Home / Romansa / Niat Menyamar Malah Dilamar / Bab 32. Pencabut Nyawa

Share

Bab 32. Pencabut Nyawa

Author: Astika Buana
last update Last Updated: 2022-12-17 14:53:17

Dengan dukungan Mahardika, hubunganku dan Langit semakin dekat, walaupun aku masih belum berani menemui ibunya Langit, Den Ajeng.

Aku masih kawatir, karena kebohonganku membuat Den Ajeng kecewa dan menolakku. Aku belum siap menerima kemungkinan berpisah dengan Langit.

Berbeda dengan Langit, dia semakin akrab dengan orang-orang terdekatku. Tidak hanya Mahardika, sekarang ada Mbak Rahmi yang mulai akrab dengannya. Bagiku Mahardika dan Mbak Rahmi adalah keluargaku.

"Mas Langit orangnya baik, ya. Pantas saja Mbak Lintang terkiwir-kiwir," seloroh Mbak Rahmi saat kami makan pagi berdua.

Langit sering datang berkunjung ke rumah, termasuk berbincang dengan Mbak Rahmi. Pribadinya yang super, membuat mereka menjadi akrab.

"Kalau sudah cocok, langsung bungkus saja. Model seperti Mas Langit sudah langka di jaman sekarang!" tambahnya semakin menjadi-jadi.

"Memang makanan?"

"Ya tidak jauh bedalah. Sama-sama membuat semangat! Mbak Lintang juga semakin rajin update tulisan. Aku kan baca terus. Bab
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
kn sm2 mninggal... dan lintg kn jg tahu bgm trpurukny kelg langit .... kec myg nabrak slmt... berat lah it.. plis deh....
goodnovel comment avatar
Chenk Yanie
Bukan pencabut nyawa ortu lintang, kan kecelakaan dan sama² meninggal semua.. namax jga kecelakaan siapa yg tau..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 33. Pria Bodoh

    Sejak mengenalmu, semua indera tertulis namamu. Aku tidak sanggup perpaling apalagi menjauh. Biarlah. Biarkan saja kau tidak menyambut. Tidak kau hilangkan diriku dari hidupmu saja, sudah cukup. ***Aku hanyalah satu titik kecil yang hampir tidak kentara, bahkan dibuang oleh seseorang yang seharusnya melindungi dan membanggakanku. Karenanya, aku diberi nama Mahardika. Kata ibu panti asuhan artinya kaya, makmur, kuat, berilmu, dan berbudi luhur, bangsawan. Nama ini akan mengantarkan menjadi titik yang lebih jelas.Suatu hari, mata ini terpaku pada satu sosok yang indah. Bersamanya aku merasa lebih berarti. Hati ini menghangat saat di dekatnya. Aku seperti mencandui setiap senyuman, sikap koyol, bahkan bayangannyapun aku rindukan. Dunia seperti hanya dia seorang, Lintang Astuti.Retak hati ini mendengar penolakan cinta yang aku tawarkan. Namun, pengertian dan perhatiannya perlahan memulihkan hati."Aku tidak mengerti tentang cinta itu apa. Yang aku tahu, bersamamu lebih sekedar dari

    Last Updated : 2022-12-18
  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 34. Aku Rindu

    POV MahardikaSekarang dia menatapku melalui spion. Menarik napas dalam dan menghembuskan kembali. "Apa yang kamu lakukan saat merindukan seseorang?" Suara Lintang akhirnya terdengar."Aku akan mengingatnya.""Kalau masih tetap rindu." Suara Lintang seperti tercekat menahan tangis. Aku menatapnya sekilas, ada kilatan air mata yang mengambang kembali."Aku tetap akan mengingatnya.""Itu saja? Ta-tapi, kenapa malah semakin rindu? Dan hatiku semakin berat?" Dia memalingkan wajah ke arah jendela, menyembunyikan air mata yang semakin deras."Aku akan bercerita tentang kenangan indah. Dengan begitu, aku akan tersenyum kembali," jawabku sembari mengeratkan tangan ini di kemudi. Melihat keadaannya, hati ini ikut teriris. "Ceritakan yang indah tentangnya. Aku siap mendengarkan."Kami berputar-putar menghabiskan malam. Sepanjang jalan Lintang menceritakan tentang Langit. Cerita konyol tentang pertemuan mereka.Tetap dengan linangan air mata, namun ada terbersit senyuman di bibirnya. "Bagaim

