Share

Bab 2 : Kesucian Jessica

Kenikmatan yang dirasakan berulang kali oleh, menyisakan rasa perih bercampur rasa nikmat yang belum pernah dirasanya. Wanita cantik itu masih mengira kalau ia tengah bermimpi basah. Maka, usai menikmati tubuh Jessica yang belum terjamah, pemuda tampan itu pun kembali melakukan gempuran kedua dan ketiga saat mengetahui wanita cantik yang tengah digaulinya adalah seorang perawan.

Namun, Jessica yang juga masih mengira dirinya bermimpi saat menikmati setiap sentuhan yang dilakukan oleh pemuda tersebut, hanya mampu menikmati dan mengerang hebat untuk kesekian kalinya. Pemuda tampan itu juga tidak melepas kesempatan dengan terus merasakan kenikmatan luar biasa dengan memberikan rasa nikmat pada Jessica yang masih saja memejamkan mata diantara desahan dan erangannya.

Hingga akhirnya, Jessica kembali mengerang hebat, saat pemuda tampan itu menggempurnya habis-habisan hingga mencapai klimaks pada dirinya dan Jessica yang kian mengerang hebat.

Lalu, untuk keempat kalinya, pemuda tampan itu menyemprotkan cairan hangat ke rahim Jessica yang masih mengira kalau ia mimpi bercumbu dengan seorang pria.

Usai empat babak menikmati tubuh seorang perawan, pemuda itu pun membersihkan diri. Pemuda tampan tersebut sejenak terdiam dan memikirkan kejadian yang dilewatinya. Setelah 15 menit terdiam, samar-samar pemuda tersebut teringat rangkaian peristiwa yang terjadi. Ia juga teringat atas kebaikan hati Jessica yang membayar minumannya.

“Ternyata cewek ini masih perawan. Pantas aja, punyaku terus aja kenceng. Aduh, rasanya enak banget. Begini rasanya dapat perawan. Tapi, sekarang aku harus bagaimana?” tanyanya bermonolog seraya menatap tubuh Jessica yang penuh dengan tanda merah pada kedua gunung kembarnya yang masih tampak montok.

Belum sempat berpikir lebih jauh menyangkut perbuatannya, terdengar ketukan pintu pada kamar tersebut. Pemuda itu pun bergegas menutup tubuh Jessica yang tanpa selembar kain dengan selimut tebal. Dan pemuda tampan itu kembali duduk di sofa, kala ia menjawab ketukan pada pintu kamar itu. Wati pun, membawakan pakaian dan celana panjangnya saat jam menunjukkan pukul 8 pagi.

“Udah bangun Tuan? Apa Nona Jessica masih tertidur pulas?” tanya Wati melihat tubuh Jessica tertutup rapat oleh selimut sembari menyerahkan pakaian dan celana pemuda tersebut.

“Iya masih tidur. Terima kasih sudah mencuci pakaian saya," ucapnya.

“Maaf mau tanya, Tuan pacarnya Nona Jessica? Nama Tuan siapa? Soalnya Nyonya sama Tuan besar suka tanya ke saya, siapa aja teman-teman Nona Jessica,” tanya Wati menatap wajah tampan pemuda itu.

“Nama saya, Candra ... maaf, apa bisa keluar sebentar? Saya mau pakai baju dan celana dulu,” pinta pemuda yang mengenalkan diri bernama Candra, tanpa menjawab pertanyaan lainnya.

“Hehehehehe..., iya ... lupa saya. Silakan Tuan Candra. Habis ini kalau mau sarapan sudah disiapkan. Saya dengan Wati, Tuan,” tutur Wati tersenyum malu dan keluar dari kamar Jessica.

Setelah Wati keluar dari kamar, bergegas Candra memakai pakaiannya. Sejenak ia terdiam. Kemudian, pemuda tampan itu mendekati sebuah meja kerja yang berada persis di sebelah meja rias Jessica.

Dirobeknya secarik kertas yang ada di meja. Kemudian Candra menuliskan sebuah surat pendek untuk Jessica dan menaruhnya di meja rias berikut bolpoin yang digunakannya.

Setelah itu, Candra pun keluar dari kamar dan melangkahkan kakinya menuju pintu keluar serta berpamitan pada ketiga asisten rumah tangga yang tengah merapikan rumah.

“Bik Wati, saya balik dulu. Sampaikan saja salam saya untuk Nona Jessica,” ucap Candra.

Kemudian dengan tergesa, pemuda tampan itu melangkahkan kaki keluar dari rumah dan pintu gerbang dengan melangkah panjang serta menjauhi rumah mewah milik Jessica.

