Share

Bab 69

Penulis: FK_Fahira
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-05 12:43:21

Sebelum aku memasuki pintu gerbang itu, aku melihat ke segala penjuru. Keadaan begitu sepi. Apalagi terlihat Pak Karmin meletakkan kepalanya di atas meja dengan kedua mata yang terpejam. Aku mengetuk-ngetuk pintu kaca itu, memastikan jika Pak Karmin benar-benar terlelap.

Aku tersenyum sinis, lalu kubuka sedikit pintu gerbang itu lalu melongokkan kepala ke dalam. Terlihat Vita sedang berada di teras rumah dengan posisi memunggungiku.

Beberapa saat aku memastikan jika itu benar-benar Vita.

Dengan perlahan dan hati-hati bergegas aku membuka sedikit pintu gerbang itu hingga akhirnya tubuhku bisa menyelinap masuk, meskipun dengan posisi miring sekali pun. Takutnya jika aku membuka pintu gerbang itu dengan sedikit lebar, akan menimbulkan suara yang membuat Vita menyadari lalu menoleh ke arahku.

Aku berjalan mengendap-endap menuju ke sana. Sesekali aku menyembunyikan tubuhku di balik pot besar, atau di balik tanaman yang rimbun.

Terdengar dengan lirih Vita menyanyikan lagu nina bobok un
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 70

    Lidya keluar mobil lalu berjalan untuk membuka pintu penumpang. Aku menyandarkan punggung di sandaran kursi sembari memejamkan sejenak kedua mata ini."Maaaasss Panduuuuu ....!"Teriakan Lidya seketika membuatku terkejut hingga mataku terbuka dengan lebar."Kenapa?" tanyaku sembari menolehkan kepala untuk menatap ke arah Lidya.Raut wajah itu terlihat begitu ... entah."Lihatlah bayi yang kamu culik itu!" sungut Lidya dengan wajah yang terlihat begitu kesal.Sontak aku menempelkan jari telunjuk pada bibirku, meminta Lidya agar tidak teriak seperti itu apalagi menyebut kata penculik di tempat umum seperti ini.Aku menoleh ke segala penjuru. Ada beberapa orang yang menatap ke arah Lidya.Bergegas aku sedikit bangkit dari tempat dudukku untuk melihat ke arah di mana Daffa berada. Seketika aku dibuat terkejut saat melihat bonekah yang hampir mirip bayi itu tergeletak di sana dengan mengenakan pakaian bayi yang kutahu itu milik Daffa dan juga mengenakan topi yang milik Daffa juga.Lidya me

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05
  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 71

    Pov Author***Jantung Pandu seketika berdebar lebih kencang, pun juga dirasakan oleh Lidya saat melihat dua orang lelaki bertubuh tegap dan berseragam khas seorang polisi itu berdiri di depannya. Sesaat Lidya dan Pandu saling berpandangan, mereka menelan salivanya dengan begitu susah payah. Tentunya dengan jantung yang berdetak lebih kencang, bergegas Pandu mengangkat kakinya kuat-kuat lalu berlari sekuat tenaganya. Meninggalkan Lidya yang hanya berdiri mematung. Sepasang kaki perempuan itu serasa menancap dengan kuat di lantai berkeramik putih itu. Bahkan, terlihat dengan jelas tubuh perempuan itu bergetar karena rasa takut yang terasa mencekik. Berbeda dengan kedua lelaki berseragam polisi itu, menyadari targetnya tengah berusaha kabur, dengan cepat mereka mengejar ke mana arah larinya si target. "Berhenti!" teriak salah satu polisi. Teriakan itu tertangkap di telinga Pandu, namun ia tak memperdulikannya. Pandu terus berlari dan berlari. Kali ini yang ada di kepalanya hanya

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05
  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 72

    Pov Vita***Terjadi aksi tarik menarik pada bonekah yang dikira Mas Pandu adalah Daffa. Bagaimana bisa lelaki itu tidak merasa curiga? Padahal seharusnya ia bertanya-tanya, kenapa bayi tidak menangis padahal tubuhnya ditarik seperti itu. Andai kata itu beneran Daffa, aku tidak bisa membayangkan bagaimana kerasnya Daffa menangis. Sebenarnya masih ingin bermain-main dengan Mas Pandu, bersandiwara seolah-olah aku terkejut akan kedatangan orang asing yang memakai topi sekaligus masker. Akan tetapi apa boleh buat, Mas Pandu mendorong tubuhku hingga terjengkang lalu terjadi benturan di area kepalaku. Tidak sakit, namun terasa sedikit nyeri. Kuluruhkan tubuhku ke lantai, aku mengulurkan tanganku ke arah Mas Pandu dengan berucap, "kembalikan Daffa."Hingga pada akhirnya, perlahan aku mulai berpura-pura untuk memejamkan mataku. Terdengar derap langkah berlari saat Bibik datang dan memergokinya. Padahal, memang itu salah satu bagian sandiwara di antara kami. "Bu ... Bu Vita." Terasa Bib

