Tiga orang siswi sedang berkaca di depan cermin. Mereka merapikan seragam putih abu-abunya dan menyisir rambut hitam berkilaunya. Mereka adalah Genk siswi di SMA Budi Mulia yang sering menggosip.
"Eh, guys. Tau nggak anak PA namanya Tina? Dia itu ternyata cewek cabe-cabea. Booking'an om-om," ucap Aneta, wanita berambut ikal itu kepada samping kanan-kirinya.
"Kenal gue. Cewek sok perfect and sok kecakepan itu. Tiap malem nongkrong di club, yakin gue dia cuma mau jual diri. Keliatannya aja cewek baik-baik," sahut Feby dengan tertawa sinis.
"Gue denger dia bisa dipake siapa aja.Tongkrongannya aja di club. Anjirr gak! Ngeri gue parah dia." Aneta berdecak.
"Aduh Net, ngapa ngomongin Tina sih? Nggak penting benget sih," ucap Rasti, menatap bayangannya di depan cermin. "Nggak selevel dia mah sama kita, ngebayangin dia carper s
"Tapi, lo masih sayang kan sama dia? " Nayla mengangguk, perasaan itu tidak bisa dibohongin. Tapi, apa boleh buat semua sudah terjadi. Dan Raka sudah punya kehidupan sendiri dengan wanita lain. "Gue yakin La, dia itu sayang banget sama lo. Gue yakin banget." Tina menekan ucapannya. Nayla tersenyum mendengar ucapan Tina, rasanya mereka tidak pernah curhat sedalam ini. "Gue sama Reno nggak ada apa-apa Tina," gantian Nayla yang mengaku. Tina hanya tersenyum perih. "Ada juga gakpapa. Gue bukan siapa-siapa dia. Sekarang gue sadar temen itu lebih penting ketimbang cowok yang selalu bikin kita pusing." Tina tertawa mengakui kebodohannya. "Kalau itu gue setuju," sahut Nayla tertawa kuat. Asyik mengobrol tidak terasa mereka sampai di kelas. Wajah Beca dan Rangga b
Pulang sekolah bener saja, Reno sudah ada di depan pintu gerbang sekolah. Secepat itu Reno keluar kelas? Nayla menghampiri Reno tidak sendirian melainkan dengan ketiga sahabatnya."Reno..." panggil Nayla.Reno menoleh mencari suara itu yang dia tahu suara itu milik Nayla. Senyumnya hilang ketika melihat kanan kiri sudah ada kawannya.Dipikir Nayla akan menghampirinya seorang diri."Lo udah lama nunggu?" tanya Nayla sudah di depan Reno. Tina tersenyum ikhlas kalaupun Nayla dan Reno akhirnya berpacaran. Tangannya menggandeng lengan Beca."Engga lama kok. Yok, kita pulang," ajak Reno. "Ren, gue mau minta tolong. Urgent Ren. Ini penting banget. Kalau lo nolong pahala lo banyak," ujar Nayla. Reno menautkan alisnya bingung. Tina dan Beca hanya menjadi pendengar yang baik. "Apa La? Gue tolongin kalau gue bisa."
