Aku menyusuri lembah sunyi, sepi, Sendiri mendekap asa kedinginan. Tak ada yang bisa menjadi sandaran, namun ku tetap bertahan.
Aku meminta pada yang maha kuasa agar segera dipertemukan dengan dia. Namun nyatanya dia berbeda, meninggalkan disaat rasa sedang berkembang. Aku berharap memiliki satu cinta, namun terhianati oleh dia.
Ku memohon agar terus bersamanya, namun nyatanya dia melepas genggamannya.
Dia pergi jauh dariku. Dia lupakan segala tentang kita. Kini ku sendiri merajut asa dihati.
Hati tetap inginkan dia, berharap terus dengannya.
Namun nyatanya takdir tak berpihak. Mungkin dia bukanlah jodoh yang tercipta, namun hati telah terhenti. Berhenti. Mencari cinta lagi. Tak ada lagi percaya. Tak ada lagi rasa. Tak ada lagi cinta. Cukup sampai disini saja.
_Kayla Hadi Ayunda_
Restu menggenggam secarik surat yang ada ditangannya, air matanya jatuh berlinangan, menyesali segala apa yang telah terjadi.
"Kayla!" Teriaknya dengan suara parau, ia berlari mendobrak pintu rumah, memasuki Ferrari, mengendarai dengan kecepatan tinggi.
Jalanan yang ramai membuat hatinya semakin gusar, ingin rasanya segera sampai ketempat tujuan, agar tak terlambat untuk memperbaiki segala kesalahan, namun lagi-lagi lampu merah menjadi penghambat.
"Akkkhhhh" mengeram kesal hanya itu yang bisa dilakukannya, emosi dengan dirinya sendiri.
Andai saja dulu dia tak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Kayla, mungkin semuanya tidak akan jadi seperti ini.
Rasa ego membuatnya menutupi segala perasaan yang bertahta, bahkan dengan tega bermain curang dengan Rizona teman Kayla yang berstatus sebagai istri simpanannya.
Bukan karena kayla orang ketiga, sehingga dia berstatus sebagai istri simpanan, namun karena Restu sendiri yang memutuskan untuk memyembunyikan pernikahan mereka.
"Mamah! Mah!" Teriak Restu saat masuk kedalam sebuah rumah, berwarna putih, dengan furniture mahal beraroma parfume limited edition.
"Mana Kayla?" Tanyanya langsung tanpa basa basi saat melihat wanita paruh baya, sedang menikmati secangkir teh melati ditaman belakang.
Wanita itu dengan santai meletakkan cangkirnya ke atas meja, menghembuskan nafas panjangnya, dan menatap kearah pria tampan yang menjadi darah dagingnya. Entah kenapa penyesalan kian timbul saat melihat wajah yang sangat mirip dengan masa lalunya, bahkan perlakuannya pun sama.
"Bukankah dia istrimu? Seharusnya kau yang lebih tahu dimana Kayla!" Ucap wanita itu penuh penekanan, enggan untuk menjawab walau dialah yang meminta menantunya untuk pergi.
Ibu mana yang tega melihat anak menantunya tersakiti, terlebih yang menyakiti adalah anak kandungnya sendiri.
"Mah ayolah! Restu tahu mama yang melepaskan Kayla."
"Dia bukan burung yang harus dilepaskan dari dalam sangkarnya." Wanita itu bangkit dan berjalan kearah Restu.
"Kayla adalah wanita baik-baik, dia telah bertahan lama menghadapi keegoisan mu, menaruh harapan indahnya bersamamu, seharusnya rasa seindah itu tak tertuju kepadamu Restu."
Restu terdiam dia menantap ibunya dengan ribuan pertanyaan, dan sesalan. Sadar akan banyaknya kesalahan yang telah dia lakukan, dan kini Restu ingin memperbaiki segalanya, menebus kesalahan yang pernah dia lakukan pada Kayla.
"Aku tahu, aku salah!"
