Angela mendorong tubuh Verrel setelah mendapatkan kontrol dirinya.
Merasa tubuhnya di dorong Angela, Verrel menanggapinya dengan marah."Kenapa tiba-tiba mendorongku? Apa kau teringat dengan kekasihmu," sindir Verrel.Angela terdiam. Ia menurunkan kakinya di lantai dan masuk ke kamar mandi. Merasa dirinya di abaikan Verrel bertambah marah. Ia menyusul Angela ke kamar mandi. Saat itu Angela sudah melepas kancing bajunya hingga terlihat sedikit bukit yang tersembunyi di dalamnya.
"Kenapa kau masuk ke sini!" sentak Angela.
"Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau mendorongku!" tanya Verrel. Hasratnya tengah di ubun-ubun gadis itu malah seenaknya mengakhirinya.
"Tuan Verrel yang terhormat, kita memang suami istri. Tapi berdasarkan kesepakatan tidak boleh ada kontak fisik. Tidak boleh ada perasaan lain dengan pasangannya. Apa perkataan saya kurang jelas?" tandas A
Verrel langsung menghempaskan tubuh Angela di atas ranjang. Tatapannya penuh kemarahan. Angela telah menurunkan harga dirinya sebagai seorang suami.Verrel berkacak pinggang. "Puas kau berciuman dengan kekasihmu!""Dasar tidak tahu malu! Meskipun kita berada di pantai terpencil sekalipun, banyak mata-mata media yang mengawasi gerak-gerik kita. Kau malah enak-enakan bermesraan dengan kekasihmu!" kata Verrel marah.Angela mencoba bangun dari ranjangnya, memilih untuk duduk."Bukankah sudah ku bilang dari awal salah satu di antara kita tidak saling mencampuri urusan masing-masing !" tandas Angela seraya menatap tajam ke arah Verrel.Verrel tidak mengeluarkan satu kata pun, ia keluar dari kamar dengan membanting pintu sangat keras. Angela sampai kaget di buatnya.
"Apa ada yang sakit?" tanya Angela seraya membantu Verrel bangkit. Sebenarnya tubuh Verrel tidak terlalu sakit, tapi inilah kesempatannya mendapatkan perhatian dari Angela."Tolong, bantu aku berdiri," kata Verrel meringis kesakitan. Ia berusaha bangkit sendiri tapi tidak bisa.Angela dengan susah payah membantu Verrel berdiri. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang nyata. Verrel berhasil berbaring di atas ranjang. Ia bisa melihat jika Angela memang benar-benar mengkhawatirkannya. Ini kesempatan yang langka membuat wanita itu bersikap sedikit jinak."Apa tulang punggungmu ada yang patah?" tanya Angela penasaran.Gadis ini bodoh sekali, mana mungkin tulang punggungku patah hanya karena jatuh dari ranjang, pikir Verrel."Tidak, tapi rasanya sakit sekali," rintih Verrel pura-pura.Angela bertambah khawatir."Apa kita ke rumah sakit saja?" ajak Angela
"Kemarin aku melepaskanmu ... tapi tidak lain kali," bisik Verrel di telinga Angela. Ia memang sengaja mengatakan itu untuk menggoda istrinya.Angela hampir saja tersedak sandwich yang sedang di makannya."Pelan-pelan sayang, aku tahu kau sudah tidak sabar menungguku melakukannya malam ini," goda Verrel lagi. Mata Angela mendelik tajam ke arah Verrel.Verrel dengan santainya mengambilkan segelas air minum untuk Angela.Siapa yang tidak sabar? Justru dia yang menginginkannya, batin Angela."Bagaimana kalau kita ke pantai setelah sarapan," ajak Verrel."Ya," jawab Angela cuek. Verrel senang Angela mau menerima ajakannya.Suasana pantai hari ini masih sepi karena mungkin masih terlalu pagi. Mereka berdua berjalan menyusuri bibir pantai. Mata Angela tidak lepas memandangi luasnya hamparan lautan dan ombak yang me
