Home / Pernikahan / Nikahi Aku atau Aku Mati / Psikolog dan Pasiennya

Share

Psikolog dan Pasiennya

Author: Gra_Violla
last update Last Updated: 2024-11-06 11:16:03
Tante Ayu sedikit gerogi saat motor yang dikendarai keponakannya itu masuk ke sebuah pekarangan rumah yang cukup luas dan asri dengan banyak tanaman. Di hatinya, ada rasa bersalah, mengapa baru sekarang ke sini. Saat acara lamaran dulu itu pun, sebenarnya ingin ikut, tapi harus menjaga sang kakak yang kondisi kesehatannya sedang memprihatinkan.

Sebagai seseorang yang pernah mengenyam pendidikan ilmu psikologi, sekaligus pernah terjun menangani dan mendampingi penderita mental illness, wanita berwajah teduh itu tahu betul bagaimana harus bersikap. Setelah berfikir mendalam, akhirnya ia pun memberanikan diri untuk menjenguk kekasih sang keponakan—yang menurut cerita, dia sosok yang temperamental dan ekstrem.

Begitu turun dari jok motor, seseorang berpenampilan layaknya wanita Jawa dengan pakaian kainnya, menyambut. Senyumnya begitu hangat.

“Assalamu’alaikum, Bu. Saya Wahyu, tante Anggara.” Tante Ayu langsung menjabat tangan wanita yang tampak kaget dengan bola mata penuh tanya menatap pe
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Menguak Rahasia Pertemuan di Terminal

    Tak selang berapa lama setelah kehadiran pak Harsono, Anggara dan tante Ayu pamit pulang. Sebelumnya, mereka menyapa sang kepala rumah tangga. Karena respon yang kaku dan terlihat kurang nyaman, akhirnya tante Ayu mengakhiri perbincangan singkat tersebut.“Sekarang, tante tau, kenapa Nirmala punya karakter abusive, seperti yang kamu ceritakan selama ini,” ucap tante Ayu begitu turun dari motor, setelah sampai rumahnya. Wanita yang tampak masih sumringah seperti awal keberangkatannya itu memang sengaja minta diturunkan dirumahnya, bukan di rumah sang adik—seperti biasanya. Ia masih ingin bicara pada sang keponakan yang begitu disayanginya.“Ya, begitulah. Tante sudah lihat sendiri. Apalagi, Tante orang psikolog, pasti bisa membaca aura, gerak dan mimik seseorang, ‘kan?” respon Anggara terlihat begitu lega dan bahagia. Karena, hanya tantenya ini lah yang sedari dulu begitu mengerti dirinya, jika dibandingkan dengan sang ibu yang selalu cuek dan cenderung abai.“Dan, beruntungnya Nirmala

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Terkuak Sebuah Rahasia

    Anggara benar-benar dipenuhi rasa kesal pada ibunya, yang tetap masih tidak mau membeberkan rahasia yang selama ini ditutupinya. Setelah menyeretnya masuk mobil, bukannya memberi tahu siapa pemuda itu, sang ibu justru hanya menyuruhnya untuk segera masuk.“Jalan aja, Mas,” ucap bu Diana singkat.Batin pemuda itu juga penasaran, mengapa wanita yang biasanya memiliki sejuta topik untuk dibicarakan, kini diam seribu bahasa. Lewat kaca spion, ia mencuri pandang ke arah pemuda yang duduk di samping wanita yang belakangan ini menjadi bagian dari tugas pekerjaannya. Ia sebenarnya ingin mengeluarkan kalimat, tapi bu Diana yang menyadari jika tengah diintai lewat kaca tersebut, menggelengkan kepala sambil melotot.“Ini udah nggak bener. Kalau Ibu nggak mau jelasin, coba Mas, kamu pasti tahu sesuatu. Kamu tahu maksudku, ‘kan?” Menyadari sang ibu dan pemuda yang memegang setir itu saling berkomunikasi lewat kaca spion, Anggara semakin tidak bisa menahan rasa ingin tahu kebenarannya.“Nggak usah

