"Ra, pengamanku nyangkut di dalam itumu." ujar Banyu dengan wajah yang sudah pias.Ya Dewa!!!Sara membelalakkan matanya, bibirnya menganga lebar dan ekspresi wajahnya sudah tidak karuan. Ia ikutan panik saat Banyu mengusap rambutnya sendiri dengan kasar. Ini gila! Kok bisa pengaman itu nyangkut?"Bay! Kok bisa nyangkut?!" teriak Sara, wajahnya sudah tidak karuan.Takut, cemas, sedih jadi satu. Sara hanya menggeleng terus bergerak mencari cara apapun."Aku gak tahu Ra!""Bilang aja lo gak berpengalaman pakai begituan, ini gak akan terjadi kalau lo hati-hati!! Asss!!!""Ya namanya juga 1 dari 1000 kemungkinan, semua bisa terjadi Ra. Aku mana tahu kalau risiko satu itu terjadi sama kita sekarang!" Banyu menatap Sara semakin frustasi. Keduanya mendesah kian cemas."Terus gue harus gimana?! Cepet mikir Bay!!"Banyu mengabaikan ucapan Sara dan menunduk dalam, memukul kepalanya mencari ide yang bisa ia lakukan untuk mengeluarkan benda kenyal itu. Sementara Sara terus menggerutu dan kepanik
"Darimana?" tanya Banyu yang sudah duduk di mini bar dan meminum kopi.Lelaki itu sudah berpakaian kerja rapi, rambut yang disisir kebelakang dan siap untuk berangkat."Buang sampah di depan." jawab Sara.Seperti yang telah mereka sepakati dari kompromi kemarin, suasana keduanya menjadi lebih adem. Sara lebih kalem dalam menanggapi Banyu dan Banyu pun juga tidak sengaja jahil-jahil lagi hingga membuat Sara kesal. Mereka sudah bisa berkomunikasi secara normal. Ya meskipun kadang Banyu gatal juga sehari saja tidak mengerjai Sara."Itu apa?" tanya Banyu lagi melihat Sara membawa satu kantong plastik putih."Oh ini, fruit sando. Tadi ada anak sekolah yang jualan keliling pakai sepeda, kasihan jadi aku beli. Kamu mau?" Banyu mengernyit dan tersenyum. "Wait! wait! Aku? kamu?" Banyu malah fokus pada perkataan Sara yang kini sudah membahasakan dengan 'aku kamu'. "Aku gak salah denger kan?"Sara menipiskan bibirnya. Ia lalu dudu
"Bisa diam gak? Aku lagi konsentrasi!" seloroh Banyu yang masih duduk di belakang meja kerjanya.Setelah meeting Sara dengan tim legal selesai, Sara mau langsung pulang, tapi Banyu bilang harus bareng pulangnya. Jadilah, Sara duduk di sofa ruangan Banyu. Namun, karena ia bosan melihat lelaki itu bekerja, maka ia memutuskan untuk mencoba merambah platform sosial media lain. Ya lumayan untuk hiburan."Kenapa sih, tadi aku gak boleh pulang duluan. Sekedar jajan di cafe depan juga gak boleh, sekarang aku harus diam aja kayak patung?""Ya paling enggak duduk diam, dengerin musik pakai earphone atau baca buku. Ini malah joget-joget gak jelas. Terus itu musik apaan sih, aneh banget. Udah paling bener kamu tidur aja.""Aku gak ngantuk. Lagian karirku udah end jadi selebgram, ini lagi coba-coba aja sosial media lain. Seru-seruan doang."Banyu menepuk jidadnya. "Tapi yang elegan dikit kenapa sih jogetnya. Gerakan amburadul, pantat kemana-mana, gak enak dilihat. Yang anggun dikit lah."Sara mend
