Keesokan harinya, sekitar pukul sepuluh pagi keluarga Irene datang bersama putranya Endrawan dan suami ke rumah Jessica. Terlihat kesibukan di rumah tersebut dimana, kedua pelayan membawa hadiah yang dibawa oleh keluarga Irene.“Irene ... Ini putriku, Jessica,” sambut Monica mengenalkan putri semata wayangnya.“Cantiknya ...Wah..., aku sungguh beruntung akan memiliki menantu secantik putrimu, Monik!” seru Irene saat melihat Jessica dengan pakaian berwarna pink muda.“Monica ... Aku ajak juga ini, putri bungsuku. Biar dia lihat calon ipar cantiknya. Ayo Imelda, kenalan dulu sama calon kakak iparmu,” perintah Irene pada putrinya yang tersenyum manis ke arah Jessica.“Hai Kak Jessi ... Kenalkan aku Imelda, adik kesayangan Kak Endrawan. Kelak kalau kakak sudah menikah dengan kakakku, tolong kasih waktu kami satu hari untuk bersama. Karena aku juga kangen sama kakakku,” pinta Imelda terus terang pada Jessica.Jessica tampak hanya tersenyum lebar tanpa menimpali ucapan dari seorang wanita b
Jessica masuk ke dalam rumah dan langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa memedulikan Monica dan Irene yang tampak tengah membuka album foto di ruang keluarga. Sepintas Monica terlihat menoleh ke arah Jessica yang masuk ke kamarnya yang berada persis di depan ruang keluarga di saat Irene sang sahabat mamanya tengah asyik fokus pada album kenangan kala Jessica kecil. Sementara Wijaya dipastikan sedang berada di luar rumah untuk melihat suasana perumahan yang di tempati Jessica. Monica yang melihat Jessica masuk ke dalam kamar dan merasa ada sesuatu yang terjadi di antara Endrawan dan Jessica, segera wanita paruh baya tersebut meminta izin pada sahabatnya untuk masuk ke dalam kamar Jessica.“Irene, aku tinggal dulu sebentar ya,” izin Monica pada sahabatnya.“Ya, silakan..., apa kamu mau menunjukkan beberapa piala dan piagam yang di dapat oleh putrimu?” tanya Irene tersenyum menoleh ke arah Monica dan kembali mengamati gambar foto pada album yang di pegangnya.Monica yang tahu telah terja
Hari pertunangan yang direncanakan pun terwujud. Tepat pada hari Sabtu, keluarga Endrawan membawa seserahan pada keluarga Atmaja. Kebaya berwarna ungu muda membungkus tubuh Luna yang tampak agak berisi hingga pada saat fiting baju, pemilik butik harus membesarkan ukurannya sampai dua inci. Keluarga Atmaja pun hadir, saat acara seserahan tersebut. Mereka langsung dijamu dengan makanan dan minuman ringan serta saling berbasa-basi antara yang satu dengan yang lain. Sampai akhirnya, paman dari Endrawan yang dituakan oleh keluarga Sasongko berbicara atas nama keluarga Sasongko saat akan melakukan lamaran tersebut.Bertempat di rumah Jessica yang cukup luas dan ruang keluarga dan ruang tamu dijadikan acara perhelatan itu yang diisi oleh dekorasi serta beberapa tulisan serta prasmanan yang telah disiapkan pada halaman samping dan belakang rumah mewah itu. Beberapa kerabat duduk di lantai yang di lapisi permadani lembut dan tebal berwarna biru tua. Kemudian, acara pun di mulai oleh pihak kelu
“Jessi..., kamu itu udah bukan anak kecil lagi. Tolong katakan pada mami, siapa lelaki calon papi dari bayimu?” tanya Monica mengernyitkan dahinya dan memegang tangan Jessica.Terlihat Jessica mengusap kasar wajahnya dan memejamkan matanya. Lalu wanita cantik itu berkata, “Mami ... Tolong batalkan pertunangan ini. Maaf untuk kekacauan yang sudah Jessi lakukan.”Mendengar apa yang dikatakan putri semata wayangnya yang terlihat bingung dengan kehamilan pada dirinya, Monica menjawab ucapan putrinya.“Sayang ... Mami nggak bisa meninggalkan kamu sendirian di kamar dalam keadaan kacau seperti ini. Biarkan Mami di kamarmu,” bantah Monica tetap duduk di sisi tempat tidur Jessica.“Mami, Tante Irene dan Papi..., tolong kasih waktu Jessica untuk sendiri di kamar ini..., nanti akan Jessi katakan apa yang terjadi,” pinta Jessica memohon pengertian pada ketiga orang tua yang masuk ke kamarnya.Monica, Irene dan Wijaya keluar kamar dengan pikiran yang semerawut. Bagaimana tidak? Di perhelatan pert
