Tuhan, apakah ini jawaban darimu? Lantas bagaimana jika dia tak bersung-sungguh? Aku takut patah lagi. Aku takut sakit lagi. Luka yang lama saja belum sembuh sempurna, aku tak ingin menambah luka lagi.
_Kayla Hadi Ayunda_"Cinta itu bisa tumbuh dengan sendirinya Restu, dulu ibu sama bapak mu juga nikah karena dijodohkan, nggak ada itu yang namanya cinta, tapi apa? Setelah menikah kita bisa mencintai secara halal.""Buk, Restu nggak mau debat tentang ini terus sama ibu. Restu sayang sama ibu, tapi untuk yang satu itu, Restu minta maaf.""Kamu masih memikirkan wanita itu kan?" Dewi Murni menatap tajam kearah putra semata wayangnya."Buk…""Cukup Restu, mau sampai kapan kamu nyampingin ibu hanya demi dia.""Restu nggak ngeduain ibu, ibu tetap jadi yang pertama dihati Restu.""Umur itu nggak ada yang tau, dan ibu juga nggak tau sampe kapan bisa nemenin kamu."Restu terdiam, dia merasa bersalah, amat bersalah karena perdebatan ini bukan hanya sekali.Satu hal yang membuat penyesalan dan rasa bersalahnya semakin memuncak. Kesehatan ibunya, Restu tau jika sekarang dia bukan berperang melawan keinginan sang ibu saja namun dia melawan waktu, dimana jika dia mengambil keputusan yang salah, maka Restu akan kehilangan waktu untuk ibunya."Assalamualaikum." Suara Kusuma terdengar dari arah pintu, dan tak berselang lama pintu itu terbuka."Pak Kusuma." Ucap Restu yang langsung berdiri, menyambut kedatangan bosnya.Kusuma masuk kedalam ruangan, dengan Ulfa yang berdiri disampingnya, dan ada Kayla dibelakang mereka."Buk, kenalin ini pak Kusuma, bos Restu."Kusuma mengangguk sopan, melemparkan senyuman manis untuk Dewi Murni.Jantung Dewi Murni berdebar dengan kencang, Kusuma sangat mirip dengan mantan kekasihnya dahulu."Bagaimana keadaan Ibu?" Tanya Kusuma, namun Dewi Murni hanya terdiam menatapnya."Buk!" Restu menyadarkan lamunan ibunya. "Ditanyain tuh." Lanjutnya lagi dengan memberikan kode kepada Dewi Murni agar melihat kearah Kusuma yang sedang mengajaknya berbicara."Hmm iya, ada apa tadi? Maaf ibu nggak konsen." Jawab Dewi Murni mulai mengendalikan dirinya, agar tak terlihat canggung."Ini, bagaimana keadaan ibu? Apa udah ada perubahan?" Ulang Kusuma lagi dengan memperlihatkan perhatiannya."Huhhhhh, ya beginilah nak, namanya sudah tua, pasti akan sakit-sakitan terus, sekarang tinggal waktunya ibu nunggu pilihan dari Restu, entah itu azal atau kebahagiaan yang duluan ibu lihat, yang jelas ibu kayaknya udah nggak sanggup lagi kalau harus nunggu terlalu lama."Pak Restu! Tuh dengerin kata ibuk, seharusnya kamu kasih pilihan yang dimau ibu, entar dosa loh nggak mau wujudtin impian ibunya." Celetuk Ulfa, membuat Kayla secara spontan menyenggolnya. "Apaan sih Kay? Bener tau!" Bisik Ulfa tanpa rasa bersalah."Ssstt jangan ikut campur urusan rumah tangga orang, lebih baik kita diem aja." Bisik Kayla lagi."Cekh, bilang aja kamu cemburu.""Ulfa!"Dua gadis itu terus ribut, walaupun hanya bisik-bisik namun Kusuma dan yang lainnya dapat mendengar secara sekilas.Tangan Kusuma mengepal, sudut bibirnya sedikit terangkat."Ekheeeemmmmm" Kusuma sengaja batuk, agar Ulfa dan Kayla berhenti berdebat.Benar saja, kedua gadis itu langsung terdiam, terlebih Kayla, dia menundukkan kepalanya untuk menutupi rasa malu."Semoga cepat sehat Bu, saya yakin Restu anak yang baik, dia pasti akan memberikan pilihan yang terbaik untuk ibu." Ucap Kusuma."Semoga saja, andai Restu seperti anda pasti saya sangat bahagia, ini tidak, dia sangat keras kepala seperti ayahnya.""Ibuk…!" Tegur Restu