Bali adalah salah satu tujuan bulan madu mereka. Di sana menyajikan hamparan pantai yang luas dengan pasir putihnya. Sesampainya di hotel, Angela memutuskan untuk menelpon mamanya,"Hallo, Ma ..., ini Angela sedang di hotel.
"Mana suamimu, sayang?" tanya mama Yanti.
Angela menggedor-nggedor pintu kamar mandi karena sepertinya mamanya tidak percaya dengan perkataan Angela.
Verrel yang keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di perutnya membuat pipi Angela memerah. Rambutnya masih basah dan wajahnya jelihatan lebih segar
"Nih, mama tanyain kamu."
Angela menyerahkan ponselnya pada Verrel. "Hallo, Ma ini Verrel." .
"Jaga Angela baik-baik ya, semoga sukses bulan madunya," kata mama Yanti sambil tertawa terkikik.
Angela menyambar ponselnya dari tangan Verrel. "Ih ..., mama apaan sih. Kita hanya jalan-jalan saja kok."
"Heem, terserah kalian mau jalan-jalan atau bulan madu. Yang penting Mama nitip oleh-oleh cucu ya kalau pulang," goda mamanya.
"Ya, sudah selamat bersenang-senang." Mama Yanti memutuskan sambungan teleponnya.
"Awas ya, jangan berani macam-macam!" ancam Angela."Eh, siapa yang tertarik sama kamu. Lagipula Hellenku lebih cantik dan seksi," imbuh Verrel."Terserah apa katamu, aku mau mandi!" jawab Angela ketus. Ia lalu gantian masuk ke kamar mandi dan membanting pintunya.
BRAAK!
"WOI JANGAN BAR-BAR NAPA?!"
Pintu kamar mandi tertutup rapat, Verrel hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Angela.
Verrel mengganti bajunya di dalam kamar dengan asal, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.
"Aww!!" Kau gila, kenapa kau tidak bilang kalau ganti baju." Angela bersungut-sungut. Tapi di balik jemarinya dia berusaha mengintip pemandangan yang indah di depannya.
Aaah ... otot-otot itu ..., batinnya.
"Kalau mau menyentuhnya juga tidak apa-apa," goda Verrel.
"Dasar Gila!!" kata Angela membalikkan badannya agar tidak melihat tubuh Verrel yang setengah telanjang.
"Sudah?" tanya Angela."Sudah," jawab Verrel.Melihat Verrel sudah berpakaian sangat rapi. Entah karena pengaruh baju atau tubuh atletisnya Verrel tampak begitu tampan.
"Mau kemana? Kok rapi?" tanya Rachel.
"Kencanlah ..." kelakar Leon.
"Dengan siapa?" tanya Rachel penasaran.
"Denganmu ... apa di sini ada manusia lainnya?" gurau Leon lagi.
"Hemm, tidak usah serapi itu. Kamu sengaja berpakaian seperti itu biar gadis-gadis tertarik padamu,"sindir Angela.
Verrel menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Mungkin."Verrel tampak percaya diri.
"Kamu tidak ingat kalau kamu sudah punya istri, yah walaupun hanya statusnya kontrak tetap saja aku adalah istrimu yang sah," kata Angela ketus.
"Kamu cemburu," goda Verrel.
Angela tertawa, "Mimpi kali aku cemburu sama kamu," kata Angela.
"Mimpi kan bisa jadi kenyataan," sahut Verrel tak mau kalah.
"Aku hanya bermimpi setelah kontrak ini selesai aku mau melanjutkan rencana pernikahanku dengan kekasihku," ucap Angela. "Apa sebegitu menariknya lelaki itu, sampai kau menggilainya?" tanya Verrel."Sama sepertimu, kenapa kau menggilai Hellen. Oh, ya aku lupa karena tubuhnya tentunya," ledek Angela."Setidaknya Hellenku lebih berpengalaman daripada dirimu yang sepertinya tidak pernah mendapatkan sentuhan,"kata Verrel seraya menarik pinggang Angela."Lepaskan, jangan begini. Oke ... aku tidak akan mengejekmu lagi tapi tolong lepaskan aku." Verrel melihat bibir Angela ingin sekali ia melumat bibir manisnya agar gadis itu tidak cerewet lagi. Tapi ... sepertinya hanyalah angan-angannya saja. Ia pun melonggarkan rangkulannya dan melepaskan Angela.