Verrel keluar dari kamar Hellen, berusaha mencari keberadaan Angela. Ia tidak ingin pria itu melakukan hal macam-macam pada istrinya. Aneh perasaannya pada Hellen entah sejak kapan menguap begitu saja. Ia justru merasa nyaman berada di dekat Angela.Ia kembali menyusuri pantai barangkali Angela masih berada di sana. Dan memang benar dugaannya, Angela sedang berjalan-jalan dengan Yohan sambil bergandengan tangan. Mereka tampak bahagia, terlihat wajah Angela tersenyum kepada Yohan.Verrel cemburu melihat kemesraan Angela dan kekasihnya.Tunggu saja, apa yang akan ku lakukan padamu sehingga kau tidak akan berani melirik pria lain, batin Verrel.Ingin sekali Verrel memberi pelajaran pada Yohan, tapi di urungkan niatnya. Ia memilih kembali ke hotel saja. Verrel akui, ia memang cemburu dengan sikap ramah Angela pada kekasihnya. Kalau mereka tidak berada di keramaian ia pasti sudah memukul Yohan
Verrel menahan sakit perutnya, sementara Angela langsung merengsek turun dari ranjang. Ia tidak sempat membenarkan bajunya yang berantakan tapi langsung lari ke kamar mandi.Nafasnya tersengal-sengal naik turun, detak jantungnya berjalan tidak beraturan. Seolah-olah berlarian kesana kemari mau melompat keluar dari engselnya.Sudah cukup lama Angela bersembunyi di dalam kamar mandi. Ia merasa Verrel tidak mencarinya. Ada semacam perasaan khawatir yang menyelimuti hatinya.Apa ... pukulanku tadi terlalu keras? pikir Angela.Angela membuka pintu kamar mandi, ia sedikit menyembulkan kepalanya mencari keberadaan Verrel."Hemm, aman," kata Angela. Ia akhirnya berani keluar dari persembunyiannya.Namun tiba-tiba dari balik pintu ada tangan yang menariknya."Aakh!" serunya kaget."Kau! Sejak kapan kau berada di belakang pint
"Nona Angela silakan ikuti saya," kata salah seorang karyawati. Angela mengangguk mengikuti wanita itu menuju ke suatu ruangan. "Ini adalah ruangan Anda," "Perkenalkan nama saya Mira, Anda akan menjadi sekretaris Pak Verrel," terang Mira. "Saya mengerti." Angela tidak ingin banyak bertanya karena sebelumnya Verrel telah menjelaskan banyak hal padanya. "Saya permisi dulu," Mira pergi meninggalkan Angela sendirian di ruangan itu. Ia heran kenapa Verrel menempatkan dirinya pada posisi sekretaris, jelas-jelas ia belum pernah mencoba bidang itu. Tapi Angela memilih sikap masa bodoh karena yang ada di pikirannya saat ini ia tidak ingin bersitegang dengan Verrel. Tiba - tiba ponselnya bergetar, ia pun mengambil ponsel itu di tasnya. "Iya Ma." "Angela baik - baik aja kok, ini juga sudah di kantornya Verrel." jawab Adelia pada mamanya. "Mama kangen sayang, kapan-kapan mampirlah ke rumah bersama suamimu," kata Yanti di telepon.
