Chandra sekarang merasa dirinya sebagai seekor tikus yang berada di dalam jebakan. Melangkah maju salah, melangkah mundur pun salah.Sinta melihat ke arah pintu lemari yang terbuka sedikit. Inem masih berada di dalamnya.Dia tersenyum dalam diam.Awalnya, Sinta berencana untuk membuat Inem keluar dari tempat persembunyiannya dan mengatakan kejadian yang sesungguhnya. Akan tetapi, sepertinya sekarang dia tidak membutuhkan kesaksian Inem.Sinta menekan nomor 110. Saat akan menekan tombol panggilan, dia mendengar Chandra yang berteriak, "Tunggu sebentar!"Seketika suasana di sekitar mereka berubah hening."Sepertinya ... masalah ini tidak perlu memanggil pak polisi. Toh, masalah ini berkaitan dengan martabat Keluarga Hidayat.""Perkataan Paman sepertinya salah." Tatapan Daniel makin dingin, dia lalu berkata, "Justru karena masalah ini berkaitan dengan martabat kedua keluarga, kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini begitu saja!""Betul," ucap Sinta sambil tersenyum, lalu melanjutkan, "B
"Bi Inem ...." Sinta sangat tersentuh dengan perkataan Inem. Dia lalu memegang tangan Inem dengan erat.Inem mengalihkan perhatiannya pada Sinta dan tersenyum.Dia adalah seorang wanita tua dan tidak mempunyai apa pun. Inem jelas tidak merasa takut pada apa pun.Walaupun di depannya adalah keluarga berkuasa seperti Keluarga Siagian, Inem tetap tidak takut dan bertekad untuk membantu Sinta sampai akhir.Kalau bukan karena Sinta dan Daniel, bagaimana bisa dia hidup dengan nyaman seperti sekarang?Ketika manusia hidup di dunia ini, mereka harus membalas kebaikan dengan kebaikan."Heh. Lelucon macam apa itu!" ucap Astri dengan marah. Dia belum pernah merasa semarah ini sebelumnya.Dia tidak percaya kalau Inem, yang statusnya hanyalah seorang pelayan dari Keluarga Hidayat, berani mempertanyakan mereka! Apa Inem tidak tahu, kalau status Keluarga Siagian sama dengan status Keluarga Hidayat?"Orang yang dipukul adalah Yenni. Sudah jelas kalau Keluarga Siagian yang malu! Kalian masih ingin memf
Sinta tetap tenang. Dia lalu berkata, "Aku tidak membutuhkan kompensasi apa pun. Aku tidak memedulikan harta Keluarga Siagian.""Tapi mereka harus mengembalikan reputasiku!" ucap Sinta melanjutkan.Kedua mata Chandra melebar karena terkejut.Sinta memandang mata Chandra dan menekankan kata demi kata, "Aku ingin Tuan Chandra, Nyonya Astri dan Nona Yenni untuk meminta maaf kepadaku secara formal di depan semuanya!""Jangan harap!" Astri yang pertama menolak. Akan tetapi tatapan tajam yang diberikan Chandra membuatnya tidak berani mengutarakan apa pun lagi.Chandra mengalihkan pandangannya pada Daniel, berniat untuk menekannya dengan statusnya sebagai orang yang lebih tua."Daniel, kamu setuju tidak?"Daniel tersenyum dan memeluk Sinta. Dia lalu berkata, "Aku akan mendengarkan perkataan istriku."Chandra menarik napas dalam-dalam dan berusaha menekan amarahnya.Pertama, Yuyun berkata di depan publik kalau Sinta adalah menantu Keluarga Siagian. Sekarang, Daniel mengatakan dengan jelas kala
Chandra kembali ke vila. Dia melepaskan jasnya dan membantingnya ke lantai.Semua pelayan menatapnya dengan penuh ketakutan. Mereka tidak berani mengungkapkan keberadaan mereka.Astri masuk dengan raut mukanya yang masam dan duduk di sofa. Matanya memerah. Tidak berapa lama kemudian dia berkata dengan kesal dan marah, "Selama aku hidup, aku tidak pernah dipermalukan seperti ini!"Chandra hanya melihat Astri tanpa berkata sepatah kata pun.Astri juga berasal dari keluarga yang berkuasa. Lebih dari dua puluh tahun yang lalu, kekuasaan keluarganya masih bisa dibandingkan dengan tiga keluarga besar lainnya.Sekarang, dia malah membungkuk dan meminta maaf pada Sinta?"Apa salahku sih!" ucap Astri sambil menangis, lalu melanjutkan, "Satu-satunya salahku, tidak seharusnya aku ....""Cukup!" Chandra menatapnya dengan amarah.Chandra tahu apa yang akan dikatakan oleh Astri.Namun, di depan Yenni, lebih baik untuk tidak mengatakannya.Chandra melihat ke arah Yenni yang berdiri di depan pintu. Di
