Nathan duduk di kursi kebesarannya seraya memijat pelan pelipisnya. Sesaat pria itu memejamkan mata lelah ketika mengingat beberapa hari lalu dirinya baru saja menyetujui perjodohan konyol. Kala itu Nathan terjebak dan tersudut. Dia tidak bisa menolak keinginan kedua orang tuanya yang menjodohkannya pada Aubree. Dan sekarang, kepala Nathan nyaris pecah memikirkan dirinya akan menikahi gadis aneh yang selalu saja mengusik hidupnya itu.
Saat keluarga Aubree mengadakan pesta, Nathan hanya menggantikan orang tuanya yang berhalangan hadir. Andai saja Nathan tahu di pesta yang dia datangi itu akan membuat hidupnya ketimpa kesialan, maka Nathan lebih memilih untuk tidak menghadiri pesta itu.
“Tuan Nathan.” Cedric—asisten Nathan—melangkah masuk ke dalam ruang kerja Nathan seraya membawa dokumen di tangannya.
Nathan menatap dingin Cedric yang ada di hadapannya. “Ada apa, Cedric? Jangan menggangguku,” tukasnya kesal.
“Maaf, Tuan, tapi saya membutuhkan tanda tangan Anda,” ujar Cedric dengan sopan.
“Berikan padaku dokumen itu,” ucap Nathan datar dengan raut wajah yang terlihat jelas tengah memikirkan sesuatu dalam benaknya.
Cedric menurut. Dia langsung menyerahkan dokumen yang ada di tangannya pada Nathan. Pun Nathan segera mengambil, membaca dokumen yang diberikan oleh Cedric. Pria itu memastikan apa isi dokumen tersebut. Dan detik selanjutnya, Nathan segera membubuhkan tanda tangan di dokumen itu ketika dia sudah yakin bahwa isi dari dokumen tersebut benar.
Tampak Nathan masih terdiam kala dirinya sudah selesai tanda tangan. Sesuatu hal muncul dalam benak Nathan. “Cedric,” panggilnya dengan nada dingin.
“Iya, Tuan?” Cedric menjawab dengan sopan.
“Kau sudah tahu kan tentang orang tuaku yang menjodohkanku dengan Aubree Randall?” Nathan mengalihkan pandangannya, menatap Cedric dengan tatapan lekat.
Cedric menganggukkan kepalanya. “Sudah, Tuan. Saya baru saja tahu tadi pagi. Orang tua Anda menjodohkan Anda dengan putri dari Keluarga Randall.”
Nathan terdiam sejenak. Benar dugaannya, Cedric pasti sudah mendapatkan informasi tentang perjodohannya. Dan besar kemungkinan seluruh keluarga besarnya telah mengetahui tentang perjodohan sialan ini.
“Apa yang kau ketahui tentang Aubree Randall?” tanya Nathan dengan nada tegas dan tersirat ingin tahu tentang gadis aneh itu.
“Nona Aubree Randall adalah putri tunggal dari Nyonya Delina dan mendiang Tuan Hoshea Randall. Sebelumnya saya mendapatkan informasi bahwa sejak kepergian Tuan Hoshea Randall lima tahun silam, perusahaan besar Keluarga Randall berada di tangan Nona Aubree. Cantik dan berasal dari keluarga terpandang membuat Nona Aubree banyak disukai rekan bisnis keluarganya. Tapi, Tuan, walau Nona Aubree tampak sempurna, banyak rumor yang mengatakan dia adalah gadis yang aneh. Dia tidak punya banyak teman. Hanya orang-orang tertentu yang bisa dekat dengannya.” Cedric berujar, memberi tahu apa yang dia ketahui tentang Aubree.
Nathan kembali terdiam beberapa saat mendengar apa yang diucapkan oleh Cedric. Pancaran mata Nathan menunjukkan sesuatu hal. Nathan tidak banyak tahu tentang Keluarga Randall. Waktu dirinya menghadiri pesta yang diadakan Keluarga Randall, dia hanya menyapa Delina—ibu Aubree sebentar. Lalu Nathan memilih untuk berbincang dengan para tamu undangan lain. Bisa dikatakan meski Keluarga Randall adalah keluarga terpandang sekalipun, tapi Nathan hanya pernah mendengar nama keluarga itu saja. Lagi pula selama ini Keluarga Randall memiliki kerja sama dengan perusahaan keluarganya yang masih dipimpin oleh ayahnya. Hal itu yang menyebabkan Nathan tidak tahu tentang Keluarga Randall.
