku tidak bisa mengantarkanmu," ucap Mas Rafli meminta maaf.

"Ya tidak masalah. Semoga kamu lekas membaik, Farah." Karina mengatakan hal itu sambil menyunggingkan senyum.

Senyum yang dipenuhi kepalsuan, hingga membuatku mual. Aku diam tanpa membalas ucapan Karina.

Sepeninggal janda beranak satu itu terdapat keheningan di antara kami bertiga. Ibuku menatap Mas Rafli masih dengan pandangan menusuk.

"Ibu harus pergi, jaga Farah. Dokter mengatakan butuh waktu untuk proses pemulihan. Belum lagi, Farah sedang hamil," ucap Ibu pada akhirnya memecahkan kecanggungan yang melanda.

"Ya, Bu. Aku pasti akan menjaga Farah," timpal Maa Rafli.

"Semoga kamu lekas sehat. Bila terjadi apa-apa, hubungi Ibu, Farah," pesan Ibu padaku.

"Terima kasih, Bu," balasku dengan senyum.

Ketika Ibu menutup pintu, Mas Rafli menatapku dengan iba. Mungkin, dia baru melihat kondisiku saat ini. Di kehamilanku yang menginjak tiga bulan, aku malah kecelakaan.

Ingin menyeret Karina ke dalam jalur hukum, tetapi aku yakin dirinya dapat berkelit. Belum lagi, aku tidak memiliki bukti. Memang pengendara motor yang menyerempetku bertanggung jawab dengan membiayai seluruh biaya rumah sakit. Namun, hal itu terjadi karena Karina mendorongku dengan sengaja.

"Jangan pernah menceritakan kondisi rumah tangga kita pada Ibu. Apa kamu tidak lihat kalau tadi Ibu menatap sinis pada Karina? Dia itu sahabatku, seharusnya kamu bisa mengerti posisinya sangat berarti untukku."

"Sahabat? Dia buka sekadar sahabatmu, Mas! Dia menyukaimu!" balasku dengan penuh penekanan.

"Sudah aku katakan bukan? Jangan berpikir aneh-aneh. Kamu tahu mendiang suami Karina menitipkan istri dan anaknya Alia padaku. Jadi, aku juga bertanggung jawab untuk menjaganya," tukas Mas Rafli.

"Tanggung jawab seperti apa yang harus kamu lakukan? Apa dengan selalu berada di sisi Karina itu berarti bertanggung jawab padanya?" cecarku dengan menggebu-gebu.

"Mengapa kamu cemburu pada Karina yang jelas-jelas kuanggap sebagai sahabat. Bukan hanya sahabat, dia bagaikan saudara bagiku."

Aku menatap Mas Rafli dengan pandangan tidak percaya. Mana ada persahabatan di antara pria dan wanita. Pasti salah satu di antara mereka memiliki perasaan yang berbeda.

Teringat pada perkataan Karina yang seolah tidak ingin kalah dariku. Aku yakin wanita itu ingin merebut suamiku.

Kutatap Mas Rafli dengan berani. Tidak peduli apa yang akan dia katakan dan lakukan. Aku sudah cukup lelah dengan semua yang terjadi dalam penikahanku.

"Tidak ada persahabatan murni antara pria dan wanita," ucapku dengan dingin.

"Ada, aku bersahabat dengan Karina dari dulu. Persahabatan kami murni, Farah. Kamu akan lelah bila terus menerus meributkan hal ini," balas Mas Rafli mencoba meyakinkanku.

"Tidak ada sahabat yang merebut perhatian suami orang lain hingga istrinya sendiri tidak dipedulikan. Aku merasa kamu sudah sangat berubah, Mas," ujarku dengan emosi.

"Sudah aku katakan berkali-kali kalau aku hanya memenuhi janjiku pada mendiang suami Karina. Pras mengatakan bahwa aku harus menjaga istri dan anaknya," tukas Mas Rafli.

"Kalau begitu, nikahi saja sahabatmu, Mas!" balasku dengan setengah berteriak. Mas Rafli membelalakkan mata ketika aku mengatakan hal itu.

*

Bersambung...