Banyu memperhatikan Sara yang berjalan di belakangnya. Perempuan ini lambat sekali jalannya seperti siput. Sambil main ponsel pula, padahal Banyu keburu lapar. "Lambat sekali sih jalanmu, katanya kamu juga lapar."Sara justru berhenti dan menatap Banyu kesal. "Parkir kantor kamu jauh banget sih Bay. Aku capek." ujarnya merengek."Terus berharap aku gendong kamu? Itu tinggal deket doang."Sara menghela napas kasar. Ia membatin saja kalau lelaki ini tidak peka dengan apa yang terjadi di tubuh Sara. Sebetulnya sudah sejak pagi tubuhnya seperti diterjang truk tronton, sakit, terutama di bagian perut ke bawah. Bagaimana tidak? Terakhir ia melakukan lima tahu lalu, dan sekarang mungkin sudah rapat kembali, tiba-tiba ia melakukan lagi dengan milik Banyu yang sebesar dan sepanjang itu. Mana ada insiden pengamannya tersangkut pula.Sejak tadi ia berusaha mengabaikan sakitnya dengan Stretching ringan, berjalan membuang sampah di depan rumah dan joget-joget, tapi semakin kesini rasanya tambah p
Sara baru selesai mandi setelah tidur yang tidak terlalu lama, tapi cukup nyenyak. Ia mengeringkan rambutnya lalu membuka gorden jendela. Langit ternyata sudah menggelap. Ia bisa melihat jalanan kompleks rumah elit yang luas itu. Sepi. Mungkin ini weekday jadi orang-orang yang kebanyakan kerja kantoran masih berada di kantornya atau urusan yang lain. Mengingat kebanyakan yang tinggal di sini adalah pengusaha dan bos eksekutif.Ia meregangkan otot-ototnya. Mencoba merasakan tubuhnya yang sudah mulai membaik, tapi masih terasa pegal. Setidaknya sudah tidak sekaku tadi. Saat ia mendongak lagi sebelum menutup gorden, matanya menyipit. Ada sesuatu yang aneh yang matanya tangkap. Sumpah ia sampai maju ke depan dan melihat apa yang ada di depan sana.Lalu, ia menutup mulutnya dengan tangan. Syok berat. Itu rumah Popy dan Roby. Mereka sedang ... Astaga!Sara langsung menutup gorden itu dengan cepat. Ia menimbang, apa ia harus bilang ke Banyu atau tidak.
Kepulangan mbak Yah dan Pak Kodir membuat Sara kesepian. Banyu jelas sedang menjemput seseorang di bandara dan ia di suruh tinggal di rumah saja, tanpa boleh menghadiri undangan dari Popy dan Roby. Sebetulnya Sara juga sedikit malas menghadiri undangan itu, tapi tiba-tiba tetangga sebelahnya yang seorang istri bos batu bara bernama tante Rosi, mengajaknya untuk berangkat bersama. Katanya buat menghormati yang sudah mengundang. Sara mau menolak, tetapi perempuan paruh baya —yang gaulnya mengalahi anak muda sekarang— itu mengajak Sara dengan sopan dan penuh keramahan. Maka, berakhirlah Sara di sini. Di ruang tengah rumah mewah Popy dan Roby. Para tetangga semua berkumpul di sini, bersenda gurau dengan asyiknya. Masalahnya kalau melihat Popy dan Roby, ingatannya selalu mengarah tertuju pada peristiwa tadi malam dan hari-hari sebelumnya. Dimana mereka berdua menunjukkan hal-hal aneh di depan Sara dan Banyu. Sara jadi berpikir, apa tetangga yang lain juga di
Riuh tepuk tangan dan antusiasme orang-orang membuat Sara ikut menyunggingkan senyum. Kini, Health Fresh fruit —branding baru dari cabang HH— telah dibuka kembali. Karyawan yang sudah siap kembali untuk bekerja, berbahagia dengan momen ini. Sara sendiri yang memimpin pembukaan HFF ini. Namun, ia tidak akan jadi CEO atau direktur. Sebab, ia belum mau terlibat dalam urusan bisnisnya secara langsung. Ia akan tetap jadi owner yang sesekali akan datang dan memeriksa. Untuk jabatan penting ia serahkan pada tim ahli yang telah lama bekerja di sini. Sara mempercayakan penuh pada mereka. Yang penting Sara memastikan bahwa perusahaan ini beroperasi dengan baik dan dapat mensejahterakan karyawannya. Keuntungan itu urusan dua atau tiga tahun lagi. Sambil berprogres dan menata kembali sistemnya."Saya harap kita bisa bekerjasama dengan baik. Perusahaan ini mungkin tidak langsung sebesar Seperti Healthy Human, tapi kedepannya jika kita lebih baik dari segi sistem dan Operasional, kita pasti akan ja
