Share

Bab 13

Penulis: Nayla
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-17 16:04:10

     "Nayla...! Nay!!"

     Nayla mendongak mendengar namanya dipanggil. Tangannya mengusap air matanya. Telinganya semakin jelas mendengar suara itu. Sangat familiar, suara yang biasanya memarahi dia. Nayla bangkit, menyeret kakinya untuk mencari asal suara itu.

     "Tolong..." Nayla bergerak menuju cahaya senter itu.

Raka terhenti, melihat wanita yang dicari ada di depannya. Ia bernafas lega.

Akhirnya ketemu, bathin Raka lega.

      Tanpa pikir panjang Nayla berlari terseret-seret meraih  Raka dan memeluknya. Betapa lega hatinya ada yang bisa menemukannya. Ia semakin mengeratkan pelukannya, suara tangisannya terdengar sangat kencang. Membuat seluruh penghuni hutan bisa mendengarnya.

      Raka yang tertegun dengan tindakan N

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nayla   Bab 14

    Pagi ituterdengar kicauan burung. Raka yang mulai tersadar dari tidurnya, membuka mata perlahan. Di sampingnya sudah ada sepasang mata yang masih terpejam. Bibir mereka terlalu dekat, bila Raka menundukkan kepalanya sedikit maka bibir itu akan bersentuhan. Ditatapnya lekat wajah gadis itu. Kalau nggak bawel ini cewek sebenarnya cantik juga. Raka menyingkirkan rambut yang menutupi mata Nayla. Lentik banget bulu matanya, bibirnya merah alami. Raka mulai tak kuasa menyentuh mata, hidungnya yang mancung, sampai ke bibir Nayla. Seperti ingin menjadikan miliknya. "Ciptaan Tuhan yang sempurna." Tiba-tiba Nayla menggerakkan kepala. Cepet-cepat Raka mengalihkan tangannya. Matanya ditutup seakan belum bangun sedari tadi. "Aaaaaaa!"

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Nayla   Bab 15

    Raka menarik tangan Nayla hingga terjatuh ke dalam pangkuannya. Dia menurunkan tubuh cewek itu lalu menutup pintu mobil. Raka tidak menggubris panggilan Reno yang terdengar kesal. "Raka! Nayla nggak mau jangan dipaksa," ucap Reno turun dari mobil. Hingga mereka berhadapan. Tapi Raka tidak perduli. Raka menggendong Nayla dengan gaya bridal. Lalu menurunkan di atas jok motornya. Cowok itu memasang helm yang agak longgar di kepala Nayla. Ternyata size kepala laki-laki dan perempuan berbeda. Nayla, menelan saliva. Belum sadar dengan keterkejutannya, kini Raka meraih tangannya ke dalam pinggang cowok itu. Nayla melepaskan pinggang Raka. "Jatoh gue nggak tangung ya." Mendengar itu dengan sangat terpaksa Nayla memeluk pinggang Raka kembali. Raka tersenyum dibalik helmnya. Di sisi lain, seisi penumpang tr

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Nayla   Bab 16

    Waktu menunjukkan pukul 1 malam, hiruk pikuk dunia malam membuat Jakarta tidak pernah senyam-sunyi. Salah satu club malam menjadi tempat pilihan Raka, Mike, Doni, dan Erga, menghabiskan waktu. Mereka menyukai club ini karena difasilitasi meja bilyard di lantai teratas. Kaca dinding di depan meja bilyard bisa melihat pemandangan ke bawah tempat orang yang berjoget ditemani DJ.Doni yang bersiap melakukan push out dalam bola bilyard mulai risih dengan gerak-gerik Raka. Cowok itu membalik-balikan ponsel di tangannya. Wajahnya tampak berfikir."Banting aja banting! Atau kasih gue hape lo. Amal, dari pada lo puter-puter terus kan kasian hape-nya pusing," ujar Doni memutar bola mata pada Raka."Bacot! Sodok aja bola lo. Kebanyakan strategi! Setahun baru nyodok bolanya," cibir Raka. Matanya menunjuk bola yang digantung Doni seperti hubungan."Sabar dong, gue kan pen