Angela telah menyelesaikan semua pekerjaannya. Ia berniat untuk segera pulang sambil menunggu atasannya. Gadis itu melirik gelisah kearah atasannya. Dengan sedikit keberanian ia memutuskan untuk ijin pulang duluan."Maaf, pekerjaan saya sudah selesai. Jam kerja juga sudah habis waktunya. Saya mohon ijin pulang duluan," kata Angela membungkukkan badannya memberi hormat."Hemm, pergilah!" kata Verrel.Angela sangat senang ia bisa bernafas dengan lega setelah seharian berkutat dalam pekerjaan yang menumpuk. Dengan riang ia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar."Tunggu dulu !" seru Verrel lantang.Angela kaget lalu menghentikan langkahnya secara mendadak. Iapun membalikkan badannya kembali."Kita pulang bersama," ucap Verrel.Didalam lift mereka berdua hanya terdiam. Suasana tampak canggung. Angela agak kikuk ia hanya memegang tali tasnya dengan erat. Ia masih ingat bagaimana dengan rakusnya Verrel menciumnya. Angela mendesah be
Angela sudah kekenyangan ia ingin langsung buru - buru merebahkan tubuhnya di ranjang yang empuk. Tak sengaja ia menguap beberapa kali dengan gugup ia menutupi mulutnya, mencoba melebarkan matanya berulangkali agar tidak mengantuk. Tapi apa daya rasanya matanya sudah lengket tidak bisa menahan kantuknya.Udara dingin yang ditimbulkan dari Ac mobil menambah kenyamanan tidurnya. Verrel tersenyum melihat wanita di sampingnya yang sudah tertidur. Lelaki itu meminjamkan pundaknya sebagai tumpuan Angela. Sesekali ia melirik wajah cantiknya. Tangannya meraih ponsel dan melihat serlok yang menunjukkan arah kontrakan pegawainya itu.Setelah beberapa menit akhirnya sampai juga di depan rumah kecil kontrakan Angela. Verrel menatap kearah Angela melihatnya sesaat menikmati wajah cantik Angela yang imut. Bibir merah Angela sungguh menggoda imannya. Verrel memiringkan kepalanya ingin menikmati bibir tipis Angela sesaat. Tiba - tiba Angela membuka mata dan terkejut.
Para tamu undangan telah datang memenuhi ballrom Hotel Diamond untuk datang memberikan selamat pada sepasang pengantin baru. Chika tampak memakai balutan gaun berwarna broken white serasi dengan setelan jas yang di pakai Saga.Chika merasa tegang karena baru kali ini ia menikah secara resmi di hadapan publik. Yang lebih mengesankan lagi pernikahan itu merupakan pernikahan ganda antara Chika dan Saga, Devan dan Viona. Sungguh di luar dugaan bagi Angela. Ia bergelayut mesra di lengan suami tercintanya Verrel. Demikian juga Mark dan Clara cukup lega menyaksikan putrinya berbahagia bersama dengan orang yang di cintainya.Bunga-bunga rose berwarna putih, lily putih dan baby breath menghiasi dekorasi pernikahan. Tampak meja-meja tamu sudah di penuhi pengunjung yang menyantap hidangan makanan yang di tawarkan. Di setiap sudut ruangan di hiasi bunga-bunga kering yang sudah tertata apik.Semua tamu tampak kagum dengan pasangan pengantinnya yang tampil sempurn
Wajah Frans murung, hari ini adalah hari pengambilan raport kelulusannya di TK. Semua anak datang bersama kedua orang tuanya, Frans di temani Chika. Dalam hati sebenarnya Frans ingin seperti teman-temannya. Hanya saja ia tidak berani mengungkapkan perasaannya. Ia takut jika mamanya akan sedih.Chika mendapati Frans diam tidak seperti biasanya. Sementara tatapannya tertuju pada temannya yang sedang bercanda tawa dengan papanya membuat Chika cukup mengerti. Ia lalu mengambil ponsel dalam tasnya. Mengirimkan pesan pendek untuk Saga.Di kantor Saga tengah sibuk mengetik di laptopnya. Sekilas ia melihat ponselnya menyala. Bibirnya tersenyum manakala membaca pesan singkat dari Chika. Ia segera meraih jasnya. Lalu meninggalkan pesan pada asisten pribadinya untuk menghandel pekerjaan hari ini.Di sekolah semua anak mendapatkan jatah giliran pentas bersama kedua orang tuanya. Sang anak membacakan puisi lalu kedua orang tua mendampingi di kanan kirinya.Satu persat
