Share

Bab 43

Penulis: Adny Ummi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-06 20:48:22

Wajah Lestari merah padam ketika sang suami melepaskan tautan bibir mereka berdua.

Kemudian lelaki itu membisikkan sesuatu yang membuat aliran darah sang wanita terasa berdesir hangat dan seketika saja membuat tubuhnya terasa bergetar. "Ba–baik, M–Mas," sahutnya dengan sangat lirih hampir tak terdengar.

"Saya pergi." Rayyan pun berbalik dan berjalan dengan cepat.

Lestari seakan membeku di tempatnya berdiri. Bisikkan Rayyan tadi masih terngiang di telinganya. "Nanti malam saya mau kamu lagi."

Tanpa sadar kedua ujung bibir wanita muda nan jelita itu tertarik ke atas. Jujur, ia juga menginginkan sentuhan Rayyan seperti tadi malam yang membuatnya merasa melayang ke angkasa. Bahkan ucapan kata 'sayang' dari lisan Rayyan ketika sedang bersamanya semalam membuatnya terbang ke awang-awang.

"Nya!"

"Eh, Bi? Mmm ... Mas Rayyan mana?" Lestari terkesiap ketika Nunung memegang lengan dan menegurnya. Ia langsung teringat tadi kalau Rayyan hendak pergi berangkat kerja, tetapi mengapa lelaki it
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 44

    Jam menunjukkan pukul 20.30 WIB. Rayyan baru sampai di rumahnya. Seperti biasa, lelaki tampan nan gagah itu disambut pelayanan maksimal oleh sang istri. Setelah kakinya dipijat sambil direndam air hangat, maka ia akan disiapkan makan malam yang selalu menggugah seleranya. "Baju yang ada dalam paper bag tadi, nanti kamu pake di kamar saya," pungkas Rayyan sembari menikmati makanannya. "Oh, itu buatku, Mas?" lirih Lestari bertanya seraya matanya mengarah ke paper bag yang masih berada di atas meja di ruang tengah rumah itu. Tadi ketika Rayyan datang, memang ia membawa benda itu. Akan tetapi, Tari tidak berani untuk menanyakan. "Itu lingerie. Ada beberapa helai. Saya mau kamu pake yang warna hitam malam ini," pungkas Rayyan dengan suara dan ekspresi yang datar. Deg! 'Lingerie ...?' bisik hati Lestari. Darah di sekujur tubuhnya seketika berdesir mendengar jenis baju apa yang Rayyan suruh ia pakai malam ini. Ia paham jenis baju tidur itu, meskipun tidak pernah memiliki bahk

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 45

    "I–iya, Mas!" sahut Lestari gugup.Dengan cepat wanita muda itu meraih lingerie yang berwarna maroon dan gegas pula ia mengenakannya. Setelahnya ia memasukkan kembali 4 helai yang lain ke dalam paper bag tadi sekaligus daster yang tadi ia pakai.Ceklek!Wanita muda itu membuka pintu kamar mandi dengan ragu-ragu. Ia membuka pintu itu hanya selebar sejengkal saja. Hal itu membuat Rayyan memicingkan mata sekaligus menautkan alisnya dengan kencang.Ternyata benar, Rayyan menantinya di tempat tidur. Mata pria itu terarah ke tampilan istrinya di kamar mandi yang sudah terbuka sedikit. Tentu saja tidak terlalu jelas kelihatan."Cepat sini!" seru pria itu tidak sabar.Mau tidak mau Lestari pun keluar dari kamar mandi itu. Kepalanya tertunduk dalam sembari meletakkan paper bag ke atas lantai di samping nakas, lalu lebih mendekat ke arah suaminya dengan langkah gemetar.Seperti melihat seorang bidadari, Rayyan tertegun sejenak. Ia menelan saliva terasa seperti menelan kerikil saja, saking sere

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 46

    "Tentu, Sayaang ... aku tak akan mungkin berhenti di tengah-tengah," sambut Rayyan dengan suka cita. Ia merasa senang dengan reaksi tubuh yang ditunjukkan oleh wanita muda di bawah kungkungannya itu. Kata 'sayang' itu kembali menerpa telinga Lestari. Sungguh, ia merasa kalau saat seperti ini Rayyan berubah menjadi sosok yang sangat berbeda dari yang biasa ia hadapi. Sensasi yang luar biasa yang ia rasakan dengan apa yang Rayyan lakukan sangat luar biasa. Dengan harmoni cumbu dan rayunya, membuat hati Lestari terasa melayang tinggi di awan. Desahan dan lenguhan mengiringi kegiatan kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu. Mereka pun kembali mereguk kenikmatan di ranjang panas tersebut. Sepasang suami-istri itu seakan kini tengah melayang jauh dan mereka sedang dimabuk kepayang dengan percintaan yang luar biasa di antara keduanya. Bahkan sang wanita pun seolah ikut hanyut ke dalam permainan suaminya malam ini. Sang jelita akan membalas setiap sentuhan sang suami dengan tak kalah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 47

    Sayup-sayup terdengar suara shalawat dari arah toa masjid. Dahi Rayyan mengernyit dan kedua matanya mengerjap. "Hmmrrgg ...." Pria itu mengusap wajah berusaha menarik seluruh kesadarannya kembali setelah tertidur dengan begitu lelap. Ya, tidur malam ini terasa begitu nyenyak untuknya. Tanpa mimpi sama sekali, terasa begitu berkualitas istirahatnya. Tiba-tiba pria itu teringat akan kegiatannya malam itu. Kontan ia meraba tempat tidur di sebelah kanan dan kirinya. "Hmm ... dia sudah pergi." Pria itu baru menyadari kalau partner permainan ranjangnya semalam sudah tidak lagi berada di pelukan bahkan di sampingnya pun tidak. Entah mengapa ada perasaan yang tak sempurna di dalam hatinya saat ini. Ia tidak suka. Dulu, ketika dirinya masih bersama mantan istrinya—Clara—, bahkan ia dengan mudah memeluk tubuh wanita itu berkali-kali. Terkadang justru Clara yang menolaknya karena Rayyan ingin mengulang percintaan dalam 'serangan fajar'. "Sadar, Ray ... kau jangan lagi jadi pria yang dibu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 48

    Kemudian lelaki itu melihat nasi goreng teri medan yang kelihatan sangat menggugah selera itu. "Mana piring nasimu?" tanya Rayyan seraya mengelap wajahnya yang sedikit basah oleh peluh. "O–oh, akuu ... pu–punyaku nanti masih di dapur, Mas," kilah Tari sedikit mengulas senyuman. Ia masih merasa awkward di karenakan perlakuan suaminya barusan. Hal itu sangat berpengaruh ke jantungnya, sehingga organ vital tubuhnya itu mesti senam dulu di pagi hari ini. "Bawa ke sini. Saya mau makan sama kamu." Rayyan mendudukkan bokongnya ke atas sofa dan meraih gelas jus tomat, lalu meneguknya perlahan. Kemudian pria itu menoleh ke arah sang wanita yang masih terpaku di tempatnya berdiri. Ia pun memicingkan mata. "Ah! I–iya, Mas. Aku ambil dulu makananku." Seakan baru tersadarkan, tatapan intimidasi dari Rayyan itu menarik Lestari dari ketermanguannya. "Huuuft ...." Rayyan menghela napas lelah. Ia berusaha mengendalikan emosi, sebab tak mau merusak mood-nya di pagi hari ini. Ya, hatinya merasa se

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 49

    Rayyan mengecup bibir istrinya. Sebentar saja, kemudian ia membelai bibir itu dengan hati-hati. 'Bibirmu begitu manis dan selalu menggoda untuk dicivm,' kata hatinya. Lestari hanya menundukkan pandangan dengan wajah yang senantiasa memerah. Jujur, ia senang diperlakukan seperti ini oleh sang suami. Namun, di dalam hatinya juga merasa ada ketakutan tersendiri mengingat sikap Rayyan selama ini yang selalu berkata dan berbuat kasar. Kembali Rayyan tak kuasa menahan diri untuk mengecup bibir wanita jelita di pangkuannya itu. Ia pun mempermainkan bibir itu dengan lebih lama. Tanpa sadar, Lestari mulai membalas apa yang sang suami lakukan terhadapnya. Ia pun menangkup wajah berbulu lelaki tampan itu dengan kedua tangannya. 'Kamu semakin pandai. Aku suka,' ucap hati Rayyan merasa senang dengan respons sang istri muda. Ketika tautan mereka lepas, keduanya pun saling bertatapan. Ada senyum simpul di bibir Rayyan menatap lekat wajah jelita di hadapannya. Sementara Lestari, ia merasa sedi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 50

    "Nggak. Saya nggak kenapa-napa," jawab Rayyan kemudian pria itu bangkit dari rebahannya dan ia pun duduk di pinggir ranjang dengan menurunkan kedua kakinya ke lantai. Lestari menyusul membangunkan diri seraya menarik selimut berusaha menutupi tubuh polosnya saat ini. Jujur saja, ia merasa heran sekaligus penasaran dengan sikap sang suami yang tiba-tiba menjadi diam seperti ini. Sedari tadi sang pria memperlakukannya dengan sangat akrab. Bahkan ucapan kata 'sayang' diucapkan berkali-kali dari lisan lelaki itu pada saat mereka bercinta. Hening .... Rayyan tampak meremas rambut kepalanya sebentar. Kemudian mengusap wajahnya pelan, lalu menunduk sembari menopangkan lengan di atas kedua lututnya, sambil menautkan jemari kanan dan kiri tangannya. Entah apa yang tengah lelaki itu pikirkan saat ini. 'Mas Rayyan kenapa jadi diam begini? Apa dia ada masalah? Mungkin pekerjaan di kantor atau yang lainnya?' bisik hati Lestari bertanya-tanya. Dengan perlahan Lestari beringsut dan berge

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-11
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 51

    "Nya, ada tamu mau mau jumpa dengan Nyonya!" Tiba-tiba Nunung yang baru saja dari arah depan rumah memanggil Lestari yang sedang membersihkan teras belakang rumah. Wanita muda itu pun menoleh. "Mau ketemu aku?" tanya Lestari heran. Ya, bagaimana tidak, tidak pernah ada orang yang mencarinya di rumah ini sebelumnya. "Iya, cepet, Nya. Nanti tuan marah. Tamunya datang sama Mas Bobby." Lestari masih merasa heran. Akan tetapi, mendengar nama suaminya, ia pun gegas menuju ke kamarnya untuk mengganti pakaian dan mengenakan bergo. Setelah itu, wanita muda tersebut pun melenggang ke ruang tamu. Tampaklah Rayyan, kemudian Bobby, beserta seorang lelaki yang berusia sekitar 40an di sana. "Sini duduk!" suruh Rayyan ketika sang istri sembari berisyarat menunjuk ke sofa di sebelahnya. Lestari pun mendekat dan mendaratkan bobotnya ke sofa tersebut. Pandangan matanya terarah kepada Bobby dan orang yang sekarang bersamanya bergiliran. "Hmm, ada apa ya, Mas?" Wanita muda itu menoleh ke arah san

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-11

Bab terbaru

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 158

    "Oh, iya. Baik, Pak Gilang." Fatir pun bangkit dari duduknya dan lelaki itu mengangguk ke arah Rayyan yang memasang wajah dingin seperti biasanya itu untuk berpamitan. "Permisi, Pak Rayyan ...," ucapnya."Silakan!" sahut Rayyan singkat.Setelah Fatir pergi, Gilang menoleh tanpa melihat wajah sang kakak. "Kenapa?" tanyanya tak mau berbasa-basi."Abang senang kamu nggak bawa urusan pribadi kita ke pekerjaan dan masih mau masuk kerja," ujar Rayyan kepada adiknya."Aku bukan anak kecil yang merajuk mainannya diambil," cetus Gilang dengan nada dingin.Rayyan melipat bibirnya. "Kamu masu marah?" Lelaki itu menatap lekat ke arah adik kesayangannya. "Sudahlah, toh, kalian sudah pergi dari rumahku, 'kan? Mana tanpa pamit!" sindir Gilang."Abang bukan nggak mau pamit. Lagian barang-barang kami masih ada di sana. Nanti juga Abang mau jemput Bi Nunung.""Oke, bawa aja semua barang-barang kalian." Gilang masih tidak mau melihat wajah kakaknya. Sungguh, di dalam hatinya kini bercampur perasaan kec

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 157

    Setelah makan siang di rumah Bobby, Rayyan dan Lestari memutuskan untuk berbelanja berbagai macam furniture untuk mengisi rumah baru mereka. Akan tetapi, keduanya masih memutuskan untuk menginap di rumah Bobby di malam harinya."Kenapa kita nggak nginap di hotel aja sih, Mas? Aku nggak enak sama Mas Bobby," ucap Lestari setelah merebahkan badan ke atas ranjang.Rayyan menyusul ikut merebah di samping wanita cantik itu. "Bawaan kita banyak, jadi nggak leluasa kalau ke hotel. Lagian kita di sini hanya semalam aja. 'Kan, kita sudah sedikit mengisi rumah baru kita tadi," sahut lelaki itu.Lestari menghela napas, kemudian mengangguk memahami. "Besok pagi-pagi ya, Mas, kita pindahnya. Aku nggak mau terlalu lama ngerepotin di rumah ini," pungkas Lestari lagi."Oke," jawab Rayyan singkat.Lestari kemudian beringsut merapatkan tubuhnya pada sang suami. Ia ingin memeluk pria kesayangannya itu demi sedikit meredakan sebak di dada, sebab masih terus terngiang-ngiang dengan ucapan dan tudingan dar

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 156

    Di tempat yang berbeda, Harun baru saja selesai bertransaksi kepada seorang pemilik toko buah di pasar kota. Ketika pria tua itu hendak kembali menuju parkiran mobil pick-up milik temannya yang mengangkut hasil panen pepaya, tak sengaja matanya menangkap sesosok yang seperti tak asing baginya. Orang itu sedang berbelanja sayur-mayur bersama seorang wanita di sampingnya. Kedua alis Harun bertaut kencang. "Itu ... itu bukannya bapak-bapak yang pernah menabrak Ardi?" bisiknya pada diri sendiri. Setelah meyakinkan diri, Harun melangkahkan kakinya dengan lebih kencang menuju ke arah sana. Tangannya kemudian terulur ke pundak pria yang tengah memilah sayuran tersebut. Kontan saja pria itu menoleh ke arah Harun. "Pak Harun?" ucapnya menyebut nama pria tua itu. Dengan sangat tipis Harun berusaha menarik kedua sudut bibirnya. Jantungnya sedikit berdebar sebab rasa yang membuncah. Ia yakin, pria di hadapannya ini bisa membawanya bertemu kembali dengan cucu menantunya yang selama ini dicari

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 155

    "Loh? Nyonya mau pergi ke mana? Memangnya sudah dibeli rumah barunya?" Nunung bertanya heran, sebab sang majikan wanita berpamitan dengan beberapa koper yang sudah disiapkan di dekat mereka."Iya, Bi. Sudah beli rumah. Tapi, ini nggak langsung pindah ke rumah itu. Saya dan Tari mau ke tempat teman saya dulu." Jawaban itu justru keluar dari lisan Rayyan, "Bibi sementara di sini dulu. Kalau kami sudah benar-benar pindah ke rumah yang baru, Bibi akan saya jemput," lanjut lelaki itu menjelaskan."O–oh, gitu, Tuan?" Meski masih merasa heran karena kepergian majikannya yang mendadak seperti ini, Nunung hanya bisa menuruti.Lestari memilih diam dari tadi, sebab ia mengikuti suaminya saja. Saat ini, ia hanya ingin segera pergi dari rumah itu."Bi, aku pamit dulu ya ...." Lestari mendekati sang ART, kemudian memeluk wanita tua yang selama ini telah ia anggap seperti ibunya sendiri."I–iya, Nya. Hati-hati di jalan. Nyonya kabari saya kalau sudah sampai di rumah temen Tuan ya! Nyonya juga jangan

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 154

    Terdengar suara isakan dari Lestari membuat Rayyan seolah baru tersadar. Lelaki itu kemudian berjalan mendekat ke arah tempat duduk istrinya, lalu merangkul pundak wanita itu. "Tari ... kamu ... nggak apa-apa?" 'Ck! Pertanyaan bodoh! Nggak apa-apa gimana? Dia sedih, Gobl0k!' Batin Rayyan memarahi dirinya sendiri sebab mengucapkan pertanyaan yang ia anggap tidak perlu itu. Lestari bangkit berdiri dengan perlahan-lahan. Kakinya terasa begitu lemas rasanya. Ia lalu berjalan pelan dan lunglai menuju ke arah kamarnya. Rayyan bingung dengan apa yang mesti ia lakukan. Lelaki itu hanya bisa mengiringi sang istri menuju ke arah kamar mereka. Sesampainya di dalam kamar. Lestari menuju ke arah ranjangnya dan merebahkan diri sembari kembali menangis di atas bantalnya. Sungguh, ia merasa begitu sedih, sebab telah membuat Gilang sangat kecewa seperti saat ini. Sementara Rayyan, pria itu hanya bisa duduk di pinggir ranjang tersebut dengan kepala yang terasa berdenyut. Ia benar-benar tidak tahu

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 153

    "Jadi, kamu sudah ingat tentang Tari?" tanya Rayyan tak mau lagi berbasa-basi."Bi, nggak apa-apa, kok. Bibi lanjutin kerjaan Bibi lagi, gih," bisik Lestari lirih ke arah Nunung di sebelahnya."Eeh, i–iya. Baik, Nyonya," sahut Nunung tergagap. Akan tetapi, wanita tua itu tetap menurut. Ia pun berbalik dan melenggang kembali ke teras belakang rumah.Lestari kembali mengarahkan pandangan ke arah Gilang dan juga Rayyan yang tengah berbicara di sana dengan perasaan yang tidak menentu. 'Apa benar, Mas Gilang sudah mengingat tentang kami?' bisik hatinya bertanya-tanya."Yaaah, begitulah. Aku bahkan sudah ingat kata-kata kamu malam itu, Tari." Gilang terus melihat ke arah sang wanita.Lestari mencoba mengingat apa yang pernah ia katakan. "Kata-kataku?" Rayyan ikut menoleh ke arah sang istri dengan sorot penasaran."Ya, kamu ingat di depan Burhan kamu bilang cinta sama Mas, 'kan? Burhan bilang, nggak lama dari berita kematian Mas, kamu memang batal menikah dengan Fadil, si anak kepala desa i

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 152

    Meski hatinya terasa panas, Rayyan hanya bisa menyunggingkan senyuman dengan terpaksa. Ia tidak mau rasa cemburunya itu tertangkap oleh sang istri. "Mudah-mudahan aja rumah yang ditawarkan ke Bobby kemarin cocok buatku dan Lestari nanti," lirih ucapan Rayyan pada diri sendiri. Ya, tadi Bobby bilang mereka sudah janjian untuk melakukan survey ke sebuah rumah besok. Lokasi rumah tersebut hanya sekitar dua puluh menit dari kantor pusat perusahaan Rayyan ini. Memang harganya cukup tinggi, tetapi kalau cocok, Rayyan tidak mau menunda lagi untuk mengurus kepindahannya. Ia ingin segera memboyong Lestari menjauh dari Gilang. 'Kalau lebih lama lagi aku melihat kebersamaan mereka. Aku bisa gila!' keluh pria itu membatin. *** "Kakak iparku ini mau ke mana? Pagi-pagi udah cantik aja?" sapa Gilang, ketika langkah kakinya baru sampai di ruang makan. Ia hendak bergabung dengan Rayyan dan Lestari yang sudah lebih dulu berada di sana. Mata Gilang melirik sebentar melihat ekspresi sang kakak le

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 151

    Lima hari belakangan ini, ketika sedang berada di kantor, Rayyan terlihat gusar dan tidak fokus dengan pekerjaannya. Gilang sudah tiga hari ikut ke kantornya dan belajar bekerja di sana. Ia didampingi langsung oleh Bobby. Lelaki itu terlihat serius dalam belajar. "Bos yakin dengan keputusan akan memberikan posisi CEO pada Mas Gilang?" tanya Bobby kepada sang atasan. Mereka kini sedang berada di ruangan presiden direktur, yakni Rayyan sendiri. Pria itu baru saja menyampaikan kepada asisten setianya untuk mengajari Gilang agar ke depan bisa menduduki posisi CEO yang saat ini dirangkap oleh Rayyan sendiri selain ia juga sebagai owner sekaligus presiden direktur di perusahaan itu. Selama ini Rayyan memang cukup sibuk karena jabatan yang dirangkapnya itu. Meskipun demikian, selama ini ia mampu sebab didukung oleh Bobby yang selalu bisa ia andalkan. "Ya, kamu mesti ajari dia yang bener, Bobb. Gilang sebaiknya tidak usah melanjutkan jadi guru lagi. Aku nggak mau dia dihina orang lagi s

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 150

    Wanita cantik yang kini wajahnya terlihat agak pucat itu mengangguk cepat. Lestari baru sadar kalau tangannya sendiri terasa sangat dingin ketika sang suami meraih dan menggenggamnya saat ini. "Ini jarimu kenapa?" tanya Rayyan ketika melihat dan meraba jari telunjuk tangan kanan Lestari yang dibalut plaster. "Ini, nggak sengaja kena pisau, Mas. Nggak apa-apa, kok! Luka kecil aja." "Kamu lain kali hati-hati," pesan sang suami. Lestari tersenyum kikuk ketika sadar kalau sedari tadi Gilang mencuri-curi pandang ke arahnya. "A–ku siapin makan siang dulu, Mas," ujarnya kepada sang suami seraya berbalik badan dan langsung berjalan ke arah dapur menyusul Nunung. Rayyan menyembunyikan helaan napasnya ketika melihat punggung sang istri yang menjauh. Di dalam hati entah mengapa ia merasa timbul kesedihan. Ia menebak kalau benar, sang istri sepertinya masih menyimpan perasaan kepada adik angkatnya. "Naah, ini diaa! Terima kasih, Bi Nunung yang caeeem ...!" seru Bobby menarik Rayyan kembali

DMCA.com Protection Status