Akan tetapi yang ada di dalam benak Nathan saat ini adalah memikirkan ucapan Cedric, yang mengatakan dengan jelas kalau banyak orang yang mengatakan gadis itu aneh. Tak heran jika gadis itu sangat tidak waras. Karena terbukti banyak orang yang menilai gadis itu aneh. Shit! Nathan langsung mengumpat membayangkan gadis aneh itu sebentar lagi akan menjadi istrinya. Sungguh, Nathan tidak menyangka kalau kedua orang tuanya memberikannya gadis yang seharusnya masuk rumah sakit jiwa.
“Cedric, apa kau memiliki solusi bagaimana caraku mencegah pernikahan ini? Apa mungkin aku lebih baik meninggalkan kota ini?” tanya Nathan dengan raut wajah yang mulai frustrasi. Belum menikah saja, dia sudah tahu kalau dirinya bisa-bisa dia ikutan tidak waras kalau sampai menikah dengan gadis gila itu.
Cedric menggaruk tengkuk lehernya tidak gatal kala mendengar pertanyaan Nathan. Sakit di kepalanya tiba-tiba menyerang. Dia dilanda kebingungan bercampur dengan rasa takut.
“Tuan, Anda jelas tahu sifat Tuan Besar Arthur. Beliau akan marah kalau sampai Anda berani melarikan diri. Dan apa Anda tega pada Nyonya Besar Bianca? Ibu Anda pasti akan sangat sedih kalau sampai Anda melarikan diri, Tuan.” Cedric berujar memberikan nasihat pada Nathan.
Nathan mengembuskan napas kasar. Dia memejamkan mata singkat. Dalam benak Nathan bukan memikirkan amarah ayahnya. Dia tahu sifat ayahnya memang keras. Tetapi yang Nathan pikirkan saat ini adalah ibunya. Alasan kuat di mana dirinya menerima perjodohan sialan ini karena dia tidak ingin membuat ibunya bersedih. Ya, Nathan memang seperti berada di tepi jurang. Dirinya tak memiliki pilihan lain.
Suara interkom terdengar membuat Nathan langsung mengalihkan pandangannya ke arah telepon di atas mejanya yang tak henti berdering. Nathan berdecak pelan. Dengan raut wajah kesal, pria itu menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan telepon.
“Ada apa?” tanya Nathan dingin kala panggilan terhubung.
“Tuan Nathan, di depan ada seorang perempuan bernama Nona Aubree Randall yang mengaku sebagai calon istri Anda, ingin bertemu dengan Anda, Tuan,” ujar sang sekretaris dari seberang sana yang langsung membuat Nathan meloloskan umpatan.
“Katakan padanya, aku sibuk. Aku tidak mau diganggu.” Nathan langsung menutup panggilan itu. Raut wajahnya semakin kesal kala mendengar gadis aneh yang selalu mengganggunya itu ada di depan.
Namun, tiba-tiba suara langkah heels memasuki ruangan Nathan disertai dengan pintu yang dipaksa terbuka. Seketika raut wajah Nathan langsung berubah, menjadi terkejut kala melihat Aubree menerobos masuk ke dalam ruang kerjanya.
“Tuan, maafkan saya, tapi Nona ini memaksa ingin bertemu dengan Anda,” ujar sang sekretaris dengan panik bercampur dengan napas yang memburu karena harus mengejar Aubree yang menerobos masuk ke dalam ruang kerja Nathan.
Aubree berdecak tak suka. “Aku ini datang ingin bertemu dengan calon suamiku! Kenapa kau melarangku?!” serunya dengan nada penuh penekanan pada sekretaris Nathan.
Nathan mengumpat dalam hati. Rahangnya mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat. Kepalanya seakan mau pecah setiap kali bertemu dengan gadis aneh ini.
“Pergilah, tinggalkan aku berdua dengannya,” tukas Nathan dingin pada asisten dan sekretarisnya itu. Pun kini asisten dan sekretaris Nathan segera pamit undur diri dari hadapan Nathan.