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Nayla   Bab 17

    Semenjak kejadian Raka menghadang truk untuk Nayla. Semua mata mulai memperhatikan cewek itu. Ada yang menatapnya sinis, terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan mereka. Tapi ada juga yang mulai menyapa Nayla dengan ramah. Nama Nayla si anak baru tiba-tiba boom disetiap kalangan. Terutama di ekskul PA."Tumben alumni kita pada dateng. Biasanya kalo ada hal penting aja mereka dateng." Ujar Beca di sebelah Nayla. Menunjuk ke arah Raka, Doni, Erga, dan Mike sedang mengobrol dengan Kang Deny di bawah pohon."Emang gitu?" tanya Nayla mengikuti pandangan Beca. Temannya itu mengangguk.Walaupun tidak ada kegiatan anak PA wajib berkumpul setiap hari Jumat dan Sabtu. Sekedar berkumpul dan bersih-bersih basecamp mereka. Di ekskul ini banyak kegiatan yang positif yang mereka lakukan bersa

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Nayla   Bab 18

    "Ada yang liat Reno? Gue keliling nyariin dia nggak ada," teriak Tina di ambang pintu basecamp PA."Barusan pergi," jawab Rangga santai melihat Tina."Pergi kemana? Padahal mau mulangin tenda." Tina mengeluh sambil menggaruk kepalanya. "Nayla nggak absen hari ini." Tina mencari sosok kawannya."Dateng kok dia. Tadi kita rame-rame beberes di sini," jawab Beca seraya menyapu."Si Reno ngajakin Nayla keluar, alesannya balikkin tenda. Modus banget kan? Udah tau kerjaan di sini belum selesai." Rangga bicara dengan nada kesal."Lo pada ngapa gak bilang dari tadi sih!"Rangga dan Tina saling pandang. Satu ruangan itu tersentak tiba-tiba, Tina mengeluarkan nada kesal dengan suara tinggi. Gadis itu pergi begitu saja. &nbs

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Nayla   Bab 19

    Nayla melangkah dengan semangat keluar dari pintu rumahnya. Tadi malam dia tidur nyenyak hingga bisa bangun cepat. Rambutnya dibiarkan tergerai. Nayla menekan kedua sisi tali tasnya, langkahnya terhenti melihat motor sport yang terlalu mencolok matanya berada di depan gerbang."Lama banget sih keluarnya." Raka bersuara saat Nayla sedang menutup gerbang. Nayla menautkan kedua alisnya. Menurut Nayla, ini adalah waktu tercepatnya bangun pagi. Bisa-bisanya dia bilang lama. Eh, tunggu! Ngapain dia ke sini?"Lo ngapain pagi-pagi di depan rumah orang?" tanya Nayla terheran-heran."Rumah orang? Ini kan rumah lo, ya gue nyari lo-lah. Mau nganterin ke sekolah." Raka masih bersender di badan motornya."Eh, nggak usah. Gue biasa naik angkot." Nayla berjalan m

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Nayla   Bab 20

    Pulang sekolah Nayla berjalan dengan penuh waspada. Ini semua karena Raka, entah apa yang dipikirkan cowok itu hingga ingin menjemputnya pulang sekolah. Ucapan Raka tadi pagi bisa dianggap serius, karena Raka termasuk nekad.Semoga dia nggak dateng.Semoga semogaLangkah Nayla terhenti. Melihat para siswi SMA Budi Mulia sedang tebar pesona melewati cowok berbaju hoodie itu. Cowok itu melipat tangannya di depan dada, menatap sekeliling dengan wajah datar."Rakaaaa... Mati gue." Nayla hampir melompat karena takut. Ia langsung bersembunyi di balik pohon dengan mata menatap Raka."Serius gue di jemput mantan Bapa Presiden PA. Terharu gue." Nayla berdecak dengan wajah ingin menangis. "Ngapa sih lo ganggu hidup gue yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Nayla   Bab 21

    "Lo punya gue," ulang Raka. Gadis itu mengedipkan mata tidak percaya yang dia dengar. Demi apa gitu?"Jadi lo nggak bisa nolak buat gue anter." Raka menarik tangan Nayla ke depan motornya."Tunggu sebentar. Jadi maksud lo, setelah lo ngomong gitu ke gue. Terus lo bisa seenaknya bawa-bawa gue." Nayla melepaskan tangannya. "Jangan macem-macem.Gue bilangin bapa gue lo ya!""Nggak ada yang nggak bisa gue dapetin. Lo mau gue minta izin Bapa lo?" Raka menantang, gadis itu menggeleng jengkel. "Dengan senang hati.""Tapi gue bukan boneka lo," ucap Nayla melepaskan helmnya lalu meninggalkan Raka yang tetep saja mengikuti Nayla."La." Raka mengejar Nayla. Cowok itu menarik tangan Nayla. Membuat mereka saling berhadapan. Perasaan Nayla bercampur aduk. "Kasih gue waktu sebulan buat dekat sama lo. Kalau sebulan, hati lo nggak luluh. Gue lepasin lo.""Kalau gue nggak mau," jawab N