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Terkejut Setengah Mati

    Beberapa saat, kedua insan yang pernah bersahabat begitu dekat itu saling pandang. Wanita muda yang duduk di kursi roda tidak bisa menahan rasa harunya dan langsung menangis sesenggukan. Suaranya yang terdengar memilukan menyeret pemuda yang masih speechless di ambang pintu itu mendekat. Karena rasa aneh yang mendera, ia melangkahkan kaki dengan pelan dan hati-hati.“Fitonia, benarkah itu kamu?” Pemuda itu mencoba mendekatkan netranya pada sosok gadis yang tergugu di kursi roda.Gadis itu mengangguk.“Apa yang terjadi, Nia? Kenapa kamu jadi begini?” tanya pemuda itu langsung merasakan getaran rasa pilu yang menyiksa melihat apa yang terjadi di depannya.. Ia benar-benar tidak menyangka jika sahabat yang selama ini mendadak menghilang, tiba-tiba muncul dengan kondisi yang jauh dari biasanya.Sementara itu, si gadis yang ditanya demikian, justru semakin menambah volume tangisannya. Hingga, Bu Vera dan Bu Diana yang berada di dapur, menyusul ke kamar-- tempat sumber suara. Melihat gadis i

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Tanting

    Nirmala sedang menulis di depan leptop ketika suara deheman khas bapaknya terdengar begitu dekat. Ia langsung menoleh, karena deheman sudah seperti kode dari laki-laki yang belakangan terlihat lebih lembut dari biasanya.“Bapak mau ngomong,” kata Pak Harsono terlihat tengah menimbang-nimbang sesuatu. Satu tangan berada di dagu, sementara satunya lagi masuk ke saku celana.“Mau ngomong apa, Pak?” Nirmala menghentikan aktivitas menulisnya dan menatap bapaknya penuh konsentrasi. Dari gerak geriknya, ia yakin jika sang bapak ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Karena kalau bukan hal urgent, mana mungkin pria dengan sifat gengsi tinggi itu mau masuk ke kamarnya.“Gimana, pacarmu itu apa sudah punya persiapan untuk melanjutkan pernikahan?”selidik Pak Harsono menampakkan sorotan penuh selidik.“Um, sepertinya belum, Pak. Terakhir, dia bilang kalau sedang berusaha mengumpulkan dana sesuai dengan patokan yang Bapak berikan,” jawab Nirmala lirih, sembari sedikit menundukkan kepala. Ia tidak

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Tanting 2: Perdebatan Ibu dan Putranya

    Anggara pulang dengan beban yang semakin menumpuk. Setelah pertemuan tidak sengaja dirinya dengan sang sahabat, ancaman ibunya, tanting Pak Harsono, dan ditambah dengan rasa kecewa Nirmala, membuat kepalanya terasa begitu berat.Berharap, sampai rumah akan segera bebersih diri, lalu tidur untuk mengistirahatkan pikirannya. Namun, begitu langkahnya masuk ke rumah, Bu Diana sudah duduk dan menatapnya—seolah mengajak untuk membicarakan banyak hal penting.Anggara yang langsung teringat dengan unek-uneknya tentang Fitonia, langsung duduk di sebelah sang ibu.“Bu, ceritakan padaku semuanya! Kenapa selama ini Ibu merahasiakan tentang Fitonia? Kenapa juga Ibu harus main kucing-kucingan dijemput di terminal? Kenapa tidak langsung ke rumah? Jadinya, menimbulan fitnah, Bu! Gara sampai bingung tiap ditanya tetangga.” Anggara langsung memberondong ibunya dengan pertanyaan. Nadanya pun tinggi, padahal biasanya pemuda itu selalu berbicara dengan nada rendah kepada sang ibu.“Nggak usah digubris, la

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Ketidakberdayaan Seorang Pria

    “Ingat, Gara, kamu sudah janji untuk membahagiakan Fitonia dan menyembuhkannya. Satu-satunya cara adalah kamu menikahi putri Bu Vera itu,” tandas Bu Diana menatap tajam ke arah putranya yang terlihat begitu frustasi.“Itu tidak mungkin, Bu!” Saking kesalnya dengan ucapan sang ibu, Anggara berdiri, lalu berjalan mondar-mondar dalam jarak pendek.“Bukan begini maksudnya. Kalau yang ibu maksud dengan menantingku tadi untuk menikahi Fitonia, itu namanya penjebakan. Ibu tahu sendiri kan, sebentar lagi aku mau menikah. Menikah dengan wanita yang aku cintai, Bu. Lagian, aku nggak mungkin menikahi sahabatku sendiri. Itu nggak mungkin.” Anggara geleng-geleng kepala. Pikirannya tertuju pada sosok Nirmala dan Fitonia. Dia benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Kepalanya terasa panas dan sumpek.“Suka atau tidak suka, sebagai seorang laki-laki sejati, kamu harus mempertanggung jawabkan ucapanmu, Gara. Sesegera mungkin, kita akan melamar Fitonia dan kalau perlu, selang beberapa hari, pernikahan i

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Gadis Dengan Harapan Setinggi Gunung