    Last Updated : 2022-12-18
  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 35. Alasan Aku Ada

    POV Lintang AstutiHati ini berdarah kembali ketika menyebut namanya. Langit dan tragedi yang berusaha aku lupakan, seakan bersanding. Hati ini bertengkar hebat berebut kebenaran. Meneruskan hubungan ini atau berhenti sampai di sini. Sungguh, ini sangat berat untukku.Semakin aku menjauh darinya, semakin lekat nama Langit di hati. Bagaikan pasir hisap. Sekuat tenaga aku meronta, semakin dalam aku ditenggelamkan.Hanya Mahardika lah yang bisa menolongku. Menarikku dari kebimbangan ini, seperti dulu saat aku terpuruk.Benar.Malam itu dia memberiku sepucuk surat dari Langit. Sesuatu yang kurindukan sangat, tetapi berat kulakukan. Namun, sikap kesal Mahardika mendorongku untuk menghadapi kenyataan. Aku mengerti, dia pasti tersiksa dengan sikap ketidakdewasaanku.Ragu, aku buka surat beramplop putih dan kubaca dengan hati yang sudah memutih ini. Perlahan suara samar semakin jelas mendendangkan nada indah. Mengantarku keluar dari keraguan.Surat dengan tulisan tangan indah Langit.~~~Lin

    Last Updated : 2022-12-20
  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 36. Hukuman

    Kami duduk berdua di pinggir kolam. Bersandar di sunbed yang sudah disatukan. Aku yang masih sibuk menatap jari manis yang sudah dihiasi cincin indah darinya, kemudian menatapnya sambil tersenyum. Memuaskan kembali dahaga rinduku."Sayang, kenapa tadi tidak secepatnya mengatakan iya. Aku tadi hampir putus harapan. Kawatir kamu berubah pikiran dan lari lagi. Membayangkan saja, aku tidak mau," tanya Langit. "Tadi, aku terkejut sekali. Menurutku, ini terlalu cepat. Aku tidak menyangka kau seberani dan senekad ini?""Memang apa yang harus aku takutkan? Aku lebih takut kalau kehilanganmu. Kamu tahu tidak, kemarin aku seperti orang gila. Kamu menghilang tanpa bicara. Telpon, pesan, bahkan kedatanganku kamu tolak. Untung ada Mbak Rahmi dan Mahardika. Mereka membantuku. Makanya, lebih baik sekarang aku segera mengikatmu," ucap Langit, sambil merangkul pundak ini."Dengan ini?" tanyaku sambil menunjukkan cincin emas ini."Itu langkah awal. Langkah berikutnya, aku akan mengajak ibu ke sini. T

    Last Updated : 2022-12-20
  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 37. Kamar Rahasia

    Warna merah jambu melingkupi diri ini. Inginku dan niat dia sudah menyatu, bersama untuk selamanya.Kalau perempuan lain akan sibuk mengusahakan restu orang tua, sedangkan aku mau kemana? Hanya Mbak Rahmi dan Mahardika yang aku punya. Bagaimanapun, aku tetap harus menemui bapak ibu, walaupun di gundukan tanah makam mereka berdua. Menyampaikan kisah gembiraku dan berbagi bahagia. Di sinilah aku, ditemani Langit yang memanyungiku dengan payung hitam."Bapak ... Ibuk ..., Lintang kangen. Lintang ingin cerita tentang kebahagiaan ini. Lintang ...." Aku tidak sanggup mengatakan apapun. Lidahku kelu dan air mata ini sudah membasahi pipi. Kerinduanku kepada mereka sangat, sangat sampai dada ini sesak karena memendamnya. Yang kubisa hanya memeluk batu nisan yang berdampingan ini. "Lintang .... Jangan menangis. Ayah dan Ibu pasti tidak menginginkan kau bersedih," ucap Langit mengusap bahuku. "Harusnya, mereka mendampingi aku," ucapku kemudian tergugu kembali. Langit hanya diam menungguku m