namun Dewi Murni tak merasa bersalah sedikitpun, dia sengaja memojokkan Restu didepan semuanya, agar Restu mau mengabulkan permintaannya.Kusuma melihat kearah jam tangannya. "Sepertinya saya sudah harus pamit sekarang, karena nanti malam masih ada agenda lainnya yang harus saya kerjakan.""Kayla? Ulfa? Kalian mau pulang…?""Saya pulang sama bapak aja pak." Ucap Ulfa memotong ucapan Kusuma dengan antusias."Kayla?" Tanya Kusuma lagi."Hmm saya naik taksi aja pak, kan rumah kita berlawanan arah.""Kamu yakin?""Yakin pak, sudah biasa kok pak.""Ya sudah, nanti kalau sudah sampai rumah kabarin saya ya.""I-iya pak." Jawab Kayla canggung.Kusuma dan Ulfa keluar terlebih dahulu dari dalam ruangan itu. Sedangkan Kayla masih berdiri dengan lugunya. Dia bingung bagaimana caranya meminta laporan kegiatan dari Restu."Kalau begitu saya juga pamit dulu buk, sebelum terlalu malam." Ucap Kayla yang akhirnya memutuskan untuk pamit tanpa menyelesaikan tujuan awalnya."Iya, hati-hati ya nak." Jawab Dewi Murni dengan lembut dan tersenyum manis.Kayla mengangguk sopan, dan keluar dari dalam ruangan itu."Psssttt." Desis Dewi Murni pada Restu."Cepat kejar! Anterin dia! Nggak bagus perempuan pulang sendirian malam-malam gini.""Tapi buk!""Udah sana! Bentar lagi si mbak juga nyampek." Kekeh Dewi Murni, membuat Restu menyerah, dan melangkah pergi menyusul Kayla.Senyuman manis dengan lesung pipi indah diperlihatkan oleh wajah cantik Dewi Murni."Cekh, lihat aja! Ibu tau kamu Restu! Kamu pasti nggak akan ngecewain ibu." Gumam Dewi Murni penuh percaya diri.Restu keluar dari ruangan ibunya, dia mengedarkan pandangan kearah kanan dan kiri mencari keberadaan Kayla.Setelah melihat keberadaan Kayla, Restu pun berlari mengejar gadis itu."Kayla!" Teriak Restu membuat yang dipanggil menghentikan langkah kaki dan berbalik kearah sumber suara."Biar aku anter kamu!" Tegas Restu dan langsung menarik tangan Kayla menuju parkiran."Tapi Res?" Ucap Kayla tercekat tak lagi mampu diteruskan.Pandangan Kayla tertuju kearah pergelangan tangannya, yang ditarik oleh Restu.Jantungnya berdegup kencang, nafasnya memburu entah itu karena kelelahan berjalan terlalu cepat, atau karena dia tak mampu lagi mengontrol perasaannya.Restu membukakan pintu mobil untuk Kayla, setelah memastikan Kayla duduk dan menutup pintunya, dia pun berjalan menuju kursi kemudi.Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang, membelah keramaian kota, jalanan sangat macet karena besok adalah hari Sabtu, pekerja kantor akan menikmati akhir pekannya.Sepanjang perjalanan mereka berdua diam, tak ada yang membuka suara. Hingga mobil itu berbelok kearah sebuah komplek perumahan."Terimakasih Res." Ucap Kayla sambil melepaskan seatbelt nya.Restu menganggukkan kepala, wajahnya datar menyimpan banyak beban pikiran."Kalau gitu aku pamit turun dulu ya.""Kay!" Ucap Restu menghentikan Kayla yang ingin membuka pintu.Kayla menatap Restu dengan penuh tanya."Hmm, itu Kay… kamuuu udah ada calon belum?" Tanya Restu ragu."Calon? Maksudnya? Untuk project terakhir nanti?" Lagi-lagi Kayla berusaha untuk menegasikan isi kepalanya. Walau rasa hatinya tak karuan menerka maksud yang lain."Bu-kan, maksudnya calon pendamping." Restu terlihat gugup, dia bingung harus mulai dari mana."Hmmm? Be-belum Res." Kayla pun tak kalah gugup.Restu menatap Kayla, dia bingung harus meneruskan permintaan ibunya atau tidak. Bagaimanapun juga Kayla adalah temannya, dia tak ingin jika keputusannya ini suatu hari akan menyakiti Kayla."Kamu… hmmm … kamu mau