Terima kasih telah membaca🥰

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 06

    "Hentikan ucapanmu itu, Farah. Kenapa kamu tidak pernah mengerti kalau aku dan Karina tidak memiliki hubungan lebih dari sekadar sahabat," ujar Mas Rafli dengan frustasi."Sahabat seperti apa yang kamu maksud, Mas? Sahabat yang selalu meminta tolong di setiap keadaan?" balasku dengan sinis. "Dia tidak memiliki siapa pun, Farah. Dia hanya memiliki diriku untuk bergantung!" tukas Mas Rafli.Mulutku ternganga tidak membalas ucapan suami yang telah membersamaiku selama dua tahun itu. Tidak menyangka bila kehadiran Karina dapat mengubah diri Mas Rafli.Mas Rafli menatapku tanpa rasa bersalah, aku tidak tahu lagi cara menyadarkan suamiku. Pria itu masih saja menyebutkan kalau Karina yang menjadi prioritas Mas Rafli saat ini. "Karina memiliki orang tua, Mas. Kamu tidak perlu repot meladeni setiap permintaannya," balasku dengan menahan emosi. "Sudah aku katakan dia hanya memilikiku, tolong mengerti bila kami hanya sekadar sahabat. Aku tidak mungkin menghancurkan persahabatanku yang sudah l

    Last Updated : 2025-04-12
  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 07

    Aku merasakan kembali terbaring di rumah sakit. Kepalaku terus berputar, pusing melandaku. Kutatap langit putih bersih rumah sakit. Terlihat wajah Mas Rafli yang menungguku. Ada sesuatu yang salah di sini. Ibuku berada di sampingku menatapku dengan berbeda. Ada yang disembunyikan oleh keduanya."Apa yang terjadi?" tanyaku pada Mas Rafli."Kamu sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?" jawab Mas Rafli membalikkan pertanyaan."Aku pusing, perutku juga sakit. Bagaimana keadaan anakku?" balasku.Dua orang yang sedang menungguku itu terdiam, tidak mengatakan apa pun. Hal itu semakin membuatku gelisah. Pasti ada yang terjadi dengan kandunganku."Apa yang terjadi? Semua baik-baik saja kan, Bu?"Air mata jatuh dari pipi ibuku. Seketika hatiku mencelos. Ada yang disembunyikan oleh kedua orang yang memandangku iba."Dia baik-baik aja, kan? Bayiku baik-baik saja?" tanyaku lagi. "Nak, kamu harus bersabar. Semua sudah takdir. Ibu akan selalu mendampingimu," jawab Ibu masih menangis.Pun Mas Rafli hanya

    Last Updated : 2025-04-13
  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 08

    POV Rafli ..Sebelum Yudhi meninggal, aku segan untuk berdekatan dengan Karina. Dia merupakan sahabat karibku sejak SMA. Namun, semua berubah ketika Yudhi meninggal karena kecelakaan.Karina menjadi bergantung padaku, apa pun dia katakan padaku. Bahkan, tak segan dia memintaku untuk sesuatu yang sebenarnya bisa dia lakukan sendiri.Namun, semua itu membuat Farah terganggu, dia selalu mempertanyakan semua perhatianku pada Karina. Perempuan itu menjadi berubah dan sangat cerewet. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya."Kamu akan lelah bila terus mempertanyakan persahabatanku dengan Karina," ujarku pada saat Farah kembali merajuk. "Tapi, kamu selalu saja lebih mendahulukan dia dibandingkan aku yang sedang hamil anakmu." "Sudahlah, aku harus pergi ke rumah Karina. Dia membutuhkanku saat ini. Jangan berpikiran negatif tentang hubunganku dengan Karina," ucapku berusaha untuk pergi dari hadapan Farah.Sebenarnya itu adalah salah satu caraku untuk menghindari pertanyaan

    Last Updated : 2025-04-14
  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 09

    POV Rafli.."Aku ingin kamu menjauhi Karina, tidak ada alasan lagi untuk terus bertemu dengan dirinya," ucap Farah dengan tenang."Sudah berulang kali aku katakan padamu, tidak ada hubungan antara aku dan Karina. Tidak perlu cemburu seperti itu," balasku.Aku merasa sangat aneh dengan sikap Farah. Selama ini aku memang lebih memperhatikan Karina dan tidak mengindahkan Farah. Apa sikapku membuat Farah berubah?"Kalau kamu masih ingin berhubungan dengan Karina silakan, Mas. Aku akan menggugat cerai dirimu. Kamu bisa bebas bertemu dengan Karina tanpa larangan dariku," ucap Farah dengan mata nanar. Kulihat mata Farah mencerminkan wajah yang putus asa. Tidak bisa aku memutuskan saat ini tentang hubunganku dengan Karina. Masih belum rela rasanya melepaskan diri dari sahabatku yang sudah menjanda itu. Padahal Karina masih memiliki orang tua, tetapi aku tidak tenang karena dia adalah sosok yang lemah lembut berbeda dengan Farah yang terlihat lebih mandiri. Namun, keadaan Farah yang baru s