    Last Updated : 2022-12-21
  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 38. Menuju Kebahagiaan

    Penasaran, aku segera menerobos mendahuluinya ketika pintu di buka. Kamar dengan cat abu-abu, senada dengan seprai dan sarung bantal, terlihat serasi. Gaya maskulin terasa kental, ditambah gitar yang menggantung di dinding.Yang membuatku terkejut, rak buku yang tinggi dipenuhi buku-buku tebal. Dari buku fiksi sampai buku filsafat. Dari yng berbahasa Inggris sampai bahasa Jawa. Aku baru mengerti, ternyata dia suka membaca.Aku berdiri di depan jajaran buku ini, seperti menciut bagaikan anak ayam di lumbung padi. "Ternyata suka baca novel, juga?" tanyaku meraih buku tebal. Aku membaca sampul belakang, diterangkan isi novel tentang romantika percintaan. Pantas saja dia pintar merayu. Aku menoleh ke arahnya, menatap dengan tatapan menyelidik sambil berpikir, 'Berapa perempuan yang sudah bertekuk lutut di hadapannya?'Yang aku curigai malah sibuk mengambil buku di rak satunya. "Ini novel yang sudah aku baca. Kalau mau, bawa aja." Dia menaruh tumpukan buku tebal di depanku."Aku baca no

    Last Updated : 2022-12-21
  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 39. SAH

    Mahardika memegang kedua bahuku, menatapku lewat cermin. "Lintangku sekarang sudah dewasa, sudah siap untuk menjadi istri. Selamat, ya."Aku membalas dengan senyum sambil mengusap tangannya yang di bahu ini. Ucapan terima kasih tidak cukup untuknya, dia begitu banyak berbuat untukku. Perhatian, kesempatan, dan cintanya tercurah untukku. "Eits! Tidak boleh nangis. Nanti riasannya luntur. Walaupun waterproff tetap tidak boleh nangis," teriaknya, kemudian memanggil perias untuk memperbaiki riasanku kembali.Aku sudah selesai dirias. Baju kebaya putih yang berekor panjang. Rancangan Mahardika khusus di hari indah ini. Perpaduan antara tradisional dan modern. Peyet-payet berkilau bertaburan berpusat di bagian atas. Riasan juga mengusung tema natural, hanya sesikit sentuhan berkilau untuk menyesuaikan acara di malam ini. Sanggul sederhana dicepol berhias permata sederhana, menunjukkan leher jenjangku yang dihias kalung pemberian Mahardika. Aku bersikukuh memakainya, walaupun disarankan

    Last Updated : 2022-12-22
  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 40.  Demi Pesanan

    "Kamu cantik dengan rambut terurai," ucapnya, kemudian menghapus jarak kami. Mencium kening dan berlanjut dengan sentuhan indahnya. "Langit, aku ganti baju dulu. Gerah." Aku dorong dia untuk menjauh. Belum sempat aku berganti baju. Inginku, aku ingin mempersiapkan malam ini dengan baju yang dititipkan Mahardika. Baju putih panjang bertali dan menerawang, menonjolkan sisi kedewasaanku. Memegangnya saja, sudah berasa lain, apalagi saat aku menggenakannya. Mengenakan lengerie sexy, parfum wangi dan bersikap lembut, itu kubaca untuk mempersiapkan diri di malam pertama. "Aku bantu," bisiknya tanpa melepaskan aku. Dengan satu tangannya, dia berhasil melepas gaunku. "Langit ...." "Hmm ...," jawabnya tanpa menghentikan sentuhannya. Memaksaku terdiam dan terhanyut kemudian tenggelam. Hilang membersamai dengusan napasnya. Aku sudah tak ingat lagi, yang aku tahu sekarang kami bergelung di selimut yang sama. Tersenyum bersama setelah melewati malam tanpa kekawatiran yang keliru. ***