Angela bernafas dengan lega karena bisa selamat dari cengkeraman singa.
"Sudahlah, aku tidak mau berdebat denganmu," imbuh Angela."Kau berpakaian serapi itu, kalau aku berpenampilan biasa pasti keliatan lucu," kata Angela tak mau kalah.
Verrel menyerahkan sebuah paperbag yang berisikan gaun untuk di pakai Angela.
Angela meraihnya," Apa ini?" Angela melongok isi paperbag itu. Ia mengeluarkannya perlahan.
"Hemm, gaun?!" pekik Angela kaget.
"Hemm, anggap saja itu hadiah pernikahan kita. Karena aku belum pernah memberikanmu hadiah sewaktu pernikahan," terang Verrel."Tapi pernikahan kita kan karena terpaksa, jadi kamu tidak usah menghabiskan uangmu untuk membeli gaun ini."
"Uangku banyak, jadi untuk membeli satu baju untukmu tidak akan menguras kekayaanku," jawab Verrel.
"Baiklah, aku akan memakainya. Terimakasih atas hadiahnya." Angela kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk memakai gaun pemberian Verrel.
**Mata Verrel terpana melihat kecantikan Angela memakai gaun berwarna biru elektric menunjukkan kekontrasan dengan warna kulitnya yang putih bersih. Verrel menawarkan lengannya untuk Angela.Angela menerimanya," Jangan kepedean yah, ini formalitas saja. Daripada di hotel mewah ini aku kelihatan tidak punya pasangan," kata Angela.
Di restoran, Angela memperhatikan gerak-geriknya Verrel dengan seksama. Betapa tampannya ia, bahkan diantara tamu-tamu hotel lainnya ia masih kelihatan sangat menonjol. Benarkah pria tampan itu suaminya? Sayangnya pernikahannya hanya setahun.
Dari kejauhan ia melihat ada seseorang yang mendekati Verrel. Dari situ dia sudah memiliki firasat buruk. Bak adegan sinetron ikanterbang, seorang wanita pura-pura terjatuh reflek Verrel merengkuh pinggangnya.Angela merasa jengah melihatnya, ia harus membiasakan diri dengan kejutan-kejutan kecil tentang karakter Verrel yang tidak ia ketahui.
"Hati-hati, Nona," ujar Verrel melepaskan pegangannya setelah membuat wanita itu berdiri kembali. Wanita itu sampai melongo tidak bisa menjawab perkataan Verrel. Ia terpesona melihat ketampanan Verrel di atas rata-rata.
Verrel meninggalkan wanita itu dan berjalan menuju Angela.
"Siapa wanita tadi?" tanya Angela.
"Tidak tahu, tidak kenal." Verrel menarik kursinya untuk duduk.
"Kok, sepertinya akrab." Angela masih saja penasaran.
"Sejak kapan kamu senang mencampuri urusan orang lain, " balas Verrel.
Angela tidak menyahut lagi, ia lebih memilih menghabiskan makanannya daripada harus berdebat dengan Verrel. Angela tak habis pikir, kenapa Verrel sepertinya sengaja tebar pesona.
Angela dan Verrel menikmati makan malam itu sembari menikmati keindahan kota ketika malam hari. Dari kejauhan tampak lampu berkelap-kelip bagaikan bintang dalam gelapnya malam."Permisi Nona, ini minuman hangatnya yang anda pesan tadi," kata pelayannya.
"Ooh, terimakasih, ..."
"Ini hadiah dari kami, karena anda adalah tamu awal yang terpilih mendapatkan menu makan gratis sampai besok.