    Last Updated : 2025-04-14
  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 10

    POV Farah..Apa yang sebenarnya Mas Rafli inginkan dari pernikahan ini? Aku tidak pernah menginginkan pernikahan tanpa cinta yang dia berikan padaku, batinku dipenuhi dengan tanda tanya. Pernikahan tanpa cinta, itulah yang telah terjadi pada pernikahan kami. Meskipun, dia terus mengatakan kalau ingin mengubah keadaan ini. Aku tetap tidak bisa mempercayai ucapan yang dia katakan tanpa pembuktian yang jelas. “Hari ini, kamu dapat pulang. Benarkah kamu tidak ingin kembali ke rumah kita?” tanya Mas Rafli membuka pembicaraan di pagi hari."Aku menginginkan ketenangan. Kalau kamu tidak bisa ikut di rumahku tidak apa-apa. Aku tidak memaksamu," jawabku yang sudah duduk di ranjang tempat tidur. Mas Rafli menggeleng, dia bersikeras untuk ikut ke rumahku. "Aku akan ikut bersamamu. Walau jarak kantor dan rumah Ibu cukup jauh. Aku tidak apa-apa," ujar Rafli."Terserah kamu saja, Mas," balasku kemudian mendahuluinya. Perawat membantuku menaiki kursi roda, Mas Rafli membantuku untuk naik ke mo

    Last Updated : 2025-04-15
  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 01

    “Mas Rafli, aku ingin bicara,” ucapku sambil menatap punggungnya yang sibuk dengan telepon genggam.Dia mendongak sekilas, lalu kembali menatap layar ponselnya. “Nanti saja, Farah. Aku sedang membalas pesan Karina.”Jantungku mencelos. Lagi-lagi, Karina. Aku mendekatinya, berdiri di depan sofa tempat dia duduk. "Apa yang dia mau sekarang?" tanyaku, mencoba terdengar tenang, meski dalam hatiku sudah berkecamuk."Alia sedang demam. Dia butuh seseorang untuk membantunya mengantar Alia ke dokter," jawab Mas Rafli tanpa menatapku.Aku berusaha menahan amarah yang perlahan menggerogoti kesabaranku. “Dia tidak bisa menghubungi orang lain? Bukannya Karina punya keluarga atau teman lain selain kamu?”Mas Rafli menghela napas panjang, meletakkan ponselnya di meja. “Kamu tahu sendiri, Farah. Setelah Yudhi meninggal, Karina tidak punya siapa-siapa. Aku tidak bisa membiarkannya sendirian.”Nada suaranya seolah mengatakan bahwa aku ini tidak berperasaan, bahwa aku salah karena mempertanyakan perhat

    Last Updated : 2025-03-24
  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 02

    “Aku cuma butuh kamu sedikit lebih pengertian, Farah,” suara Mas Rafli memecah keheningan pagi. Dia berdiri di dekat meja makan, wajahnya tampak lelah namun tetap mencoba menampilkan kesabaran yang mulai menipis.“Pengertian?” aku meletakkan gelas di tanganku dengan sedikit keras, menatapnya tajam.“Seberapa pengertian lagi aku harus bersikap, Mas? Aku sudah mencoba memahami hubungan kalian, tapi ini sudah melewati batas. Karina tidak hanya bergantung padamu. Dia seperti menjadikanmu suaminya.” Aku benar-benar lelah dengan semua keadaan ini.Wajah Mas Rafli menegang. “Kamu terlalu jauh, Farah. Karina bukan orang seperti itu.”Aku tertawa kecil, penuh ironi. “Oh, tentu saja dia tidak terlihat seperti itu. Tapi apa kamu sadar, Mas? Setiap langkahnya, setiap permintaannya, selalu membuatmu memilih dia daripada aku.”“Dia tidak memilih, Farah,” ucap MasRafli membantah. “Aku yang memutuskan membantu dia karena dia membutuhkan itu. Kamu tahu sendiri, aku dan Yudhi bersahabat sejak lama. Aku