"Ma, apa benar Frans memang putraku?" tanya Saga sembari menangis di depan Angela. Ia merasa seperti orang bodoh tidak tahu apa-apa."Ya, akhirnya kau sudah tahu juga," kata Angela.Saga tercengang, ternyata kedua orang tuanya sudah tahu kebenarannya. Lalu mengapa mereka menyembunyikannya?"Kenapa mama tidak mengatakannya padaku? Aku merasa seperti orang paling bodoh, Ma. Putraku sendiri memakiku, membenciku, aku bisa melihat kemarahan di bola matanya," kata Saga."Itu karena Chika melarangku, aku juga tidak ingin melukai hatinya," kata Angela."Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Putraku tidak mau menerimaku," keluh Saga."Kau harus bisa meraih hatinya. Bayangkan ia besar tanpa kasih sayang seorang papa. Frans sering melihat Chika bersedih sendirian. Sebagai seorang anak yang sangat menyayangi mamanya wajar jika dia ikut terluka.""Baiklah, Ma. Saga akan berusaha keras untuk mengambil hati Frans," kata Saga kemudian."Bagus,
Dering suara telepon mengagetkan Chika dari aktivitasnya dengan Saga."Sudah, biarkan saja. Tanggung," kata Saga.Chika mendorong tubuh Saga. Ia yakin jika yang sedang menelepon adalah putranya. Dengan baju yang sudah terlihat berantakan Chika meraih ponselnya. Benar, memang Frans yang meneleponnya."Mamaa!""Cepat pulang!" teriak Frans di telepon."Iya, sayang. Sekarang juga mama pulang," kata Chika menghibur Frans. Ia lalu mematikan ponselnya.Saga langsung mengambil ponsel Chika dengan paksa, untung saja Frans sudah memutus panggilannya. Saga memeriksa riwayat panggilan Chika. Di sana ada gambar foto bocah tampan mirip dirinya."Jangan bilang, jika anak ini adalah putraku," kata Saga. Ia kembali menatap foto Frans lebih dekat lagi. Chika segera merebutnya. Ia tidak ingin Saga tahu jika dirinya sudah memiliki seorang anak."Lima tahun kau menghilang, anak ini juga berusia lima tahun. Itu berarti kemungkinan besar
"Minumlah, agar tubuhmu menjadi hangat," ucap Saga."Terima kasih."Chika tidak langsung meminumnya karena masih terlalu panas. Ia memilih meletakkannya di atas meja."Masih terlalu panas, aku akan meminumnya nanti," ucap Chika."Tunggu sebentar."Saga beranjak dari tempat duduknya ia melangkah menuju ke dapur. Tangannya membuka pintu lemari mengeluarkan beberapa bungkus mie instan. Ia tidak tahu apakah Chika mau mengonsumsi mie instan atau tidak.Ia pun mengambil panci dan memenuhinya dengan air. Setelah mendidih ia masukkan mie nya ke dalam panci. Sambil menunggu mie nya masak ia menyiapkan mangkuknya.Chika merasa sudah terlalu lama Saga meninggalkannya. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya mencari keberadaan Saga. Melihat Saga tengah memasak di dapur membuat nafasnya sedikit sesak. Ia tidak suka melihat kebaikan Saga. Hatinya bisa saja luluh lantah kalau di perlakukan seperti itu.Tidak seharusnya suas