Aubree tersenyum kala melihat Nathan sudah mengusir asisten dan sekretarisnya itu. Detik selanjutnya, Aubree melangkahkan kakinya mendekat pada Nathan. Lalu gadis itu menempelkan bokongnya di meja, dan tatapan yang tak henti menatap Nathan yang tengah duduk di kursi kebesaran pria itu. “Apa kau tidak merindukanku? Sejak saat kita bertemu di rumah orang tuamu, kau belum satu kali pun menghubungiku, Nathan,” ucapnya dengan nada yang sensual dan menggoda.
“Kau tahu dengan jelas kalau aku tidak mau bertemu denganmu. Lebih baik kau segera pulang. Jangan datang lagi ke kantorku,” tukas Nathan dingin dan tegas.
Aubree mengangkat bahunya tak acuh. “Kau tidak lupa ingatan, kan? Kita akan segera menikah. Kenapa kau tega mengusir calon istrimu sendiri?”
Nathan mengatur napasnya. Berusaha meredakan rasa kesal yang terbendung dalam dirinya. “Cepat katakan apa tujuanmu ke sini. Aku tidak memiliki banyak waktu denganmu,” ucapnya yang tak mengindahkan perkataan Aubree sebelumnya.
“Tujuanku ke sini karena aku ingin weekend ini kau menamaniku memilihkan cincin pernikahan untuk kita,” ucap Aubree dengan tatapan yang tak lepas menatap Nathan.
“Aku tidak bisa. Weekend ini aku sibuk,” jawab Nathan singkat, dan terdengar tak peduli.
“Ah, jadi kau sibuk?” Aubree membawa jemari lentiknya hendak menyentuh rahang Nathan, namun dengan cepat Nathan menjauhkan wajahnya dari Aubree persis seolah Aubree adalah makhluk yang paling harus pria itu hindari di dunia. “Ya sudah, kalau kau tidak bisa menemaniku maka aku lebih baik memposting foto kita saja. Anggap saja kita memberi tahu pada semua orang kita adalah pasangan yang tengah berbahagia.”
“Apa maksudmu?” Nathan menautkan alisnya, menatap Aubree dengan tatapan dingin. “Foto apa yang kau maksud?” tanyanya dengan nada yang pelan, namun bermakna menuntut agar Aubree menjawabnya.
Aubree tersenyum penuh arti. Lalu gadis itu mengambil ponselnya dan menunjukkan sebuah foto yang ada di ponselnya itu pada Nathan. “Apa kau mengingat foto kita yang ini, hm?” bisiknya menggoda.
Mata Nathan terbelalak terkejut melihat foto dirinya bersama dengan Aubree. Ya, foto itu adalah foto Nathan yang tengah tertidur dengan kancing kemeja yang terbuka, memperlihatkan jelas dadanya. Tak hanya itu, tapi di foto itu pun Aubree tengah bersandar di dadanya.
“Kau …!” Nathan menggeram. Tangannya terkepal begitu kuat. Beraninya gadis gila ini menjebaknya! Shit! Nathan terus mengumpat dalam hati. Amarahnya seakan ingin meledakkan seisi kantor. “Hapus foto itu, Aubree!” Nathan menghunuskan tatapan tajam dan penuh peringatan pada gadis itu.
“Nathan, sekalipun foto ini aku hapus di ponselku, tapi aku memiliki salinannya. Jadi percuma saja kalau aku hapus.” Aubree berkata dengan nada yang santai.
Nathan nyaris kehilangan kata menghadapi gadis aneh itu. Rasanya di atas kepalanya seperti ada bom yang ingin meledak. Tiap kali bertemu dengan Aubree bukan ketenangan yang didapat, melainkan sakit kepala dam berujung pada stres. “Apa yang kau inginkan, Aubree?” tanyanya dengan nada menahan kesalnya.
“Bukankah tadi aku sudah mengatakan padamu? Aku ingin kau menemaniku memilih cincin pernikahan kita. Ah, ya, bukan hanya menemaniku memilih cincin saja, tapi weekend ini kau harus menghabiskan waktumu bersama denganku,” ujar Aubree dengan senyuman di wajah cantiknya.