    Last Updated : 2025-03-24
  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 03

    “Kenapa harus menuruti semua permintaan Karina?” tanyaku tajam ketika Mas Rafli menjelaskan rencananya.Dia baru pulang dari rumah Karina, dan kini dia mengatakan sesuatu yang bahkan lebih tak masuk akal.“Ada masalah dengan atap rumah Karina. Bocor, dan tukangnya nggak bisa langsung datang. Aku nggak mungkin biarkan dia dan anaknya tidur di rumah yang nggak layak,” jawab Mas Rafli dengan nada datar.“Kenapa harus kamu, Mas? Ada banyak orang lain yang bisa dia hubungi. Dia bisa menyewa jasa apa pun. Kenapa harus kamu yang selalu ada untuknya?”“Karina nggak punya siapa-siapa lagi,” katanya, suaranya mulai meninggi. “Dia cuma punya aku. Apa kamu nggak bisa mengerti itu?”Aku berdiri, memeluk perutku yang kian membesar.“Aku juga cuma punya kamu, Mas. Tapi apa aku harus teriak-teriak dulu baru kamu sadar kalau aku ini istrimu, dan aku sedang membutuhkanmu?” ucapku.Dia terdiam. Tapi bukan karena menyadari kesalahannya, melainkan karena kelelahan menghadapi argumen yang baginya tidak ber

    Last Updated : 2025-03-24

Latest chapter

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 10

    POV Farah..Apa yang sebenarnya Mas Rafli inginkan dari pernikahan ini? Aku tidak pernah menginginkan pernikahan tanpa cinta yang dia berikan padaku, batinku dipenuhi dengan tanda tanya. Pernikahan tanpa cinta, itulah yang telah terjadi pada pernikahan kami. Meskipun, dia terus mengatakan kalau ingin mengubah keadaan ini. Aku tetap tidak bisa mempercayai ucapan yang dia katakan tanpa pembuktian yang jelas. “Hari ini, kamu dapat pulang. Benarkah kamu tidak ingin kembali ke rumah kita?” tanya Mas Rafli membuka pembicaraan di pagi hari."Aku menginginkan ketenangan. Kalau kamu tidak bisa ikut di rumahku tidak apa-apa. Aku tidak memaksamu," jawabku yang sudah duduk di ranjang tempat tidur. Mas Rafli menggeleng, dia bersikeras untuk ikut ke rumahku. "Aku akan ikut bersamamu. Walau jarak kantor dan rumah Ibu cukup jauh. Aku tidak apa-apa," ujar Rafli."Terserah kamu saja, Mas," balasku kemudian mendahuluinya. Perawat membantuku menaiki kursi roda, Mas Rafli membantuku untuk naik ke mo

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 09

    POV Rafli.."Aku ingin kamu menjauhi Karina, tidak ada alasan lagi untuk terus bertemu dengan dirinya," ucap Farah dengan tenang."Sudah berulang kali aku katakan padamu, tidak ada hubungan antara aku dan Karina. Tidak perlu cemburu seperti itu," balasku.Aku merasa sangat aneh dengan sikap Farah. Selama ini aku memang lebih memperhatikan Karina dan tidak mengindahkan Farah. Apa sikapku membuat Farah berubah?"Kalau kamu masih ingin berhubungan dengan Karina silakan, Mas. Aku akan menggugat cerai dirimu. Kamu bisa bebas bertemu dengan Karina tanpa larangan dariku," ucap Farah dengan mata nanar. Kulihat mata Farah mencerminkan wajah yang putus asa. Tidak bisa aku memutuskan saat ini tentang hubunganku dengan Karina. Masih belum rela rasanya melepaskan diri dari sahabatku yang sudah menjanda itu. Padahal Karina masih memiliki orang tua, tetapi aku tidak tenang karena dia adalah sosok yang lemah lembut berbeda dengan Farah yang terlihat lebih mandiri. Namun, keadaan Farah yang baru s

