Kenikmatan yang dirasakan berulang kali oleh, menyisakan rasa perih bercampur rasa nikmat yang belum pernah dirasanya. Wanita cantik itu masih mengira kalau ia tengah bermimpi basah. Maka, usai menikmati tubuh Jessica yang belum terjamah, pemuda tampan itu pun kembali melakukan gempuran kedua dan ketiga saat mengetahui wanita cantik yang tengah digaulinya adalah seorang perawan.
Namun, Jessica yang juga masih mengira dirinya bermimpi saat menikmati setiap sentuhan yang dilakukan oleh pemuda tersebut, hanya mampu menikmati dan mengerang hebat untuk kesekian kalinya. Pemuda tampan itu juga tidak melepas kesempatan dengan terus merasakan kenikmatan luar biasa dengan memberikan rasa nikmat pada Jessica yang masih saja memejamkan mata diantara desahan dan erangannya.Hingga akhirnya, Jessica kembali mengerang hebat, saat pemuda tampan itu menggempurnya habis-habisan hingga mencapai klimaks pada dirinya dan Jessica yang kian mengerang hebat.Lalu, untuk keempat kalinya, pemuda tampan itu menyemprotkan cairan hangat ke rahim Jessica yang masih mengira kalau ia mimpi bercumbu dengan seorang pria.Usai empat babak menikmati tubuh seorang perawan, pemuda itu pun membersihkan diri. Pemuda tampan tersebut sejenak terdiam dan memikirkan kejadian yang dilewatinya. Setelah 15 menit terdiam, samar-samar pemuda tersebut teringat rangkaian peristiwa yang terjadi. Ia juga teringat atas kebaikan hati Jessica yang membayar minumannya.“Ternyata cewek ini masih perawan. Pantas aja, punyaku terus aja kenceng. Aduh, rasanya enak banget. Begini rasanya dapat perawan. Tapi, sekarang aku harus bagaimana?” tanyanya bermonolog seraya menatap tubuh Jessica yang penuh dengan tanda merah pada kedua gunung kembarnya yang masih tampak montok.Belum sempat berpikir lebih jauh menyangkut perbuatannya, terdengar ketukan pintu pada kamar tersebut. Pemuda itu pun bergegas menutup tubuh Jessica yang tanpa selembar kain dengan selimut tebal. Dan pemuda tampan itu kembali duduk di sofa, kala ia menjawab ketukan pada pintu kamar itu. Wati pun, membawakan pakaian dan celana panjangnya saat jam menunjukkan pukul 8 pagi.“Udah bangun Tuan? Apa Nona Jessica masih tertidur pulas?” tanya Wati melihat tubuh Jessica tertutup rapat oleh selimut sembari menyerahkan pakaian dan celana pemuda tersebut.“Iya masih tidur. Terima kasih sudah mencuci pakaian saya," ucapnya.“Maaf mau tanya, Tuan pacarnya Nona Jessica? Nama Tuan siapa? Soalnya Nyonya sama Tuan besar suka tanya ke saya, siapa aja teman-teman Nona Jessica,” tanya Wati menatap wajah tampan pemuda itu.“Nama saya, Candra ... maaf, apa bisa keluar sebentar? Saya mau pakai baju dan celana dulu,” pinta pemuda yang mengenalkan diri bernama Candra, tanpa menjawab pertanyaan lainnya.“Hehehehehe..., iya ... lupa saya. Silakan Tuan Candra. Habis ini kalau mau sarapan sudah disiapkan. Saya dengan Wati, Tuan,” tutur Wati tersenyum malu dan keluar dari kamar Jessica.Setelah Wati keluar dari kamar, bergegas Candra memakai pakaiannya. Sejenak ia terdiam. Kemudian, pemuda tampan itu mendekati sebuah meja kerja yang berada persis di sebelah meja rias Jessica.Dirobeknya secarik kertas yang ada di meja. Kemudian Candra menuliskan sebuah surat pendek untuk Jessica dan menaruhnya di meja rias berikut bolpoin yang digunakannya.Setelah itu, Candra pun keluar dari kamar dan melangkahkan kakinya menuju pintu keluar serta berpamitan pada ketiga asisten rumah tangga yang tengah merapikan rumah.“Bik Wati, saya balik dulu. Sampaikan saja salam saya untuk Nona Jessica,” ucap Candra.Kemudian dengan tergesa, pemuda tampan itu melangkahkan kaki keluar dari rumah dan pintu gerbang dengan melangkah panjang serta menjauhi rumah mewah milik Jessica.Sekitar pukul sepuluh pagi, setelah dua jam Candra pergi dari rumah mewah itu, Jessica terbangun dengan perih pada bagian bawahnya dan rasa lalah pada sekujur tubuhnya. Saat wanita cantik itu membuka matanya, ia pun terkejut bukan kepalang, saat mendapati dirinya dalam keadaan bugil.