"Mobil siapa? merah begitu" tanya Nanda sesaat setelah turun dari boncengan motor.
"Raga"jawab Rafa singkat.
Nanda mencoba mengingat sosok bernama Raga.Yang terlintas adalah seorang anak lelaki yang dulu pernah satu tempat kursus piano dengannya, saat Sekolah Dasar dulu.Anak lelaki yang ternyata adalah adiknya Rafa.
" Raga Wi?."
Rafa terkekeh mendengarnya, nama panggilan adiknya di dunia pergaulan.
Di atas teras nampak satu sosok berdiri memakai kemeja abu abu yang yang bagian lengannya digulung sampai siku dan celana panjang hitam.khas orang kantoran.
Berbeda dengan Rafa yang memakai jeans hitam, kaos hitam dan jaket. outfit keseharian.
"Waah, abis kencan sepertinya."ucap Raga menatap keduanya.
"Ngapain kemari? "tanya Rafa sambil membuka pintu rumah.
Raga tidak menjawab, dia fokus memperhatikan perempuan berambut panjang yang digandeng Kakaknya.
" Apa kabar, N
Raga dan mobilnya sudah berlalu.Hari sudah mulai gelap, sekitar jam enam sore.Rafa mengingat perempuan yang sedang menunggu di lantai atas. Nanda tampak memainkan ponsel saat Rafa membuka pintu kamar. Wajah perempuan itu terlihat kesal. "Ayo, mau pulang sekarang? atau nginep?" tanya Rafa cengengesan. "Kenapa tadi aku dikurung?,"protes Nanda. Rafa menghela nafas. " Tadi urusan keluarga, penting."jawabnya. "Ooh, aku kirain kamu malu." "Malu kenapa? " "Malu pacaran sama aku, cewek mendang mending, ngga ada bagus bagusnya. daripada jomlo, kan. Lumayan daripada gabut." ucap Nanda bertubi tubi. "Lo kenapa, sih? " "Coba kamu ada di posisi aku.Begitu ketemu keluarga tapi aku suruh kamu diam seperti tahanan gini. Ngga boleh keluar. apa yang kamu pikirin? " "Masalahnya, yang datang tadi itu Raga." "Aku juga tahu yang tadi itu Dia.teman les pianoku dul
Sabtu pagi, Rafa mengajak Nanda ke suatu tempat dengan menumpang kereta api. Dari stasiun Pasar Senen menuju Kiaracondong di daerah Bandung.Menumpang kereta api Serayu, mereka berangkat dari Jakarta sekitar pukul sepuluh. Rafa dan Nanda duduk berhadapan di kursi yang merapat ke jendela dan terhalang meja kecil di depan keduanya.Kaki kiri Rafa menyebrang hingga ke samping kursi Nanda. Suasana kereta memang sepi penumpang. "Aku baru pertama kali naik kereta,"ucap Nanda sambil melihat ke arah jendela. " Makanya aku ajak jalan jalan, biar tahu rasanya." "Seru juga." Rafa tersenyum kemudian menggerakan kamera ke arah Nanda. "Foto terus dari tadi, "protes Nanda. "Mumpung lagi bagus. Nanti aku kasih judul. Perempuan cantik di atas kereta api." Nanda tersenyum, lalu mengambil ponselnya.membuka aplikasi kamera dan mulai mengambil gambar Rafa. "Foto berdua Yuk!." Rafa berpindah ke sampi
Rafa dan Nanda pulang ke Jakarta dengan menggunakan kereta kembali. Dari Stasiun Kiaracondong mereka naik kereta Serayu malam pada pukul satu dini hari.Setelah puas bermain dan jalan jalan hampir seharian di kota Bandung. Sekarang mereka ada di dalam kereta yang sepi penumpang. Rafa dan Nanda duduk bersebelahan, saling berpelukan karena cuaca yang dingin."Kira kira sampai jam berapa di Jakarta?, " tanya Nanda."Jam empat mungkin."Nanda melihat ke arah jendela. Kereta sedang melewati area perbukitan di daerah Plered Purwakarta,gelap gulita."Kalau malam, jadi serem gini ya, jembatan gantung yang tinggi, udah lewat belum ya? " Nanda yang penakut menjadi sedikit cemas."Udah tadi, bentar lagi Cikampek, Karawang, Bekasi, terus Jakarta. ""Kalau lewatin kota atau perkampungan, aku ngga takut. banyak lampu. Oh ya, terowongan seperti tadi siang, udah? "Tepat saat Nanda menanyakan itu. Kereta masuk ter
Minggu sore sekitar jam lima, Rafa tiba tiba menghubungi Nanda.Lelaki itu meminta ditemani ke acara Reuni SMA angkatannya.Kenapa mendadak gini? Nanda ingin menolak tapi tidak enak hati. Dia punya waktu dua jam untuk mempersiapkan diri. Mereka berangkat ke tempat acara dengan berboncengan motor. Tema baju casual, jadi Nanda memakai celana jeans biru dan blouse berwarna abu abu sedangkan Rafa, seperti biasa jeans hitam, kali ini dengan kemeja hitam bukan kaos. Sebuah restoran yang terletak di daerah Kemang dengan meja meja yang disusun memanjang telah dipesan panitia. Rupanya bukan reuni semua kelas, hanya beberapa orang yang Nanda ingat sebagai siswa populer dan pentolan sekolah. Rafa mungkin salah satunya, makanya dia diajak panitia. Ada Kania ketua team chers, Rendi anak basket, Sarah mantan ketua OSIS dan beberapa orang lainnnya. Nanda tidak ingat nama nama mereka. Karena Ia merupakan adik tingkat. Di ujung meja sebelah
