Sementara itu, sesaat setelah Jessica pergi ke kantor, Candra Wiguna datang ke rumah Jessica saat jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Namun, lelaki tampan itu tak bisa menemui Jessica yang telah berangkat ke kantor. Pemuda tampan itu tampak tergesa-gesa, ketika menyambangi pos penjaga pada sisi kanan rumah mewah Jessica untuk menemui Rey, sekuriti yang telah menggantikan jam jaga Darma.
Saat melihat pemuda tampan yang terlihat lebih rapi dan necis pada saat beberapa malam lalu saat dalam keadaan mabuk, Candra Wiguna jelas terlihat berbeda sehingga Rey menyambutnya dengan tersenyum ramah karena tidak mengetahui identitas dari lelaki tersebut.“Selamat pagi Pak ... mau bertemu dengan siapa? Dan dari mana?” tanya Rey keluar dari pos jaga mengamati lelaki dengan bentuk tubuh tinggi dari atas kebawah. Tubuhnya yang atletis dan pembawaannya yang tampak cool layaknya orang kaya dengan kulit putih bersih serta berpakaian bagus membuat Rey menghormati lelaki tampan tersebut.“Saya dengan Candra, apa bisa saya bertemu dengan Nona Jessica?” tanya Candra santai.Mendengar nama pemuda yang diwanti-wanti oleh sang bos untuk diusirnya jika bertamu ke rumah itu, membuat Rey memasang wajah masam dan tampak garang. Candra sendiri yang melihat perubahan roman wajah sekuriti tersebut pun, bergumam dalam hatinya.'Kenapa juga nih sekuriti? Perasaan tadi ramah banget.'“Mau apa kamu kesini! Pergi dari sini!” teriak Rey mengingat perintah Jessica selaku bosnya.“Maaf Pak..., apa salah saya? Dari kemarin saya kirim buket bunga dan makanan diterima tuh! Hari ini saya ingin bertemu Nona Jessica. Tolonglah Pak..., ini pasti salah paham. Sampaikan padanya, saya ingin bertemu. Tolong saya Pak, soalnya sebentar lagi saya akan keluar kota “ pinta Candra dengan mencakupkan tangannya bingung kala sekuriti tinggi besar itu mendorong tubuhnya untuk menjauhi pos keamanan.“Kamu itu lelaki yang nggak tau diri. Majikan saya sudah cukup baik menampung kamu di rumahnya waktu mabuk. Eh, malah kamu mencuri barang di rumah ini,” ujar Rey berasumsi seperti itu karena Jessica meminta untuk mengusir lelaki tersebut tanpa alasan. Hingga salah seorang pekerja di rumah itu, memberikan berita yang tak benar atas diri Candra.“Mencuri? Seumur hidup saya, nggak pernah sekali pun, saya mencuri Pak. Demi Allah Pak ... Saya nggak mencuri apa pun di rumah ini. Coba Bapak tanyakan lagi ke Nona Jessica,” bantah Candra masih ngotot dengan Rey.“Sudah ... Begini saja, lebih baik kamu pergi dari sini dari pada saya panggilkan polisi. Karena, majikan saya merasa terganggu dengan kamu. Silakan kamu pergi dari sini,” perintah Rey sembari menghubungi Wati yang ada di dalam rumah tersebut.“Pak ... tolong saya..., soalnya hanya hari ini aja saya ada waktu untuk bertemu. Tiga bulan ke depan saya sibuk sekali,” tutur Candra dengan wajah memelas.Tak ada respons apa pun, usai Rey menghubungi Wati membuat Candra kian menggila dengan memanggil nama Jessica yang dipikirnya masih berada di dalam rumah mewah tersebut.“Jessica...! Jessica...! Tolong temui aku. Jessica...! Buka pintunya....!” teriak Candra dari luar pintu gerbang yang terbuat dari kayu jati tinggi dan hampir dipastikan tidak ada seorang pun yang akan mampu melihat aktivitas penghuni rumah tersebut.Rey yang kesal dengan ulah Candra Wiguna yang terus meneriakkan nama Jessica membuat sekuriti itu pun, mendekati Candra dan memiting tangannya seraya berkata, “Kamu jangan buat onar di depan rumah orang! Begundal! Cepat menyingkir!”Bruk!Candra Wiguna didorong oleh Rey yang tubuhnya tegap tinggi hingga terjatuh di depan pintu gerbang rumah mewah tersebut. Dengan meringis kesakitan, Candra terlihat mengambil ponselnya yang berdering cukup keras.