“AAAAAH! Watiiiii!” teriak Jessica memanggil asisten rumah tangganya, saat melihat kondisi dirinya yang tanpa pakaian. Seketika tubuhnya juga menggigil saat melihat bercak merah pada sepreinya dan merasa perih pada bagian bawahnya.Dalam hatinya pun bergumam, 'Siapa yang udah memperkosa aku? Bukannya dini hari selepas ditempat tidur aku sudah pakai pakaian tidur dan terlelap nyenyak? Bahkan aku ... bermimpi....'Tergopoh-gopoh Wati masuk ke dalam kamar Jessica dan melihat Nona cantiknya menutupi tubuhnya dengan selimut. Wati juga melihat wajah Jessica yang pucat pasi dengan pandangan kosong ke depan. Dan hal itu, jelas membuat Wati merasa ada yang tak beres dengan sang majikan.“Ada apa Non? Kenapa Nona kelihatan pucat sekali? Ada apa?” tanya Wati gusar melihat kondisi Jessica yang tampak bingung atas dirinya sendiri.“Apa rumah ini dibobol perampok?” tanya Jessica menatap tajam pada Wati.“Perampok? Nggak Non ... Memang ada barang Nona yang hilang?” tanya Wati kembali, mengamati wajah Jessica yang dipikirnya masih mabuk.Mendengar jawaban Wati, membuat Jessica terdiam, menunduk dan memandang kebagian tubuhnya yang ditutupi oleh selimut.Jessica pun bertanya dalam hatinya, ‘Siapa yang cipok kedua gunung aku? Perasaan semalam aku cuma mimpi berhubungan, kok malah aku merasa bagian bawahku perih? Apa ada yang jebol keperawanan aku? Atau ... karena aku mabuk makanya pakai bolpoin aku tusuk anuku?’“Nona Jessi, apa yang terjadi? Yakin, nggak ada perhiasan Nona yang hilang? Soalnya pemuda yang namanya Candra perginya tergesa-gesa, waktu ditawari sarapan malah nggak mau. Dia saya lihat malah jalan kaki menjauhi rumah ini," urai Wati atas sosok Candra.“Pemuda ... Candra? Siapa dia?!” tanya Jessica dengan mata membulat.Wati yang bingung atas pertanyaan Jessica, memandang lekat Nona mudanya dan menjelaskan secara rinci kejadian dini hari.“Iya Non ... malah sebelum pergi, tadi pemuda tampan itu titip salam untuk Nona. Memang ada apa Non? Apa pemuda itu orang jahat?” imbuh Wati usai menjelaskan secara rinci peristiwa dini hari.“Ya Tuhan....,” rintih Jessica menutup wajahnya dengan selimut.Wati yang bingung dengan reaksi Jessica usai membeberkan apa yang terjadi dengannya kembali bertanya saat duduk disisi tempat tidur majikannya.“Non Jessi, apa pemuda itu mencuri perhiasan? Uang atau barang berharga milik Nona? Kalau gimana, kita lapor polisi aja,” saran Wati melihat Jessica yang masih menutupi wajahnya dengan selimut.Menyadari yang terjadi dengannya, Jessica membuka selimut yang menutupi wajahnya dan berkata dengan wajah lesu, “Bawa sarapanku ke kamar. Aku lapar."“Baik Non,” jawab Wati memandang ke sekeliling kamar sang majikan, karena Wati pikir, kalau pemuda bernama Candra itu telah mencuri di kamar Jessica.Namun, sejurus kemudian dilihat oleh Wati, sebuah tulisan dengan huruf kapital pada meja rias majikannya.“Nona ... Ada selembar kertas putih tulisannya untuk Nona Jessica. Bisa jadi ini dari Candra,” ungkap Wati menunjuk ke arah kertas yang atasnya berisi bolpoin.“Ya bawa sini,” pinta Jessica.Wati mengambil selembar kertas yang bagian belakangnya memang hanya bertuliskan teruntuk Jessica. Namun, pada bagian lainnya ada tulisan tangan serta nama Candra tertera pada bagian surat yang ditulisnya.“Ini Nona,” ucap Wati menyerahkan kertas putih dan berlalu dari hadapan Jessica.Dengan tangan gemetar, Jessica membaca setiap bait yang ditulis oleh pemuda bernama Candra.