nggak nikah sama aku?" Ucap Restu tiba-tiba, membuat logika dan hati didalam diri Kayla semakin keras berperang."Ka…kamu serius?" Tanya Kayla ingin memastikan."Hmmmm" gumam Restu tanpa bisa berkata-kata lagi."Eeee, aku… akuu nggak bisa jawab sekarang, kasih aku waktu ya Res." Ucap Kayla."Iya nggak apa-apa kok Kay." Jawab Restu canggung."Kalau gitu, aku turun duluan ya." Pamit Kayla lagi dan segera membuka pintu mobilnya.Keringat dingin mulai membasahi telapak tangan dan kaki Kayla. Jantungnya berdebar tak karuan, seperti ada sesuatu yang mendarat dihatinya, dan ingin membangun sebuah ruangan.Restu teriangat akan satu hal, tujuan Kayla ingin menemuinya sore tadi. Dia un lantas membuka pintu mobilnya dan menyusul Kayla."Kayla!" Ucap Restu membuat Kayla berbalik ke arahnya."Kamu tadi mau minta laporan kegiatan kan? Bentar aku ambil dulu." Ucap Restu dan langsung membuka pintu belakang, mengambil tas kerjanya dan mengambil sebuah dokumen."Ini laporan rencana kegiatan yang akan kita lakukan, kamu bisa nyesuain dengan lokasi yang kamu pilih, dan nanti bisa langsung kabarin pak Kusuma untuk acc semuanya."Kayla mengangguk faham, matanya yang tadi fokus menatap lembaran kertas yang diperlihatkan Restu, kini beralih menatap ke arah pria itu."Makasih ya Res!" Lagi-lagi jantungnya tak karuan, Kayla dengan cepat mengalihkan pandangan saat bola matanya bertabrakan dengan tatapan Restu._Restu Pradika Pandawa_Aku jelas tahu isi hati ku yang sebenarnya, namun aku tak ingin membuat ibu kecewa untuk kesekian kalinya.Bagaimana jika aku iyakan? Satu hal yang paling aku takutkan adalah, mengambil jalan yang salah. Tapi bagaimana kita bisa tau itu benar atau salah jika kita belum mencobanya._Kayla Hadi Ayunda_Kayla duduk di balkon kamarnya, pandangannya nanar menatap rembulan yang bersinar terang, sebuah buku catatan harian masih nyaman duduk di pangkuannya. "Mah, Pah, kasih tau Kayla jalan mana yang harus Kayla ambil. Kayla bener-bener bingung Mah, Pah. Andai aja mama sama papa masih ada, pasti kalianlah yang akan membantu Kayla untuk mengambil keputusan yang tepat." Tanpa terasa cairan bening menetes dari sudut matanya. Semuanya berubah sejak tragedi kecelakaan merenggut nyawa orang tuanya. Kayla menjadi yatim piatu yang hidup sebatang kara tanpa ada yang menemani. Satu-satunya keluarga yang masih mau menghubunginya adalah Bude Nani, kakak kandung ibunya. Tapi bunda Nani jauh tinggal dikampung bersama keluarga kecilnya, sedangkan Kayla memilih untuk tinggal sendirian dirumah peninggalan kedua o
Aku menyusuri lembah sunyi, sepi, Sendiri mendekap asa kedinginan. Tak ada yang bisa menjadi sandaran, namun ku tetap bertahan. Aku meminta pada yang maha kuasa agar segera dipertemukan dengan dia. Namun nyatanya dia berbeda, meninggalkan disaat rasa sedang berkembang. Aku berharap memiliki satu cinta, namun terhianati oleh dia. Ku memohon agar terus bersamanya, namun nyatanya dia melepas genggamannya. Dia pergi jauh dariku. Dia lupakan segala tentang kita. Kini ku sendiri merajut asa dihati. Hati tetap inginkan dia, berharap terus dengannya. Namun nyatanya takdir tak berpihak. Mungkin dia bukanlah jodoh yang tercipta, namun hati telah terhenti. Berhenti. Mencari cinta lagi. Tak ada lagi percaya. Tak ada lagi rasa. Tak ada lagi cinta. Cukup sampai disini saja._Kayla Hadi Ayunda_Restu menggenggam secarik surat yang ada ditangannya, air matanya jatuh berlinangan, menyesali segala apa yang telah terjadi. "Kayla!" Teriaknya dengan suara parau, ia berlari mendobrak pintu rumah, mem