“Ya Anjani..., kenapa?” tanya Candra Wiguna pada seorang wanita dalam sambungan telepon masih meringis dan membersihkan pakaiannya.“Kemana lo? Dicari nih, sama Om teguh,” ujar seorang gadis bernama Anjani diujung telepon.“Iya, nanti gue langsung ke Bandara. Gue lagi ada urusan, bentar lagi gue jalan ke bandara,” jawab Candra.“Eh! Elo itu gimana sih..., apa nanti kata wartawan yang meliput kita di Bandara. Beberapa hari ini, elo itu aneh banget sih. Ada masalah apa lagi? Mama elo baik-baik aja kan?” tanya Anjani teman satu filmnya yang selama ini telah menjadi teman akrabnya di dunia keartisan.“Nanti di Bandara gue cerita ke lo. Kalau hari ini gue kagak berhasil, gue minta bantuan elo,” pinta Candra sebagai bentuk dari jawaban Anjani.“Dasar Pea ... Ditanya apa jawabnya apa. Ini sama Om teguh aja. Tunggu jangan di tutup,” pinta Anjani kesal.Sementara beberapa orang yang lewat di depan pintu gerbang Jessica menoleh ke arah Candra yang sedang berkomunikasi dengan Anjani. Beberapa di antaranya turun dari motor dan mobil hingga membuat jalanan di kompleks perumahan elite itu dihiasi dengan deretan mobil yang terparkir di pinggir jalan.“Kak Bintang yaa...! Kak..., minta photo dong!” seru salah seorang penggemar mendekati Bintang yang semakin bingung untuk menghindar.“Kak..., minta tanda tangan dong.”“Ini rumah Kak Bintang yaa?” tanya seorang lainnya.Beberapa pertanyaan meluncur dari beberapa orang yang mengenali bintang. Hingga mau tak mau, Bintang pun memberikan kesempatan pada beberapa penggemar yang mengenalinya untuk berphoto, tandatangan di baju mereka. Sampai akhirnya, Bintang menjawab sang sutradara yang berbicara diujung teleponnya."Kamu dimana Bintang?" tanya Teguh sang sutradara.“Maaf Om..., sekarang saya ke Bandara,” ujar Bintang kala mendengar suara lembut dari sutradaranya.“Bintang ... tolong kamu itu jaga sikap. Masa semua kru satu mobil ke Bandara kamu malah carter mobil,” gerutu Teguh selaku sutradara.“Maaf Om..., ada sedikit masalah penting yang mendesak. Saya harus menemui Dokter mama. Karena kan, saya akan sibuk selama 3 bulan ini. Maafkan saya, Om,” ujar Candra Wiguna membohongi sutradaranya.Setelah itu, Candra kembali melayani beberapa penggemarnya yang kian membeludak di depan rumah Jessica untuk sekedar berphoto bersama dan meminta tanda tangannya. Terlihat semakin lama Candra meladeni penggemarnya maka semakin banyak remaja putri bahkan ibu-ibu muda komoleks tersebut tumpah ruah di depan pintu gerbang rumah mewah Jessica. Malah beberapa penggemar banyak yang menduga kalau rumah mewah tersebut tempat tinggal sang idola.Sampai akhirnya Candra Wiguna berpamitan dengan beberapa penggemarnya yang belum sempat photo dan meminta tanda tangannya dengan berkata-kata dan melambaikan tangannya.“Maaf ... Maaf ... Aku harus uber pesawat dulu yaa... Terima kasih semua...” Candra Wiguna berlari kecil memasuki sebuah mobil carter yang telah menunggu untuk membawanya ke Bandara. Karena seluruh kru pendukung Film berjudul "'Psikopat"' telah meluncur pula ke Bandara untuk menuju Bandung.Di dalam mobil, Candra Wiguna meminta pada sang sopir lebih kencang untuk memacu mobil yang dicarter agar tidak didahului oleh rombongan kru dari Film. Selama dalam perjalanan menuju Bandara, Candra yang belum sempat menjenguk mamanya yang dirawat di rumah sakit pun, menghubungi sang mama dalam sambungan telepon.