"Benarkah?!" Angela senang.
"Tapi ...." Angela sempat ragu.
"Menunya enak semua nih, tapi yang jadi pertanyaannya apa perutku muat semua makanan ini," Angela
"Saya bisa bantu menghabiskannya!" seru Brian yang tiba-tiba muncul di belakang.
"Kok disini?" tanya Angela. Brian adalah seniornya di universitas dulu. Pria itu pernah menyatakan cinta padanya sekali, tapi di tolaknya karena saat itu ia sudah berpacaran dengan Yohan.
Brian adalah senior yang di kaguminya. Pernah Angela memendam cinta padanya, tapi karena Brian tak kunjung menyatakan cinta, Angela mengira cintanya bertepuk sebelah tangan ia menerima cinta Yohan yang gigih memperjuangkan cintanya.
Verrel melihat Angela menatap dalam ke arah Brian. Ia tidak suka jika Angela bersikap begitu di hadapannya. Apalagi memperhatikan pria lain selain dirinya. Selana ini ia terlalu percaya diri Angela akan jatuh hati padanya. Tak tahunya Angela juga memiliki masa lalu dengan cinta pertamanya."Maaf, Tuan kami sedang berbulan madu. Jadi tolong hargai privasi kami,"kata Verrel dengan tatapan tidak suka.----Bersambung----
Verrel melihat Angela menatap dalam ke arah Brian. Ia tidak suka jika Angela bersikap begitu di hadapannya. Apalagi memperhatikan pria lain selain dirinya. Selama ini ia terlalu percaya diri Angela akan jatuh hati padanya. Tak tahunya Angela juga memiliki masa lalu dengan cinta pertamanya."Maaf, Tuan kami sedang berbulan madu. Jadi tolong hargai privasi kami,"kata Verrel dengan tatapan tidak suka."Senior, kok bisa ada di sini?" Angela berusaha mencairkan suasana. Ia tahu jika Verrel menatap tidak suka ke arah seniornya."Hemm, kamu sangat berbeda hari ini terlihat sangat cantik di antara tamu lainnya," Brian menatap Angela dari atas hingga kebawah lalu terbitlah sebuah senyuman di bibirnya.Seorang laki-laki memberikan serangan melalui tatapan tajamnya kearah Pak Brian, "Ehem!! Verrel tampak kesal melihat keakraban keduanya. Apalagi Angela terlihat sangat senan
Angela masuk kedalam kamar hotelnya ia merasa tidak nyaman memakai gaun indah pemberian Verrel. Bagaimanapun baju tidur adalah baju terbaik dan paling nyaman sedunia."Tolong bantu aku menurunkan sedikit resleting di punggungku, sedikit saja. Awas kalau berani macam-macam," ancam Angela."Ya, elah belum ngapa-ngapain sudah di ancam." Verrel mendekat kearah Angela. Ia menurunkan perlahan resleting gaun Angela. Pikirannya kembali mesum."Sudah?" tanya Angela. Ia merasa Verrel sudah selesai tapi kenapa malah hanya berdiri diam di belakangnya."Iya, sudah."Lamunan Verrel menjadi buyar. Bayangan pikiran kotornya lenyap seketika, tapi tidak dengan tingkah adik kecilnya di bawah. Justru celananya tiba-tiba makin sesak."Sebentar, aku ke kamar mandi dulu." Verrel buru-buru masuk ke kamar mandi.