Sara bingung, apakah semua orang mengenal seorang Banyu Sadewa? Jangankan dengan pemilik restoran bintang lima, pemilik jet pribadi, sekarang tiba-tiba Sara baru tahu kalau pemilik showroom mobil ini juga kenal dengan Banyu. Apa Sara saja yang tidak tahu bahwa Banyu sepopuler itu?Ia yang jadi selebgram saja tidak kenal orang dimana-mana. Dua orang lelaki itu mengobrol sementara Sara masih berdiri di sebelah Banyu dengan cengo-nya. Obrolan mereka seperti asyik sekali sampai lupa kalau ada Sara yang sejak tadi hanya memperhatikan dan tidak tahu mau menimbrung soal apa. “Oh iya, kenalin ini Sara. Istri gue.” ujar Banyu dan langsung membuat Sara speechless. Ini pertama kalinya Banyu memperkenalkan dirinya sebagai istri tanpa kerlingan jahil atau perasaan dongkol Sara. Namun, sekarang tidak seharusnya Sara memikirkam itu karena tangan Tony —teman lama Banyu— sudah menjulur di depannya. Merek pun berkenalan secara formal. “Gue gak nyangka lo udah nikah. Seorang Banyu gitu loh, hidupnya
"Ish! Salah siapa sih kamu buru-buru, sampai gak lihat jalan?"Sara meniup-niup kening Banyu. Lelaki itu kemarin baru saja mendapatkan lima jahitan akibat menabrak pinggiran pintu dan bocor."Aku panik Hon waktu dengar Bumi nangis kejer. Jadi aku lari gak lihat-lihat. Mana baru bangun tidur di sofa, terus ingetnya masih rumah lama.""Ck! Bumi nangis kan wajar sayang. Kalau gak minta susu ya gak nyaman. Kamu gak perlu sepanik itu." Kini, Sara mengusap pelan perban sekitar perban itu dan menyelipkan rambut ikal Banyu ke belakang.Tangan Banyu melingkar di pinggang Sara yang berdiri di depannya. "Iya, maaf. Lain kali aku hati-hati."Banyu mendongak dan menatap istrinya yang serius sekali meniup luka Banyu tersebut. "Honey, Kiss me a little, please!" katanya dengan nada berbisik."Gak bisa, kita harus segera keluar sekarang. Itu udah rame loh. Gak sopan membuat mereka nunggu." tolak Sara.Banyu memberengut. "Satu k
"Kenapa, Hon?" tanya Banyu saat Sara terlihat menghela napas kasar seraya menyurukkan kepalanya di dada Banyu."Papa pasti kesepian di rumah. Biasanya kita selalu makan malam bersama, terus ngobrol di ruang tengah. Atau aku bantuin Papa mengurus beberapa hal di ruang kerjanya sambil ngerjain endorsment."Tangan Banyu membelai kepala Sara dengan sayang. "Kamu bisa telpon Papa, Hon. Atau mau aku telponin?"Sara menggeleng. "Papa udah tidur jam segini."Ini memang sudah pukul sebelas malam, dan Mario selalu tidur sebelum sepuluh malam. Beliau selalu menerapkan jam tidur sehat supaya bisa bekerja lebih produktif esok harinya. Ya tidak heran, Mario kan pemilik perusahaan kesehatan."Sayang, aku kepikiran sesuatu." Sara mendongak menatap Banyu.Lelaki itu pun menaikkan kedua alisnya, bertanya. "Apa?""Boleh gak Kikut dikasihkan ke Papa, biar gak kesepian banget kalau punya hewan peliharaan."Banyu melotot. "Sara, wala