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01

Bab terbaru

  • Nayla   Ekstra part 3

    Kilasan tentang pertemuannya dengan Jenny saat ini kembali. Jenny tidak terlalu banyak perubahan, dia sangat pintar merawat dirinya. Namanya model memang lebih berpengalaman dalam perawatan. Tubuhnya terbentuk dengan indah, tatapannya masih lembut tapi terkesan angkuh.Nayla menatap perempuan di depannya ini dengan senyum tipis, masih bingung dengan situasinya saat ini. Sepertinya semua orang terfokus padanya bukan pada Beca yang punya acara.Kemudian Nayla melirik jari manis Jenni, lalu tersenyum tipis. Dia jadi ingat pesan terakhir Jenni saat itu.Aku harap kamu mundur, Nayla. Karna kamu akan menyebabkan pertunangan aku sama Raka batal. Aku harap kamu masih punya hati nurani."Selamat ya untuk hari bahagia kamu."Nayla hanya tertegun mendengar ucapan Jenny, dia masih tak bergeming dengan balutan kebaya putih da

  • Nayla   Ekstra part 2

    Mike, Doni, Erga, dan Rangga berpenampilan rapih dengan jas berwarna senada. Sebagai groomsmen mereka datang lebih awal dibanding para tamu undangan. Rangga yang paling antusias dengan acara ini sudah memegang camera sambil memasuki tempat itu. Bermaksud mengabadikan acara sakral temannya."Bro, lo kelihatan pucat banget. Nervous ya?" Rangga meledek sambil menyorot laki-laki berpenampilan serba putih itu. Wajahnya yang tampan dan berpenampilan paling menonjol itu dari tadi menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan dengan pelan. Sangking nervousnya."Jangan diganggu Ga kepala suku, dia lagi berdoa biar acaranya gak bubar karena ditolak calon pengantin." Suara itu dari Doni, karena yang di sorot tidak merespon ucapan Rangga.Rangga memberikan cameranya pada Mike untuk bergantian memvideokan, lalu dia menepuk bahu cowok yang terlihat tegang itu. "Gue mah nitip dia aja ya. Jaga baik-baik jangan sampe lepas lagi. Terus nitip keponakan yang cakep-cakep."

  • Nayla   Ekstra part 1

    "Tunggu di situ jangan kemana-mana!"Suara cemas itu terdengar dari balik ponsel. Cewek berambut lurus sepunggung itu baru saja turun dari pesawat."Gue bisa naik taxi.""Gak bisa lo udah gue jemput." Bagas menegaskan."Gue kan udah bilang gak mau dijemput. Pokoknya gue pulang sendiri," ucapnya seraya mengambil barangnya lalu melangkah bersama para penumpang yang lainnyaSetelah 17 jam perjalanan dan untungnya hanya sekali transit. Akhirnya Nayla kembali menghirup udara di Jakarta. Jika kalian mau tahu berapa lama Nayla tinggal di London, jawabannya sangat membanggakan. Dia berhasil menyelesaikan kuliahnya walaupun dengan hasil yang pas-pasan. Tapi pengalaman hidup yang dia dapat sangatlah berharga. Sambil kuliah Nayla menyibukkan dirinya dengan berkerja part time. Pekerjaan serabutan, berkali-kali dia pindah pekerjaan.Menjadi pelayan di McDonald's, penjaga toko, dan Nayl

  • Nayla   Surat Nayla

    Dear, my Boy...Untuk kamu yang selalu punya tempat di hatiku.Entah apa yang harus aku tuangkan dalam secarik kertas ini. Sekalipun ada goresan tinta yang indah, tapi nggak akan bisa mengalahkan indahnya perasaanku untuk kamu, sayang.Enggak ada yang kusesali dari hubungan ini. Bertemu dengan kamu adalah anugrah. Dan berpisah dengan kamu adalah takdir yang harus terjadi.Aku tahu, aku nggak cukup sempurna. Dan caraku mencintai kamu mungkin salah, hingga membuat wanita lain terluka. Aku sadar, aku bukanlah satu-satunya wanita yang ada tempat di hati kamu.Tapi entah kenapa, tiba – tiba saja muncul dalam pikiranku, apakah aku pantas mendampingi kamu? Apa aku bisa bahagia saat wanita lain terluka.Perpisahan ini berat, percayalah aku pun merasakannya. Tapi ini yang terbaik untuk kita. Sampai kita sama-sama