    Suara rintik hujan di awal bulan Oktober menarik semangat seorang wanita yang sedari tadi hanya rebahan di kasur. Melalui jendela kaca kamar, ia bisa melihat buliran air yang jatuh dari langit itu lama kelamaan semakin berukuran besar, sehingga menimbulkan suara gemericik yang syahdu terdengar di telinga.Dengan susah payah, wanita muda itu meraih kursi roda—kursi yang menemaninya belakangan ini. Meskipun beberapa kali hendak terjatuh, tapi hatinya berusaha keras untuk melakukannya sendiri dan menolak bisikan untuk memanggil Mbak Duwik, Mama atau siapa pun yang berada di rumah.Tekadnya bulat, ia tidak mau menjadi gadis pesakitan lagi dan harus kembali menjadi wanita mandiri seperti dulu. Akhirnya, pada usahanya yang ke sekian, ia berhasil duduk di kursi tersebut. Segera, tangannya mengayunkan roda menuju jendela.Suara hujan yang syahdu, ditambah bau bumi setelah sekian lama tidak dicumbu air langit yang begitu candu, menarik lengannya untuk ke luar. Ia ingin merasakan tetesan demi t

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Lelaki yang Pergi, Bertahan dan Resah

    Nirmala menatap punggung Pak Harsono dari balik jendela kaca ruang tamu. Ia tidak sanggup untuk mengantar keberangkatan sang bapak merantau karena rasa tak karuan yang menyelimuti.Pria itu—pria yang tengah berjalan ke luar pelataran rumah dengan langkah lesu—membuatnya melankolis dan menangis. Bagaimana tidak? Sedari kecil, ia dan pria tersebut terkenal bagai air dan minyak yang tidak pernah akur. Kini, saat sang bapak telah berubah menjadi sosok kepala rumah tangga yang lebih lembut, perhatian dan bertanggung jawab, dirinya justru merasa telah mengecewakan. Hingga, timbul di dalam hati menyalahkan diri.“Bapak pergi pasti gara-gara aku. Bapak malu punya anak perempuan yang hampir lapuk dan belum menikah. Giliran hampir menikah, tapi nggak jadi-jadi. Coba saja kalau Anggara bisa lebih getol meluluhkan hati ibunya, pasti aku sudah menikah dan Bapak tidak harus pergi merantau,” bisik Nirmala dalam hati.Ia menghidupkan ponsel dan memandangi salah satu daftar nama kontak yang terakhir k

Latest chapter

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Gugurnya Bunga Cinta

    Nirmala mematung menatap ke arah luar melalui kaca jendela kamarnya—yang telah di-remodel Tante Ayu sedemikian rupa agar terlihat segar dan ceria. Pikirannya melayang-layang bagai layangan yang terbawa angin kemarau, entah akan berhenti di mana. Bayangan tentang persahabatannya dengan Fitonia belum juga bisa lepas dari memorinya, bagaimana dulu mereka sering menerka-nerka tentang sosok pacar dan suami impian. Tak disangka, ternyata kini keduanya memperebutkan pria yang sama.“Fitonia yang kukenal dulu tidak mungkin melakukannya. Aku tau dia begitu tulus menjodohkanku pada Anggara. Pun, terlihat dia begitu ikhlas mendukung penuh segala macam cobaanku bersama Anggara. Rasanya, tidak mungkin dia menusukku dari belakang. Tidak!” batinnya memekik begitu keras, sementara kepalanya berkali-kali menggeleng.Bu Harsono yang hendak masuk dan menyaksikan putrinya tengah melamun dengan ekspresi semacam itu, langsung mempercepat langkah untuk menghibur. Ia ingat pesan Tante Ayu bahwa gadis itu tid

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Acara Tak Terduga

    Anggara tengah sibuk di meja kasir toko ketika seseorang yang tiba-tiba datang dan berseru, “lho, calon pengantinnya aja masih di sini, belum dandan, berpakaian rapi, siap melamar sang kekasih hati.”Mendengar kalimat tersebut, pemuda yang sebenarnya masih mencari-cari cara untuk merayu ibunya itu kaget. Sontak, ia mendongakkan kepala setelah beberapa waktu menunduk menghitung rupiah yang masuk ke brankas toko.“ Maksud Bu RT?” tanya Anggara dengan wajah lugunya yang kuyu—kurang tidur karena terlalu memikirkan nasib masa depan asmaranya.“Loh, masih tanya lagi. Bukankah ibumu mengundang kami untuk menjadi pengiring acara lamaranmu. Ya, to, Pak? Pak!” Wanita yang disebut Bu RT itu langsung berteriak memanggil suaminya yang masih memarkir motor depan toko.Jarak antara kasir dan emperen toko cukup dekat, sehingga Pak RT bisa langsung mendengar seruan istrinya, lalu masuk.“Loh, Mas Anggara belum siap, to? Padahal kami sudah begitu antusias mau mengantar Mas lamaran,” tutur Pak RT.Angg