Pada langit malam yang bertabur ribuan bintang, ada satu yang melekat dihatiku, namun sayang dia bukan bintang! Melainkan satelit yang menebar jaringan pada semua wanita. _Kayla Hadi Ayunda_Pandangan Kayla tertuju pada awan putih yang menghiasi langit biru. Berulang kali dia menarik nafas panjang, namun masih juga tak mampu menenangkannya. "Nih!" Sandi menyodorkan earphone pada Kayla, membuat kening wanita cantik itu berkerut. "Dijamin bisa langsung tidur kalau kamu dengerin ini." Jelas Sandi, menepis segala pertanyaan dikepala Kayla. "Makasih!" Tanpa banyak berbica Kayla menerima pemberian Sandi, lalu memasang earphone itu pada telinganya, dengan fokus yang tak berubah, tetap menatap awan. Sebuah lagu romansa berbahasa asing mulai terdengar, jantung Kayla berdebar dengan kencang, perasaannya makin tak karuan, bahkan air mata mulai mendobrak keluar dari sudut matanya. Bayang-bayangnya melayang terbang, menyelami lautan kenangan tentang kisah cinta yang entah itu berakhir penyes
Terkadang aku bingung dengan diri ku, disaat logika memilih pergi, mengapa hati harus bersikeras untuk menetap._Kayla Hadi Ayunda_Pagi itu matahari begitu cepat menampakkan jati dirinya, cahaya berwarna kuning menghiasi ujung timur langit berwarna biru. Ayam telah berhenti berkokok, Kayla pun telah siap dengan pakaian kantornya, mondar mandir dihadapan cermin, melihat kekurangan yang harus ia perbaiki. Suara klakson mobil terdengar memanggil dari halaman rumahnya, membuat gadis cantik itu panik dan bergegas mengambil tas kerja dan beberapa dokumen yang sebelumnya telah ia siapkan diatas tempat tidur. “Maaf udah nunggu lama.” Ucap Kayla sopan setelah berada didalam mobil Restu. “Nggak lama kok, aku nya aja yang datang kecepetan. Kamu udah sarapan belum?” Kayla mengerutkan dahinya, “Kalau belum sarapan dulu yuk, sekalian kita bahas proposalnya.” “Hmm, boleh Res, kebetulan aku juga belum sarapan.” Jawab Kayla antusias, sebenarnya dia tak ingin menolak tawaran Restu, walau tadi pag
Bagaimana jika aku iyakan? Satu hal yang paling aku takutkan adalah, mengambil jalan yang salah. Tapi bagaimana kita bisa tau itu benar atau salah jika kita belum mencobanya._Kayla Hadi Ayunda_Kayla duduk di balkon kamarnya, pandangannya nanar menatap rembulan yang bersinar terang, sebuah buku catatan harian masih nyaman duduk di pangkuannya. "Mah, Pah, kasih tau Kayla jalan mana yang harus Kayla ambil. Kayla bener-bener bingung Mah, Pah. Andai aja mama sama papa masih ada, pasti kalianlah yang akan membantu Kayla untuk mengambil keputusan yang tepat." Tanpa terasa cairan bening menetes dari sudut matanya. Semuanya berubah sejak tragedi kecelakaan merenggut nyawa orang tuanya. Kayla menjadi yatim piatu yang hidup sebatang kara tanpa ada yang menemani. Satu-satunya keluarga yang masih mau menghubunginya adalah Bude Nani, kakak kandung ibunya. Tapi bunda Nani jauh tinggal dikampung bersama keluarga kecilnya, sedangkan Kayla memilih untuk tinggal sendirian dirumah peninggalan kedua o