“Maa..., Maaf Candra nggak sempat pamit ke Mama. Hari ini sampai tiga bulan Candra sibuk sekali, karena harus ke beberapa daerah. Mama yang kuat dan semangat ya. Nanti kalau ada waktu senggang, pasti Candra akan jenguk Mama...,” urainya dengan suara pelan dan ada rasa sesal, karena waktu yang sempit tidak digunakan untuk bertemu sang mama.“Can, kamu baik-baik di sana. Jaga sikap kamu. Ini Mama dijaga sama Dessy. Karena adik kamu kan, harus mengikuti ujian ke sekolah. Ini kamu ngomong sama Dessy,” ucap Sukesih, sang mama.Candra yang sebenarnya malas berbicara dengan Dessy, terpaksa mendengarkan sapaan dari gadis yang semasa jaman SMA menjadi teman sekelasnya dan pernah menjalin cinta dengannya. Namun, mereka putus karena Candra bukanlah orang dari kalangan berada. Terlebih, perceraian kedua orang tuanya membuat Candra merasa minder. Karena Papanya memilih hidup bersama sang bos wanitanya yang menjadi janda dengan tiga orang anak di saat Sukesih, sang mama mulai sakit-sakitan.“Halo Des, maaf udah merepotkan,” ujar Candra basa basi dalam sambungan telepon.“Santai aja, kebetulan aku juga lagi nggak ada gawe. Jadi bisalah aku jaga mama kamu,” jawab Dessy.“Nanti aku minta bik Darsi untuk jaga mama. Kamu nggak usah sampai tidur di rumah sakit. Sekali lagi makasih Des,” pinta Candra secara tak langsung menolak Dessy untuk menjaga mamanya.“Nggak usah bik Darsi suruh ke rumah sakit. Biar aku yang urus mama kamu. Apalagi kata mama kamu, gara-gara promosi film itu kamu harus keliling kota selama hampir 3 bulan. Kamu santai aja. Juga aku udah berhenti kerja, jadi banyak waktu luang untuk jaga mama kamu,” tolak Dessy atas permintaan Candra.Dengan menarik napas panjang, Candra yang enggan berdebat kembali pada Dessy sangat menyadari jerat dari sang mantan yang ingin kembali kepelukkannya setelah 3 tahun silam mereka putus. Namun, Candra yang tak ingin memberikan harapan apa pun pada sang mantan harus mengatakan hal yang harus dikatakannya. Apalagi saat ini dalam benaknya, ada tanggung jawab besar atas tindakannya pada Jessica.“Des ... Sebelumnya aku minta maaf, bila ucapanku ini melukai hati kamu ... Terus terang, aku nggak akan bisa balik ke kamu. Hatiku sudah milik orang lain. Seorang wanita yang sudah membuat diriku berubah total. Dia sudah membuat aku menjadi lelaki yang sesungguhnya. Aku harap kamu mengerti hal itu. Jadi selepas ucapanku ini, jika kamu mau meninggalkan rumah sakit pun, aku persilakan. Aku nggak mau terpasung dalam kebaikan kamu pada mamaku. Maafkan aku...,” ungkap Candra yang tak ingin kembali pada Dessy yang sejak dua tahun lalu selalu mengejar-ngejarnya usai dirinya menjadi seorang bintang sinetron dan iklan 3 tahun lalu.“Hehehehe ... Jangan negatif dulu Candra. Seriusz aku juga nggak ada minta kamu untuk balikan ke aku. Disini aku ikhlas mengurusi mama kamu. Karena selama ini, mama kamu udah aku anggap seperti mamaku sendiri. Kamu santai aja, aku juga mau kamu semakin sukses. Memang nggak bisa dipungkiri, kalau aku masih sayang dan cinta sama kamu. Tapi, bukannya cinta nggak harus memiliki?" bantah Dessy kembali selicin belut.