Nanda melihat ke arah belakang, tepat saat Raga menatap sedih ke arah dirinya dan Irene yang berwajah kesal memberinya tatapan permusuhan. Untuk sekali lagi,perempuan itu ada di posisi seperti sekarang, persis sepuluh tahun yang lalu.Saat Dia dengan egois berusaha merebut Rafa dari Irene dan tidak memperdulikan perasaan Raga terhadapnya. Mereka seperti mengulang masa lalu yang belum selesai padahal status mereka sudah berbeda. Irene dan Raga sudah menikah. Sedangkan Rafa, Lelaki itu sudah mengakuinya sebagai kekasih. Nanda berdiri menatap Rafa yang mendorong motor, mendekatinya. "Langsung pulang?, "tanya perempuan itu. "Emang mau ke mana? udah jam sembilan."jawab Rafa. " Makan nasi goreng, aku lapar, "tukas Nanda. *** Mereka kini sedang menikmati nasi goreng di sebuah kedai, tak jauh dari apartemen Nanda. Rafa lebih banyak diam. Nanda tidak suka. Dia takut hal tersebut dikarenakan Irene.&nb
Nanda tidak habis pikir kenapa hari ini seorang yang bernama Raga Wicaksana datang menemuinya?. Mengajak makan siang bersama. Di sebuah restoran tidak jauh dari kantor.Nanda mengiyakan ajakan Raga atas dasar kesopanan lagipula dia meminta Desi untuk ikut bersamanya, seperti biasa."Jadi, Anda itu calon adik ipar teman saya?," celetuk Desi di sela waktu makan.Raga tidak menjawab, hanya tersenyum."Baru tahu kalo Rafa punya seorang adik, CEO perusahaan pula, ngga nyangka gue,"tambah Desi." Ada satu lagi adiknya, di Bandung, Restu, "ucap Nanda."Jadi yang kemarin ke Bandung, nemuin Dia?, " tanya Desi.Raga termenung mendengar hal itu.Nanda mengangguk.Raga menatap dua perempuan di depannya silih berganti. Dia hanya menguping obrolan keduanya.Ingin mencari celah untuk membuka pembicaraan dengan Nanda tapi Desi seperti tidak memberinya kesempatan."Oh ya,
Hingga keesokan harinya, Nanda masih tidak bisa menghubungi nomor Rafa.Perempuan itu tentu saja sangat khawatir. Alhasil, sepanjang hari itu, dia menjadi uring uringan di tempat kerja. Menjelang sore, Nanda mendapat pesan dari nomor asing. Yang mengatakan ingin bertemu dan berbicara. Perempuan itu tidak menyangka sama sekali, bahwa pengirim pesan itu adalah dari seseorang yang dulu pernah membuatnya terpuruk di masa remaja dulu. Mereka bertemu di ruangan khusus direksi sebuah kantor penerbitan buku. Sama seperti pertemuan pertama mereka, dulu beberapa tahun yang lalu. Wanita di hadapannya tidak berubah, tetap cantik meskipun usianya sudah tidak muda lagi. "Saya tidak menyangka akan bertemu kamu lagi, "ucap wanita itu. "SAMA, " kata batin Nanda. "Langsung saja, semalam saya tidak bisa tidur setelah melihat rekaman video perkelahian kedua anak saya.setelah ditelusuri ada kamu lagi sebagai penyebab."
Rafa keluar dari kamar tidurnya sekitar pukul sebelas malam. Lelaki itu hendak menuju dapur dan menemukan dua orang sedang berada di ruang televisi."Baru bangun ,Lu?," tanya seorang Lelaki yang tampak sedang melihat foto foto di Kamera."Ya,"jawab Rafa singkat.Setelah mengambil air minum di kulkas, Rafa berjalan mendekati orang tersebut bermaksud tukar pikiran sebagai sesama photograper.Tapi melihat sosok yang berbaring di sofa dan hanya memakai kemeja saja, Rafa mengurungkan niatnya." Tidur ,di kamar bawah!, "perintahnya kepada perempuan yang dulu berstatus tunangannya." Biarin, aku mau nungguin Ananta di sini. "Rafa berbalik menuju ke lantai dua lagi."Oh ya, tadi ada yang nyari, cewek dari rumah sebelah."Rafa berhenti kemudian bertanya"Kapan?. ""Pas aku cuci piring, jam tujuh mungkin. " jawab Amara.Rafa menghela nafas gusar saat melihat jam