"Habis ini layani gue."Kata itu terus terngiang di kepalanya tatkala Banyu sudah meraih piring kosong mereka dan mencucinya, sementara Sara terdiam di tempat duduknya. Badannya tiba-tiba menggigil. YA memang ia tahu arti kata melayani terutama untuk suami itu apa. Ia juga pernah melakukan itu dengan mantannya tapi tidak sampai jauh, hanya make out. Ciuman dan memberi tanda pada sekujur lehernya saja dan juga ah pokoknya tidak sampai dibawah sana. Sara punya batasan jika berpacaran. Untungnya mantannya itu mengerti dan mereka selama ini tidak lebih dari itu. Lagipula badan mantannya tidak sebesar Banyu. Yah namanya juga masih kuliah, laki-laki kebanyakan ambis dengan karirnya di kampus, sementara tubuhnya cungkring bagai jailangkung.Lalu jika sekarang ia membayangkan benar-benar melakukannya dengan Banyu, bagaimana nasibnya setelah ini? Kata Babal, tubuh besar belum tentu itunya juga besar, ada juga yang cuma seterong mini. Tapi Banyu terlihat gagah dan
Setelah semalam membuat Sara overthinking tidak karuan, ternyata Banyu hanya meminta diambilkan dokumen untuk mencocokkan dengan sesuatu yang ada di laptopnya. Sara jadi merasa bodoh sendiri karena sempat berpikir aneh-aneh.Pagi ini, Banyu akan berangkat keluar kota, katanya selama tiga hari. Karena semalam Banyu yang membuatkan Sara makanan, kini giliran Sara yang membuatkan sarapan sederhana yang paling ia bisa untuk lelaki itu. Sandwich sayur yang telor mata sapinya sedikit gosong. Sudah seperti istri sungguhan bukan? Pagi-pagi sudah membuat dapur Banyu berantakan. Pe-er sekali membersihkannya nanti."Hari ini kegiatan lo apa?" tanya Banyu masih mengunyah sandwich-nya."Belum tahu, tapi kayaknya gue harus mulai bikin konten lagi. Ya meski gak di endorse, buat pancingan aja brand-brand lain pada datang.""Engagement masih bagus?""Justru kayaknya bakal naik. Bukan karena interest nambah, tapi pada kepo aja, apalagi gue udah gak posting sejak kasus papa mencuat ke publik." jawabnya
Di perjalanan menuju bandara yang kini sudah disetiri oleh Ardi, Banyu senyum-senyum tidak jelas. Ia masih mengingat bagaimana ekspresi Sara ketika ia kerjai setiap saat. Kesalnya Sara tidak benar-benar menunjukkan kekesalannya sampai ingin membunuh Banyu. Lebih tepatnya, Sara seperti anak kecil yang polos."Lama-lama gue gulung juga nih bumi!" ujar Ardi dengan nada penuh penekanan."Ngapain juga lo gulung bumi? Gulung karpet aja miring.""Ya percaya deh yang baru nikah, lagi anget-angetnya sampai senyum-senyum kayak lagi kesurupan gitu. Gak cocok banget sama persona lo yang macho, maskulin dan cool itu.""Fokus nyetir aja, nanti gue telat.""Belum apa-apa lo udah kangen kan sama bini lo? Ngaku!"Sialan! Ardi malah menggodanya. Siapa juga yang kangen? Justru sepertinya Sara punya kebebasan tanpanya di rumah sekarang. Tidak akan ada yang mengerjainya.Namun, kira-kira apa yang akan dilakukan Sara ketika tidak ada dirinya ya? Apa perempuan malas itu hanya akan rebahan sepanjang hari di k
"Aaaaa!!!!"Layar ponsel itu menampakkan wajah Sara yang berteriak histeris. Lalu blur. Banyu sudah menduga ini akan terjadi. Si Kikut katak kesayangannya itu pasti berulah. "Lo kenapa?" tanya Banyu yang pasti tidak akan dijawab karena perempuan di seberang telepon video itu sedang fokus mengibaskan sesuatu. "Bay! Pulang-pulang gue bunuh lo!!" teriaknya tak kalah histeris. Ponsel itu sepertinya di hadapkan ke bawah sehingga yang terlihat hanya lantai dan langkah Sara yang tergesa-gesa. Tak selang lama, mbak Yah dan pak Kodir akhirnya datang. Banyu mendengar suara mereka heboh."Neng ada apa?""Astaga, mas Banyu kebiasaan suka taruh Kikut di kamar.""Pak Kodir tolongin dulu ini, dia nemplok di punggung!" teriak Sara lagi.Banyu tertawa. Andai ia ada di sana sekarang, sudah pasti tawanya sangat membuat perut sakit. Ekspresi Sara pasti tidak karuan. Sebenarnya perempuan itu tidak takut, hanya masih geli dan belum terbiasa saja. Semoga ia tidak trauma karena dua kali Kikut nemplok di t