“Ya udah terserah kamu aja. Sampaikan salam ke mama. Aku udah sampai bandara,” sahut Candra tak ingin membantah lagi dan menutup sambungan telepon.Candra yang sangat paham dengan karakter Dessy yang tak akan menyerah hingga berhasil telah cukup dimengerti karena mereka berpacaran kelas 1 SMA hingga 3 SMA dan putus selesai lulus SMA saat Candra tidak melanjutkan kuliah dan itu membuat Dessy tahu kondisi keluarga Candra. Lalu wanita cantik itu memutuskan cinta kasih mereka usai SMA. Saat Dessy menyambangi rumah Candra yang berada dalam lingkungan kumuh dan Sukesih menjadi kuli cuci setrika pakaian pada beberapa orang kaya disekitar rumahnya.Namun sejak Candra menjadi bintang figuran dan iklan selama 2 tahun, lelaki tampan itu tidak lagi membiarkan sang mama jadi kuli cuci dan setrika pakaian beberapa tetangga yang kaya dengan membelikan sebuah rumah dalam lingkungan perumahan. Hingga kerja keras Candra yang diawali hanya menjadi figuran, membuka keberuntungan lelaki tampan itu, saat dewi fortuna berpihak padanya menjadi bintang utama sinetron dan menjadi artis di saat Candra berusia 22 tahun dan kian melejit selama 3 tahun ini.Sesampai di bandara, Candra langsung menghubungi Anjani yang tak terlihat batang hidungnya.“Hey ... Gue udah sampe nih. Lo udah di mana?” tanya Candra celingukan di depan pintu keberangkatan domestik.“Udah deket..., elo tunggu aja ya. Pasti tadi elo suruh ngebut abangnya kan?” tuduh Anjani.“Iyee..., dari pada gue di damprat sama Om Teguh,” jawabnya.“Bintang ... Lain kali jangan lah pakai acara ngebut gitu. Kasihan mama elo kalau terjadi apa-apa sama elo. Tadi elo udah pamit kan sama mama?” tanya Anjani yang selama mereka bersama-sama merintis karier sudah tahu kondisi Candra dan beberapa kali bertemu dengan Sukesih, mamanya Candra.“Ya..., Gue udah pamit sama mama,” tutur Candra singkat.“Siapa yang jaga di rumah sakit? Adek lo?” tanya Anjani kembali.“Bukan adek gue ... Dia lagi banyak kegiatan di sekolahnya. Apalagi mau ujian akhir sekolah. Pokoknya adalah yang jaga,” ungkap Candra.“Bukan Dessy kan?!" tanya Anjani penuh rasa curiga.“Udah dulu ya, kalau elo masih lama gue mau cari sarapan dulu. Perut gue lapar. Byee....”Candra sengaja tak menjawab apa yang ditanya Anjani. Karena selama ini, Candra banyak bercerita tentang Dessy apda Anjani, hingga membuat teman main filmnya itu, antipati pada gadis muda yang licik dan pintar bersilat lidah itu.Santi yang mendapat penolakan dari Jessica atas diri Bintang pun, menghubungi sang artis ketika seluruh kru pendukung film berjudul Psikopat mendarat di Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara sekitar pukul 11 lewat 20 menit. Namun, panggilan telepon tersebut tidak diindahkan oleh Candra karena ramainya suasana di Bandara. Beberapa wartawan dan media cetak serta media televisi menunggu kedatangan kru film tersebut di sebuah tempat yang berada di luar area Bandara. Setelah bertemu dengan wartawan dan beberapa penggemar, mereka pun rencananya akan menuju ke Gedung Sate dalam ajang tanya jawab dan temu kangen dengan para pemain film tersebut.Dua buah minibus membawa kru dan artis yang tergabung dalam Film tersebut menuju gedung Sate yang berada di jalan Diponegoro. Jarak yang mereka tempuh sekitar 15 menit dari Bandara. Sesampai di lokasi, sebuah panggung kecil telah berada di bagian depan gedung sate. Beberapa penggemar telah hadir dan dengan antusias bertanya tentang alur dari