[Teruntuk Jessica : Maaf, atas apa yang aku lakukan padamu. Kita bertemu dalam waktu dan tempat yang salah. Namun, aku salut padamu yang mampu mempertahankan kesucianmu. Maafkan aku yang sudah merampasnya darimu. Aku bahagia sekali. Tapi, aku juga bersedih atas nasibmu. Temui aku jika kamu mau aku bertanggung jawab– Candra Wiguna]“Dasar begundal kurang ajar! Berani-beraninya dia memperdayai aku! Harusnya semalam aku membiarkan pemuda brengsek itu mati dipukuli. Dasar brengsek!!” umpat Jessica sejadinya usai membaca surat dari Candra, pemuda yang telah merampas mahkota berharga dari dirinya.PRAAAK!Sebuah ponsel yang dipegang oleh Jessica pun, dilempar dengan kuat ke arah dinding di sebelah tempat tidurnya hingga hancur berantakan. Wati yang melihat kemarahan Jessica saat membawakan sarapan ke kamar, sangat terkejut dengan kemarahan yang selama ini tidak pernah diperlihatkan pada Jessica.“Ma-maaf Nona ... Sa-sarapannya, mau di di-ta-ruh dimana?” tanya Wati gugup dan gemetaran.“Taruh di meja itu!” jawab Jessica menunjuk meja di depan sofa tanpa menoleh ke arah Wati.Setelah dilihat Wati meletakkan sarapannya, Jessica pun berkata tegas pada Wati, “Kalau papi mami telepon kamu, bilang aja aku masih sibuk! Ingat! Jangan masuk ke kamar ini kecuali aku yang minta!”Dengan menundukkan kepala, Wati menjawab, “Baik Nona.”Setelah Wati keluar dari kamarnya, Jessica dengan selimut yang menutupi tubuhnya berjalan menuju pintu kamar dan mengunci pintu tersebut.Setelah itu, tubuh Jessica pun melorot ke lantai depan kamarnya dan menangis sesenggukan dengan memukul-mukul pintu yang ditutupnya serta berteriak keras.“Bangsat kamu, Candra!!!!!”Setelah itu, Jessica melempar gelas, piring dan mangkuk yang berada di meja depan sofa ke arah meja riasnya usai ia memandangi tubuhnya yang sudah tidak lagi suci. Jessica pun terus berteriak dan mengumpat Candra dengan kata-kata kasar.PRAAAK!!PRAAAK!!“Dasar lelaki brengsek! Sekarang aku harus bagaimana? BANGSAT!!!” teriak Jessica.Mendengar teriakan dan umpatan Jessica di dalam kamar di tambah tangisan nona mudanya, membuat seluruh pekerja di rumah itu hanya diam membisu. Terlebih Wati yang telah diwanti-wanti oleh Jessica untuk tidak masuk ke kamarnya dan membohongi kedua orang tuanya jika menghubunginya, tidak mampu berbuat apa-apa kecuali terus mendengar suara teriakan dari dalam kamar Jessica diikuti dengan bunyi suara benda keras.Setelah puas memorak-porandakan kamarnya, Jessica yang telah melampiaskan amarahnya di kamarnya, masuk ke dalam kamar mandi. Dengan menyalakan air shower, Jessica duduk dan menangis sesenggukan.Ia sangat kecewa dengan kejahatan yang dilakukan oleh Candra Wiguna terhadap dirinya. Kebaikan hatinya menolong pemuda itu, membuka jalan kehancuran dirinya yang selama ini selalu menjaga kesuciannya yang sangat dibanggakan. Selama ini, Jessica selalu menjunjung tinggi nilai kesucian seorang wanita. Nanun, kini ia seperti tertampar setelah semuanya hilang dalam sekejap. Semua itu karena minuman keras yang membuatnya lupa atas dirinya.Terima kasih untuk semua pembaca yang sudah mampir ke novel ini🙏🙏
Setelah satu jam tak terdengar teriakan dan suara tangis dalam kamar Jessica, asisten rumah tangga yang bernama Wati memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar majikannya. Wati adalah asisten pribadi yang cukup lama ikut pada keluarga Jessica. Terlebih, kedua orang tua Jessica menitipkan putri mereka kepada Wati yang selama ini sangat dipercaya oleh Keluarga Nata Atmaja.“Nona ... Non Jessi, buka Non ... Kasihanilah Bik Wati. Bagaimana kalau Tuan dan Nyonya besar tanya, hikss...,” tangis Wati di depan pintu kamar Jessica.Wati sangat cemas dengan kondisi Jessica yang ditakutkan bunuh diri. Walaupun, ia sendiri tidak mengetahui secara jelas duduk perkara yang dihadapi wanita cantik itu. Untuk ketiga kalinya, Wati kembali mengetuk pintu kamar majikannya dengan rasa takut yang teramat sangat, jika terjadi sesuatu dengan Jessica. Maka, Wati dan kedua asisten rumah tangga yang menunggu di depan pintu kamar Jessica pun menangis.“Nona, tolong buka Non ... Jangan buat Bibik kuatir. Kami sem