"Kau tahu kesalahanmu? Baguslah! Kalau begitu aku tak perlu menjelaskan panjang lebar, aku menyesal melahirkanmu sebagai putra kandungku, dan memaksamu menikah dengan Kayla." Tegas wanita paruh baya yang sering dipanggil buk Sekar, dia melangkah pergi meninggalkan Restu yang masih diam mematung. Hancur sudah harapannya, bahkan ibu kandungnya pun tak lagi berpihak.
Restu menjambak rambutnya sendiri, menendang daun pintu yang tak bersalah, emosinya kian meledak-ledak, keinginannya hanya satu, bagaimanapun caranya Kayla harus kembali kedalam dekapannya.
Ditempat lain, seorang wanita duduk dikursi panjang, disampingnya ada koper berukuran besar, jari jemarinya terus bergerak menggeser layar handphone memandangi potret indah sepasang manusia menggunakan baju adat pernikahan. Walau terlihat sederhana namun momentnya sangat sakral, bahkan masih terniang hingga detik ini.
Akan tetapi sangat disayangkan, tak ada keindahan yang abadi, semuanya akan layu dan punah satu persatu. Bagaikan bunga didalam vas selalu diganti dengan yang baru apabila yang lama telah usang. Demikian pula ada rumah tangganya, dia tergantikan oleh bunga baru yang lebih sakitnya adalah bunga baru itu masih berstatus sebagai sahabatnya sendiri.
"Sebodoh itu kah aku? Hingga bercerita banyak hal, mencari solusi untuk mempertahankan rumah tangga ku pada dia yang sebenarnya berstatus sebagai wanita idaman suamiku." Batin Kayla, bulir air mata kian menetes dari sudut-sudut kelopak matanya, rasa sakit yang digores oleh orang yang paling dia percaya, membuatnya tak lagi mampu mempercayai siapapun.
"Nih minum dulu!" Seorang pria tampan menyodorkan sebotol minuman dingin untuk Kayla, membuat segaris senyuman terpancar dari wajahnya.
"Terimakasih Sandi!" Jawabnya dengan lembut.
Kayla meneguk minumannya dengan rakus, menghilangkan rasa sakit yang mendera tenggorokan akibat menahan tangis.
"Kau pernah jatuh cinta San?" Sepasang bola mata coklat melirik kearah pria tampan yang kini duduk disampingnya.
Pria tampan itu melirikkan pandangannya sekilas, sudut bibirnya sedikit terangkat, menyembunyikan kegetiran dibalik senyuman.
"Kau pikir aku malaikat? Bahkan anak SD saja sudah sering menyatakan cintanya." Sandika menggelengkan kepalanya.
"Cekh, aku tau itu! Tapi maksudku…"
"Perhatian, bagi penumpang pesawat JT 001 tujuan Jakarta, dimohon untuk segera bersiap."
"Sudah waktunya, ayo!" Sandika memotong ucapan Kayla, ia bangkit dari tempat duduknya, mendorong koper Kayla dan bergabung dengan teman-temannya.
Kayla melirikkan pandangan kearah pintu masuk, ramai, namun dia tak menemukan apa yang dicari.
Bola matanya terlihat lesu, mengikuti langkah kaki Sandika. Kakinya terus berjalan, walau gontai, namun tekadnya sudah bulat untuk mengakhiri segala permasalahan yang menerpa, lebih tepatnya melarikan diri, karena masalah itu tak akan benar-benar berakhir jika ia belum menyelesaikannya bersama Restu.
Seorang pria berlari kencang dengan penampilan yang berantakan, wajahnya memerah, nafasnya ngos-ngosan, rambut acak-acakan, tak seperti penampilan biasanya.
Pandangannya tertuju kearah papan layar pengumuman keberangkatan, dari kejauhan ia melihat siluet yang sangat dikenalnya.
Langkahnya semakin dipercepat, berharap segera memeluk wanita cantik dengan hijab abu-abu, namun sayang satpam menghalanginya, kali ini dia benar-benar terlambat.
"Tolong pak! Saya harus bertemu dengan istri saya." Rengeknya, namun satpam tetap menahannya dan tak memperbolehkan untuk masuk.
