Dua bulan kemudian pada hari Sabtu pagi, Monica dan Wijaya yang telah sembuh dari patah kakinya berkunjung ke rumah Jessica setelah pertemuan Monica dengan sahabatnya Erin yang rencananya menjodohkan Jessica dengan putra sahabatnya yang telah lama di Jerman.“Jessica ... Jessi...,” panggil Monica saat memasuki rumah yang dijadikan tempat tinggal oleh putri semata wayangnya.“Pagi Nyonya ... Tuan ... Nona Jessica masih tidur,” tutur Kani menyambut kedatangan kedua orang tua Jessica.“Apa Jessi pulang malam dan mabuk tiap hari?” tanya Monica menginterogasi pembantunya.“Nona Jessi memang pulang malam. Tapi, nggak mabuk Nyonya..., sepertinya habis pulang kantor,” tutur Kani kembali.“Kok Sepi ... Kemana Wati?” tanya Monica kembali pada Kani.“Mbak Wati berhenti bekerja, Nyonya..., katanya dia dipaksa menikah dengan kakak iparnya sendiri. Soalnya, kakak perempuannya stroke. Begitu yang saya dengar,” jawab Kani menjelaskan salah seorang pelayan di rumah putrinya.“Oh, begitu ... Ya sudah ka
Monica yang melihat raut wajah putrinya berubah drastis pun bertanya, “Jessica..., apa kamu sudah punya pacar? Kenapa kamu nggak katakan ke Mami? Sekarang Mami harus ngomong apa sama tante Iren?” Dengan menelan salivanya, Jessica menjawab, “Mami..., dia itu lelaki gila yang uber-uber Jessi. Sama sekali Jessi nggak suka sama dia. Kami bertemu di Night Club. Abaikan aja lelaki itu. Makanya, setiap dia kirim apa pun, Jessi suruh buang.”Jessica menarik napas lega usai menceritakan tentang Candra pada Monica. Setidaknya beban yang sekiranya terasa berat sudah terangkat walau pun hanya sedikit. Kemudian, Monica yang mendengar penuturan dari Jessica kembali menanyakan status dan pekerjaan dari lelaki yang menguber-uber dirinya.“Lelaki itu kerja dimana? Apa dia sudah punya istri?” tanya Monica menatap lekat wajah putrinya.“Mii.., Jessi nggak tau dia kerja dimana. Jessi waktu itu hanya kasihan sama dia, waktu dipukul sama sekuriti di Night Club, karena nggak bayar minumannya. Hanya itu saj
Keesokan harinya, sekitar pukul sepuluh pagi keluarga Irene datang bersama putranya Endrawan dan suami ke rumah Jessica. Terlihat kesibukan di rumah tersebut dimana, kedua pelayan membawa hadiah yang dibawa oleh keluarga Irene.“Irene ... Ini putriku, Jessica,” sambut Monica mengenalkan putri semata wayangnya.“Cantiknya ...Wah..., aku sungguh beruntung akan memiliki menantu secantik putrimu, Monik!” seru Irene saat melihat Jessica dengan pakaian berwarna pink muda.“Monica ... Aku ajak juga ini, putri bungsuku. Biar dia lihat calon ipar cantiknya. Ayo Imelda, kenalan dulu sama calon kakak iparmu,” perintah Irene pada putrinya yang tersenyum manis ke arah Jessica.“Hai Kak Jessi ... Kenalkan aku Imelda, adik kesayangan Kak Endrawan. Kelak kalau kakak sudah menikah dengan kakakku, tolong kasih waktu kami satu hari untuk bersama. Karena aku juga kangen sama kakakku,” pinta Imelda terus terang pada Jessica.Jessica tampak hanya tersenyum lebar tanpa menimpali ucapan dari seorang wanita b
Jessica masuk ke dalam rumah dan langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa memedulikan Monica dan Irene yang tampak tengah membuka album foto di ruang keluarga. Sepintas Monica terlihat menoleh ke arah Jessica yang masuk ke kamarnya yang berada persis di depan ruang keluarga di saat Irene sang sahabat mamanya tengah asyik fokus pada album kenangan kala Jessica kecil. Sementara Wijaya dipastikan sedang berada di luar rumah untuk melihat suasana perumahan yang di tempati Jessica. Monica yang melihat Jessica masuk ke dalam kamar dan merasa ada sesuatu yang terjadi di antara Endrawan dan Jessica, segera wanita paruh baya tersebut meminta izin pada sahabatnya untuk masuk ke dalam kamar Jessica.“Irene, aku tinggal dulu sebentar ya,” izin Monica pada sahabatnya.“Ya, silakan..., apa kamu mau menunjukkan beberapa piala dan piagam yang di dapat oleh putrimu?” tanya Irene tersenyum menoleh ke arah Monica dan kembali mengamati gambar foto pada album yang di pegangnya.Monica yang tahu telah terja