    Last Updated : 2022-12-22

Latest chapter

  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 54.  Selamanya

    Hari indah tiba. Rencana indah yang kami persembahkan untuk Mahardika tiba. Ini diprakarasi Mas Langit. Suamiku ini mendirikan rumah singgah untuk anak-anak terlantar dengan nama Mahardika. Harapannya, kami bisa mencetak Mahardika muda. Memberi harapan pada setiap anak-anak yang membutuhkan. Kami pun mendatangkan semua karyawan butik dari semua cabang, berkumpul untuk memanjatkan doa bersama untuknya. Menyatakan bahwa kami semua bersamanya. Kisahnya yang sudah aku tulis, juga sudah dibukukan. Kami bagian untuk semua yang hadir, sebagai tanda menetapkan Mahardika selalu abadi di hati kita semua. "Mas Langit, Dika pasti senang melihat ini semua," ucapku sambil mengapit lengannya. Dari balkon kami melihat keramaian di bawah. Kami duduk di bangku panjang, mengamati mereka yang mengenang Mahardika dengan suka cita, seperti harapannya. Candra dan Surya pun tidak lepas dari kegemasan para undangan. Mereka tertawa terkekeh bercanda dengan anak-anak. "Pasti, Sayang. Dengan ini semua

  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 53. Kehilangan

    Hariku seakan hilang. Dia yang biasanya selalu ada untukku, pergi. Hatiku pun seperti terkoyak.Sakit*Di sinilah aku, terpekur di depan makam yang bertuliskan namanya, Mahardika. "Kamu keterlaluan, Dika. Merahasiakan sakitmu dan meninggalkan aku begitu saja. Kamu mengesalkan." Tanganku gemetar meraba nisan penanda, tidak pernah terlintas sedikitpun perpisahan dengannya seperti ini. Begitu mendadak dan seperti mimpi.Setelah sadar dari pingsanku, kami langsung mengatur pejalanan ke ibu kota, tempat Mahardika dimakamkan. Menurut Magdalena, semua sudah diatur oleh Mahardika. Bahkan, apartemen juga sudah dirapikan. Dia mewariskan apartemen atas nama Candra dan Surya. Dalam pesannya, tempat ini bisa digunakan anakku saat berkunjung dan tetap merasakan kehadirannya di sana.Foto kebersamaan Mahardika dan si Kembar terpampang seperti gallery di dinding. Mulai dari lahir sampai pertemuan terakhir. Yang membuatku tersedu kembali, ada kamar tertuliskan nama anak-anakku. Di dalamnya ada du

  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 52.  Mahardika yang Keterlaluan

    Satu bulan, dua bulan, bahkan si Kembar sudah bisa merangkak, tidak ada kabar sama sekali dari Mahardika.Terakhir sebelum berangkat, dia memberitahukan kalau nomor telpon tidak diaktifkan lagi. Katanya, dia akan berganti menggunakan nomor Singapura. Namun sampai saat ini belum ada kabar."Mungkin mereka sibuk. Biarkan mereka bahagia. Aku yakin, Mahardika percaya sekali denganmu sehingga menyerahkan ini semua," hibur Mas Langit saat aku mengeluh tentang Mahardika.Untuk pekerjaan butik tidak ada kendala apapun. Akupun masih membuat rancangan baju dan mengontrol kegiatan secara online. Mas Langit lah yang sesekali keliling ke butik-butik itu. Memastikan keadaan real di sana.Lama tidak mendengar kabar dari Mahardika, hidupku seperti ada yang kurang. Kadang aku termangu di kamar yang biasa dia diami. Mengingat saat dia bercanda dengan anak-anak di sana. Apakah dia tidak kangen dengan Candra dan Surya? Mereka sekarang pas lucu-lucunya. Pipi yang gembul, bicara ngoceh bahasa bayi, dan mer

