Banyu memperhatikan Sara yang berjalan di belakangnya. Perempuan ini lambat sekali jalannya seperti siput. Sambil main ponsel pula, padahal Banyu keburu lapar. "Lambat sekali sih jalanmu, katanya kamu juga lapar."Sara justru berhenti dan menatap Banyu kesal. "Parkir kantor kamu jauh banget sih Bay. Aku capek." ujarnya merengek."Terus berharap aku gendong kamu? Itu tinggal deket doang."Sara menghela napas kasar. Ia membatin saja kalau lelaki ini tidak peka dengan apa yang terjadi di tubuh Sara. Sebetulnya sudah sejak pagi tubuhnya seperti diterjang truk tronton, sakit, terutama di bagian perut ke bawah. Bagaimana tidak? Terakhir ia melakukan lima tahu lalu, dan sekarang mungkin sudah rapat kembali, tiba-tiba ia melakukan lagi dengan milik Banyu yang sebesar dan sepanjang itu. Mana ada insiden pengamannya tersangkut pula.Sejak tadi ia berusaha mengabaikan sakitnya dengan Stretching ringan, berjalan membuang sampah di depan rumah dan joget-joget, tapi semakin kesini rasanya tambah p
Sara baru selesai mandi setelah tidur yang tidak terlalu lama, tapi cukup nyenyak. Ia mengeringkan rambutnya lalu membuka gorden jendela. Langit ternyata sudah menggelap. Ia bisa melihat jalanan kompleks rumah elit yang luas itu. Sepi. Mungkin ini weekday jadi orang-orang yang kebanyakan kerja kantoran masih berada di kantornya atau urusan yang lain. Mengingat kebanyakan yang tinggal di sini adalah pengusaha dan bos eksekutif.Ia meregangkan otot-ototnya. Mencoba merasakan tubuhnya yang sudah mulai membaik, tapi masih terasa pegal. Setidaknya sudah tidak sekaku tadi. Saat ia mendongak lagi sebelum menutup gorden, matanya menyipit. Ada sesuatu yang aneh yang matanya tangkap. Sumpah ia sampai maju ke depan dan melihat apa yang ada di depan sana.Lalu, ia menutup mulutnya dengan tangan. Syok berat. Itu rumah Popy dan Roby. Mereka sedang ... Astaga!Sara langsung menutup gorden itu dengan cepat. Ia menimbang, apa ia harus bilang ke Banyu atau tidak.
Kepulangan mbak Yah dan Pak Kodir membuat Sara kesepian. Banyu jelas sedang menjemput seseorang di bandara dan ia di suruh tinggal di rumah saja, tanpa boleh menghadiri undangan dari Popy dan Roby. Sebetulnya Sara juga sedikit malas menghadiri undangan itu, tapi tiba-tiba tetangga sebelahnya yang seorang istri bos batu bara bernama tante Rosi, mengajaknya untuk berangkat bersama. Katanya buat menghormati yang sudah mengundang. Sara mau menolak, tetapi perempuan paruh baya —yang gaulnya mengalahi anak muda sekarang— itu mengajak Sara dengan sopan dan penuh keramahan. Maka, berakhirlah Sara di sini. Di ruang tengah rumah mewah Popy dan Roby. Para tetangga semua berkumpul di sini, bersenda gurau dengan asyiknya. Masalahnya kalau melihat Popy dan Roby, ingatannya selalu mengarah tertuju pada peristiwa tadi malam dan hari-hari sebelumnya. Dimana mereka berdua menunjukkan hal-hal aneh di depan Sara dan Banyu. Sara jadi berpikir, apa tetangga yang lain juga di
Riuh tepuk tangan dan antusiasme orang-orang membuat Sara ikut menyunggingkan senyum. Kini, Health Fresh fruit —branding baru dari cabang HH— telah dibuka kembali. Karyawan yang sudah siap kembali untuk bekerja, berbahagia dengan momen ini. Sara sendiri yang memimpin pembukaan HFF ini. Namun, ia tidak akan jadi CEO atau direktur. Sebab, ia belum mau terlibat dalam urusan bisnisnya secara langsung. Ia akan tetap jadi owner yang sesekali akan datang dan memeriksa. Untuk jabatan penting ia serahkan pada tim ahli yang telah lama bekerja di sini. Sara mempercayakan penuh pada mereka. Yang penting Sara memastikan bahwa perusahaan ini beroperasi dengan baik dan dapat mensejahterakan karyawannya. Keuntungan itu urusan dua atau tiga tahun lagi. Sambil berprogres dan menata kembali sistemnya."Saya harap kita bisa bekerjasama dengan baik. Perusahaan ini mungkin tidak langsung sebesar Seperti Healthy Human, tapi kedepannya jika kita lebih baik dari segi sistem dan Operasional, kita pasti akan ja