Saga mengikuti langkah Axella dari belakang. Kebetulan restorannya tidak begitu ramai sehingga mereka leluasa memilih tempat yang nyaman. Rupanya Chika memilih tempat di dekat jendela yang menghadap ke arah air terjun kecil. Di luar jendela terlihat taman landscape menghiasi sekitar restoran.Para pengunjung restoran merasa nyaman untuk berlama-lama di sana. Di dinding hotel banyak terpajang lukisan klasik dan ornamen unik yang tidak ada di tempat mana pun."Kenapa kita kesini? Bukankah seharusnya kita langsung ke lokasi untuk meninjau tempatnya," kata Axella."Jangan terlalu terburu-buru, Nona Axella. Saya tidak ingin Anda kelaparan di jalan hanya karena kurang makan," kata Saga sambil tersenyum.Chika malas membantah perkataan Saga. Ia lebih memilih melihat buku menu yang ada di depannya. Saga memberi isyarat pada pelayan untuk menghampirinya."Saya akan segera kembali membawa pesanan Anda."Chika kembali terpaku pada pem
Sepulang dari rumah orang tuanya Saga berpikir tentang apa yang di katakan Angela. Ia merenungi kehidupan rumah tangganya. Memang benar jika rumah tangganya seperti tidak ada tujuan. Ia membiarkan Luna bersikap seenaknya.Ia tahu jika di luar Luna memiliki hubungan gelap dengan beberapa pria. Saga hanya tinggal menunggu waktu menceraikannya. Ia baru mengumpulkan bukti-bukti kuat agar pengadilan menyetujui gugatannya.Terlebih lagi, kerjasama yang di jalin selama bertahun-tahun dengan papanya Luna pasti akan mengalami kerugian besar jika ia bercerai. Bagi diri Saga ia tidaklah gila harta. Hanya saja jika ia merugi maka yang kena imbasnya adalah karyawannya.Di rumah Saga merasa kesepian, memang benar kata mamanya jika dalam pernikahan di butuhkan seorang penerus. Tapi, bagaimana Luna bisa hamil sementara Saga juga sudah enggan menyentuhnya. Ia tidak bisa membayangkan menyentuh tubuh seorang wanita yang sudah di sentuh berganti-ganti pria.Saga menjad
Angela merasa kasihan mendengar cerita Chika. Ia bisa menyimpulkan jika Chika belum menikah dengan Saga. Terlebih Verrel ia justru merasa terpukul karena wanita yang di telantarkan Saga adalah putri sahabatnya sendiri.Melihat wajah polos Frans kecil mengingatkan Verrel pada Saga di waktu kecil. Anak itu tidak bersalah, seharusnya dulu ia mendengarkan permintaan Saga untuk tidak menikahi Luna. Ia yakin putranya itu tidak pernah mencintai istrinya."Kemarilah, Nak. Ini juga kakekmu. Peluk kakek," kata Verrel. Tak terasa air matanya meleleh.Frans sedikit ragu ia melihat sebentar ke arah mamanya seperti meminta persetujuan. Chika menganggukkan kepalanya."Pergilah, mereka juga kakekmu," kata Chika.Verrel memeluk erat Frans kecil. Ia mengecup pipi chubby bocah itu. Seluruh rasa bersalahnya seakan membebani pundaknya. Verrel bahagia, tapi ia juga merasa kasihan dengan Frans.Angela mengusap air matanya, ia memeluk Frans penuh
Sayang, mama berencana mengajakmu ke rumah teman mama," kata Clara."Mereka sudah mama anggap seperti saudara. Kamu mau kan?" tanya Clara."Iya, Ma.""Kapan kita akan kesana?" tanya Chika."Sekarang, bersiap-siaplah. Mumpung hari ini kita weekend," kata Clara."Baik, Ma. Chika juga akan menyiapkan Frans."Tidak memakan waktu lama Chika dan Frans sudah siap. Mereka masuk ke dalam mobil bersama Mark juga. Frans melihat orang di mobil satu persatu. Lalu ia tiba-tiba tertawa."Hei, kenapa kamu tertawa, sayang?" tanya Clara."Bukan begitu, Nek. Hanya saja kalian terlihat lucu," jawab Frans."Lucu? Apa kami seperti badut kesukaanmu itu?" tanya Mark."Hahaha, kakek bisa saja. Frans lihat kalian kalau diam saja berwajah tegang terlihat lucu," terang Frans."Kamu ini." Clara memencet hidung mancung Frans dengan gemas.Sesampainya di kediaman Verrel, mereka di sambut hangat oleh mereka. Frans dengan malu