  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 51. Aku Serahkan

    Kebahagiaanku lengkap sudah. Sebagai wanita yang sudah menyandang status istri dan ibu. Sehari-hari, aku disibukkan oleh si kembar. Walaupun ada suster yang merawat, tetap mereka dalam pengawasanku. Bulek Ningsih, dikukuhkan tinggal di sini. Tugasnya bertanggung jawab kepada makanan kami sekeluarga termasuk asupan untuk si kecil. Ibu menyatakan lebih nyaman di Jogja. Katanya, kampung halaman membuat perasaan hati tenang. Hanya sesekali saja, beliau datang untuk menjenguk rumah, dan di saat itulah kami berkumpul bersama.Pekerjaanku di garmen seperti biasa, aku meminjam tangan Mbak Rahmi untuk mengawasi kantor. Hanya sesekali saja, aku mampir dan melihat-lihat pekerjaan dan kesejahteraan karyawan. Aku ingin, hubungan kami tidak sekadar atasan dan bawahan, tetapi juga keluarga besar. Aku pun semakin menikmati dunia kepenulisan yang ternyata semakin menarik. Kakiku seakan masuk menjelajah seluk beluk yang ternyata tidak sesederhana yang kutahu di awal. Keikutsertaanku di beberapa grup

  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 50. Istri

    POV Lintang Astuti"Lintang sayang. Ini suamimu."Bisikan kalimat itu berulang kali kudengar. Samar, kemudian semakin jelas. Perlahan, mata ini kubuka paksa. Masih terasa berat dan sinar terang menerobos menyilaukan. Wajah sumringah suamiku menyambut dengan teriakan bersyukur. Masih terasa lelah dan mengantuk, namun masih bisa merasakan hujan kecupan di dahiku."Aku siapa?""Mas Langit. Suami Lintang Astuti," jawabku atas pertanyaan konyolnya. "Aku!? Aku!?" Wajah satu lagi muncul. Senyumnya tidak kalah lebar."Kamu siapa? Kok mirip Dika?" tanyaku kembali. Kesal rasanya, baru bangun sudah ditanya aneh-aneh."Kalau sudah bikin kesal, berarti kamu sudah normal," balas Mahardika dengan senyum lebar. "Dah! Kalian mesra-mesraan sana! Aku nungguin keponakanku aja!" tambahnya sambil menepuk bahu suamiku. "Selamat, ya, Mama Lintang."Aku dan Mas Langit berpandangan dan tersenyum melihat tingkah Mahardika yang beranjak ke luar ruangan.Tinggal kami berdua, saling bertatapan dengan senyum da

  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 49.  Papa dan Paman

    POV Langit BaskoroMenunggu. Kata ini yang sangat tidak aku sukai. Seperti saat ini.Kami harus mengambil pilihan kedua, operasi. Kondisi Lintang istriku lemah, tidak memungkinkan untuk melahirkan si Kembar. Kalau dipaksakan akan beresiko besar. Aku tidak mau menerima kemungkinan buruk. Mereka harus selamat.Ditemani Mahardika, kami berdua terpekur di ruang tunggu. Sama-sama diam dengan pikiran masing-masing. Lintang. Sepertinya nama ini pun disematkan karena dia diperuntukkan untukku. Sejauh-jauhnya dia pergi, pasti akan kembali kepadaku, Langit. Itu yang kuyakini setelah tahu nama lengkapnya, Lintang Astuti.Dulu, awalnya memang aku tidak tahu data pribadinya dia. Astuti, itu saja yang aku tahu. Namun, semenjak kepergiannya dari rumah, aku mencari tahu tentangnya kepada Ibu. Malam terakhir bersamanya, sangat berbekas di hati. Akupun tidak mengerti, kenapa seperti ini. Berdekatan dengan perempuan, itu hal biasa bagiku. Entah, berapa orang yang pernah dekat denganku, akupun tidak