Nathan tak henti-henti menyumpahi gadis di hadapannya itu dalam hati. Mulai dari menyumpahi gadis itu lenyap dari dunia. Lalu umpatan kasar bercampur dengan merutuki kesialan dalam hidupnya. “Kenapa ada gadis sepertimu di dunia ini?” geramnya penuh emosi.
Aubree mendekatkan wajahnya pada wajah Nathan. Manik mata mereka saling bertemu. Jika Nathan menatap Aubree dengan tatapan dingin, lain halnya dengan Aubree yang memberikan tatapan penuh memuja di balik wajah angkuh gadis itu.
“Aku ada di dunia ini karena memang ditakdirkan untukmu, Nathan,” bisik Aubree sensual tepat di depan bibir Nathan.
Nathan mengusap wajahnya kasar. Kepalanya nyaris pecah mengingat hari ini dirinya harus menemani Aubree memilih cincin pernikahan. Gadis aneh dan tidak waras itu telah sukses membuat hidup Nathan seakan mendapatkan kesialan bertubi-tubi. Sialnya gadis itu berani mengambil gambar mereka dalam keadaan dirinya yang terlelap. Demi Tuhan, jika saja Nathan bisa, sudah pasti Nathan melenyapkan gadis aneh itu dari muka bumi ini.Sejenak, Nathan mengatur napasnya, berusaha menurunkan emosi yang terbendung dalam dirinya. Kini Nathan tengah memikirkan cara bagaimana membatalkan hari ini. Tentu saja Nathan malas jika harus menemani gadis aneh itu hanya demi memilih cincin pernikahan yang tidak jelas.“Nathan.” Bianca melangkah masuk ke dalam kamar Nathan. Refleks, Nathan mengalihkan pandangannya kala mendengar suara ibunya.“Mom?” Nathan menatap ibunya yang mendekat padanya.“Sayang, kau tidak lupa, kan? Hari ini kau harus pergi bersama dengan Aubree memilih cincin pernikahan kalian.” Bianca beru
Sebuah restoran Thailand di Manhattan telah menjadi tempat di mana Aubree makan malam bersama dengan Nathan. Ya, sepulang dari toko perhiasan Aubree mengajak Nathan untuk makan malam di salah satu restoran Thailand yang cukup terkenal di Manhattan. Tentu Nathan terpaksa menuruti Aubree karena Nathan tak mau pusing berdebat dengan gadis aneh itu.“Nathan, buka mulutmu.” Aubree mengarahkan sendok yang berisikan Tom Yam udang pada Nathan.“Kau saja.” Nathan menyingkirkan sendok Aubree. Pria itu enggan menerima suapan dari Aubree. Padahal Nathan ingin sekali pulang setelah mengantar Aubree ke toko perhiasan. Namun, lagi dan lagi Nathan terjebak dengan gadis aneh ini. “Nathan, ayo buka mulutmu.” Aubree kembali mendesak Nathan agar pria itu mau membuka mulutnya. Memaksa adalah salah satu sifat Aubree. Well, gadis itu memang terkenal sangat keras kepala dan harus mendapatkan apa yang dia inginkan. Dalam hidup, Aubree tak pernah tidak mendapatkan apa yang dia inginkan.Nathan mengembuskan na
Aubree tersenyum sumiringah bahagia kala membayangkan tentang kemarin. Ya, kemarin dia menghabiskan waktu satu harian bersama dengan Nathan. Mulai dari memilih cincin. Lalu makan malam bersama. Dan terakhir ketika dirinya ketiduran di mobil; Nathan membopongnya, serta memindahkan ke kamarnya. Aubree sudah mendengar dari pelayan kalau Nathanlah yang memindahkannya ke kamar. Sungguh, membayangkan tentang Nathan yang membopongnya membuat hari Aubree menjadi berwarna. Gadis itu terus tersenyum bahagia.“Sayang, kenapa kau senyum-senyum sendiri seperti itu?” Delina—ibu Aubree melangkah mendekat pada Aubree yang sedari tadi tak henti tersenyum.“Mom?” Aubree mengalihkan pandangannya kala melihat ibunya kini sudah duduk di sampingnya.“Apa yang membuatmu bahagia seperti ini, hm? Sudah lama rasanya Mommy tidak melihatmu sebahagia ini.” Delina membawa tangannya membelai rambut panjang Aubree. Dia memang sudah lama sekali tidak melihat putrinya tampak sebahagia ini. Sejak kepergian Hoshea—suami