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05
  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 73

    Saat motor itu mulai melaju dan keluar dari area apotek, bergegas aku menghidupkan mesin mobil. Cepat aku mengemudikan dan mengikuti ke mana arah motor itu melaju. Kini kendaraanku berada tepat di belakang roda dua yang melaju itu. Kendaraan roda dua yang dinaiki oleh Mbak Ratih selaku penjaga kontrakan yang berhasil membawa kabur uang itu. Aku ingat, memang Mbak Ratih dulu pernah mengatakan Jika ia berasal dari kota yang sama denganku. Cuma aku tak pernah bertanya mendetail soal asal-usulnya itu. Dan sekarang aku di pertemukan lagi oleh Mbak Ratih. Kami pun juga jarang sekali untuk berkomunikasi, ia menghubungiku jika para penyewa kontrakan itu telah membayar uang sewa dan mengabariku jika uang itu sudah dia transfer ke rekeningku. Selebihnya kami tidak pernah saling berbalas pesan. Kemarin setelah mendapatkan kan kabar dari para penyewa kontrakan itu, aku sudah menghubungi Mbak Ratih beberapa kali. Akan tetapi semua itu percuma karena nomorku telah diblokir oleh Mbak Ratih. Tak

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05
  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 74

    Pov Lidya**"Aaaa tidak! Lepaskan aku lepas!" Aku memekik ketakutan saat tangan berbulu dan perut yang membuncit dan hanya menggunakan celana kolor itu merabai seluruh tubuhku. Ada perasaan jijik dan mual saat membayangkan kalau aku harus melayani si bandot tua ini. Deru napas lelaki itu terdengar begitu memburu, bahkan rasa mual itu semakin menjadi saat hembusan napas lelaki itu menyapu tengkuk leherku.Di sinilah aku sekarang, di tempat yang asing dan jauh dari jangkauan mata manusia umum. Sebab, hanya orang-orang berduitlah yang bisa memasuki tempat ini. Air mataku terus mengalir deras membasahi kedua pipiku tanpa bisa dikendalikan. Tubuh bandot tua ini terus saja menghentak area intimku dari atas. Masih teringat jelas saat mami Zesy memaksaku untuk memakai pakaian seksi dan meriasku sedemikian rupa hingga merubah wajahku menjadi secantik artis papan atas. "Mery! Cepat kau dandani perempuan ini, aku gak mau lihat dia kucel dengan wajah masamnya itu!" pekik mami Zesy pada seor

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05
  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 75

    Pov Papa Pandu**"Bagaimana dengan operasinya, Dok?" Dengan cepat pertanyaan itu kulontarkan saat melihat dokter telah keluar dari ruang operasi yang menangani Pandu. Ponsel yang ada di genggamanku langsung kumasukkan ke dalam saku celana setelah kumatikan sambungan telepon dengan Vita. "Alhamdulillah, operasi berjalan dengan lancar. Tinggal menunggu pasien siuman," jelas dokter tersebut. Aku menghela napas lega lalu kuusap wajahku dengan kedua tanganku.Tangis Heny– istriku tak hentinya meraung-raung. Bahkan, berkali-kali Heny bersimpuh di kaki kedua polisi yang menjaga Pandu di luar ruangan bersama kami. "Pa ... tolong bebaskan Pandu. Berikan pengacara terbaik," ucap Heny yang tak hentinya membujukku sembari memegang lenganku. "Saya permisi dulu. Mari ...," pamit lelaki berpakaian khas seorang dokter tersebut. Selang beberapa jam, keadaan Pandu semakin membaik. Ia telah sadar dan dipindah alihkan ke ruang rawat inap. Aku dan Heny menunggunya, tak lupa ada dua orang polisi ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05
  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 76