“Jes! Serius elo hamil sama si Bintang? Eh! Maksud gue sama si Candra?” tanya Dewi dalam sambungan telepon.“Iya Wi..., makanya gue bingung gimana cara gue kasih tau dia. Ya, kalau dia percaya. Kalau kagak gimana?” ungkap kegelisahan hati Jessica dan menceritakan seluruh kejadian tanpa sensor.“Jessi ... Jessi ... Gue kagak habis pikir. Masa iya elo di perkosa kagak terasa. Apa karena kelewat enak?” Ledek Dewi dalam sambungan telepon.“Udahlah Wi..., elo jangan bercanda seperti itu. Benci gue kalau mengingatnya,” keluh Jessica sembari memijat-mijat kepalanya.“Iya gue mengerti masalah elo. Berarti elo hamil udah mau tiga bulan dong? Kenapa gue perlu tanya hal ini? Karena gue kalau ditanya sama artis itu, gue kasih tau juga kalau diperut elo itu anaknya. Rencananya gue mau kasih tau si artis itu” tegas Dewi.“Iya, kalau dari kejadian itu, sekitar 3 bulanan, Tapi gue minta sama elo, tolong jangan cerita tentang kondisi gue sama artis itu. Karena sejak awal kan dia udah gue tolak,” ung
Dua hari pasca lamaran, kedua orang tua Jessica telah kembali ke Ciwidey untuk mempersiapkan hari pernikahan putrinya yang akan dilaksanakan satu bulan lagi. Rencananya, mereka akan menggelar pernikahan putrinya di Bandung dalam prosesi sederhana dan hanya di hadiri oleh keluarga dan sahabat terdekat. Hal itu dilakukan untuk menutupi kondisi Jessica yang telah berbadan dua. Maka kesepakatan itu diambil, agar tidak ada beban mental dari Jessica. Seperti hari ini, Jessica tidak masuk ke kantor. Wanita cantik itu memilih untuk bekerja dari rumahnya. Dia juga ada janji dengan Dewi, sahabatnya yang akan bertamu ke rumah itu dua hari pasca dirinya melangsungkan pertunangan.Seperti pagi ini, Jessica yang begitu risau dengan hatinya akhirnya menghubungi Dewi yang dirasa sangat lama ditunggunya.“Halo! Wi ... Dimana lo?” tanya Jessica dengan mengusap wajah cantiknya ketika dirinya tampak sedang bermalas-malasan di kamarnya.“Ya, Jes ... Gue udah masuk kompleks perumahan elo. Kan, gue ngomong
Sementara itu, Bintang dan Anjani yang telah terikat pertunangan tengah melakukan pertemuan dengan EO pernikahan yang akan mereka pakai. Mereka melakukan meeting demi tercapainya sebuah perhelatan pernikahan yang terkesan cukup bagus. Ada sedikit perbedaan dalam meeting tersebut antara keinginan Anjani dan Bintang, hingga mereka sempat berdebat cukup keras.“Mbak Niken, saya mau tempat duduk mereka nggak usah di pisah dengan memberikan kelas A atau B. Karena mereka semua teman saya. Jadi tempat duduknya sembarang aja Mbak. Jangan buat perbedaan antara artis yang baru muncul sama yang udah lama,” pinta Bintang saat meeting pada EO tersebut.Anjani yang kesal dengan keputusan Bintang, ikut ngotot dan tetap pula pada keputusannya, “Aku mau membedakan teman-teman artis yang hadir dari tempat duduknya! Kamu pikir, mereka itu bakal jadi teman-teman kita semua? Diantara mereka itu ada beberapa orang munafik. Sebenarnya aku malas mengundang mereka ... Kamu nya aja yang sok baik!” sengit Anjan
Anjani yang kini berada di salon Dixon, telah melakukan perawatan tubuh selama 1 jam. Dan disaat Anjani tengah melakukan perawatan akhir pada bagian rambutnya yang akan di creambath, terdengar nada bip DM pada ponselnya. Artis dengan wajah yang sudah dilakukan operasi ada hidung dan dagunya itu pun membaca DM dari ponsel Bintang yang ada padanya.[Aku nggak akan ke sana, kalau ini bukan Bintang! Aku hanya perlu bicara dengan Bintang!]Membaca jawaban DM tersebut, membuat Anjani semakin kesal dengan membalas kembali apa yang di katakan oleh Dewi.[Dasar cewek gila! Eh... Asal kamu tau ya..., sebentar lagi aku akan di jemput sama calon suamiku Bintang! Jadi kamu bisa bertemu dan bicara langsung di hadapan aku! Kalau memang kamu hamil, aku akan batalkan pernikahan kami! Paham kamu? Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa hubungi aku. Ini aku kasih nomor teleponku 081xxx]Anjani yang merasa kesal dengan DM yang baginya tak jelas itu pun, mengirimkan nomor teleponnya dan merasa yakin kalau Bin