Tuhan, apakah ini jawaban darimu? Lantas bagaimana jika dia tak bersung-sungguh? Aku takut patah lagi. Aku takut sakit lagi. Luka yang lama saja belum sembuh sempurna, aku tak ingin menambah luka lagi._Kayla Hadi Ayunda_"Cinta itu bisa tumbuh dengan sendirinya Restu, dulu ibu sama bapak mu juga nikah karena dijodohkan, nggak ada itu yang namanya cinta, tapi apa? Setelah menikah kita bisa mencintai secara halal." "Buk, Restu nggak mau debat tentang ini terus sama ibu. Restu sayang sama ibu, tapi untuk yang satu itu, Restu minta maaf." "Kamu masih memikirkan wanita itu kan?" Dewi Murni menatap tajam kearah putra semata wayangnya. "Buk…""Cukup Restu, mau sampai kapan kamu nyampingin ibu hanya demi dia." "Restu nggak ngeduain ibu, ibu tetap jadi yang pertama dihati Restu.""Umur itu nggak ada yang tau, dan ibu juga nggak tau sampe kapan bisa nemenin kamu."Restu terdiam, dia merasa bersalah, amat bersalah karena perdebatan ini bukan hanya sekali. Satu hal yang membuat penyesalan d
Terkadang aku bingung dengan diri ku, disaat logika memilih pergi, mengapa hati harus bersikeras untuk menetap._Kayla Hadi Ayunda_Pagi itu matahari begitu cepat menampakkan jati dirinya, cahaya berwarna kuning menghiasi ujung timur langit berwarna biru. Ayam telah berhenti berkokok, Kayla pun telah siap dengan pakaian kantornya, mondar mandir dihadapan cermin, melihat kekurangan yang harus ia perbaiki. Suara klakson mobil terdengar memanggil dari halaman rumahnya, membuat gadis cantik itu panik dan bergegas mengambil tas kerja dan beberapa dokumen yang sebelumnya telah ia siapkan diatas tempat tidur. “Maaf udah nunggu lama.” Ucap Kayla sopan setelah berada didalam mobil Restu. “Nggak lama kok, aku nya aja yang datang kecepetan. Kamu udah sarapan belum?” Kayla mengerutkan dahinya, “Kalau belum sarapan dulu yuk, sekalian kita bahas proposalnya.” “Hmm, boleh Res, kebetulan aku juga belum sarapan.” Jawab Kayla antusias, sebenarnya dia tak ingin menolak tawaran Restu, walau tadi pag
Pada langit malam yang bertabur ribuan bintang, ada satu yang melekat dihatiku, namun sayang dia bukan bintang! Melainkan satelit yang menebar jaringan pada semua wanita. _Kayla Hadi Ayunda_Pandangan Kayla tertuju pada awan putih yang menghiasi langit biru. Berulang kali dia menarik nafas panjang, namun masih juga tak mampu menenangkannya. "Nih!" Sandi menyodorkan earphone pada Kayla, membuat kening wanita cantik itu berkerut. "Dijamin bisa langsung tidur kalau kamu dengerin ini." Jelas Sandi, menepis segala pertanyaan dikepala Kayla. "Makasih!" Tanpa banyak berbica Kayla menerima pemberian Sandi, lalu memasang earphone itu pada telinganya, dengan fokus yang tak berubah, tetap menatap awan. Sebuah lagu romansa berbahasa asing mulai terdengar, jantung Kayla berdebar dengan kencang, perasaannya makin tak karuan, bahkan air mata mulai mendobrak keluar dari sudut matanya. Bayang-bayangnya melayang terbang, menyelami lautan kenangan tentang kisah cinta yang entah itu berakhir penyes
Aku menyusuri lembah sunyi, sepi, Sendiri mendekap asa kedinginan. Tak ada yang bisa menjadi sandaran, namun ku tetap bertahan. Aku meminta pada yang maha kuasa agar segera dipertemukan dengan dia. Namun nyatanya dia berbeda, meninggalkan disaat rasa sedang berkembang. Aku berharap memiliki satu cinta, namun terhianati oleh dia. Ku memohon agar terus bersamanya, namun nyatanya dia melepas genggamannya. Dia pergi jauh dariku. Dia lupakan segala tentang kita. Kini ku sendiri merajut asa dihati. Hati tetap inginkan dia, berharap terus dengannya. Namun nyatanya takdir tak berpihak. Mungkin dia bukanlah jodoh yang tercipta, namun hati telah terhenti. Berhenti. Mencari cinta lagi. Tak ada lagi percaya. Tak ada lagi rasa. Tak ada lagi cinta. Cukup sampai disini saja._Kayla Hadi Ayunda_Restu menggenggam secarik surat yang ada ditangannya, air matanya jatuh berlinangan, menyesali segala apa yang telah terjadi. "Kayla!" Teriaknya dengan suara parau, ia berlari mendobrak pintu rumah, mem