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 08

    POV Rafli ..Sebelum Yudhi meninggal, aku segan untuk berdekatan dengan Karina. Dia merupakan sahabat karibku sejak SMA. Namun, semua berubah ketika Yudhi meninggal karena kecelakaan.Karina menjadi bergantung padaku, apa pun dia katakan padaku. Bahkan, tak segan dia memintaku untuk sesuatu yang sebenarnya bisa dia lakukan sendiri.Namun, semua itu membuat Farah terganggu, dia selalu mempertanyakan semua perhatianku pada Karina. Perempuan itu menjadi berubah dan sangat cerewet. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya."Kamu akan lelah bila terus mempertanyakan persahabatanku dengan Karina," ujarku pada saat Farah kembali merajuk. "Tapi, kamu selalu saja lebih mendahulukan dia dibandingkan aku yang sedang hamil anakmu." "Sudahlah, aku harus pergi ke rumah Karina. Dia membutuhkanku saat ini. Jangan berpikiran negatif tentang hubunganku dengan Karina," ucapku berusaha untuk pergi dari hadapan Farah.Sebenarnya itu adalah salah satu caraku untuk menghindari pertanyaan

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 07

    Aku merasakan kembali terbaring di rumah sakit. Kepalaku terus berputar, pusing melandaku. Kutatap langit putih bersih rumah sakit. Terlihat wajah Mas Rafli yang menungguku. Ada sesuatu yang salah di sini. Ibuku berada di sampingku menatapku dengan berbeda. Ada yang disembunyikan oleh keduanya."Apa yang terjadi?" tanyaku pada Mas Rafli."Kamu sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?" jawab Mas Rafli membalikkan pertanyaan."Aku pusing, perutku juga sakit. Bagaimana keadaan anakku?" balasku.Dua orang yang sedang menungguku itu terdiam, tidak mengatakan apa pun. Hal itu semakin membuatku gelisah. Pasti ada yang terjadi dengan kandunganku."Apa yang terjadi? Semua baik-baik saja kan, Bu?"Air mata jatuh dari pipi ibuku. Seketika hatiku mencelos. Ada yang disembunyikan oleh kedua orang yang memandangku iba."Dia baik-baik aja, kan? Bayiku baik-baik saja?" tanyaku lagi. "Nak, kamu harus bersabar. Semua sudah takdir. Ibu akan selalu mendampingimu," jawab Ibu masih menangis.Pun Mas Rafli hanya

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 06

    "Hentikan ucapanmu itu, Farah. Kenapa kamu tidak pernah mengerti kalau aku dan Karina tidak memiliki hubungan lebih dari sekadar sahabat," ujar Mas Rafli dengan frustasi."Sahabat seperti apa yang kamu maksud, Mas? Sahabat yang selalu meminta tolong di setiap keadaan?" balasku dengan sinis. "Dia tidak memiliki siapa pun, Farah. Dia hanya memiliki diriku untuk bergantung!" tukas Mas Rafli.Mulutku ternganga tidak membalas ucapan suami yang telah membersamaiku selama dua tahun itu. Tidak menyangka bila kehadiran Karina dapat mengubah diri Mas Rafli.Mas Rafli menatapku tanpa rasa bersalah, aku tidak tahu lagi cara menyadarkan suamiku. Pria itu masih saja menyebutkan kalau Karina yang menjadi prioritas Mas Rafli saat ini. "Karina memiliki orang tua, Mas. Kamu tidak perlu repot meladeni setiap permintaannya," balasku dengan menahan emosi. "Sudah aku katakan dia hanya memilikiku, tolong mengerti bila kami hanya sekadar sahabat. Aku tidak mungkin menghancurkan persahabatanku yang sudah l

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 05

    "Jangan asal bicara, Farah. Justru, Karina yang memaksa aku untuk segera datang ke rumah sakit. Dia sangat peduli padamu," balas Mas Rafli membalas ucapanku.Mataku mengerjap mendengar semua ucapan Mas Rafli. Sangat mustahil bila Karina memaksa untuk segera datang. Kenyataannya, suamiku itu malah mengantarkan Alia ke rumah neneknya terlebih dahulu."Sudahlah, Nak Rafli. Farah terserempet motor hingga dirinya terbaring di rumah sakit. Syukurlah tidak terjadi apa pun dalam kandungannya. Bila memang kami peduli pada istrimu, seharusnya kamu yang pertama kali datang pada Farah," ujar Ibu angkat bicara.Aku menatap Ibu dengan nanar. Tidak pernah aku bermaksud membuat Ibu mengetahui tentang rumah tanggaku. Ditutupi seperti apa pun Mas Rafli tetapi membela sahabatnya."Seharusnya, Ibu bersyukur karena bisa saja Farah kehilangan janin yang ada dalam kandungannya," tukas Karina tanpa mempedulikan akibat dari ucapannya.Ibuku, Bu Reni adalah seorang perempuan yang lemah lembut. Dia membesarkank