    Pov Pandu***Di sini lah aku sekarang, duduk meringkuk di pojok sel tahanan meratapi nasib yang menimpa diriku. Sudah kehilangan satu biji telorku, ditambah dengan menggunakan baju yang bertuliskan tahanan pada bagian belakang punggungku. Entahlah ... kehancuran ini dimulai kala aku membawa masuk ke dalam tempat tinggalku bersama Vita. Sekarang yang ada di kepalaku adalah keadaan Lidya. Entah di mana Lidya sekarang berada. Jika ia masih di kontrakan, tentu ia akan sering mengunjungiku di rumah sakit waktu itu, namun Lidya sekali pun tak menjengukku. Hal itu tentu saja begitu menggangguku. Pikiran ini terus memikirkan keadaan Lidya yang entah di mana rimbanya. Tak mengapa jika ia kembali lagi bersama orangtuanya dan lebih memilih meninggalkanku daripada ia harus berada dalam kungkungan Tante Zessy."Ada pengunjung," ucap penjaga yang menjaga sel tahanan ini yang seketika menyadarkanku dari lamunan."Siapa, Pak?""Lihat saja sendiri!" ketus penjaga lapas berkumis tebal dan berperu

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05
  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 77

    Pov Lidya**"Lid, besok sudah mulai bekerja lagi. Kau mengerti? Besok sudah ada yang booking kamu," ucap Mami Zessy yang tiba-tiba sudah berada di ambang pintu, entah kapan pintu itu terbuka aku tak tahu, karena posisiku memunggungi keberadaannya.Sudah satu minggu lamanya kejadian itu berlalu, namun masih terekam jelas di ingatanku. Kejadian di mana Mami Zessy melelang tubuhku dengan harga tiga puluh juta. Hari itu, hari yang benar-benar membuatku terpuruk dan begitu hancur. Tak pernah terlintas dalam benakku kalau aku akan melewati hari-hari sebagai seorang wanita pemuas napsu para lelaki itu hidung belang. Setelah kejadian itu aku hanya bisa meratap dan menangisi nasib malang yang menimpa diriku. Hari-hariku penuh dalam linangan air mata. Andai, andai dan andai. Entah siapa yang harus kusalahkan dalam hal ini. Setelah hari itu berlalu, Mami Zessy memberikanku kesempatan untuk memulihkan tubuhku selepas aku melayani tamu kemarin selama satu minggu. Dan satu minggu itu kini telah

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05

Bab terbaru

  • Neraka untuk Adik Madu   Ending

    Pov Pandu**Bertahun-tahun lamanya aku mendekam di balik jeruji besi karena kasus penculikan anak yang tak jadi itu. Selama bertahun-tahun itu pula aku hidup dalam penuh perasaan penyesalan. Apalagi aku hanya bisa memantau perkembangan Daffa melalui foto-foto yang ditunjukkan oleh Mama yang tentu saja membuat diri ini semakin sesak tiada terkira. Andai, andai dan andai. Andai aku tak melakukan perselingkuhan itu, pasti sampai saat ini aku hidup bahagia bersama keluarga kecilku. Hidup bersama Vita dan juga Daffa. Namun, penyesalan hanya tinggallah penyesalan. Tak berguna. Hukuman dengan beberapa tahun hidup di balik jeruji besi bagiku tak ada apa-apanya dibandingkan hidup dalam kungkungan sebuah penyesalan.Memang, kehancuran seorang lelaki akan terjadi jika ia telah menyakiti pasangannya. Dan aku telah membuktikannya. Soal Lidya, aku sudah tak tahu lagi bagaimana kabarnya. Perempuan itu tengah hidup bahagia di sana. Ia sedang menikmati perannya sebagai seorang psk. Tak bisa

  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 89

    Pov Author**Dua orang polisi ditugaskan untuk berpura-pura menjadi pelanggan yang tengah mencari gadis belia pada Mami Zessy. Tentunya hal ini ada campur tangan dari Indah. Indah beralasan di hadapan mami Zessy jikalau kedua polisi yang tengah menyamar itu adalah salah seorang kenalannya yang berniat untuk mencari jasa esek-esek. Oleh sebab itulah Indah mengajaknya ke tempat dirinya bekerja dan bernaung selama ini. Kedua polisi yang menyamar itu pun masuk ke dalam club rahasia milik mami Zessy tanpa adanya kendala yang berarti. Cukup lancar sebab Indah lah jalur mereka masuk ke dalam sana. Hingga akhirnya kedua polisi itu benar-benar berada di dalam club di mana di dalamnya benar-benar seperti apa yang Indah ceritakan saat pelaporan kemarin. Diam-diam kedua polisi itu merekam setiap kejadian dan perbuatan orang-orang yang ada di dalamnya. Mulai dari penari striptis, para ladies escort peneman para pria hidung belang, serta model bug*l yang siap disewa bagi siapa yang berani memb