  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 48.  Awalku

    Pagi-pagi Mahardika sudah datang. Mas Langit yang menelponnya.Entah, apa yang dibicarakan mereka. Dari meja makan, aku lihat mereka berbincang serius. Mas Langit seperti memberi arahan kepada Dika. "Dika, kau makan saja dulu. Aku tadi sudah makan roti," ucap suamiku kemudian meneguk teh hangat. Setelahnya, aku berdiri merapikan kemeja. Bersiap mengantarkan dia pergi kerja."I love you," bisik Mas Langit saat mengecup pipiku. Wajah ini menghangat, bukan karena apa, karena Mahardika menatap kami dengan lekat."Ini contoh memperlakukan istri," seloroh Mas Langit. Dia menggoda Mahardika lagi seperti biasanya. "Cepetan Magdalena diikat! Biar si Kembar cepet punya adik!" tambahnya."Iya. Ini lagi usaha! Cepet berangkat sana. Tenang saja, semua pesanmu aku laksanakan!" teriak Mahardika sambil menunjukkan jempolnya.Aku mengantar Mas Langit sampai depan. Walaupun dengan langkah pelan, aku tetap melakukannya. Mengantar suami bekerja seperti memberi semangat dan doa untuk suami supaya peker

  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 47.  Nama Rahasia

    Sesuai janjinya, Mahardika datang ke rumah. Dia menunggu kelahiran si Kembar. Yang berbeda sekarang, dia tidak tidur di rumah seperti biasanya, namun dia tinggal di hotel. Alasannya, ke kota ini sambil mengurus pekerjaan sekaligus menunggu waktu lahiran.Aku mengerti, dalam pikiranku ini dikarenakan dia sudah tidak sendiri lagi. Ada Magdalena, yang bisa jadi merasa aneh dengan yang dilakukan. Menunggu istri orang melahirkan.Katanya, dia hanya mengawasi pekerjaan sesekali saja, jadi bisa menemaniku di siang hari saat Mas Langit ke pabrik. Mas Langit pun tidak keberatan dengan hal ini, dia merasa tenang. Padahal di rumah sudah ada Bulek Ningsih dan perawat yang khusus mengawasiku, dengan adanya Mahardika semua lebih aman. Itu kata suamiku.Di rumah, Mahardika disibukkan dengan mempersiapkan kamar si Kembar. Kamar dan perabotannya, sudah dilengkapi Mas Langit, sekarang giliran Mahardika mengatur kelambu, sprei, baju, selimut, dan semua yang berbahan kain. Memang dia sudah bilang sedari

  • Niat Menyamar Malah Dilamar   Bab 46. Pacar Baru?

    Memang kesendirian sering menimbulkan pikiran negatif. Kalau biasanya tidak ada Mas Langit, aku di ribetin dengan cerewetnya Mahardika, ini sudah satu bulan dia tidak ada kabar. Mungkin dia tenggelam dengan kesibukan butik. Terakhir, dia ada fashion show di Singapura.Kesal hati ini, tiba-tiba dia tidak muncul sama sekali. Apa dia tidak kangen dengan keponakannya ini? Aku mengelus perutku yang membuncit sangat. Untuk jalanpun mulai kesusahan, kadang dada ini sesak saat mereka meluruskan badan. Bahkan pernah, kakinya berbayang di perut. Seandaikan Dika tahu, pasti dia senang sekali.'Dika, aku kangen.'Kenapa tidak aku hubungi saja? Aku raih ponsel di atas nakas. Lebih baik aku hubungi sambil menunggu Mas Langit yang masih membersihkan badan.Aku mengernyitkan dahi, menatap foto profilnya. Dia berfoto dengan perempuan cantik dengan berlatar belakang patung Singa lambang Singapura. Mereka tertawa bersama, menandakan bahagia.Senyum ini mengembang dengan sendirinya, menatap foto ini se

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status