Restu bersimpuh diatas lantai, mencuri perhatian banyak orang, air matanya jatuh tak tertahankan.
"Kayla! Maafkan aku!" Gumamnya lirih, menatap kearah kaca besar yang memperlihatkan sebuah pesawat yang siap untuk lepas landas.
"Kayla!" Teriaknya kencang, melihat pesawat itu telah terbang tinggi jauh diatas awan, meninggalkan raga yang masih menetap diatas ubin yang keras.
Tangisnya pecah, dengan suara parau, matanya memerah seperti ikan busuk yang tak berguna.
Terdengar suara langkah kaki yang mendekat, membuat kepalanya yang menunduk kian terangkat, menatap kearah siluet kaki yang ada dihadapannya.
"Kayla?" Batinnya penuh harap, perlahan menatap semakin keatas.
"Restu!" Suara wanita terdengar merdu, mengalun lembut menusuk kedalam telinga.
Pada langit malam yang bertabur ribuan bintang, ada satu yang melekat dihatiku, namun sayang dia bukan bintang! Melainkan satelit yang menebar jaringan pada semua wanita. _Kayla Hadi Ayunda_Pandangan Kayla tertuju pada awan putih yang menghiasi langit biru. Berulang kali dia menarik nafas panjang, namun masih juga tak mampu menenangkannya. "Nih!" Sandi menyodorkan earphone pada Kayla, membuat kening wanita cantik itu berkerut. "Dijamin bisa langsung tidur kalau kamu dengerin ini." Jelas Sandi, menepis segala pertanyaan dikepala Kayla. "Makasih!" Tanpa banyak berbica Kayla menerima pemberian Sandi, lalu memasang earphone itu pada telinganya, dengan fokus yang tak berubah, tetap menatap awan. Sebuah lagu romansa berbahasa asing mulai terdengar, jantung Kayla berdebar dengan kencang, perasaannya makin tak karuan, bahkan air mata mulai mendobrak keluar dari sudut matanya. Bayang-bayangnya melayang terbang, menyelami lautan kenangan tentang kisah cinta yang entah itu berakhir penyes
Terkadang aku bingung dengan diri ku, disaat logika memilih pergi, mengapa hati harus bersikeras untuk menetap._Kayla Hadi Ayunda_Pagi itu matahari begitu cepat menampakkan jati dirinya, cahaya berwarna kuning menghiasi ujung timur langit berwarna biru. Ayam telah berhenti berkokok, Kayla pun telah siap dengan pakaian kantornya, mondar mandir dihadapan cermin, melihat kekurangan yang harus ia perbaiki. Suara klakson mobil terdengar memanggil dari halaman rumahnya, membuat gadis cantik itu panik dan bergegas mengambil tas kerja dan beberapa dokumen yang sebelumnya telah ia siapkan diatas tempat tidur. “Maaf udah nunggu lama.” Ucap Kayla sopan setelah berada didalam mobil Restu. “Nggak lama kok, aku nya aja yang datang kecepetan. Kamu udah sarapan belum?” Kayla mengerutkan dahinya, “Kalau belum sarapan dulu yuk, sekalian kita bahas proposalnya.” “Hmm, boleh Res, kebetulan aku juga belum sarapan.” Jawab Kayla antusias, sebenarnya dia tak ingin menolak tawaran Restu, walau tadi pag
Tuhan, apakah ini jawaban darimu? Lantas bagaimana jika dia tak bersung-sungguh? Aku takut patah lagi. Aku takut sakit lagi. Luka yang lama saja belum sembuh sempurna, aku tak ingin menambah luka lagi._Kayla Hadi Ayunda_"Cinta itu bisa tumbuh dengan sendirinya Restu, dulu ibu sama bapak mu juga nikah karena dijodohkan, nggak ada itu yang namanya cinta, tapi apa? Setelah menikah kita bisa mencintai secara halal." "Buk, Restu nggak mau debat tentang ini terus sama ibu. Restu sayang sama