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 04

    Aku mengabaikan pesan dari Karina. Kalau aku semakin tersulut dengan ucapannya, dirinya akan semakin merasa menang. Kuhampiri suamiku yang baru pulang dari kantor. Mas Rafli sedang duduk sambil memainkan ponselnya.“Apa yang sebenarnya Karina inginkan darimu, Mas?” tanyaku di ruang tamu, memulai percakapan dengan nada lirih yang hampir tak terdengar. Aku tak sanggup lagi menahan gejolak di dadaku.Dia menatapku dari deretan chat entah dari siapa. “Kenapa kamu terus-menerus mempermasalahkan ini, Farah?”“Karena aku merasa semakin hari aku kehilangan suamiku. Aku kehilangan kamu, Mas Rafli. Aku istrimu, tapi aku seperti tidak ada di hidupmu lagi.”Dia mendesah panjang, meletakkan korannya. “Farah, aku sudah bilang, Karina butuh bantuanku. Dia baru kehilangan suaminya. Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja.”“Dan aku? Aku ini siapa di hidupmu? Apakah aku harus menunggumu selesai mengurus Karina dulu baru kamu ingat kalau aku ini istrimu?” suaraku pecah, air mata mulai menggenang

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 03

    “Kenapa harus menuruti semua permintaan Karina?” tanyaku tajam ketika Mas Rafli menjelaskan rencananya.Dia baru pulang dari rumah Karina, dan kini dia mengatakan sesuatu yang bahkan lebih tak masuk akal.“Ada masalah dengan atap rumah Karina. Bocor, dan tukangnya nggak bisa langsung datang. Aku nggak mungkin biarkan dia dan anaknya tidur di rumah yang nggak layak,” jawab Mas Rafli dengan nada datar.“Kenapa harus kamu, Mas? Ada banyak orang lain yang bisa dia hubungi. Dia bisa menyewa jasa apa pun. Kenapa harus kamu yang selalu ada untuknya?”“Karina nggak punya siapa-siapa lagi,” katanya, suaranya mulai meninggi. “Dia cuma punya aku. Apa kamu nggak bisa mengerti itu?”Aku berdiri, memeluk perutku yang kian membesar.“Aku juga cuma punya kamu, Mas. Tapi apa aku harus teriak-teriak dulu baru kamu sadar kalau aku ini istrimu, dan aku sedang membutuhkanmu?” ucapku.Dia terdiam. Tapi bukan karena menyadari kesalahannya, melainkan karena kelelahan menghadapi argumen yang baginya tidak ber

  • Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!    Bab 02

    “Aku cuma butuh kamu sedikit lebih pengertian, Farah,” suara Mas Rafli memecah keheningan pagi. Dia berdiri di dekat meja makan, wajahnya tampak lelah namun tetap mencoba menampilkan kesabaran yang mulai menipis.“Pengertian?” aku meletakkan gelas di tanganku dengan sedikit keras, menatapnya tajam.“Seberapa pengertian lagi aku harus bersikap, Mas? Aku sudah mencoba memahami hubungan kalian, tapi ini sudah melewati batas. Karina tidak hanya bergantung padamu. Dia seperti menjadikanmu suaminya.” Aku benar-benar lelah dengan semua keadaan ini.Wajah Mas Rafli menegang. “Kamu terlalu jauh, Farah. Karina bukan orang seperti itu.”Aku tertawa kecil, penuh ironi. “Oh, tentu saja dia tidak terlihat seperti itu. Tapi apa kamu sadar, Mas? Setiap langkahnya, setiap permintaannya, selalu membuatmu memilih dia daripada aku.”“Dia tidak memilih, Farah,” ucap MasRafli membantah. “Aku yang memutuskan membantu dia karena dia membutuhkan itu. Kamu tahu sendiri, aku dan Yudhi bersahabat sejak lama. Aku

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status