Papa, Sara, dan Banyu duduk berjejer di dalam satu pesawat. Mereka akan balik ke ibu kota sore ini setelah Sara diperbolehkan pulang oleh dokter.Sementara Babal, Ardi dan Disha, masih mau menikmati liburan mereka. Biarlah tim penggembira itu bersenang-senang, sebelum Babal akan Sara repotkan selama kehamilannya ini. Mungkin Ardi dan Disha juga akan kerepotan karena Banyu tampak akan menjadi suami super posesif dan siaga nantinya. Ya bagaimana tidak? Banyu punya beban untuk meyakinkan Papa Mario atas tanggung jawab dan perhatian penuhnya terhadap Sara.Meski suasananya sudah lebih mencair, Sejak masuk ke dalam pesawat, Mario sama sekali belum berbicara apapun dengan Banyu. Membuat Sara gemas sendiri."Papa tahu gak? Seberapa bahagia Sara hari ini?"Mario menaikkan kedua alisnya saat putrinya membungkus lengannya dengan manja."Sara bahagia banget Pa. Dua lelaki kesayangan Sara kini kembali. Momen-momen yang selalu Sara impikan saat Papa m
Sara tidak bisa diam di kamar. Babal dan Ardi bahkan sudah meminta Sara untuk duduk dan berbaring dengan tenang demi kesehatannya, tapi Sara terus menolak. Ia tidak bisa diam saja melihat Banyu dan papa bicara di luar sana. Ada rasa takut. Bagaimana jika Banyu akan menuruti apa yang papanya mau seperti waktu di rumah Papa itu. Ia baru saja mengurai benang kusut dengan Banyu dan akan memulai semuanya kembali. Mengarungi rumah tangga dengan pengalaman baru mempersiapkan diri jadi orang tua. Kali ini ia tidak mau mengulangi hal buruk kemarin lagi. Berpisah dengan Banyu meski hanya seminggu, rasanya sudah sangat menyiksanya. Terserah jika orang berkata ia budak cinta paling tolol. Nyatanya, Banyu tidak pernah gagal membuatnya mabuk kepayang dan jatuh cinta sedalam-dalamnya. Ia tidak bisa terpisah dengan Banyu.Kemudian ia teringat sesuatu. Sara pun menyuruh Babal mengambilkan ponselnya dan menelepon Mbok Na. Sara harus memastikan sesuatu."Mbak Sara!! Astaga!
Babal menggigit bibirnya dengan gelisah, sementara Ardi mengusap wajahnya kasar, sama paniknya dengan Babal tatkala melihat Mario Iswary sudah berdiri tegak di depan ranjang itu, melihat tajam dua orang yang masih bergelung di atas sana."Gawat!" bisik Babal setelah mereka membuka pintu kamar itu dan hanya bisa mematung juga di belakang Mario.Ardi menggeleng-gelengkan kepalanya sambil komat-kamit mulut mbah dukun baca mantra, dengan segelas air lalu pasien di sembur. Ah! ia frustasi melihat pemandangan ini.Sepasang pasutri kembali kasmaran itu pun mulai terusik. Sara mulai membuka matanya dan pupilnya melebar kaget. Lalu, Banyu juga terusik dan akhirnya terbangun dan otomatis seperti melihat hantu di depannya. Dengan wajah kusut, rambut berantakan dan baju tipis saringan tahu, Banyu melompat dari ranjang itu. "Papa." ujarnya dengan suara serak.Sialan Banyu! Sudah tahu itu papa Mario, bukan hulk, masih menvalidasi pula dengan ekspresi tidak berdosanya.Situasi macam apa ini?Di sela
Sara tidak pernah terbayangkan akan merasakan perasaan hangat ini lagi. Kemarin, ia sungguh bertekad melepaskan Banyu setelah perceraian selesai dan melupakan semua momen kebersamaannya dengan Banyu. Sekalipun ternyata prosesnya sangat sakit. Diam-diam, ia sering menangis sendirian di tengah malam. Ada perasaan hampa menyelimutinya saat sadar fakta mereka tidak akan bersama, melewati hari, bercanda gurau dan saling memadu kasih lagi. Di lubuk hati yang paling dalam, Sara tidak ingin ini terjadi. Sara mencintai Banyu. Masih mencintai lelaki itu bahkan saat Banyu membohonginya soal perjanjian dengan papanya.Namun, memang semuanya terlalu rumit.Sara sangat sayang dengan Papanya. Sejak dulu, ia selalu menurut apa yang papanya bilang. Ia tidak pernah menjadi anak yang pembangkang dan terbukti, berbakti dengan orang tua membuat hidupnya lebih mudah, lebih tenang hatinya dan damai. Ia akan melakukan apapun untuk papanya, terlebih setelah dinyatakan bebas. Sara