Tidak ada yang spesial hari libur ini. Semua orang disibukkan dengan kesibukan masing-masing. Begitu juga dengan Nayla, dia memilih ke toko buku dekat rumahnya. Terlalu menyedihkan jika harus menonton sendiri di bioskop, atau nongkrong di cafe seorang diri. Nayla bukan tipe wanita percaya diri yang berani duduk sendirian. Kakinya bergerak sesuka hati mencari yang belum pasti. Dia berada di rak novel. Selain nonton drama Korea dia juga suka membaca novel. Ya, novel bukan buku pelajaran. But, ada buku yang suka ia pandangi. Buku desainer, Nayla suka sekali melihat gaun pengantin di setiap halaman buku desainer ternama. Seperti milik Tex Saverio, perancang gaun pengantin yang nyentrik. Dan Biyan, desainer gaun pengantinnya yang memiliki ciri khas yang rumit serta aplikasi bordir bercorak flora yang manis dengan man
"Sayang, dari tadi diem aja sih." Jenni membangunkan Raka dari lamunan. Jenni yang dari tadi di samping Raka yang sedang menyetir tidak diajak bicara. "Oh. Aku lagi fokus nyetir." Raka menoleh sambil tersenyum simple. "Aku perhatiin dari semenjak keluar toko buku kamu bengong aja," ucap Jenni jutek. Ia merasa Raka tidak sadar keberadaannya. "Tiba-tiba perasaan aku nggak enak. Gimana yah nggak ngerti aku ngejelasin," ujar Raka, ambigu. "Kamu sakit?" Jenni menempelkan tangannya di kening Raka, tidak panas. "Enggak." Raka mengeleng kepala. "Ada masalah yang kamu pikirin?" tanya Jenni menoleh pada Raka. "Nggak. Aku nggak ada masalah." Raka menghentikan mobilnya di depan gerbang rumah Jenni. Dia pun bingung dengan
Kenapa Ibunya tiba-tiba jadi pengangguran? Bukannya tidak senang tapi bahasannya kenapa lari ke menantu.. Raka membuka tirai yang menutupi dinding melihat foto Nayla yang masih terpajang di dinding. Dia masih belum mau menurunkan foto itu dari dinding, wajah dinginnya memandang foto itu. Jennifer belum pernah masuk ke dalam kamarnya. Raka pernah membawa Jenni ke rumah tapi hanya sebentar, itu pun hanya sampai ruang tamu.Dompet Nayla pernah tertinggal di kamarnya. Ibunya pasti membawa Nayla ke sini.Apa lo udah lihat foto ini? Raka masih mengingat bagaimana Nayla memutuskannya. Bilang capek dan mengakhiri hubungan mereka. Kata-kata itu seperti luka untuk Raka. Dia membuang nafasnya dan menutup tirai itu lagi.Dreerrtt! chat group PA SMA. Semua yang terlibat dalam ekskul PA masuk group itu, termasuk para alumni. Raka tiba-tiba tertarik ingin tahu
"Babe, di mata kamu ada apa?" Bagas mendekatkan tangannya ke mata Beca sambil fokus nyetir. Gadis itu tetap tidak perduli gombalan Bagas. Dia marah karena Bagas menerima kado valentinedari gadis-gadis di kampusnya."Gak usah pegang-pegang! fokusnyetir aja. Kalau bukan gara-gara Nayla. Aku nggak bakalan nebeng sama kamu," ucap Beca dengan nada jutek. "Gue juga nggak bakalan mau dianterin kalau bukan karena anak PA minta kumpul malam-malam di cafe. Tenang Bek, gue dipihak lo," ucap Nayla tidak kalah jutek dari Beca. "Abang lo emang mesti dijutekin La, biar nggak tebar pesona," ucap Beca kesal. "Kompak banget kalian." Bagas tertawa, "Tapi aku serius Babe, mata kamu ada belek kayanya." Bagas menoleh pada Beca yang duduk di sampingnya.
"Maaf ya kitatelat. Jakarta macet mana hujan, jadi becek-becek." Doni yang langsung duduk diikuti Erga dan alumni yang lain. "Don, nggak usah bikin malu. Malah nyanyi lagi. Suara lo bikin adek-adek sakit kuping," celetuk Ellena yang sudah duduk dibarengi temannya. "Ngomong ngomong, tumben kalian ngajak kumpul di cafe," ujar Doni pada juniornya. "Buat silahturahim aja. Biar makin erat kekeluargaan kita," sahut Reno. Diangguki alumni. Mereka memang sudah jarang membuat pertemuan di luar sekolah karna kesibukan masing-masing. "Nah, gitu geh dari dulu. Bikin alumni kalian ini seneng. Kayak gini kan positif. Nggak tauran diluar ," ceramah Doni. Ellena menggeleng melihat Doni. "Don, lo duduk aj
BRAK! Raka menabrak seseorang. Ponsel orang itu terjatuh ke dekat kakinya. Mata mereka bertemu, sejenak saling berpandangan.Raka berjongkok, hendak mengambil ponsel itu. "Jangan pegang hape gue!" teriak Nayla dengan cepat saat Raka sudah menunduk. Cowok itu tidak perduli, lalu mengambil ponsel yang masih hidup layarnya. Sejenak terdiam memperhatikan background layar ponsel Nayla. "Gue kayak kenal." Raka menatap lekat foto itu.Dengan cepat wanita itu menarik handphone-nya."Lo nggak usah sok kenal deh," ketus Nayla. Alis mata Raka naik sebelah. Dia melihat Nayla tajam. Raka tidak su