Sekitar jam lima kurang dua puluh menit, mobil yang dikendarai oleh Samsuri pun sampai di gedung lantai 21 tempat Jessica berkantor. Tak lama kemudian, Jessica yang telah menunggu di Lobby langsung masuk ke dalam mobil dan mobil pun meninggalkan halaman gedung tersebut berbaur dengan kendaraan lainnya. Selama dalam perjalanan menuju rumah sakit swasta yang berada di jalan Haji Juanda Bandung, digunakan oleh Jessica untuk membuka media sosial.Tanpa sengaja jemari tangannya membuka perihal artis bernama Bintang Wiguna. Sejenak Jessica memandang wajah lelaki yang telah memorak-porandakan harga dirinya. Dan saat dilihat Bintang Wiguna berpose bersama seorang wanita muda nan cantik jelita membuat hati Jessica seakan teriris, sakit. Bagaimana tidak sakit, lelaki yang telah memberikan kenikmatan dini hari ternyata bukanlah lelaki baik-baik. Terlebih lelaki tampan itu adalah seorang artis muda yang pastinya hidup sebebas burung dan tak bisa mempunyai komitmen atas apa pun, pikir Jessica.‘Das
Wijaya Atmaja yang melihat kesedihan dari raut wajah Monica atas penolakan putrinya pun, menasihati putrinya, “Jessi..., Papi minta untuk kali ini aja kamu bertemu dengan lelaki itu. Jika memang setelah mengenal kepribadian Revan, hati kamu masih juga nggak sreg kamu bisa menolaknya.”“Ya, Papi sayang. Sekarang istirahat aja biar besok pagi lebih bugar,” cicit Jessica tersenyum memandang Wijaya Atmaja.Setelah itu, Jessica pun merebahkan tubuhnya pada sofa panjang yang berada di depan tempat tidur perawatan Wijaya Atmaja. Sementara Monica sendiri, tidur pada sofa yang ada di ruang tamu pada ruang VIP tersebut. Malam itu, Jessica bermalam di rumah sakit bersama Monica untuk bersama-sama mempersiapkan diri esok hari.Sementara itu, di tempat berbeda Candra dan kru film “Psikopat” berkumpul di halaman belakang Vila milik salah seorang bintang senior bernama Neni yang notabene adalah seorang artis kawakan istri siri dari seorang pengusaha batu bara terkenal. Vila dengan lahan cukup luas y
Tok ... Tok ... Tok ...“Bintang! Jani...!” panggil seorang kru film dari pintu luar kamar Bintang dan Anjani kala jam menunjukkan pukul sembilan pagi.“Ya Bang..., bentar kami gabung.” Terdengar suara Bintang dari dalam kamar.Setelah itu, kru yang membangunkan Bintang itu pun berlalu dari depan pintu kamar tersebut. Sementara di dalam kamar, Bintang yang terbangun karena ketukan pintu dari kru film membangunkan Anjani yang masih tampak terlelap dalam satu selimut dengannya.“Jani! Bangun..., dipanggil tuh sama Om Teguh,” ucap Candra mengguncangkan tubuh Anjani. Kemudian Candra pun, beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi tanpa selembar kain melekat pada tubuhnya.Lima belas menit kemudian, saat Candra keluar dari kamar mandi terlihat Anjani sudah duduk di sisi tempat tidur masih dalam keadaan telanjang bulat. “Udah cepat lo mandi. Tadi Bang Amir yang ketuk kamar kita,” ujar Candra sembari membuka koper tempat pakaiannya dan memakainya.“Semalam kita begituan pake
Sesampai di Vila milik orang tuanya, Jessica pun langsung masuk ke kamarnya dan meminta pada Bibik Emi untuk membuatkan secangkir kopi seraya meminta pada Ujang untuk memberitahukan dirinya kala kedua orang tukang yang telah berjanji dengan Wijaya, bisa bertemu dengannya.“Bik Emi.., tolong buatkan kopi sekalian camilan bawa ke ruang keluarga,” perintah Jessica.“Baik Nona..., ada yang lainnya?” tanya Emi pada Jessica.“Uhm, tolong sekalian minta mang Ujang untuk ke sini,” perintahnya lagi.“Baik Nona...,” jawab Emi berlalu menuju halaman belakang mencari Ujang yang sering mencari kayu dari beberapa pohon pinus yang telah tua untuk dijadikan kayu bakar pada pemanas manual yang ada di ruangan keluarga.Sekitar lima menit kemudian, terlihat Ujang berjalan ke ruang keluarga untuk menemui Jessica.“Nona ... Mang Toha sama mang Dadang, udah datang,” tutur Ujang berdiri menghadap ke arah Jessica dengan jarak sekitar dua meter dari tempatnya berdiri.“Suruh tunggu di dekat kolam ikan yang ma