BrakkkNathan membanting kasar pintu mobilnya. Pria itu turun dari mobil—dan melangkah masuk ke dalam apartemen pribadinya yang ada di Kawasan Park Avenue. Tampak raut wajah Nathan memendung kekesalan. Hari-harinya begitu sial setiap kali bertemu dengan Aubree. Keanehan, kegilaan, semua hal yang menyakut gadis itu membuat kepalanya nyaris pecah. Seperti tadi kala Aubree datang ke kantornya; gadis itu membuat masakan seperti membuat racun. Bagaimana bisa ada masakan dengan rasa seperti itu? Sungguh, apa sebenarnya kelebihan yang dimiliki gadis itu? Hanya lahir dari keluarga kaya sama saja tidak memiliki kelebihan apa pun!Dan hari ini Nathan memutuskan tidak pulang ke mansion kedua orang tuanya. Bukan tanpa alasan tapi Nathan tidak mau ayah atau ibunya menanyakan perkembangan hubungannya dengan Aubree. Lebih tepatnya Nathan enggan mendengar nama itu lagi. Hari ini dia sudah muak bertemu dengan Aubree yang menunjukan segala kegilaan gadis itu. Dia tidak mau sampai harus kembali mendenga
Nathan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah kota Manhattan. Aura wajah dingin, dan terselimuti ketegasan terlihat di wajah tampan pria itu. Pandangan lurus ke depan fokus pada hamparan jalanan yang luas. Ya, hari ini Nathan terpaksa menggantikan kakaknya meeting dengan beberapa rekan bisnis keluarganya. Tak ada pilihan lain, dia pun tak bisa untuk mangkir dari meeting penting ini. Saat mobil sport yang dilajukan Nathan mulai memasuki lobby The Mark Hotel. Pria itu turun dari mobil seraya memberikan kunci mobil di tanganya pada petugas valet. Tampak para staff hotel menyapa Nathan dengan ramah. Pun Nathan mengangguk singkat merespon para sapaan para staff hotel. Detik selanjutnya, Nathan menuju ruang pertemuan di mana rekan bisnis keluarganya sudah menunggu dirinya.“Selamat pagi, Tuan Nathan.” Ruben—rekan bisnis Nathan menyapa kala Nathan memasuki ruang meeting. Pria itu langsung mengulurkan tangannya, menjabat Nathan. “Pagi, Tuan Ruben.” Nathan menyambut jabatan tan
“Apa kau cemburu, hm?”Nada sensual, dan seksi itu berada tepat di depan bibir Nathan. Napas Aubree menerpa kulit pria itu. Namun, sayangnya Nathan tak tergoda. Pertanyaan Aubree membuat aura wajah Nathan tampak menyeramkan. Sepasang iris mata cokelat Nathan terhunus begitu tajam pada iris mata hijau Aubree.“Hentikan kekonyolanmu, Aubree Randall! Aku tidak mungkin cemburu! Kau saja yang tidak waras memakai pakaian tidak sesuai tempat di mana kau datangi! Kau sedang bekerja bertemu dengan rekan bisnismu bukan ingin menjual tubuhmu!”Nathan berbicara dengan begitu sarkas. Ya, penampilan Aubree bisa dikatakan nyaris telanjang. Punggung gadis itu terekspos. Belahan dada pun terekspos. Satu lagi, panjangnya dress yang dipakai Aubree sangat minim. Entah gaya busana apa yang dipakai Aubree. Menghadiri meeting seperti ingin ke pesta di klub malam.Aubree mengangkat bahunya tak acuh. Jika banyak orang akan tersinggung mendengar ucapan Nathan, lain halnya dengan Aubree. Di mata Aubree perkataa