  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 88

    Mendengar kalimat demi kalimat yang terlontar dari bibir Mami Zessy, seketika membuat dadaku terasa bergemuruh dengan hebat dan tanpa sadar tanganku terkepal dengan kuat. "Bagaimana pun caranya, kalian harus berhasil menyingkirkan Indah secepatnya. Perempuan itu sudah tak guna. Penyakitan pula. Jika penyakit yang diidap oleh Indah terdengar oleh pelanggan, takutnya nanti akan memberikan nilai buruk," ucap Mami Zessy yang seketika membuat jantung berdegup dengan kencang. "Kenapa tidak disuruh pergi saja, Bos? Nggak perlu repot-repot melenyapkan dia kan," ungkap salah satu orang yang ada di sana. Aku hapal betul siapa pemilik suara itu. Parto. Ya, suara itu adalah Parto. Anak buah Mami Zessy. "Kalau dia keluar begitu saja, dia bisa menyebarkan keberadaan lokalisasi ini. Bisa gawat jika ada polisi yang dengar," ucap Mami Zessy. Kali ini nada suaranya sedikit meninggi. Tentu karena tak suka dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya itu. "Baik, Bos. Secepatnya kami akan membereskan

  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 87

    Pov Indah**Mataku mengerjap beberapa kali saat samar-samar aku mendengar suara yang sangat aku kenal sedang menggerutu. Sejenak aku diam, mengumpulkan kesadaranku yang sepenuhnya belum kembali. Aku memindai ke segala sudut ruangan. Ternyata aku sedang di dalam kamar milikku. "Bukankah aku tadi sedang melayani tamu?" batinku bertanya pada diri sendiri. Ya, aku ingat betul. Tadi aku melayani tamu dalam keadaan kepala yang begitu pusing. Tubuh terasa begitu tak sehat. Sekelebat aku teringat jika aku tadi pingsan saat akan memulai tugasku. Aku menatap Mami Zessy yang tengah berdiri dengan posisi memunggungiku. Kuhela napas panjang dan kukeluarkan secara perlahan. Dengan gerakan pelan, aku bangkit dari pembaringan. Baru saja tubuhku ingin bangkit, tiba-tiba kepala terasa berdenyut sakit. Seketika kembali kurebahkan tubuhku sembari kupijit pelipisku dengan pelan. Mendengar suara yang kutimbulkan dari pergerakanku, seketika membuat tubuh Mami Zessy memutar. Kini pandangan kami salin

  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 86

    Pov Indah**"Kamu udah denger kalau Lidya telah meninggal secara mengenaskan?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh salah satu teman seprofesiku itu seketika membuatku tersentak kaget. "Maksud kamu mati mengenaskan bagaimana?" tanyaku sembari menatapnya dengan bingung. "Lidya meninggal sewaktu melayani pelanggan yang memiliki kelainan seks. Kamu tahu kan Om Handoko? Nah, itu dia orangnya," ucapnya yang semakin membuat keningku berkerut. Ya, aku tahu saat Om Handoko berjalan mesra dengan sebelah tangan merangkul pinggang Lidya menuju ke arah kamar. Banyak yang mengidam-idamkan dibooking oleh Om Handoko karena uangnya yang berlimpah, apalagi setiap ke sini, Om Handoko selalu menyewa kamar VVIP. Dan sempat ada kabar jika siapa pun yang melayani lelaki itu, pasti akan diberikan bonus yang terbilang begitu banyak. Tak ayal juga kalau Om Handoko juga terkadang berani membayar dua kali lipat. Wajar saja jika Om Handoko memberikan bonus sebanyak itu, pada para ladies yang hanya menemaninya