Mengetahui mereka akan segera menjadi orang tua adalah sesuatu yang mengejutkan bagi Sara, bahkan Banyu. Apalagi mereka sedang di luar pulau dan di tempat yang asing. Sesuatu perasaan yang sangat aneh. Sara terus menangis karena terharu, bimbang, dan banyak ketakutan serta kekhawatiran yang mendiami pikirannya. Namun, Banyu dengan setia menemani Sara melalui proses penerimaan dengan keadaan baru ini. Hampir satu jam, Sara menangis dan bicara ngalor-ngidul soal kecemasannya akan menjadi ibu. Kini, air matanya telah berhenti. Hidungnya merah dan matanya sembab. Kerinduan Banyu yang telah terakumulasi seminggu lebih ini, justru membuatnya gemas melihat Sara yang begini. Ia sungguh ingin mencium Sara terus menerus dan menghujaninya dengan sayang, melepas kerinduannya kepada istrinya ini. Sekarang tentu saja bukan saatnya kangen-kangenan. Banyu harus tetap menjadi suami siaga untuk Sara, ditengah kelabilan Sara ini. "Sara, kamu udah melewatkan makan siang. Sekarang kamu harus makan malam.
"Jadi ... surat siapa yang dikirim ke rumah?"Keduanya tampak memandang bingung satu sama lain. Terutama Banyu yang sangat tidak paham dengan cerita Sara. Bagaimana mungkin ada surat dari pengadilan yang tiba-tiba ada di rumah Sara, sementara Banyu saja tidak berniat menceraikan Sara. Tidak sedikitpun ia menginjak lantai pengadilan untuk menggugatnya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk terus memperjuangkan Sara, bagaimanapun sulitnya menghadapi Mario dan kerasnya hati Sara saat ini. Di tengah keheningan dengan pikiran masing-masing itu, suara pintu kamar terdengar. Sontak keduanya memalingkan wajah ke arah pintu. Lalu muncullah seorang dokter laki-laki paruh bawa yang rambutnya sudah putih semua tapi wajahnya tampak seperti umur tiga puluhan. Cukup good looking dan pasti membuat semua perawat dan dokter perempuan di sini ketar-ketir. Andai Sara tidak sedang berstatus terombang-ambing begini, sudah pasti ia mengaku naksir dokter tersebut.Dokter
Sara menepis tangan Banyu saat mau membantunya turun dari kapal. Sebagai gantinya, ia lebih menarik Babal dan menerima bantuan lain dari Disha di sebelah kanannya. Tadi, kaki Sara sempat kram karena ia memang tidak banyak melakukan pemanasan sebelum naik ke Padar. Sungguh kesalahan fatal. Sekarang, ia harus merepotkan banyak orang untuk membantunya begini. Ambulan sudah siap ketika mereka turun di pelabuhan dan Sara diminta untuk tiduran di brankar. Sara pikir hanya Babal dan Disha yang ikut naik ambulan itu, rupanya Ardi dan Banyu juga ikut naik. Bahkan Banyu dengan sigap duduk di sebelah kanan dada Sara mendahului Disha.Bibir Sara sudah hampir protes dan meminta Bantu keluar, tapi pintu ambulan itu sudah ditutup oleh petugas medisnya. Mau tidak mau, Sara harus menerima situasi berdekatan dengan Banyu. Ia menutupi matanya dengan lengan karena pusing itu kembali menderanya. Selain itu juga untuk menghindari melihat Banyu.Dalam kurun waktu dela