Aubree mengulas senyuman anggun nan menawan di wajah cantiknya—kala mobil Nathan meninggalkan mansionnya. Ya, setelah Nathan mengantarnya pulang; pria itu langsung menuju ke perusahaannya. Sebenarnya hari ini Aubree masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan di kantor. Namun Nathan mengantarkannya pulang dengan alasan pakaiannya seperti orang yang telanjang. Well, Aubree tahu kalau Nathan cemburu jika banyak pria yang menatapnya. Hanya saja Nathan masih terlalu gengsi untuk mengatakan langsung padanya. Tak masalah, bagi Aubree mengatakan atau tidak sama saja. Nathan akan tetap menjadi miliknya.Kini Aubree melangkan kakinya memasuki mansion miliknya. Namun, tiba-tiba langkah Aubree terhenti kala melihat sosok wanita muda dengan pakaian formal kantor membungkukan kepalanya pada dirinya. Ya, itu adalah Elida—asisten pribadi Aubree.“Noan Aubree,” sapa Elida dengan sopan pada Aubree.“Ada apa kau ke sini? Bagaimana perusahaan?” tanya Aubree dingin dengan sorot mata tegas pada sosok asi
“Apa kau yang meminta ayahku untuk aku menggantikannya di meeting dengan Gera Wales?”Suara Nathan bertanya dengan begitu dingin. Aura kekesalan di wajahnya begitu terlihat. Ya, kini Nathan dan Aubree tengah berada di dalam mobil. Hari ini Nathan diminta oleh Arthur—ayahnya untuk menggantikan meeting. Dan kehadiran Aubree datang ke kantornya membuat kecurigaan Nathan. Dia yakin kalau Aubree yang meminta ayahnya agar dirinya menghadiri meeting ini.“Jika kau sudah tahu maka tidak perlu lagi dibahas. Kau tahu kalau aku selalu ingin didekatmu.” Aubree menatap dingin serta tersirat memendung kekesalan pada Nathan—yang tengah melajukan mobil. Aura rasa kesal akibat cemburu begitu terlihat di wajah Aubree. “Lebih baik kita membahas pembicaraan kita. Tadi kau menghindar dariku, Nathan. Pembicaraan kita belum selesai.”Nathan mengumpat dalam hati. Dugaannya benar. Dia yakin kalau memang ini adalah akal-akalan Aubree. Gadis itu pasti meminta Arthur—ayahnya untuk menggantikan meeting. Andai sa
Rockefeller Centre, Rockefeller Plaza, New York, USA.“Daddy … Mommy …” Audie, Nick, Niguel melambaikan tangan mereka ke arah Nathan dan Aubree yang tengah duduk menunggu mereka yang tengah bermain ice skating. Tampak senyuman di wajah Nathan dan Aubree begitu hangat melihat anak-anak mereka yang riang gembira kala bermain ice skating.Ya, Nathan membawa istri dan anaknya ke Rockefeller Centre. Tak tanggung-tanggung, Nathan sampai menyewa tempat ini satu hari hanya khusus menjadi tempat bermain ketiga anaknya. Biasanya weekend tempat ini akan ramai, Nathan tak mau ambil resiko sampai terjadi sesuatu pada ketiga anaknya. “Sayang, hati-hati bermain ice skating-nya.” Aubree berseru mengingatkan ketiga anak-anaknya. Meskipun sudah ada empat penjaga yang siaga menjaga Audie, Nick, dan Niguel tetap saja Aubree mencemaskan anak-anaknya.“Sayang, kau tenang saja, Audie, Nick, dan Niguel sudah hebat bermain ice skating. Lihatlah putri kita bahkan sampai menari. Lagi pula ada penjaga yang men
Pertengkaran Aubree dan Nathan berakhir manis dengan cara yang kerap mereka lakukan. Cara di mana memperkuat hubungan dua insan yang saling mencintai itu. Well, ini memang bukan pertama kali Nathan menjadi pria yang pencemburu. Bisa dikatakan semakin lama usia pernikahan Aubree dan Nathan, maka semakin menjadi kecemburuan Nathan. Seperti contoh, ada pria yang tidak sengaja melihat Aubree saja, Nathan sudah memberikan tatapan permusuhan pada pria tersebut. Andai kala itu Aubree tak buru-buru membawa Nathan pergi, sudah pasti Nathan akan mengajak ribut pria yang menatap dirinya.Jujur, Aubree pun terkadang jengah akan sifat berlebihan sang suami. Tapi anggaplah impian Aubree dulu telah terkabul. Aubree tak mungkin lupa dikala dirinya ingin sekali mendapatkan perhatian dari Nathan. Buah kesabaran Aubree memang manis. Terbukti Nathan sekarang bukan hanya memberikan perhatian penuh, tapi juga sangat overprotective.Ya, Aubree tak mengira rumah tangganya dengan Nathan sudah lebih dari empat