Angela mendorong tubuh Verrel setelah mendapatkan kontrol dirinya.Merasa tubuhnya di dorong Angela, Verrel menanggapinya dengan marah."Kenapa tiba-tiba mendorongku? Apa kau teringat dengan kekasihmu," sindir Verrel.Angela terdiam. Ia menurunkan kakinya di lantai dan masuk ke kamar mandi. Merasa dirinya di abaikan Verrel bertambah marah. Ia menyusul Angela ke kamar mandi. Saat itu Angela sudah melepas kancing bajunya hingga terlihat sedikit bukit yang tersembunyi di dalamnya."Kenapa kau masuk ke sini!" sentak Angela."Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau mendorongku!" tanya Verrel. Hasratnya tengah di ubun-ubun gadis itu malah seenaknya mengakhirinya."Tuan Verrel yang terhormat, kita memang suami istri. Tapi berdasarkan kesepakatan tidak boleh ada kontak fisik. Tidak boleh ada perasaan lain dengan pasangannya. Apa perkataan saya kurang jelas?" tandas A
Verrel langsung menghempaskan tubuh Angela di atas ranjang. Tatapannya penuh kemarahan. Angela telah menurunkan harga dirinya sebagai seorang suami.Verrel berkacak pinggang. "Puas kau berciuman dengan kekasihmu!""Dasar tidak tahu malu! Meskipun kita berada di pantai terpencil sekalipun, banyak mata-mata media yang mengawasi gerak-gerik kita. Kau malah enak-enakan bermesraan dengan kekasihmu!" kata Verrel marah.Angela mencoba bangun dari ranjangnya, memilih untuk duduk."Bukankah sudah ku bilang dari awal salah satu di antara kita tidak saling mencampuri urusan masing-masing !" tandas Angela seraya menatap tajam ke arah Verrel.Verrel tidak mengeluarkan satu kata pun, ia keluar dari kamar dengan membanting pintu sangat keras. Angela sampai kaget di buatnya.
"Apa ada yang sakit?" tanya Angela seraya membantu Verrel bangkit. Sebenarnya tubuh Verrel tidak terlalu sakit, tapi inilah kesempatannya mendapatkan perhatian dari Angela."Tolong, bantu aku berdiri," kata Verrel meringis kesakitan. Ia berusaha bangkit sendiri tapi tidak bisa.Angela dengan susah payah membantu Verrel berdiri. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang nyata. Verrel berhasil berbaring di atas ranjang. Ia bisa melihat jika Angela memang benar-benar mengkhawatirkannya. Ini kesempatan yang langka membuat wanita itu bersikap sedikit jinak."Apa tulang punggungmu ada yang patah?" tanya Angela penasaran.Gadis ini bodoh sekali, mana mungkin tulang punggungku patah hanya karena jatuh dari ranjang, pikir Verrel."Tidak, tapi rasanya sakit sekali," rintih Verrel pura-pura.Angela bertambah khawatir."Apa kita ke rumah sakit saja?" ajak Angela
"Kemarin aku melepaskanmu ... tapi tidak lain kali," bisik Verrel di telinga Angela. Ia memang sengaja mengatakan itu untuk menggoda istrinya.Angela hampir saja tersedak sandwich yang sedang di makannya."Pelan-pelan sayang, aku tahu kau sudah tidak sabar menungguku melakukannya malam ini," goda Verrel lagi. Mata Angela mendelik tajam ke arah Verrel.Verrel dengan santainya mengambilkan segelas air minum untuk Angela.Siapa yang tidak sabar? Justru dia yang menginginkannya, batin Angela."Bagaimana kalau kita ke pantai setelah sarapan," ajak Verrel."Ya," jawab Angela cuek. Verrel senang Angela mau menerima ajakannya.Suasana pantai hari ini masih sepi karena mungkin masih terlalu pagi. Mereka berdua berjalan menyusuri bibir pantai. Mata Angela tidak lepas memandangi luasnya hamparan lautan dan ombak yang me