“Jessi, kenapa mata elo sembab banget? Habis nangis?” tanya Dewi yang main selonong masuk ke ruang keluarga menemui Jessica.“Ini kebanyakan tidur Wi! Kagak ada di kamus hidup gue nangis. Haram hukumnya. Hehehehe,” sahut Jessica menggeser bokongnya dan meminta Dewi duduk di sebelahnya.“Udahlah, jangan pakai bohong segala. Gue yakin elo lagi ada masalah. Apa ingat lagi sama mantan elo yang udah married itu? Move-on dong Jessi. Cari lah, seorang pangeran tampan yang punya perusahaan juga kayak elo. Masa sih ... cewek cantik, intelektualnya tinggi, punya perusahaan kagak laku. Mau gue pasarin? Atau gue jodohin sama anak tant....”“Stop bawel! Gue memang lagi kagak mau cari cowok. Kalau gue udah buka lowongan cari pacar..., antre dari pintu pagar gue sampe ke jalan raya. Begini aja, dari pada lo nasihati gue, mending kita ke Mal aja gimana? Gue lagi mau buang duit receh sembari cuci mata. Gue traktir dah lo ... Mumpung otak gue lagi mumet,” potong Jessica menutup ucapan Dewi sang sahabat
“Jessica..., ada apa sih sama lo? Gue liat ada hal aneh deh...,” celoteh Dewi memegang bahu Jessica yang memandang lurus ke depan untuk melihat mobil yang dibawa oleh Samsuri.“Kagak ada apa-apa. Gue merasa nggak nyaman aja liat banyak orang seperti itu,” jawab Jessica datar.Dewi yang menaruh curiga pada sahabat karibnya hanya mampu merangkul bahu Jessica dan berbisik tepat ditelinganya.“Jessi ... Gue tau ada yang elo sembunyikan dari gue. Kalau suatu saat elo mau cerita gue siap.”Mendengar apa yang dibisikkan oleh Dewi, membuat Jessica menoleh ke arah Dewi dan membantahnya, “Apa sih lo ... Ah! kagak jelas. Orang gue kagak kenapa-napa. Mungkin efek pusing semalam masih ada.”Bersamaan dengan perkataan Jessica, mobil yang dikendarai oleh Samsuri pun tepat berada di halaman Lobby Mal tersebut. Kemudian, Jessica masuk ke dalam mobil diikuti oleh Dewi. Setelah itu, mobil keluar meninggalkan area Mal menuju rumah.Di sepanjang jalan menuju rumah, Jessica hanya terdiam dengan memejamkan
Dewi yang terus mendesak perihal artis yang mengirimkan hadiah kecil kepada Jessica terus saja mendesak usai sahabatnya tetap bersikukuh menolak untuk memberikan klarifikasi atas lelaki yang saat ini digandrungi oleh banyak wanita sebagai bintang muda berbakat. Dimana ia juga suka dengan penampilan Candra Wiguna. Namun, hanya sebatas akting dan permainan filmnya.Hingga akhirnya, sebelum Dewi pulang ke rumahnya, ia pun menarik kesimpulan atas hubungan mereka usai mengingat tanda merah di bagian kenyal milik Jessica. Dengan berjalan menuju mobilnya untuk kembali ke rumah, Dewi pun berucap, “Jessi ... Gue tau sapa yang kasih tanda cupang di toket elo.”Jessica yang terkejut atas ucapan Dewi hanya menggelengkan kepalanya dan berucap, “Say..., next gue cerita sama elo. Untuk saat ini gue keep dulu..., Thanks for your time.”Mereka pun saling berpelukan dan Dewi yang tahu kalau sahabat karibnya tetap tidak mengaku atas tudingannya pun, hanya menjawab, “Ok! Gue percaya sama elo dan gue tung