Aubree duduk di sofa seraya membaca majalah yang baru saja diantar oleh pelayan. Baru saja Nathan berangkat ke kantor. Sedangkan Audie, Nick, dan Niguel tengah berada di rumah ibunya. Bisa dikatakan Audie, Nick, dan Niguel memang kerap menginap di rumah kakek dan nenek mereka. Well, tentu saja Aubree dan Nathan tak melarang. Mereka pun senang karena anak-anak mereka sangat dekat dengan keluarga.Ngomong-ngomong, Aubree sudah sangat jarang datang ke kantor. Aubree sekarang hanya memeriksa pekerjaan dari rumah saja. Aubree menyerahkan pada asistennya untuk memimpin perusahaan. Ya, sejak di mana Aubree melahirkan Nick dan Niguel, Nathan memang kerap meminta Aubree fokus mendidik anak-anak mereka. Nathan tidak melarang Aubree untuk bekerja, hanya saja Nathan ingin Aubree memiliki lebih banyak waktu untuk mengurus anak-anak.“Nyonya Aubree.” Pelayan melangkah menghampiri Aubree yang tengah bersantai.“Hm? Ada apa?” Aubree mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan.“Nyonya, maaf mengga
Tiga tahun berlalu … Alunan musik piano indah dan merdu memenuhi panggung megah. Tampak sosok gadis kecil yang sangat cantik tengah bermain piano. Tubuhnya mungil dengan pipi tembam. Rambut pirang indahnya dikuncir kuda. Dari kejauhan saja bisa dilihat gadis kecil itu memiliki paras yang luas biasa cantik. Keahliannya pun mengipnotis seluruh tamu undangan di sana.Nathalie. Audie. R. Afford—gadis kecil yang berusia 4 tahun itu tengah bermain piano di panggung megah ditonton oleh ribuan tamu undangan. Semua orang di sana begitu kagum pada sosok gadis kecil yang sangat cantik itu. Alunan musik piano sangat lembut dan terdengar indah.“Go, Sweetheart.” Aubree bertepuk tangan bangga melihat putri kecilnya berada di panggung megah. Mata Aubree sampai berkaca-kaca penuh haru. Impiannya dulu menjadi seorang pianis diwujudkan oleh putri kecilnya. Di usia yang masih kecil, Audie mampu berada di panggung megah untuk pentas bersama dengan para pianis senior.Di tempat megah pementasan para pian
Beberapa bulan kemudian …Kandungan Aubree memasuki minggu ketiga puluh. Kehamilan kedua Aubree ini sukses membuat berat badan Aubree bertambah hingga lebih dari 20 kg. Lengan, paha, betis, pipi, semua membengkak. Aubree sampai-sampai jengkel melihat ke cermin, tak ada satu pun yang kurus pada tubuhnya selain kelingkingnya.Ya, wajar saja kalau kehamilan kedua ini berat badan Aubree naik drastis lebih dari kehamilan pertama, pasalnya kali ini Aubree mengandung bayi kembar. Keinginan Delina—ibunya telah terjuwud. Sudah sejak di mana Aubree mengandung, Delina sudah memiliki pengharapan Aubree mengandung bayi kembar. Akan tetapi kehamilan kedua Aubree ini bukanlah kembar tiga atau empat yang Delina inginkan. Kehamilan kedua Aubree ini kembar dua namun tentu Aubree sangatlah bersyukur. Hanya saja, hingga detik ini memang Aubree dan Nathan memutuskan untuk tidak menanyakan pada dokter jenis kelamin bayi kembar mereka. Pasalnya, baik Aubree dan Nathan ingin menjadikan hal ni kejutan untuk