Usai Candra keluar dari Vila itu, Jessica yang tak mengetahui kalau Dewi menguping sumpah serapah atas diri Candra, baru menyadari kalau ia belum menutup sambungan telepon dari sahabatnya. Dan wanita cantik yang sebenarnya tidak suka menyimpan segala masalah pribadinya, akhirnya mau tidak mau mengatakan apa yang terjadi pada dirinya lewat sambungan telepon pada sahabatnya.“Wi! Elo masih di sana kan?” tanya Jessica dalam sambungan telepon.“Iya,” jawab singkat Dewi tanpa ingin mendesak masalah yang terjadi pada sahabatnya.“Wi..., gue ... Uhm, gue ... Salah jalan. Dan begundal itu kagak sebaik dan sepolos yang elo kira. Lelaki jahanam itu memperkosa gue!” pekik Jessica dengan suara parau menahan tangis dan luka yang teramat dalam hatinya.Sesaat kemudian, tangis Jessica pun pecah. Ada rasa sakit menyusup dalam hatinya kala teringat suatu peristiwa yang tak diduga sama sekali atas kenakalan Candra pada dirinya. Lewat sambungan telepon itu, Jessica dalam tangisnya menceritakan kronologi
Jessica kembali ke Jakarta dan meninggalkan surat dari Candra pada laci kamarnya di Vila Ciwidey. Selama dua hari Jessica melepas lelah dan kepenatannya di daerah pegunungan yang sejuk. Rutinitas yang biasa di jalani pada perusahaan ekspor impor yang telah digeluti oleh keluarganya diganti dengan melihat kebun teh serta menikmati kebersamaan bersama kedua orang tuanya usai Wijaya di perbolehkan ke rumah pasca selesai operasi.Sepanjang perjalanan itu, Jessica yang biasanya senang melihat berita tentang gosip seputar artis dan kehidupannya, kini sama sekali tidak berani membuka berita seputar artis. Karena Jessica tidak ingin melihat wajah Candra atau dalam dunia keartisan mempunyai nama Bintang. Seorang lelaki tampan muda berbakat yang memiliki multi talenta sebagai artis. Terlebih Candra selalu bersikap ramah dan bersahabat pada awak media serta selalu terkena cinta lokasi dengan lawan jenisnya sehingga gosip tentang dirinya sering beredar di berita Infotainment.‘Semoga aja gue kagak
Keesokan harinya, Jessica yang punya janji dengan Santi di jam 9 pagi, telah berada di kantornya sekitar pukul delapan lewat sepuluh menit. Usai Intan menghidangkan kopi, ia pun kembali ke ruangannya dan mulai menghubungi beberapa orang yang hari ini akan bertemu dengan Jessica. “Permisi ... Mbak, saya Santi mau bertemu dengan Ibu Jessica,” sapa Santi bersama dua orang lelaki dengan postur tubuh tinggi serta wajah maskulin.“Oh, baik Buu, silakan..., Ibu Jessica sudah menunggu,” jawab Intan saat jam menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi dari jadwal pertemuan pukul sembilan pagi.Intan mengantarkan ketiga tamu yang terdiri dari seorang wanita sebaya dengan Jessica dan dua orang anak muda berusia sekitar dua puluh lima. Kemudian, ketiga tamu duduk di sebuah sofa yang berada di ruang tamu yang letaknya persis di depan meja kerja Jessica.Jessica yang sedang duduk di meja kerjanya beranjak dari kursinya usai Intan melaporkan kedatangan Santi dan kedua model yang dijanjikannya beberapa