Sara bingung, apakah semua orang mengenal seorang Banyu Sadewa? Jangankan dengan pemilik restoran bintang lima, pemilik jet pribadi, sekarang tiba-tiba Sara baru tahu kalau pemilik showroom mobil ini juga kenal dengan Banyu. Apa Sara saja yang tidak tahu bahwa Banyu sepopuler itu?Ia yang jadi selebgram saja tidak kenal orang dimana-mana. Dua orang lelaki itu mengobrol sementara Sara masih berdiri di sebelah Banyu dengan cengo-nya. Obrolan mereka seperti asyik sekali sampai lupa kalau ada Sara yang sejak tadi hanya memperhatikan dan tidak tahu mau menimbrung soal apa. “Oh iya, kenalin ini Sara. Istri gue.” ujar Banyu dan langsung membuat Sara speechless. Ini pertama kalinya Banyu memperkenalkan dirinya sebagai istri tanpa kerlingan jahil atau perasaan dongkol Sara. Namun, sekarang tidak seharusnya Sara memikirkam itu karena tangan Tony —teman lama Banyu— sudah menjulur di depannya. Merek pun berkenalan secara formal. “Gue gak nyangka lo udah nikah. Seorang Banyu gitu loh, hidupnya
Banyu membuka pintu apartemen yang sebenarnya lama tidak ia tempati dan sempat di sewa orang Thailand itu. Langkahnya lebar-lebar menuju ke kamar, membuka pintunya dan mendapati Hira tertidur dengan wajah yang pucat. Ia langsung duduk di pinggir ranjang dan menempelkan telapak tangannya di kening perempuan itu. Tidak terlalu panas, hanya hangat tapi tetap saja membuat Hira tidak berdaya."Kamu hujan-hujanan?" tanya Banyu.Lelaki itu sudah hafal apa yang menyebabkan Hira selalu sakit begini. Hira tidak bisa terkena hujan terlalu lama, kalau tidak badannya akan panas dan tubuhnya lemas. Sayangnya, Hira juga bandel. Ia suka suka hujan. Katanya melebihi sukanya pada seorang Banyu.Hira membuka mata dan mendapati kehadiran Banyu di sampingnya. Ia tersenyum lemah. "Bay, kamu udah datang.""Kita ke rumah sakit." ujar Banyu. Lelaki itu sudah menyibak selimut Hira dan akan membantunya bangun untuk ke rumah sakit. Namun, tangan Banyu di tahan oleh Hira. Perempuan itu menggeleng."Gak mau. Nant
Sara terbangun di jam 2 pagi karena mimpi aneh. Ia meraih gelas di nakas yang ternyata kosong, padahal tenggorokannya kering kerontang. Di mimpi itu ia merasa teriak-teriak tapi tidak ada yang mendengarkan.Ia pun beranjak dan pergi ke dapur untuk mengisi gelasnya. Sejak pulang dari rutan sore tadi, ia belum melihat Banyu sama sekali. Sambil ke dapur, Sara juga melihat carport dari jendela dan tidak ada mobil Banyu. Itu artinya, Banyu menginap.Sara pun berniat mengirim chat tapi ia urungkan karena keburu sadar bahwa mereka sepakat untuk tidak mengurusi urusan pribadi terlalu dalam satu sama lain. Jadi, Sara hanya mendesah karena akan sangat bodoh jika ia mengkhawatirkan Banyu dan menanyakan mengapa lelaki itu tidak pulang. Padahal jelas-jelas Sara tahu kalau Banyu sedang bersama Hira. Tentu saja mereka menghabiskan malam berdua bukan?Sara tiba-tiba tertawa sumbang sambil menunggu air di gelasnya penuh.Lalu, deru mobil terdengar dari luar. Sudah pasti kalau tidak mobil Banyu ya mobi
"Baik, kita tunggu konfirmasi dari bapak." Banyu menutup laptopnya setelah memutuskan untuk meeting zoom di rumah. Ia tidak ke kantor dan menemui klien secara langsung jelas karena insiden tadi pagi. Ia bangun kesiangan dan Sara membuatnya tidak bisa berkutik. Belum lagi ribut urusan iler. Ujung-ujungnya yang menang tetaplah Banyu.Perempuan itu ngambek dan sampai sekarang belum keluar dari kamarnya. Betah sekali, pikir Banyu. Ia pun berjalan ke kamar Sara dan mengetuk pintunya."Ra, kamu gak lapar apa? Dari tadi kayak keong di kamar mulu." ujar Banyu dari balik pintu.Tidak ada sahutan. Apa perempuan itu tidur lagi? Kerbau sekali jika sampai tidur lagi. Ia pun membuka pintunya perlahan, melihat apa Sara sedang apa.Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, menyusuri ruangan kamar yang kosong itu. Maka, ia memperlebar pintunya dan masuk ke dalam."Ra." panggilnya.Ia mendekati pintu toilet dan mengetuknya. "Ra, kamu lagi man