  • Nayla   Bab 143

    Aku mencintai kamu.Rasa ini teramat nyata hingga hati ini terlalu sakit, saat sadar kamu meninggalkanku lagi. Nayla sudah berada di bandara bersama keluarga dan teman-temannya. Sungguh, perasaannya bercampur aduk sekarang ini. Nayla menarik nafas berat, tangannya menggenggam travel bagnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia akan pergi sendiri ke tempat yang jauh.FlashbackNayla mendongak melihat Raka sudah berdiri di depannya, cowok itu menatapnya penuh perasaan."Lain kali, jangan pernah pergi sendirian. Apalagi ke tempat yang masih baru buat lo."Nayla mengangguk pelan, ia menerima uluran tangan Raka. "Janji sama gu

  • Nayla   Bab 142

    "Gue harus pergi sekarang." Nayla tersenyum kecil pada Jenni. Sedikit menoleh Doni. Laki-laki itu hanya diam dari tadi tapi Nayla tahu Doni sedikit terganggu dengan obrolan mereka. Nayla beranjak membuka pintu. "Nayla... Mungkin kalau nggak ada Raka diantara kita. Gue pengen lo jadi kawan gue. Seharusnya kita bisa jadi sahabat," ucap Jenni memandang Nayla yang berdiri di depan pintu.Nayla hanya mendengar itu tanpa menoleh dan pergi meninggalkan kamar Jenni. "Gue harus nelpon Raka." Ucap Doni mengambil handphone-nya dari saku celana. "Jangan berani lo ngomong apa-apa sama Raka! Bentar lagi dia ke sini, lo pergi dari sini kalau mau bikin Raka tahu tentang kepergian Nayla," bentak Jenni, dia terlalu takut kehilangan Raka. Doni menjambak rambutnya, frustasi. Jennife

  • Nayla   Bab 141

    Matanya melihat ke arah langit. Langit yang gelap dihiasi bintang. Pemandangan langit sama saja bukan, saat kita dimana pun melihatnya. Nayla menyenderkan bahunya ke belakang sambil mendengus. "Kamu bilang pendidikan penting, tapi kenapa kamu sekarang gak ada buat dukung aku." Monolognya. Nayla melihat ponsel yang dipegang-nya, jangan berharap karena berharap itu sakit. Padahal dia sangat membutuhkan bahu laki-laki itu untuk bersandar. Lupakan mungkin Raka sedang berada di rumah sakit. Nayla menutup matanya yang perih, menahan air mata yang ingin jatuh.Kamu terlalu sibuk dengan dia, Raka. Kamu nggak tau aku butuh kamu sekarang. "Nggak usah ngelamun di sini. Nanti diculik setan." Nayla membuka matanya karena kaget. Bagas sudah ada di dep

  • Nayla   Bab 140

    Langit seakan tak biru lagilaut seolah menghempas sepiberibu malam aku tangisimengalun sepi menyiksa hatiDan malam ini, Nayla terdiam. Isak ibunya terdengar perih, terasa gendang telinganya robek tersayat. Ia mengunci masuk hatinya dalam dipan bergembok.Meyakinkan diri ini adalah keputusan terbaik. "Mama nggak setuju!" Ayu bersuara serak sambil menyeka air matanya. Setelah makan malam dan meja makan dibersihkan, Nayla mengatakan keputusannya. Nayla menahan air matanya supaya tidak tumpah, dadanya terasa sesak. Untuk pertama kalinya ia membuat wanita yang melahirkannya menangis dan Ayahnya terdiam dengan wajah muram. Semua ucapan Nayla berhasil membuat senyum keluarganya pudar. Nayla yang manja, tidak pernah hidup sendirian selama 18 tahun usianya kini mengambil ke

  • Nayla   Bab 139

    "Coffee..." Doni menyerahkan segelas coffee pada Raka, dia membelinya pada mesin otomatis yang ada di rumah sakit, sangat praktis bukan. "Thanks," ucap Raka, dia lagi tidak ingin tersenyum pada Doni. Mereka duduk di kursi yang berada diluar kamar Jenni padahal Raka sedang ingin sendiri tapi Doni menghampirinya. "Gue tahu hati lo lagi bercabang. Dari dulu gue iri sama lo, selalu aja banyak cewek yang ngejer-ngejer lo," ucap Doni dengan senyum pahit, laki-laki itu duduk di samping Raka. Raka tidak menggubris omongan Doni, apakah tepat membicarakan hal seperti itu dalam situasi seperti ini. Raka menaikan bahunya sedang menyeimbangkan posisi duduknya. "Dan yang paling gue iri. Lo bisa dapetin cewek kayak Nayla Anastasya Susanto. Menurut gue dia sedikit bodoh." Doni te

DMCA.com Protection Status