Verrel keluar dari kamar Hellen, berusaha mencari keberadaan Angela. Ia tidak ingin pria itu melakukan hal macam-macam pada istrinya. Aneh perasaannya pada Hellen entah sejak kapan menguap begitu saja. Ia justru merasa nyaman berada di dekat Angela.Ia kembali menyusuri pantai barangkali Angela masih berada di sana. Dan memang benar dugaannya, Angela sedang berjalan-jalan dengan Yohan sambil bergandengan tangan. Mereka tampak bahagia, terlihat wajah Angela tersenyum kepada Yohan.Verrel cemburu melihat kemesraan Angela dan kekasihnya.Tunggu saja, apa yang akan ku lakukan padamu sehingga kau tidak akan berani melirik pria lain, batin Verrel.Ingin sekali Verrel memberi pelajaran pada Yohan, tapi di urungkan niatnya. Ia memilih kembali ke hotel saja. Verrel akui, ia memang cemburu dengan sikap ramah Angela pada kekasihnya. Kalau mereka tidak berada di keramaian ia pasti sudah memukul Yohan
Verrel menahan sakit perutnya, sementara Angela langsung merengsek turun dari ranjang. Ia tidak sempat membenarkan bajunya yang berantakan tapi langsung lari ke kamar mandi.Nafasnya tersengal-sengal naik turun, detak jantungnya berjalan tidak beraturan. Seolah-olah berlarian kesana kemari mau melompat keluar dari engselnya.Sudah cukup lama Angela bersembunyi di dalam kamar mandi. Ia merasa Verrel tidak mencarinya. Ada semacam perasaan khawatir yang menyelimuti hatinya.Apa ... pukulanku tadi terlalu keras? pikir Angela.Angela membuka pintu kamar mandi, ia sedikit menyembulkan kepalanya mencari keberadaan Verrel."Hemm, aman," kata Angela. Ia akhirnya berani keluar dari persembunyiannya.Namun tiba-tiba dari balik pintu ada tangan yang menariknya."Aakh!" serunya kaget."Kau! Sejak kapan kau berada di belakang pint
Para tamu undangan telah datang memenuhi ballrom Hotel Diamond untuk datang memberikan selamat pada sepasang pengantin baru. Chika tampak memakai balutan gaun berwarna broken white serasi dengan setelan jas yang di pakai Saga.Chika merasa tegang karena baru kali ini ia menikah secara resmi di hadapan publik. Yang lebih mengesankan lagi pernikahan itu merupakan pernikahan ganda antara Chika dan Saga, Devan dan Viona. Sungguh di luar dugaan bagi Angela. Ia bergelayut mesra di lengan suami tercintanya Verrel. Demikian juga Mark dan Clara cukup lega menyaksikan putrinya berbahagia bersama dengan orang yang di cintainya.Bunga-bunga rose berwarna putih, lily putih dan baby breath menghiasi dekorasi pernikahan. Tampak meja-meja tamu sudah di penuhi pengunjung yang menyantap hidangan makanan yang di tawarkan. Di setiap sudut ruangan di hiasi bunga-bunga kering yang sudah tertata apik.Semua tamu tampak kagum dengan pasangan pengantinnya yang tampil sempurn
Wajah Frans murung, hari ini adalah hari pengambilan raport kelulusannya di TK. Semua anak datang bersama kedua orang tuanya, Frans di temani Chika. Dalam hati sebenarnya Frans ingin seperti teman-temannya. Hanya saja ia tidak berani mengungkapkan perasaannya. Ia takut jika mamanya akan sedih.Chika mendapati Frans diam tidak seperti biasanya. Sementara tatapannya tertuju pada temannya yang sedang bercanda tawa dengan papanya membuat Chika cukup mengerti. Ia lalu mengambil ponsel dalam tasnya. Mengirimkan pesan pendek untuk Saga.Di kantor Saga tengah sibuk mengetik di laptopnya. Sekilas ia melihat ponselnya menyala. Bibirnya tersenyum manakala membaca pesan singkat dari Chika. Ia segera meraih jasnya. Lalu meninggalkan pesan pada asisten pribadinya untuk menghandel pekerjaan hari ini.Di sekolah semua anak mendapatkan jatah giliran pentas bersama kedua orang tuanya. Sang anak membacakan puisi lalu kedua orang tua mendampingi di kanan kirinya.Satu persat