ibu, tapi untuk yang satu itu, Restu minta maaf." "Kamu masih memikirkan wanita itu kan?" Dewi Murni menatap tajam kearah putra semata wayangnya. "Buk…""Cukup Restu, mau sampai kapan kamu nyampingin ibu hanya demi dia." "Restu nggak ngeduain ibu, ibu tetap jadi yang pertama dihati Restu.""Umur itu nggak ada yang tau, dan ibu juga nggak tau sampe kapan bisa nemenin kamu."Restu terdiam, dia merasa bersalah, amat bersalah karena perdebatan ini bukan hanya sekali. Satu hal yang membuat penyesalan d
Bagaimana jika aku iyakan? Satu hal yang paling aku takutkan adalah, mengambil jalan yang salah. Tapi bagaimana kita bisa tau itu benar atau salah jika kita belum mencobanya._Kayla Hadi Ayunda_Kayla duduk di balkon kamarnya, pandangannya nanar menatap rembulan yang bersinar terang, sebuah buku catatan harian masih nyaman duduk di pangkuannya. "Mah, Pah, kasih tau Kayla jalan mana yang harus Kayla ambil. Kayla bener-bener bingung Mah, Pah. Andai aja mama sama papa masih ada, pasti kalianlah yang akan membantu Kayla untuk mengambil keputusan yang tepat." Tanpa terasa cairan bening menetes dari sudut matanya. Semuanya berubah sejak tragedi kecelakaan merenggut nyawa orang tuanya. Kayla menjadi yatim piatu yang hidup sebatang kara tanpa ada yang menemani. Satu-satunya keluarga yang masih mau menghubunginya adalah Bude Nani, kakak kandung ibunya. Tapi bunda Nani jauh tinggal dikampung bersama keluarga kecilnya, sedangkan Kayla memilih untuk tinggal sendirian dirumah peninggalan kedua o
Bagaimana jika aku iyakan? Satu hal yang paling aku takutkan adalah, mengambil jalan yang salah. Tapi bagaimana kita bisa tau itu benar atau salah jika kita belum mencobanya._Kayla Hadi Ayunda_Kayla duduk di balkon kamarnya, pandangannya nanar menatap rembulan yang bersinar terang, sebuah buku catatan harian masih nyaman duduk di pangkuannya. "Mah, Pah, kasih tau Kayla jalan mana yang harus Kayla ambil. Kayla bener-bener bingung Mah, Pah. Andai aja mama sama papa masih ada, pasti kalianlah yang akan membantu Kayla untuk mengambil keputusan yang tepat." Tanpa terasa cairan bening menetes dari sudut matanya. Semuanya berubah sejak tragedi kecelakaan merenggut nyawa orang tuanya. Kayla menjadi yatim piatu yang hidup sebatang kara tanpa ada yang menemani. Satu-satunya keluarga yang masih mau menghubunginya adalah Bude Nani, kakak kandung ibunya. Tapi bunda Nani jauh tinggal dikampung bersama keluarga kecilnya, sedangkan Kayla memilih untuk tinggal sendirian dirumah peninggalan kedua o
Tuhan, apakah ini jawaban darimu? Lantas bagaimana jika dia tak bersung-sungguh? Aku takut patah lagi. Aku takut sakit lagi. Luka yang lama saja belum sembuh sempurna, aku tak ingin menambah luka lagi._Kayla Hadi Ayunda_"Cinta itu bisa tumbuh dengan sendirinya Restu, dulu ibu sama bapak mu juga nikah karena dijodohkan, nggak ada itu yang namanya cinta, tapi apa? Setelah menikah kita bisa mencintai secara halal." "Buk, Restu nggak mau debat tentang ini terus sama ibu. Restu sayang sama ibu, tapi untuk yang satu itu, Restu minta maaf." "Kamu masih memikirkan wanita itu kan?" Dewi Murni menatap tajam kearah putra semata wayangnya. "Buk…""Cukup Restu, mau sampai kapan kamu nyampingin ibu hanya demi dia." "Restu nggak ngeduain ibu, ibu tetap jadi yang pertama dihati Restu.""Umur itu nggak ada yang tau, dan ibu juga nggak tau sampe kapan bisa nemenin kamu."Restu terdiam, dia merasa bersalah, amat bersalah karena perdebatan ini bukan hanya sekali. Satu hal yang membuat penyesalan d