Hari pertunangan yang direncanakan pun terwujud. Tepat pada hari Sabtu, keluarga Endrawan membawa seserahan pada keluarga Atmaja. Kebaya berwarna ungu muda membungkus tubuh Luna yang tampak agak berisi hingga pada saat fiting baju, pemilik butik harus membesarkan ukurannya sampai dua inci. Keluarga Atmaja pun hadir, saat acara seserahan tersebut. Mereka langsung dijamu dengan makanan dan minuman ringan serta saling berbasa-basi antara yang satu dengan yang lain. Sampai akhirnya, paman dari Endrawan yang dituakan oleh keluarga Sasongko berbicara atas nama keluarga Sasongko saat akan melakukan lamaran tersebut.Bertempat di rumah Jessica yang cukup luas dan ruang keluarga dan ruang tamu dijadikan acara perhelatan itu yang diisi oleh dekorasi serta beberapa tulisan serta prasmanan yang telah disiapkan pada halaman samping dan belakang rumah mewah itu. Beberapa kerabat duduk di lantai yang di lapisi permadani lembut dan tebal berwarna biru tua. Kemudian, acara pun di mulai oleh pihak kelu
“Jessi..., kamu itu udah bukan anak kecil lagi. Tolong katakan pada mami, siapa lelaki calon papi dari bayimu?” tanya Monica mengernyitkan dahinya dan memegang tangan Jessica.Terlihat Jessica mengusap kasar wajahnya dan memejamkan matanya. Lalu wanita cantik itu berkata, “Mami ... Tolong batalkan pertunangan ini. Maaf untuk kekacauan yang sudah Jessi lakukan.”Mendengar apa yang dikatakan putri semata wayangnya yang terlihat bingung dengan kehamilan pada dirinya, Monica menjawab ucapan putrinya.“Sayang ... Mami nggak bisa meninggalkan kamu sendirian di kamar dalam keadaan kacau seperti ini. Biarkan Mami di kamarmu,” bantah Monica tetap duduk di sisi tempat tidur Jessica.“Mami, Tante Irene dan Papi..., tolong kasih waktu Jessica untuk sendiri di kamar ini..., nanti akan Jessi katakan apa yang terjadi,” pinta Jessica memohon pengertian pada ketiga orang tua yang masuk ke kamarnya.Monica, Irene dan Wijaya keluar kamar dengan pikiran yang semerawut. Bagaimana tidak? Di perhelatan pert
“Jes! Serius elo hamil sama si Bintang? Eh! Maksud gue sama si Candra?” tanya Dewi dalam sambungan telepon.“Iya Wi..., makanya gue bingung gimana cara gue kasih tau dia. Ya, kalau dia percaya. Kalau kagak gimana?” ungkap kegelisahan hati Jessica dan menceritakan seluruh kejadian tanpa sensor.“Jessi ... Jessi ... Gue kagak habis pikir. Masa iya elo di perkosa kagak terasa. Apa karena kelewat enak?” Ledek Dewi dalam sambungan telepon.“Udahlah Wi..., elo jangan bercanda seperti itu. Benci gue kalau mengingatnya,” keluh Jessica sembari memijat-mijat kepalanya.“Iya gue mengerti masalah elo. Berarti elo hamil udah mau tiga bulan dong? Kenapa gue perlu tanya hal ini? Karena gue kalau ditanya sama artis itu, gue kasih tau juga kalau diperut elo itu anaknya. Rencananya gue mau kasih tau si artis itu” tegas Dewi.“Iya, kalau dari kejadian itu, sekitar 3 bulanan, Tapi gue minta sama elo, tolong jangan cerita tentang kondisi gue sama artis itu. Karena sejak awal kan dia udah gue tolak,” ung
Dua hari pasca lamaran, kedua orang tua Jessica telah kembali ke Ciwidey untuk mempersiapkan hari pernikahan putrinya yang akan dilaksanakan satu bulan lagi. Rencananya, mereka akan menggelar pernikahan putrinya di Bandung dalam prosesi sederhana dan hanya di hadiri oleh keluarga dan sahabat terdekat. Hal itu dilakukan untuk menutupi kondisi Jessica yang telah berbadan dua. Maka kesepakatan itu diambil, agar tidak ada beban mental dari Jessica. Seperti hari ini, Jessica tidak masuk ke kantor. Wanita cantik itu memilih untuk bekerja dari rumahnya. Dia juga ada janji dengan Dewi, sahabatnya yang akan bertamu ke rumah itu dua hari pasca dirinya melangsungkan pertunangan.Seperti pagi ini, Jessica yang begitu risau dengan hatinya akhirnya menghubungi Dewi yang dirasa sangat lama ditunggunya.“Halo! Wi ... Dimana lo?” tanya Jessica dengan mengusap wajah cantiknya ketika dirinya tampak sedang bermalas-malasan di kamarnya.“Ya, Jes ... Gue udah masuk kompleks perumahan elo. Kan, gue ngomong