"Ma, apa benar Frans memang putraku?" tanya Saga sembari menangis di depan Angela. Ia merasa seperti orang bodoh tidak tahu apa-apa."Ya, akhirnya kau sudah tahu juga," kata Angela.Saga tercengang, ternyata kedua orang tuanya sudah tahu kebenarannya. Lalu mengapa mereka menyembunyikannya?"Kenapa mama tidak mengatakannya padaku? Aku merasa seperti orang paling bodoh, Ma. Putraku sendiri memakiku, membenciku, aku bisa melihat kemarahan di bola matanya," kata Saga."Itu karena Chika melarangku, aku juga tidak ingin melukai hatinya," kata Angela."Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Putraku tidak mau menerimaku," keluh Saga."Kau harus bisa meraih hatinya. Bayangkan ia besar tanpa kasih sayang seorang papa. Frans sering melihat Chika bersedih sendirian. Sebagai seorang anak yang sangat menyayangi mamanya wajar jika dia ikut terluka.""Baiklah, Ma. Saga akan berusaha keras untuk mengambil hati Frans," kata Saga kemudian."Bagus,
Dering suara telepon mengagetkan Chika dari aktivitasnya dengan Saga."Sudah, biarkan saja. Tanggung," kata Saga.Chika mendorong tubuh Saga. Ia yakin jika yang sedang menelepon adalah putranya. Dengan baju yang sudah terlihat berantakan Chika meraih ponselnya. Benar, memang Frans yang meneleponnya."Mamaa!""Cepat pulang!" teriak Frans di telepon."Iya, sayang. Sekarang juga mama pulang," kata Chika menghibur Frans. Ia lalu mematikan ponselnya.Saga langsung mengambil ponsel Chika dengan paksa, untung saja Frans sudah memutus panggilannya. Saga memeriksa riwayat panggilan Chika. Di sana ada gambar foto bocah tampan mirip dirinya."Jangan bilang, jika anak ini adalah putraku," kata Saga. Ia kembali menatap foto Frans lebih dekat lagi. Chika segera merebutnya. Ia tidak ingin Saga tahu jika dirinya sudah memiliki seorang anak."Lima tahun kau menghilang, anak ini juga berusia lima tahun. Itu berarti kemungkinan besar
"Minumlah, agar tubuhmu menjadi hangat," ucap Saga."Terima kasih."Chika tidak langsung meminumnya karena masih terlalu panas. Ia memilih meletakkannya di atas meja."Masih terlalu panas, aku akan meminumnya nanti," ucap Chika."Tunggu sebentar."Saga beranjak dari tempat duduknya ia melangkah menuju ke dapur. Tangannya membuka pintu lemari mengeluarkan beberapa bungkus mie instan. Ia tidak tahu apakah Chika mau mengonsumsi mie instan atau tidak.Ia pun mengambil panci dan memenuhinya dengan air. Setelah mendidih ia masukkan mie nya ke dalam panci. Sambil menunggu mie nya masak ia menyiapkan mangkuknya.Chika merasa sudah terlalu lama Saga meninggalkannya. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya mencari keberadaan Saga. Melihat Saga tengah memasak di dapur membuat nafasnya sedikit sesak. Ia tidak suka melihat kebaikan Saga. Hatinya bisa saja luluh lantah kalau di perlakukan seperti itu.Tidak seharusnya suas