Para pelayan mondar-mandir menyajikan makanan ke atas meja makan. Tak hanya makanan saja, tapi juga minuman tengah pelayan siapkan. Mulai dari apple juice, orange juice, hingga minuman beralkohol. Hari ini adalah hari di mana Nathan dan Aubree akan kedatangan tamu seluruh keluarga mereka. Rencananya hari ini mereka semua akan makan siang bersama. Tentu ini adalah rencana Bianca. Bianca ingin merayakan kehamilan kedua Aubree. Itu kenapa seluruh keluarga wajib hadir.“Nyonya Aubree, apa Anda ingin ada menu ayam untuk makan siang nanti?” tanya sang pelayan pada Auberr yang tengah menggendong Audie.“Hm, boleh. Siapkan saja. Jangan hanya daging. Oh, ya, siapkan seafood juga,” jawab Aubree hangat dengan senyuman di wajahnya.“Baik, Nyonya.” Pelayan itu kembali menyiapkan bahan-bahan makanan.Suara tangis Audie terdengar. Refleks, Aubree langsung menimang-nimang putri kecilnya yang tiba-tiba menangis. Namun, sayangnya tangis Audie tak kunjung reda. Padahal Aubree baru saja menyusui putri ke
Berita tentang kehamilan Aubree telah tersebar luas. Media pun sampai memberitakan kehamilan Aubree. Kabar tentang kehamilan Aubree memang menggemparkan publik. Pasalnya terakhir publik tahu Aubree telah tiada. Namun, tentu Nathan segera membereskan berita-berita tentang kematian Aubree. Nathan meminta asistennya untuk memberikan keterangan bahwa apa yang terjadi di antara dirinya dan Aubree karena kesalahnnya. Nathan meminta publik untuk tidak lagi mengungkit apa yang telah menjadi masa lalu.Jujur, Aubree merasa tidak enak karena media hehoh akan tentang kematian palsunya. Bahkan Aubree sampai menonktifkan sosial medianya. Sebelumnya, Aubree memang pernah mengaktifkan sosial medianya ketika pertama kali kembali ke New York. Pasalnya, Aubree memposting moment-moment indah dengan suami dan anaknya selama berlibur di Spanyol. Tapi tak lagi sekarang. Berita tentang kematian palsunya cukup heboh membuat Aubree beristirahat dari sosial media. Bukan tanpa alasan tapi Aubree takut membaca k
Tanpa terasa sudah dua minggu Nathan dan Aubree berada di Spanyol. Madrid dan Barcelona adalah dua kota di Spanyol yang dikunjungi oleh Nathan dan Aubree. Ya, bulan madu mereka sangat indah ditambah di tengah-tengah mereka ada Audie—putri kecil mereka yang sangat cantik dan menggemaskan. Audie benar-benar memiliki wajah perpaduan antara Nathan dan Aubree. Bayi perempuan kecil mungil itu sangatlah lucu. Ditambah Audie sangat pencemburu kalau melihat Nathan dan Aubree berciuman.Selama di Spanyol, Nathan selalu membawa Aubree menuju tempat-tempat yang indah dan romantis. Nathan benar-benar ingin membahagiakan Aubree dan Audie. Lebih dari satu tahun Nathan menikahi Aubree belum pernah Nathan membawa Aubree ke tempat yang indah. Terakhir kali Nathan membawa Aubree hanya liburan dalam kota—dan moment itu juga yang membuat Nathan dan Aubree mendapatkan badai masalah di rumah tangga mereka.Namun, semua masalah yang dulunya menyisakan luka dalam untuk Aubree mulai terkikis seiring berjalanny
Aubree tak menyangka Nathan sekarang sangat berbeda dengan Nathan yang dulu. Sifat Nathan yang dulu cenderung tak peduli. Kalaupun melarang Aubree maka tak akan sampai semurka sekarang. Sungguh, Aubree tak menyangka kalau Nathan sudah marah sangatlah menyeramkan. Padahal Adam adalah mantan kekasih Aubree sudah lama. Tapi Aubree tak mengerti kenapa bisa Nathan semurka itu.Tadi malam, tak lagi bisa terhitung berapa kali Aubree melakukan pergulatan panas dengan Nathan. Bahkan, Nathan baru membiarkan Aubree tidur pada pukul empat pagi. Andai saja, Aubree tak terkulai lemah sudah pasti Nathan akan tetap menyentuhnya lagi dan lagi.Meski Aubree sempat kesal akan sifat cemburu Nathan, tapi Aubree tetap bersyukur karena Nathan sekarang begitu mencintainya. Walau harus Aubree akui sifat Nathan sangat berlebihan. Seperti contoh ada pria yang mentap Aubree saja, Nathan langsung marah tidak jelas. Dan sekarang setelah pertengkaran manis tadi malam, Aubree akan pergi jalan-jalan dengan suami d