Terkadang aku bingung dengan diri ku, disaat logika memilih pergi, mengapa hati harus bersikeras untuk menetap._Kayla Hadi Ayunda_Pagi itu matahari begitu cepat menampakkan jati dirinya, cahaya berwarna kuning menghiasi ujung timur langit berwarna biru. Ayam telah berhenti berkokok, Kayla pun telah siap dengan pakaian kantornya, mondar mandir dihadapan cermin, melihat kekurangan yang harus ia perbaiki. Suara klakson mobil terdengar memanggil dari halaman rumahnya, membuat gadis cantik itu panik dan bergegas mengambil tas kerja dan beberapa dokumen yang sebelumnya telah ia siapkan diatas tempat tidur. “Maaf udah nunggu lama.” Ucap Kayla sopan setelah berada didalam mobil Restu. “Nggak lama kok, aku nya aja yang datang kecepetan. Kamu udah sarapan belum?” Kayla mengerutkan dahinya, “Kalau belum sarapan dulu yuk, sekalian kita bahas proposalnya.” “Hmm, boleh Res, kebetulan aku juga belum sarapan.” Jawab Kayla antusias, sebenarnya dia tak ingin menolak tawaran Restu, walau tadi pag
Pada langit malam yang bertabur ribuan bintang, ada satu yang melekat dihatiku, namun sayang dia bukan bintang! Melainkan satelit yang menebar jaringan pada semua wanita. _Kayla Hadi Ayunda_Pandangan Kayla tertuju pada awan putih yang menghiasi langit biru. Berulang kali dia menarik nafas panjang, namun masih juga tak mampu menenangkannya. "Nih!" Sandi menyodorkan earphone pada Kayla, membuat kening wanita cantik itu berkerut. "Dijamin bisa langsung tidur kalau kamu dengerin ini." Jelas Sandi, menepis segala pertanyaan dikepala Kayla. "Makasih!" Tanpa banyak berbica Kayla menerima pemberian Sandi, lalu memasang earphone itu pada telinganya, dengan fokus yang tak berubah, tetap menatap awan. Sebuah lagu romansa berbahasa asing mulai terdengar, jantung Kayla berdebar dengan kencang, perasaannya makin tak karuan, bahkan air mata mulai mendobrak keluar dari sudut matanya. Bayang-bayangnya melayang terbang, menyelami lautan kenangan tentang kisah cinta yang entah itu berakhir penyes
Aku menyusuri lembah sunyi, sepi, Sendiri mendekap asa kedinginan. Tak ada yang bisa menjadi sandaran, namun ku tetap bertahan. Aku meminta pada yang maha kuasa agar segera dipertemukan dengan dia. Namun nyatanya dia berbeda, meninggalkan disaat rasa sedang berkembang. Aku berharap memiliki satu cinta, namun terhianati oleh dia. Ku memohon agar terus bersamanya, namun nyatanya dia melepas genggamannya. Dia pergi jauh dariku. Dia lupakan segala tentang kita. Kini ku sendiri merajut asa dihati. Hati tetap inginkan dia, berharap terus dengannya. Namun nyatanya takdir tak berpihak. Mungkin dia bukanlah jodoh yang tercipta, namun hati telah terhenti. Berhenti. Mencari cinta lagi. Tak ada lagi percaya. Tak ada lagi rasa. Tak ada lagi cinta. Cukup sampai disini saja._Kayla Hadi Ayunda_Restu menggenggam secarik surat yang ada ditangannya, air matanya jatuh berlinangan, menyesali segala apa yang telah terjadi. "Kayla!" Teriaknya dengan suara parau, ia berlari mendobrak pintu rumah, mem