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Peran Tante Ayu

    Pening kepala sudah tidak bisa ditolerir lagi, Anggara memutuskan untuk berpamitan terlebih dahulu. Sang ibu memilih untuk masih tinggal menemani Bu Vera yang sendirian menunggui putrinya. Suami Bu Vera belum juga datang menjenguk sang putri alasan kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan.Langkah kaki lelaki itu pelan dan layu. Hatinya terombang-ambing pada kenyataan yang ada. Dia tidak mudah untuk berpaling, memang. Tapi, segala curahan hati Fitonia berhasil menggetarkan hatinya. Tidak mau hatinya semakin kacau, ia berusaha mengumpulkan energi untuk mempercepat langkah menuju kamar inap sang kekasih.Dia patut bersyukur karena tidak kepergok Nirmala atau ibunya saat sedang bersama Fitonia tadi. Padahal, Nirmala menyukai taman dan terhitung dua kali menghirup udara di taman tersebut selama menginap di rumah sakit itu.Anggara telah sampai di kamar yang telah beberapa kali dikunjunginya, tapi sepi. Ia urung untuk masuk, takut pasien sedang beristirahat.“Cari siapa, Mas?” tanya seseoran

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Curaharan Hati Pembawa Kebimbangan

    “Kemarin kamu tanya ‘kan, kapan awal aku menyukaimu?” ucap Fitonia masih berusaha menunggu pemuda di hadapan itu menatapnya.“Sungguh, aku menyesal terlambat membaca surat dari mu itu. Kukira, isi surat itu akan sama seperti surat dari cowok-cowok lain tentang yah... tidak jauh dari fisik dan otak. Rupanya, kamu menulis tentang hati, ketulusan hati. Maaf, sekali lagi maaf,” sesal Fitonia yang terlihat jelas dari raut wajah, menunduk beberapa saat seperti menahan sesuatu.Anggara mulai tertarik dan mengangkat wajahnya, menatap wanita yang kini telah berhasil menguasai diri dan siap melanjutkan cerita. Begitu mengetahui pemuda idaman menatap ke arahnya, senyum otomatis mengembang tanpa komando. Hatinya berbunga-bunga seolah telah berhasil merayu kumbang untuk mampir ke kelopaknya. “Waktu itu, kamu ingat, aku tengah mempersiapkan lomba yang memaksaku harus akrab dengan buku dan bimbingan sana-sini. Surat itu aku selipkan di buku eksiklopedia yang kupinjam dari almarhum kakek. Sampai rum

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Cinta Lama Bersemi Kembali, Mungkinkah?

    Anggara benar-benar merasa tidak nyaman berada dalam satu ruangan hanya berdua dengan Fitonia. Beberapa saat, pemuda yang bertekad hendak menyelesaikan masalah itu hanya diam, kikuk. Sementara itu, wanita muda yang tengah menunggu reaksi dari tamunya di kursi roda itu tidak kuasa untuk menatap pemuda tersebut. Ia berusaha membawa kedua netranya menyelusuri seisi ruangan.“Bagaimana kalau kita ngobrol di luar?” Tiba-tiba Anggara menyodorkan ponsel yang telah berisi ketikan tangan di sebuah note pada Fitonia.Beberapa saat, wanita itu tampak berpikir. Bayangannya langsung melayang pada kejadian terakhir kali yang membuatnya berada di sini—harapan kencan indah justru berakhir hujan air mata kepedihan. Rasa trauma sempat menghantui. Namun, dia teringat dengan ucapan Bu Diana di luar tadi dan berpikir, “mungkin ini kesempatan untuk bisa memperbaiki hati yang retak.”Akhirnya, Fitonia mengangguk. Lalu, dia mengambil ponsel di saku, mengetik sebuah kalimat di note, dan disodorkan pada pemu

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Masihkah Ada Harapan?