Sekitar pukul sepuluh pagi, setelah dua jam Candra pergi dari rumah mewah itu, Jessica terbangun dengan perih pada bagian bawahnya dan rasa lalah pada sekujur tubuhnya. Saat wanita cantik itu membuka matanya, ia pun terkejut bukan kepalang, saat mendapati dirinya dalam keadaan bugil.

“AAAAAH! Watiiiii!” teriak Jessica memanggil asisten rumah tangganya, saat melihat kondisi dirinya yang tanpa pakaian. Seketika tubuhnya juga menggigil saat melihat bercak merah pada sepreinya dan merasa perih pada bagian bawahnya.

Dalam hatinya pun bergumam, 'Siapa yang udah memperkosa aku? Bukannya dini hari selepas ditempat tidur aku sudah pakai pakaian tidur dan terlelap nyenyak? Bahkan aku ... bermimpi....'

Tergopoh-gopoh Wati masuk ke dalam kamar Jessica dan melihat Nona cantiknya menutupi tubuhnya dengan selimut. Wati juga melihat wajah Jessica yang pucat pasi dengan pandangan kosong ke depan. Dan hal itu, jelas membuat Wati merasa ada yang tak beres dengan sang majikan.

“Ada apa Non? Kenapa Nona kelihatan pucat sekali? Ada apa?” tanya Wati gusar melihat kondisi Jessica yang tampak bingung atas dirinya sendiri.

“Apa rumah ini dibobol perampok?” tanya Jessica menatap tajam pada Wati.

“Perampok? Nggak Non ... Memang ada barang Nona yang hilang?” tanya Wati kembali, mengamati wajah Jessica yang dipikirnya masih mabuk.

Mendengar jawaban Wati, membuat Jessica terdiam, menunduk dan memandang kebagian tubuhnya yang ditutupi oleh selimut.

Jessica pun bertanya dalam hatinya, ‘Siapa yang cipok kedua gunung aku? Perasaan semalam aku cuma mimpi berhubungan, kok malah aku merasa bagian bawahku perih? Apa ada yang jebol keperawanan aku? Atau ... karena aku mabuk makanya pakai bolpoin aku tusuk anuku?’

“Nona Jessi, apa yang terjadi? Yakin, nggak ada perhiasan Nona yang hilang? Soalnya pemuda yang namanya Candra perginya tergesa-gesa, waktu ditawari sarapan malah nggak mau. Dia saya lihat malah jalan kaki menjauhi rumah ini," urai Wati atas sosok Candra.

“Pemuda ... Candra? Siapa dia?!” tanya Jessica dengan mata membulat.

Wati yang bingung atas pertanyaan Jessica, memandang lekat Nona mudanya dan menjelaskan secara rinci kejadian dini hari.

“Iya Non ... malah sebelum pergi, tadi pemuda tampan itu titip salam untuk Nona. Memang ada apa Non? Apa pemuda itu orang jahat?” imbuh Wati usai menjelaskan secara rinci peristiwa dini hari.

“Ya Tuhan....,” rintih Jessica menutup wajahnya dengan selimut.

Wati yang bingung dengan reaksi Jessica usai membeberkan apa yang terjadi dengannya kembali bertanya saat duduk disisi tempat tidur majikannya.

“Non Jessi, apa pemuda itu mencuri perhiasan? Uang atau barang berharga milik Nona? Kalau gimana, kita lapor polisi aja,” saran Wati melihat Jessica yang masih menutupi wajahnya dengan selimut.

Menyadari yang terjadi dengannya, Jessica membuka selimut yang menutupi wajahnya dan berkata dengan wajah lesu, “Bawa sarapanku ke kamar. Aku lapar."

“Baik Non,” jawab Wati memandang ke sekeliling kamar sang majikan, karena Wati pikir, kalau pemuda bernama Candra itu telah mencuri di kamar Jessica.

Namun, sejurus kemudian dilihat oleh Wati, sebuah tulisan dengan huruf kapital pada meja rias majikannya.

“Nona ... Ada selembar kertas putih tulisannya untuk Nona Jessica. Bisa jadi ini dari Candra,” ungkap Wati menunjuk ke arah kertas yang atasnya berisi bolpoin.

“Ya bawa sini,” pinta Jessica.

Wati mengambil selembar kertas yang bagian belakangnya memang hanya bertuliskan teruntuk Jessica. Namun, pada bagian lainnya ada tulisan tangan serta nama Candra tertera pada bagian surat yang ditulisnya.