Yenni diam di tempat layaknya sebuah patung. Setelah beberapa waktu, kesadarannya mulai kembali dan dia berjalan keluar dengan perlahan.Panti asuhan, adopsi, putri Keluarga Siagian ....Perkataan Astri terus terngiang-ngiang di dalam kepalanya, menghancurkan semua harga diri dan kebanggaannya.Kata-kata itu seakan membangunkannya. Identitasnya sebagai Nona Keluarga Siagian yang terhomat hanyalah sebuah status yang rentan dan rapuh.Dia hanyalah seorang wanita dengan kedok putri Keluarga Siagian, yang menutupi luka hati dan batinnya....Yenni secara tidak sadar berjalan ke arah halaman. Kediaman Keluarga Siagian sangat megah dan mewah, tetapi tidak ada bagian di dalamnya yang benar-benar milik Yenni.Dia lalu berjalan melewati koridor dan menuju ke halaman belakang, di mana ada sebuah bangunan terpisah bergaya modern kolonial. Bangunan itu mengarah ke Utara dan Selatan, tersembunyi di balik gunung dan sungai buatan. Tempat yang sangat nyaman untuk ditinggali.Yenni berdiri di depan pi
Yuri tertegun dan ingin menolak.Akan tetapi, Yenni langsung menarik rambutnya!Yuri sampai merintih kesakitan, seolah-olah kulit kepalanya akan terkelupas. Dia menggertakkan giginya untuk menahan rasa sakitnya sambil menatap Yenni dan mengucapkan beberapa patah kata dengan susah payah, "Kak, jangan begitu ….""Jangan?"Wajah Yenni tampak bengis dan tenaganya makin kuat."Kalau bukan karena kamu, Ayah dan Ibu akan memberikan semua kasih sayang mereka untukku! Aku lebih sehat darimu, lebih cantik darimu dan lebih hebat darimu …. Tapi, kenapa aku hanya bisa menjadi penggantimu?""Yuri, ini semua gara-gara kamu!"Yenni mencakar-cakarnya seperti orang gila sambil berkata, "Kamu tidak seharusnya hidup di dunia ini! Akulah putri Keluarga Siagian, akulah orangnya!""Dasar wanita jalang! Kenapa kamu tidak mati saja!""Jangan!"Yuri tidak bisa membendung air matanya.Namun, dia hanyalah orang cacat yang duduk di kursi roda. Dia bahkan tidak bisa melawan.Karena kesedihan yang dialami Yenni karen
Menghabiskan waktu berdua bersamamu lebih lama ….Wajah kecil Sinta memerah. Dia ingat kata-kata ini pernah diucapkan Daniel sebelumnya.Daniel hanya menatapnya dan tidak berbicara.Dia tersenyum dan meletakkan tangannya yang besar di atas bahu Sinta.Di pagi hari, Daniel terbangun dan melihat Sinta masih tidur. Lalu, dia perlahan-lahan berdiri dan pergi ke dapur untuk menghangatkan sup yang sebelumnya sudah dimasak oleh Bibi Inem.Beberapa waktu ini, Bibi Inem memasak berbagai macam sup untuk Sinta, satu hari supnya diminum beberapa kali.Namun, setelah diminum beberapa kali, masih belum ada hasilnya juga.Saat Daniel berjalan ke arah dapur, dia mendengar suara anak kucing. Daniel pun tersenyum.Jendela dapur menghadap ke halaman. Ada seekor kucing oranye gemuk yang melompat ke ambang jendela dan berbaring di bawah sinar matahari.Kucing oranye gemuk ini sering berkunjung ke Taman Imperial.Saat pertama kali melihat kucing ini, ia adalah kucing liar kurus yang tampak menyedihkan. Ia b
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem