"Raka jelasin sama gue apa maksud lo jalan sama Katrine?" tanya Ellena yang pagi-pagi sudah menyerang Raka. Seluruh kampus sedang membicarakan Raka yang sekarang sering gonta-ganti pasangan dan sekarang dengan Katrine.
"Nggak ada hubungannya sama lo," tegas Raka meninggalkan Ellena yang berada di depannya. Ellena menarik tangan Raka.
Wanita bertubuh seperti model itu tidak mau berhenti begitu saja."Gue sayang sama lo. Kenapa lo harus sama perempuan lain? Sedangkan gue masih stay buat lo."
Raka mulai muak dengan rengekan Ellena, dulu dia putus dengan Ellena karena wanita ini selingkuh dengan senior mereka. Dan itu harga mati untuk Raka. Dilihat dari segi mana pun Nayla lebih pantas untuk dicintai
"Hai Tante," sapa Tina pada wanita paruh baya yang sangat anggun itu. Wanita itu mengenakan baju formal dan sepatu hak tinggi. Wanita itu tersenyum pada Tina saat dia sudah melangkah keluar dari ruang guru. "Tina udah pulang sekolah?" ucap Anjani, ibu Raka. Tina sudah tahu bahwa Anjani adalah ibu Raka. Mereka bertemu di restoran tanpa sengaja, dan Raka memperkenalkan ibunya pada Tina. "Belum Tante, aku mau kumpul di basecamp PA dulu. Masih ada kegiatan," jawab Tina tersenyum ramah. "Wah. Kamu sama dengan Raka suka naik gunung. Jarang ada perempuan cantik mau ikutan naik gunung." Anjani menatap lembut pada Tina. Mereka beriringan berjalan di koridor utama.Dan ternyata di seberang Anjani dan Tina terlihat Nayla dan Beca yang sedang berjalan ke depan.Mama Raka sama Tina dekat banget, pikir Nayla saat melihat keakraban kedua orang di depa
Nayla dan Beca memenuhi undangan Anjani untuk datang ke rumah Raka. Sejujurnya Nayla datang dengan berat hati, setelah ia melihat adegan menjijikan Raka dan Tina. Mestinya tidak ada lagi alasan Nayla untuk cemburu karena mereka sudah putus.Apakah hubungan mereka selama ini sudah sedekat itu? Dan sekarang terjawab oleh mata kepala Nayla sendiri.Kini Nayla berdiri di depan pintu rumah Raka, hubungan dia dan Raka sudah putus dan tak mungkin bisa kembali lagi. Kalau bukan karena Anjani, tentu saja dia tidak akan datang ke rumah Raka, mantannya. Tapi, tetap saja kejadian di kelas itu mengganggu pikirannya."Serius lo gakpapa ketemu Raka?" tanya Beca di samping Nayla, gadis itu menatap lekat gerakan Nayla. Menekan bel saja dia masih berfikir."Gue sama Raka sudah putus, terserah dia mau dekat sama siapa. Termasuk Tina juga." Nayla menekan ucapannya.Harusnya g
Di meja makan terlihat Gavin dan Beca serius bercerita sambil tertawa. Beca memang cepat beradaptasi dengan lingkungan bahkan ayah Nayla juga bisa nyambung obrolan dengan Beca."Cerita apa?" bisik Nayla."Politik," sahut Beca yang ikut berbisik.whattt...Tidak terbayang, bagaimana cara Beca menyesuaikan otak dan perkataannya. Beca benci dengan yang namanya berbau politik. Pelajaran sejarah saja nilai Beca selalu kecil, sering ditinggal tidur terkadang."Kita makan duluan aja, pasti kalian udah laper. Raka nggak usah ditunggu," ucap Anjani sedikit kecewa tapi tetap tersenyum."Den Raka sudah pulang," ucap Bi Surti saat menuangkan air putih ke gelas melihat Raka masuk. Semua mata menoleh pada cowok yang baru datang itu.Raka terdiam sejenak, matanya sedikit linglung melihat Nayla ada di rumahnya. Cowok berkaus hitam dengan celana jins berlutut robe
Tanggal 14 February, biasanya dirayakan untuk memperingati hari kasih sayang atau Valentine. Tradisi barat ini sangat dilestarikan bagi mereka yang punya kekasih atau sedang jatuh cinta dan menyatakan cinta. Mereka saling bertukar notice dan kado.Siang itu tepatnya di kelas Nayla sangat ricuh, kebanyakan murid sedang menyembunyikan coklat, setangkai bunga bahkan boneka kecil ke dalam laci mereka, tidak sabar untuk menunggu jam istirahat.Nayla melirik Beca yang duduk di sampingnya. Gadis itu sedang mengelus kotak ukuran kecil berisi brownies kukus coklat buatannya. Tadi pagi Beca sudah memamerkan pada Nayla hasil buatannya yang akan diberikan untuk Bagas.Nayla hanya tersenyum merana mengingat tadi malam dia juga diganggu Bagas untuk ikut membungkus boneka kecil dan juga coklat untuk Beca. Sepasang kekasih itu saja sudah cukup membuat jiwa jomblonya meronta-ronta.
Reno memang secara terang-terangan menyukai Nayla, tapi semenjak proklamir Raka membuat Reno menjauhi Nayla. Tadi senyum Reno seakan mengisyaratkan masih menunggu Nayla terpampang nyata saat mereka bertatap mata."Nggak secepat itulah gue cari pengganti Raka, gue belum mau pacaran lagi," sahut Nayla dengan santai. Tangannya mengaduk mie ayam namun pikirannya entah kemana."Yaelah, gue kasih tau ya. Cara cepat kita move on adalah cari pasangan lain," kata Beca disambut anggukkan Rangga, "Lagian nih, si Raka udah gontai-ganti cewek gue denger. Dengan mata lo sendiri, lo liat Raka enak-enak sama cewek lain." cerocos Beca."Enak-enak dengan siapa?" Rangga membulatkan matanya tanda ingin tahu."Adalah, nanti juga lo tau." Beca melemparkan pandangan pada Tina yang duduk di ujung baris dari mereka.Rangga paham dengan perkataan Beca saat mengikuti pandangan Beca.Nayla m
"Aku tahu perempuan di sekolah itu Nayla kan? Dia Mantan kamu?" kata Jennifer yang duduk di depan Raka. Raka masih asyik menikmati sandwich. Jennifer wanita yang baru saja dikencaninya, salah satu anak fakultas hukum di tempat kuliahnya. Mereka sudah saling mengenal setahun lalu, saat itu Jennifer menemani Doni pertandingan basket dan bertemu Raka. Jennifer sepupu Doni, berpuluh-puluh kali Doni menyatukan mereka tapi tidak pernah berhasil. Entah mengapa sekarang mereka memiliki satu hubungan spesial. "Jangan sekarang Jen, aku nggak mau berdebat saat lagi makan," ucap Raka menatap gadis itu lembut. "Kenapa? Kamu nggak suka kalau aku nanya tentang Nayla?"Jennifer menatap lekat manik mata Raka.Raka menarik nafas, lalu meletakkan sandwich-nya. "Darimana kamu tahu Nayla?"
Tiga orang siswi sedang berkaca di depan cermin. Mereka merapikan seragam putih abu-abunya dan menyisir rambut hitam berkilaunya. Mereka adalah Genk siswi di SMA Budi Mulia yang sering menggosip. "Eh, guys. Tau nggak anak PA namanyaTina? Dia itu ternyata cewek cabe-cabea. Booking'an om-om," ucap Aneta, wanita berambut ikal itu kepada samping kanan-kirinya. "Kenal gue. Cewek sok perfect and sok kecakepan itu. Tiap malem nongkrong di club, yakin gue dia cuma mau jual diri. Keliatannya aja cewek baik-baik," sahut Feby dengan tertawa sinis. "Gue denger dia bisa dipake siapa aja.Tongkrongannya aja di club. Anjirr gak! Ngeri gue parah dia." Aneta berdecak. "Aduh Net, ngapa ngomongin Tina sih? Nggak penting benget sih," ucap Rasti, menatap bayangannya di depan cermin. "Nggak selevel dia mah sama kita, ngebayangin dia carper s
"Tapi, lo masih sayang kan sama dia? " Nayla mengangguk, perasaan itu tidak bisa dibohongin. Tapi, apa boleh buat semua sudah terjadi. Dan Raka sudah punya kehidupan sendiri dengan wanita lain. "Gue yakin La, dia itu sayang banget sama lo. Gue yakin banget." Tina menekan ucapannya. Nayla tersenyum mendengar ucapan Tina, rasanya mereka tidak pernah curhat sedalam ini. "Gue sama Reno nggak ada apa-apa Tina," gantian Nayla yang mengaku. Tina hanya tersenyum perih. "Ada juga gakpapa. Gue bukan siapa-siapa dia. Sekarang gue sadar temen itu lebih penting ketimbang cowok yang selalu bikin kita pusing." Tina tertawa mengakui kebodohannya. "Kalau itu gue setuju," sahut Nayla tertawa kuat. Asyik mengobrol tidak terasa mereka sampai di kelas. Wajah Beca dan Rangga b
Kilasan tentang pertemuannya dengan Jenny saat ini kembali. Jenny tidak terlalu banyak perubahan, dia sangat pintar merawat dirinya. Namanya model memang lebih berpengalaman dalam perawatan. Tubuhnya terbentuk dengan indah, tatapannya masih lembut tapi terkesan angkuh.Nayla menatap perempuan di depannya ini dengan senyum tipis, masih bingung dengan situasinya saat ini. Sepertinya semua orang terfokus padanya bukan pada Beca yang punya acara.Kemudian Nayla melirik jari manis Jenni, lalu tersenyum tipis. Dia jadi ingat pesan terakhir Jenni saat itu.Aku harap kamu mundur, Nayla. Karna kamu akan menyebabkan pertunangan aku sama Raka batal. Aku harap kamu masih punya hati nurani."Selamat ya untuk hari bahagia kamu."Nayla hanya tertegun mendengar ucapan Jenny, dia masih tak bergeming dengan balutan kebaya putih da
Mike, Doni, Erga, dan Rangga berpenampilan rapih dengan jas berwarna senada. Sebagai groomsmen mereka datang lebih awal dibanding para tamu undangan. Rangga yang paling antusias dengan acara ini sudah memegang camera sambil memasuki tempat itu. Bermaksud mengabadikan acara sakral temannya."Bro, lo kelihatan pucat banget. Nervous ya?" Rangga meledek sambil menyorot laki-laki berpenampilan serba putih itu. Wajahnya yang tampan dan berpenampilan paling menonjol itu dari tadi menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan dengan pelan. Sangking nervousnya."Jangan diganggu Ga kepala suku, dia lagi berdoa biar acaranya gak bubar karena ditolak calon pengantin." Suara itu dari Doni, karena yang di sorot tidak merespon ucapan Rangga.Rangga memberikan cameranya pada Mike untuk bergantian memvideokan, lalu dia menepuk bahu cowok yang terlihat tegang itu. "Gue mah nitip dia aja ya. Jaga baik-baik jangan sampe lepas lagi. Terus nitip keponakan yang cakep-cakep."
"Tunggu di situ jangan kemana-mana!"Suara cemas itu terdengar dari balik ponsel. Cewek berambut lurus sepunggung itu baru saja turun dari pesawat."Gue bisa naik taxi.""Gak bisa lo udah gue jemput." Bagas menegaskan."Gue kan udah bilang gak mau dijemput. Pokoknya gue pulang sendiri," ucapnya seraya mengambil barangnya lalu melangkah bersama para penumpang yang lainnyaSetelah 17 jam perjalanan dan untungnya hanya sekali transit. Akhirnya Nayla kembali menghirup udara di Jakarta. Jika kalian mau tahu berapa lama Nayla tinggal di London, jawabannya sangat membanggakan. Dia berhasil menyelesaikan kuliahnya walaupun dengan hasil yang pas-pasan. Tapi pengalaman hidup yang dia dapat sangatlah berharga. Sambil kuliah Nayla menyibukkan dirinya dengan berkerja part time. Pekerjaan serabutan, berkali-kali dia pindah pekerjaan.Menjadi pelayan di McDonald's, penjaga toko, dan Nayl
Dear, my Boy...Untuk kamu yang selalu punya tempat di hatiku.Entah apa yang harus aku tuangkan dalam secarik kertas ini. Sekalipun ada goresan tinta yang indah, tapi nggak akan bisa mengalahkan indahnya perasaanku untuk kamu, sayang.Enggak ada yang kusesali dari hubungan ini. Bertemu dengan kamu adalah anugrah. Dan berpisah dengan kamu adalah takdir yang harus terjadi.Aku tahu, aku nggak cukup sempurna. Dan caraku mencintai kamu mungkin salah, hingga membuat wanita lain terluka. Aku sadar, aku bukanlah satu-satunya wanita yang ada tempat di hati kamu.Tapi entah kenapa, tiba – tiba saja muncul dalam pikiranku, apakah aku pantas mendampingi kamu? Apa aku bisa bahagia saat wanita lain terluka.Perpisahan ini berat, percayalah aku pun merasakannya. Tapi ini yang terbaik untuk kita. Sampai kita sama-sama