Saga mengikuti langkah Axella dari belakang. Kebetulan restorannya tidak begitu ramai sehingga mereka leluasa memilih tempat yang nyaman. Rupanya Chika memilih tempat di dekat jendela yang menghadap ke arah air terjun kecil. Di luar jendela terlihat taman landscape menghiasi sekitar restoran.Para pengunjung restoran merasa nyaman untuk berlama-lama di sana. Di dinding hotel banyak terpajang lukisan klasik dan ornamen unik yang tidak ada di tempat mana pun."Kenapa kita kesini? Bukankah seharusnya kita langsung ke lokasi untuk meninjau tempatnya," kata Axella."Jangan terlalu terburu-buru, Nona Axella. Saya tidak ingin Anda kelaparan di jalan hanya karena kurang makan," kata Saga sambil tersenyum.Chika malas membantah perkataan Saga. Ia lebih memilih melihat buku menu yang ada di depannya. Saga memberi isyarat pada pelayan untuk menghampirinya."Saya akan segera kembali membawa pesanan Anda."Chika kembali terpaku pada pem
Sepulang dari rumah orang tuanya Saga berpikir tentang apa yang di katakan Angela. Ia merenungi kehidupan rumah tangganya. Memang benar jika rumah tangganya seperti tidak ada tujuan. Ia membiarkan Luna bersikap seenaknya.Ia tahu jika di luar Luna memiliki hubungan gelap dengan beberapa pria. Saga hanya tinggal menunggu waktu menceraikannya. Ia baru mengumpulkan bukti-bukti kuat agar pengadilan menyetujui gugatannya.Terlebih lagi, kerjasama yang di jalin selama bertahun-tahun dengan papanya Luna pasti akan mengalami kerugian besar jika ia bercerai. Bagi diri Saga ia tidaklah gila harta. Hanya saja jika ia merugi maka yang kena imbasnya adalah karyawannya.Di rumah Saga merasa kesepian, memang benar kata mamanya jika dalam pernikahan di butuhkan seorang penerus. Tapi, bagaimana Luna bisa hamil sementara Saga juga sudah enggan menyentuhnya. Ia tidak bisa membayangkan menyentuh tubuh seorang wanita yang sudah di sentuh berganti-ganti pria.Saga menjad
Angela merasa kasihan mendengar cerita Chika. Ia bisa menyimpulkan jika Chika belum menikah dengan Saga. Terlebih Verrel ia justru merasa terpukul karena wanita yang di telantarkan Saga adalah putri sahabatnya sendiri.Melihat wajah polos Frans kecil mengingatkan Verrel pada Saga di waktu kecil. Anak itu tidak bersalah, seharusnya dulu ia mendengarkan permintaan Saga untuk tidak menikahi Luna. Ia yakin putranya itu tidak pernah mencintai istrinya."Kemarilah, Nak. Ini juga kakekmu. Peluk kakek," kata Verrel. Tak terasa air matanya meleleh.Frans sedikit ragu ia melihat sebentar ke arah mamanya seperti meminta persetujuan. Chika menganggukkan kepalanya."Pergilah, mereka juga kakekmu," kata Chika.Verrel memeluk erat Frans kecil. Ia mengecup pipi chubby bocah itu. Seluruh rasa bersalahnya seakan membebani pundaknya. Verrel bahagia, tapi ia juga merasa kasihan dengan Frans.Angela mengusap air matanya, ia memeluk Frans penuh
Sayang, mama berencana mengajakmu ke rumah teman mama," kata Clara."Mereka sudah mama anggap seperti saudara. Kamu mau kan?" tanya Clara."Iya, Ma.""Kapan kita akan kesana?" tanya Chika."Sekarang, bersiap-siaplah. Mumpung hari ini kita weekend," kata Clara."Baik, Ma. Chika juga akan menyiapkan Frans."Tidak memakan waktu lama Chika dan Frans sudah siap. Mereka masuk ke dalam mobil bersama Mark juga. Frans melihat orang di mobil satu persatu. Lalu ia tiba-tiba tertawa."Hei, kenapa kamu tertawa, sayang?" tanya Clara."Bukan begitu, Nek. Hanya saja kalian terlihat lucu," jawab Frans."Lucu? Apa kami seperti badut kesukaanmu itu?" tanya Mark."Hahaha, kakek bisa saja. Frans lihat kalian kalau diam saja berwajah tegang terlihat lucu," terang Frans."Kamu ini." Clara memencet hidung mancung Frans dengan gemas.Sesampainya di kediaman Verrel, mereka di sambut hangat oleh mereka. Frans dengan malu