  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 85

    Pov Author**Jarum jam di dinding sedang menunjukkan pukul sepuluh malam. Hanya detak jarum jam yang memecah keheningan malam, sedangkan di sudut kamar di mana meja rias itu berada, Lidya sedang duduk di depan cermin sembari memoleskan aneka make up ke wajah cantiknya. Perempuan itu menghabiskan waktunya lebih lama untuk mempercantik dirinya di malam ini, karena akan ada tamu yang selalu ia tunggu-tunggu kedatangannya. Tentu saja Lidya ingin terlihat paripurna di depan pria yang akan membayar jasanya malam ini. Ia merupakan pelanggan paling royal. Pria itu akan membayar Lidya mahal. Tidak hanya itu, Lidya juga akan mendapatkan uang jutaan rupiah untuk bonus jika Lidya berhasil memuaskan hasratnya. Selama bertahun-tahun bekerja menjadi pemuas napsu, Lidya sudah lebih dari lima kali melayani pelanggannya yang akan ia temui malam ini.Lidya tak pernah kapok dengan lelaki ini. Ya, lelaki yang malam ini akan menyewanya adalah salah satu pelanggannya yang memiliki kelainan seks. Sesuai

  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 84

    "Kamu kerja di sini?" tanya Pak Gunawan dengan raut wajah mencemooh saat sudah berdiri di hadapanku. Aku mengalihkan pandanganku. Ternyata si tua bangka ini selain doyan kawin juga suka jajan kayak gini. Emang keterlaluan. Udah mau bau kamboja, eh malah berkilah. Nggak sadar umur kayaknya ini orang."Kalau kamu dulu mau nikah sama aku, kamu nggak bakalan jadi pelac*r di sini. Sok-sokan nolak. Padahal kalau kamu mau nikah denganku, hidupmu bakalan enak." Aku hanya mencebikkan bibirku saat mendengarkan penuturan lelaki itu sembari memutar bola mata malas. Terlihat Pak Gunawan seperti sedang mencari seseorang tak berselang lama ia berjalan menuju ke arah Mami Zessy. Terjadi perbincangan di antara mereka lalu tak berselang lama Pak Gunawan kembali mendekat ke arahku. "Sekarang layanin aku," ucap Pak Gunawan sembari menarik tanganku begitu saja. Aku menepis cekalan tangan yang sudah dipenuhi oleh keriput itu. Mendapatkan penolakanku, tentu saja membuat Pak Gunawan langsung menolehkan

  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 83

    "Pelayanan kamu sungguh memuaskan. Tak menyesal saya bayar kamu mahal," bisik lelaki yang baru pertama kali membooking jasaku. Aku tersenyum samar lalu berkata, "Sering-sering ke sini ya." Aku memainkan jemariku di dada lelaki itu sembari sesekali mencubit kecil dada yang ditumbuhi beberapa bulu halus di bagian sana. Ya, aku dan dia saat ini sedang merebahkan tubuh di ranjang setelah merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kugunakan lengan lelaki itu sebagai bantalan kepalaku. "Pasti," ucapnya kemudian. Bergegas aku bangkit dari pembaringan lalu beringsut dari ranjang dan mengambil satu per satu pakaianku yang tercecer di lantai kamar ini. Aku mulai menggunakan baju-bajuku dengan posisi memunggungi lelaki itu. "Kamu nggak pulang? Masih betah di sini?" ucapku sembari mengerling nakal ke arahnya setelah semua baju sudah kukenakan. Sedangkan ia masih merebahkan tubuhnya dengan kedua lengan ditekuk ke belakang sebagai bantal, sembari menatapku dan tersenyum samar. "Sebenarnya aku masi

  • Neraka untuk Adik Madu   Bab 82

    Pov Pandu**"Meskipun saya hanya seorang pembantu, saya juga harus memilih soal pasangan lah, Pak. Masa iya saya mau dijadikan istri kedua?""Pembantu?" tanya kami serempak. Lidya mengangguk cepat. "Iya, saya bekerja di sini sebagai pembantu. Tentunya atas keinginan saya sendiri. Bukan karena seperti yang dikatakan oleh dia kalau saya dijadikan alat pelunas hutang. Ini saya baru pulang belanja." Lidya memperlihatkan kantong kresek yang ada di tangannya. Terkejutlah aku dengan pengakuan yang Lidya kemukakan. Bagaimana mungkin ia mengatakan jika aku hanyalah sekedar teman yang sempat ingin memilikinya namun ia menolak? Bagaimana mungkin ia mengatakan jika ia di sini bekerja hanya sebagai pembantu. Aku yakin, pasti ada yang tidak beres di sini. Pasti Lidya disuruh dan diancam agar tidak mengatakan yang sebenarnya. Aku yakin Lidya dalam pengaruh tekanan. "Sayang, kamu jangan takut. Ada dua polisi di sini. Bicaralah dengan jujur. Katakan jika kamu diculik dan dijadikan psk di sini.

DMCA.com Protection Status