Seumur-umur bermain sosial media, baru kali ini Sara menerima hujatan yang banyak dan barbar dari netizen. Tentu saja ia syok. Mana ada yang keterlaluan bilang jika ia adalah anak haram. Itu sangat menyakiti hatinya.Babal pun akhirnya memutar balik mobilnya dan tidak jadi makan di restoran bintang lima. Sara sudah menangis dan susah diajak bicara. Lagipula, ia pasti sedang dicari netizen sekarang. Makan di tempat umum bukanlah ide yang bagus.Di rumah Babal, situasinya mirip dengan waktu Sara menghabiskan tissue-nya untuk menangis karena kebodohannya. Kali ini tangisnya memang lebih kalem, tapi juga lebih terdengar menyakitkan.Babal juga ikut bersedih. Menilik kejadian ini, foto yang diunggah Sara saja adalah foto lama. Bukan foto terbaru. Dari sini, netizen sudah salah sangka. Jempol-jempol mereka seolah tidak punya filter lagi. Otak mereka seolah tidak dimaksimalkan untuk berpikir. Miris sekali."Minum dulu, Beb." ujar Babal sambil menyodorkan
Sara melihat ke kaca dan hampir saja melompat kaget melihat wajahnya sekacau ini. Mata bengkak, hidung merah, wajah pucat, rambut berantakan dan kulitnya kusam.Astaga, nenek gayung bahkan lebih cakep daripada ini.Ia pun merengek. Haruskah ia ke salon hari ini? Tapi ... memangnya boleh pakai kartu hitam Banyu untuk bersenang-senang begitu? Ia kembali lemas dan merebahkan tubuhnya di ranjang.Babal muncul dari balik pintu. Lelaki itu membawakan sarapan untuk Sara. "Makan Beb. Nanti kalau lo sakit, gue juga yang repot. Mas Banyu mu juga pasti khawatir.""Halah! Gak mungkin lah. Lagian dia masih di luar kota."Babal tersenyum tipis penuh arti sambil menatap Sara tajam. "Gak mungkin apanya, orang semalam doi telpon gue karena ponsel lo mati.""Ngapain telpon lo?""Kepo ya? Ya nanyain kabar lo lah. Dia juga tahu kali beritanya."Sara sampai lupa bahwa semua orang sedang menghujatnya sekarang. Makanya ia ma
Banyu tidak mengerti mengapa ia segelisah ini di saat sedang membicarakan hal serius dengan kliennya. Apalagi setelah membaca chat terakhir dari Ardi yang mengatakan bahwa Sara tidak keluar kamar semenjak pulang ke rumah siang tadi. Bahkan saat diketuk pun tidak ada jawaban sama sekali.Lelaki ini langsung meminta Ardi menjadwal ulang pertemuannya dengan klien yang lain dan membelikan tiket pulang di jam terdekat.Sesampainya di rumah malam harinya, ia pun langsung masuk dan ke kamar Sara. Ia mengetuk pintunya dari pelan ke cepat. Siapa tahu Ardi benar jika terjadi sesuatu di dalam. Ia tidak mau rumahnya jadi TKP karena kenekatan Sara. Namun, belum sampai tiga ketukan, pintu itu terbuka dan menampilkan tubuh Sara yang lebih pendek dari Banyu.Ia pun lantas meraih tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. Akhirnya ia bisa memeluk perempuan ini. Sara pasti sedih sekali dengan kejadian viral kemarin. Namun, tentu jangan berharap adegan romantis seperti di film-film yang perempuannya juga akan
"Banyu ... hhh ... please stophhh!" ujarnya disela ciuman itu.Sara terengah dan memberontak kembali. Ia pun menginjak kaki Banyu kuat yang ia bisa. Kali ini, Banyu sedikit mengaduh dan melonggarkan tangannya. Di kesempatan itu, Sara bergerak maju ke depan, membebaskan dirinya. Namun sayang, saking kencangnya ia melepaskan diri, ia tersandung kakinya sendiri dan tubuhnya seperti terbang.Sara lantas membayangkan cepat dikepalanya bahwa lututnya pasti akan retak saking kerasnya ia terjatuh di lantai yang keras itu. Tetapi, itu tidak akan terjadi karena Banyu sudah dengan sigap menangkap Sara dari belakang.Napasnya tidak beraturan lagi, dadanya kian bekerja lebih cepat karena kemalangan itu hampir saja menimpanya. "Ra, lo gak apa-apa?" tanya Banyu panik saat mereka sudah terduduk di lantai dengan lengan Banyu masih memeluk tubuh mungil itu.Sara tidak mampu berkata lagi, ia masih syok, juga tidak berniat membuka mulutnya untuk menjawab le