“Ini Nona,” ucap Wati menyerahkan kertas putih dan berlalu dari hadapan Jessica.

Dengan tangan gemetar, Jessica membaca setiap bait yang ditulis oleh pemuda bernama Candra.

[Teruntuk Jessica : Maaf, atas apa yang aku lakukan padamu. Kita bertemu dalam waktu dan tempat yang salah. Namun, aku salut padamu yang mampu mempertahankan kesucianmu. Maafkan aku yang sudah merampasnya darimu. Aku bahagia sekali. Tapi, aku juga bersedih atas nasibmu. Temui aku jika kamu mau aku bertanggung jawab– Candra Wiguna]

“Dasar begundal kurang ajar! Berani-beraninya dia memperdayai aku! Harusnya semalam aku membiarkan pemuda brengsek itu mati dipukuli. Dasar brengsek!!” umpat Jessica sejadinya usai membaca surat dari Candra, pemuda yang telah merampas mahkota berharga dari dirinya.

PRAAAK!

Sebuah ponsel yang dipegang oleh Jessica pun, dilempar dengan kuat ke arah dinding di sebelah tempat tidurnya hingga hancur berantakan. Wati yang melihat kemarahan Jessica saat membawakan sarapan ke kamar, sangat terkejut dengan kemarahan yang selama ini tidak pernah diperlihatkan pada Jessica.

“Ma-maaf Nona ... Sa-sarapannya, mau di di-ta-ruh dimana?” tanya Wati gugup dan gemetaran.

“Taruh di meja itu!” jawab Jessica menunjuk meja di depan sofa tanpa menoleh ke arah Wati.

Setelah dilihat Wati meletakkan sarapannya, Jessica pun berkata tegas pada Wati, “Kalau papi mami telepon kamu, bilang aja aku masih sibuk! Ingat! Jangan masuk ke kamar ini kecuali aku yang minta!”

Dengan menundukkan kepala, Wati menjawab, “Baik Nona.”

Setelah Wati keluar dari kamarnya, Jessica dengan selimut yang menutupi tubuhnya berjalan menuju pintu kamar dan mengunci pintu tersebut.

Setelah itu, tubuh Jessica pun melorot ke lantai depan kamarnya dan menangis sesenggukan dengan memukul-mukul pintu yang ditutupnya serta berteriak keras.

“Bangsat kamu, Candra!!!!!”

Setelah itu, Jessica melempar gelas, piring dan mangkuk yang berada di meja depan sofa ke arah meja riasnya usai ia memandangi tubuhnya yang sudah tidak lagi suci. Jessica pun terus berteriak dan mengumpat Candra dengan kata-kata kasar.

PRAAAK!!

PRAAAK!!

“Dasar lelaki brengsek! Sekarang aku harus bagaimana? BANGSAT!!!” teriak Jessica.

Mendengar teriakan dan umpatan Jessica di dalam kamar di tambah tangisan nona mudanya, membuat seluruh pekerja di rumah itu hanya diam membisu. Terlebih Wati yang telah diwanti-wanti oleh Jessica untuk tidak masuk ke kamarnya dan membohongi kedua orang tuanya jika menghubunginya, tidak mampu berbuat apa-apa kecuali terus mendengar suara teriakan dari dalam kamar Jessica diikuti dengan bunyi suara benda keras.

Setelah puas memorak-porandakan kamarnya, Jessica yang telah melampiaskan amarahnya di kamarnya, masuk ke dalam kamar mandi. Dengan menyalakan air shower, Jessica duduk dan menangis sesenggukan.

Ia sangat kecewa dengan kejahatan yang dilakukan oleh Candra Wiguna terhadap dirinya. Kebaikan hatinya menolong pemuda itu, membuka jalan kehancuran dirinya yang selama ini selalu menjaga kesuciannya yang sangat dibanggakan. Selama ini, Jessica selalu menjunjung tinggi nilai kesucian seorang wanita. Nanun, kini ia seperti tertampar setelah semuanya hilang dalam sekejap. Semua itu karena minuman keras yang membuatnya lupa atas dirinya.

Parikesit70

Terima kasih untuk semua pembaca yang sudah mampir ke novel ini🙏🙏

| Like
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Untuk Semua Pembaca Setia GOod Novel, yang suka Novel ini Bantu beri ulasan yaa... dan komentar yg menarik. Semoga kebaikan kakak semua mendapatkan Pahala. Terima kasih(⁠✷⁠‿⁠✷⁠) Love You Sekebon♡⁠(⁠>⁠ ⁠ਊ⁠ ⁠<⁠)⁠♡
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status