    Gadis itu sudah cukup lama terbangun dari tidurnya—tidur yang dibuat setelah meminum obat penenang. Kini, ia telah sadar dengan apa yang telah terjadi dan kenapa dirinya saat ini tengah berada di ruangan khas dengan dekorasi berwarna putih dan hijau—rumah sakit. Lalu, dia pun mulai menyibak kenangan permulaan begitu akrab dengan bangunan semacam ini.Flashback OnHati luka yang masih menganga itu dibawanya pergi dari tempat perantauan ke kampung halaman. Pemilik hati yang begitu tulus tapi dikhianati secara sadis itu berharap di tempat dirinya tumbuh dan dibesarkan oleh seorang kakek yang begitu tulus menyayanginya itu bisa sembuh.Ternyata, menyembuhkan luka itu tidak semudah dan secepat saat jatuh cinta. Terlebih, untuk seorang wanita yang memiliki bawan eccendentesiast. Dia begitu lihai menyembunyikan luka, rasa sakit, kecewa dan sedih dengan membalutnya bersama senyuman, tawa dan keceriaan. Di samping itu, ia tidak mau membebani sang kakek yang pada saat itu tengah sakit-sakitan ka

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Cobaan Terberat Anggara

    Ada yang mengganjal di hati Anggara setelah perdebatan antara dirinya dan sang ibu. Bukan hanya perkara tentang keteguhan hati ibunya yang belum mau menerima Nirmala sebagai istrinya dan justru masih ngotot ingin menjodohkan dengan Fitonia, tapi juga perkataan Tante Ayu.Lontaran kalimat tantenya itu membuatnya membuka kembali album tipis yang berhasil ia simpan. Dipandanginya salah satu potret dia dengan seorang lelaki tinggi tegap dan gagah seraya berucap, “andai ayah masih di sini, mungkin aku tidak akan sepusing ini. Apa benar yang dikatakan Tante Ayu tentang ayah? Kenapa begitu berbeda dengan cerita dari Ibu?”Dia memang seorang pria. Tapi, bukan berarti seorang pria tidak bisa menangis. Nyatanya, demi membayangkan kenangan indah bersama sang ayah, Anggara mulai menundukkan kepalanya yang terasa begitu berat. Tetes air mata perlahan berhasi menjebol benteng pertahanan dari ujung mata. Sungguh pemuda yang tengah berada dalam kebingunan dalam memutuskan sebuah pilihan pasangan hidu

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Isi Hati Seorang Ibu

    “Maksud kamu apa bicara seperti itu? Jangan campuri urusanku. Bukankah sudah berkali-kali kuperingatkan?” geram Bu Diana tidak bisa menyembunyikan amarah pada adik kembarnya yang tiba-tiba muncul.“Apa kamu tidak kasihan sama Anggara? Padahal, dia putramu, anak yang kamu kandung sendiri. Cobalah untuk sedikit saja memberi belas kasihan pada putramu ini, Mbak,” ujar Tante Ayu sembari merangkul pundak sang keponakan yang terlihat tak berdaya.“Justru karena dia putraku, anak yang aku kandung selama 9 bulan, yang aku lahirnya dengan perjuangan antara hidup dan mati, yang aku biayai segala urusannya, sudah patut kiranya dia patut dan tunduk padaku. Bukankah surga anak ada pada restu seorang ibu? Terlebih dia laki-laki yang selama hidupnya itu milik ibunya, milikku!” pekik Bu Diana benar-benar telah kehilangan empati. Dipandangi dua orang terdekatnya yang kompak memandanginya dengan tatapan prihatin.“Kamu sudah salah kaprah, Mbak. Bukan seperti itu konsepnya. Aku penasaran, apa sebenarnya

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Surga atau Neraka

    v“Kamu sudah bangun?” Pria yang sedari tadi ditatap hingga melamun dalam durasi lama itu terbangun dan kaget melihat wanita yang dijaganya hingga ketiduran telah bangun.Menyaksikan lelaki muda yang tampak masih mengantuk itu hendak berjalan mendekat, wanita yang telah duduk di tepi ranjang itu tiba-tiba menangis. Bibirnya bergetar hebat. Ia ingin mengatakan banyak hal, tapi kelu.Tapi, melihat bagaimana pemuda yang telah menemani dan berjuang mati-matian berada di sisinya itu berusaha menahan kantuk, akhirnya pertanyaan meluncur begitu saja, “apa kamu sudah tau tentang Fitonia?”Anggara menghentikan langkah yang tinggal beberapa sentimeter saja dari ranjang, demi mencari jawaban yang tepat untuk merespon pertanyaan. Ia ingat pesan dokter untuk tidak membuat pasien di hadapannya semakin depresi.“Jawab, Gara! Apa benar, kamu pernah mencintai Fitonia hingga memberinya surat cinta? Hah?” emosi Nirmala meledak. Anggara semakin kebingungan.“Kalau iya, kenapa kamu mau denganku? Setelah s

DMCA.com Protection Status