Aku mencintai kamu.Rasa ini teramat nyata hingga hati ini terlalu sakit, saat sadar kamu meninggalkanku lagi. Nayla sudah berada di bandara bersama keluarga dan teman-temannya. Sungguh, perasaannya bercampur aduk sekarang ini. Nayla menarik nafas berat, tangannya menggenggam travel bagnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia akan pergi sendiri ke tempat yang jauh.FlashbackNayla mendongak melihat Raka sudah berdiri di depannya, cowok itu menatapnya penuh perasaan."Lain kali, jangan pernah pergi sendirian. Apalagi ke tempat yang masih baru buat lo."Nayla mengangguk pelan, ia menerima uluran tangan Raka. "Janji sama gu
"Gue harus pergi sekarang." Nayla tersenyum kecil pada Jenni. Sedikit menoleh Doni. Laki-laki itu hanya diam dari tadi tapi Nayla tahu Doni sedikit terganggu dengan obrolan mereka. Nayla beranjak membuka pintu. "Nayla... Mungkin kalau nggak ada Raka diantara kita. Gue pengen lo jadi kawan gue. Seharusnya kita bisa jadi sahabat," ucap Jenni memandang Nayla yang berdiri di depan pintu.Nayla hanya mendengar itu tanpa menoleh dan pergi meninggalkan kamar Jenni. "Gue harus nelpon Raka." Ucap Doni mengambil handphone-nya dari saku celana. "Jangan berani lo ngomong apa-apa sama Raka! Bentar lagi dia ke sini, lo pergi dari sini kalau mau bikin Raka tahu tentang kepergian Nayla," bentak Jenni, dia terlalu takut kehilangan Raka. Doni menjambak rambutnya, frustasi. Jennife
Matanya melihat ke arah langit. Langit yang gelap dihiasi bintang. Pemandangan langit sama saja bukan, saat kita dimana pun melihatnya. Nayla menyenderkan bahunya ke belakang sambil mendengus. "Kamu bilang pendidikan penting, tapi kenapa kamu sekarang gak ada buat dukung aku." Monolognya. Nayla melihat ponsel yang dipegang-nya, jangan berharap karena berharap itu sakit. Padahal dia sangat membutuhkan bahu laki-laki itu untuk bersandar. Lupakan mungkin Raka sedang berada di rumah sakit. Nayla menutup matanya yang perih, menahan air mata yang ingin jatuh.Kamu terlalu sibuk dengan dia, Raka. Kamu nggak tau aku butuh kamu sekarang. "Nggak usah ngelamun di sini. Nanti diculik setan." Nayla membuka matanya karena kaget. Bagas sudah ada di dep
Langit seakan tak biru lagilaut seolah menghempas sepiberibu malam aku tangisimengalun sepi menyiksa hatiDan malam ini, Nayla terdiam. Isak ibunya terdengar perih, terasa gendang telinganya robek tersayat. Ia mengunci masuk hatinya dalam dipan bergembok.Meyakinkan diri ini adalah keputusan terbaik. "Mama nggak setuju!" Ayu bersuara serak sambil menyeka air matanya. Setelah makan malam dan meja makan dibersihkan, Nayla mengatakan keputusannya. Nayla menahan air matanya supaya tidak tumpah, dadanya terasa sesak. Untuk pertama kalinya ia membuat wanita yang melahirkannya menangis dan Ayahnya terdiam dengan wajah muram. Semua ucapan Nayla berhasil membuat senyum keluarganya pudar. Nayla yang manja, tidak pernah hidup sendirian selama 18 tahun usianya kini mengambil ke
"Coffee..." Doni menyerahkan segelas coffee pada Raka, dia membelinya pada mesin otomatis yang ada di rumah sakit, sangat praktis bukan. "Thanks," ucap Raka, dia lagi tidak ingin tersenyum pada Doni. Mereka duduk di kursi yang berada diluar kamar Jenni padahal Raka sedang ingin sendiri tapi Doni menghampirinya. "Gue tahu hati lo lagi bercabang. Dari dulu gue iri sama lo, selalu aja banyak cewek yang ngejer-ngejer lo," ucap Doni dengan senyum pahit, laki-laki itu duduk di samping Raka. Raka tidak menggubris omongan Doni, apakah tepat membicarakan hal seperti itu dalam situasi seperti ini. Raka menaikan bahunya sedang menyeimbangkan posisi duduknya. "Dan yang paling gue iri. Lo bisa dapetin cewek kayak Nayla Anastasya Susanto. Menurut gue dia sedikit bodoh." Doni te