Sementara itu, sesaat setelah Jessica pergi ke kantor, Candra Wiguna datang ke rumah Jessica saat jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Namun, lelaki tampan itu tak bisa menemui Jessica yang telah berangkat ke kantor. Pemuda tampan itu tampak tergesa-gesa, ketika menyambangi pos penjaga pada sisi kanan rumah mewah Jessica untuk menemui Rey, sekuriti yang telah menggantikan jam jaga Darma. Saat melihat pemuda tampan yang terlihat lebih rapi dan necis pada saat beberapa malam lalu saat dalam keadaan mabuk, Candra Wiguna jelas terlihat berbeda sehingga Rey menyambutnya dengan tersenyum ramah karena tidak mengetahui identitas dari lelaki tersebut.“Selamat pagi Pak ... mau bertemu dengan siapa? Dan dari mana?” tanya Rey keluar dari pos jaga mengamati lelaki dengan bentuk tubuh tinggi dari atas kebawah. Tubuhnya yang atletis dan pembawaannya yang tampak cool layaknya orang kaya dengan kulit putih bersih serta berpakaian bagus membuat Rey menghormati lelaki tampan tersebut.“Saya dengan Can
Santi yang mendapat penolakan dari Jessica atas diri Bintang pun, menghubungi sang artis ketika seluruh kru pendukung film berjudul Psikopat mendarat di Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara sekitar pukul 11 lewat 20 menit. Namun, panggilan telepon tersebut tidak diindahkan oleh Candra karena ramainya suasana di Bandara. Beberapa wartawan dan media cetak serta media televisi menunggu kedatangan kru film tersebut di sebuah tempat yang berada di luar area Bandara. Setelah bertemu dengan wartawan dan beberapa penggemar, mereka pun rencananya akan menuju ke Gedung Sate dalam ajang tanya jawab dan temu kangen dengan para pemain film tersebut.Dua buah minibus membawa kru dan artis yang tergabung dalam Film tersebut menuju gedung Sate yang berada di jalan Diponegoro. Jarak yang mereka tempuh sekitar 15 menit dari Bandara. Sesampai di lokasi, sebuah panggung kecil telah berada di bagian depan gedung sate. Beberapa penggemar telah hadir dan dengan antusias bertanya tentang alur dari
Sekitar jam lima kurang dua puluh menit, mobil yang dikendarai oleh Samsuri pun sampai di gedung lantai 21 tempat Jessica berkantor. Tak lama kemudian, Jessica yang telah menunggu di Lobby langsung masuk ke dalam mobil dan mobil pun meninggalkan halaman gedung tersebut berbaur dengan kendaraan lainnya. Selama dalam perjalanan menuju rumah sakit swasta yang berada di jalan Haji Juanda Bandung, digunakan oleh Jessica untuk membuka media sosial.Tanpa sengaja jemari tangannya membuka perihal artis bernama Bintang Wiguna. Sejenak Jessica memandang wajah lelaki yang telah memorak-porandakan harga dirinya. Dan saat dilihat Bintang Wiguna berpose bersama seorang wanita muda nan cantik jelita membuat hati Jessica seakan teriris, sakit. Bagaimana tidak sakit, lelaki yang telah memberikan kenikmatan dini hari ternyata bukanlah lelaki baik-baik. Terlebih lelaki tampan itu adalah seorang artis muda yang pastinya hidup sebebas burung dan tak bisa mempunyai komitmen atas apa pun, pikir Jessica.‘Das
Wijaya Atmaja yang melihat kesedihan dari raut wajah Monica atas penolakan putrinya pun, menasihati putrinya, “Jessi..., Papi minta untuk kali ini aja kamu bertemu dengan lelaki itu. Jika memang setelah mengenal kepribadian Revan, hati kamu masih juga nggak sreg kamu bisa menolaknya.”“Ya, Papi sayang. Sekarang istirahat aja biar besok pagi lebih bugar,” cicit Jessica tersenyum memandang Wijaya Atmaja.Setelah itu, Jessica pun merebahkan tubuhnya pada sofa panjang yang berada di depan tempat tidur perawatan Wijaya Atmaja. Sementara Monica sendiri, tidur pada sofa yang ada di ruang tamu pada ruang VIP tersebut. Malam itu, Jessica bermalam di rumah sakit bersama Monica untuk bersama-sama mempersiapkan diri esok hari.Sementara itu, di tempat berbeda Candra dan kru film “Psikopat” berkumpul di halaman belakang Vila milik salah seorang bintang senior bernama Neni yang notabene adalah seorang artis kawakan istri siri dari seorang pengusaha batu bara terkenal. Vila dengan lahan cukup luas y