Nathan mengusap wajahnya kasar. Kepalanya nyaris pecah mengingat hari ini dirinya harus menemani Aubree memilih cincin pernikahan. Gadis aneh dan tidak waras itu telah sukses membuat hidup Nathan seakan mendapatkan kesialan bertubi-tubi. Sialnya gadis itu berani mengambil gambar mereka dalam keadaan dirinya yang terlelap. Demi Tuhan, jika saja Nathan bisa, sudah pasti Nathan melenyapkan gadis aneh itu dari muka bumi ini.
Sejenak, Nathan mengatur napasnya, berusaha menurunkan emosi yang terbendung dalam dirinya. Kini Nathan tengah memikirkan cara bagaimana membatalkan hari ini. Tentu saja Nathan malas jika harus menemani gadis aneh itu hanya demi memilih cincin pernikahan yang tidak jelas.
“Nathan.” Bianca melangkah masuk ke dalam kamar Nathan. Refleks, Nathan mengalihkan pandangannya kala mendengar suara ibunya.
“Mom?” Nathan menatap ibunya yang mendekat padanya.
“Sayang, kau tidak lupa, kan? Hari ini kau harus pergi bersama dengan Aubree memilih cincin pernikahan kalian.” Bianca berujar dengan suara lembut pada putranya.
Nathan memejamkan mata singkat. Rupanya ibunya mengetahui kalau hari ini dirinya akan pergi dengan gadis aneh itu. Nathan mengumpat dalam hati. Ingin sekali dia pergi sejauh mungkin, tapi semua akan menjadi rumit jika sampai dirinya pergi.
“Mom,” panggil Nathan dengan raut wajah yang serius.
“Iya, Sayang. Ada apa?” Bianca membelai rahang Nathan, menatap putranya itu dengan tatapan penuh kasih sayang.
Nathan mengembuskan napas kasar. Pria itu menatap lekat ibunya. “You know I don't love her, but why are you forced me to marry her?”
Bianca terdiam sejenak mendengar pertanyaan Nathan. Tampak wanita paruh baya itu melukiskan senyuman hangat di wajahnya yang masih sangat cantik itu. “Because I know she’s the best woman for you. And as a mother, I want my son to marry the best woman,” jawabnya tulus dan penuh kelembutan seorang ibu.
“Terbaik untukku?” Nathan nyaris tertawa kala mengatakan Aubree adalah gadis yang terbaik untuknya. “Bagaimana bisa kau mengatakan dia adalah yang terbaik? Bahkan aku belum pernah mengenalnya. Aku tidak tahu siapa dia, dan bagaimana sifatnya.”
“Nathan.” Bianca menangkup kedua rahang Nathan. Menyela ucapan putranya itu. “Kau sudah setuju dengan perjodohan ini, Sayang. Lagi pula Mommy yakin, seiring berjalannya waktu, kau pasti akan jatuh cinta pada Aubree. Dia adalah gadis yang tepat untukmu, Sayang.” Bianca berucap dengan lembut. Lalu dia memberikan kecupan di kening Nathan. “Sekarang lebih baik kau bersiap-siap. Kau harus menjemput Aubree di rumahnya. Pilihlah cincin pernikahan kalian yang terbaik. Mommy ingin kalian menyiapkan pernikahan kalian dengan sempurna.”
Nathan berdecak pelan. Ya, kelemahan Nathan adalah terletak pada ibunya. Nathan tidak bisa menolak apa yang memang ibunya inginkan. Andai saja Aubree adalah gadis normal, mungkin dirinya bisa menerima perjodohan ini. Walau sebenarnya, Nathan belum menginginkan menikah. Dia masih menikmati dirinya yang melajang, tapi sepertinya nasib sial datang dihidupnya. Nathan harus mengakhiri masa lajangnya; menikahi gadis yang memiliki otak tak waras.
“Aku pergi.” Nathan yang masih tampak kesal memilih untuk segera pergi. Pria itu bangkit berdiri, mengambil kunci mobil yang terletak di atas meja. Mengecup kening ibunya, lalu melangkah meninggalkan ibunya yang masih bergeming di tempatnya.
Tampak senyum Bianca terlukis begitu hangat kala melihat Nathan sudah pergi.
***
Mobil sport Nathan mulai memasuki sebuah mansion mewah milik Keluarga Randall di Manhattan. Sebelumnya Nathan sudah mendapatkan alamat keluarga Aubree dari Cedric—asistennya. Nathan tak memiliki pilihan lain. Niatnya dia ingin membatalkan hari ini. Namun, sayangnya rencananya gagal karena ibunya telah mengetahui hari ini dirinya harus mengantar gadis aneh itu memilih cincin pernikahan. Padahal tanpa harus ditemani, gadis aneh itu bisa memilih cincin sendiri. Jika berurusan dengan Aubree maka emosi Nathan selalu saja memuncak.
Nathan turun dari mobil dengan raut wajah yang dia upayakan tidak kesal. Dan saat ketika Nathan baru saja turun dari mobil, dia sedikit terkejut melihat Aubree berdiri di ambang pintu rumah. Gadis itu memakai dress berwarna hitam transparan dan sangat seksi. Aubree terlihat seperti orang yang tidak memakai baju, belahan dadanya begitu terlihat jelas.
Nathan mengembuskan napas berat melihat penampilan Aubree yang bisa dikatakan sama seperti telanjang. Dress yang dipakai gadis itu begitu tipis, memperlihatkan jelas lekuk tubuh gadis itu.
“Nathan, aku sudah menunggumu.” Aubree melangkahkan kakinya dengan anggun mendekat pada Nathan dan langsung memeluk erat lengan Nathan. “Kenapa kau lama sekali? Tadi aku menghubungimu, tapi kau tidak menjawab telepon dariku.”
“Apa kau tidak memiliki baju lagi, Aubree? Kau bahkan sama saja seperti telanjang.” Nathan menegur Aubree dengan tegas. Pria itu tak mengindahkan ucapan Aubree.
Aubree mengurai pelukannya. Gadis itu berdiri di depan Nathan seraya menggerakkan tubuhnya seirama nan menggoda. “Memangnya apa yang salah dengan pakaianku? Pakaian ini sangat indah di tubuhku.”
“Cepat ganti pakaianmu!” tegas Nathan penuh penekanan.
Aubree mendengkus tak suka. “Sayang, kau jangan cemburu. Aku tidak akan mungkin memilih pria lain meski banyak yang menyukaiku sekalipun.”
Nathan mengumpat dalam hati. Apa yang dia ucapkan direspon dengan ucapan konyol. Detik selanjutnya, Nathan tidak lagi berucap. Berhadapan dengan Aubree hanya membuatnya ikut tak waras. Kini Nathan masuk ke dalam mobil. Refleks, Aubree segera menyusul Nathan kala pria itu sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil. Tak berselang lama, mobil yang dilajukan Nathan mulai meninggalkan halaman parkir itu.
Sepanjang perjalanan, Nathan fokus melajukan mobilnya. Pria itu tak menoleh sedikit pun pada Aubree. Wajahnya acuh dan tak peduli, seakan menganggap tidak ada siapa pun di sampingnya.
“Nathan, nanti design pernikahan kita aku menyukai tema yang mewah dan berkelas. Kau setuju kan, Nathan?” ujar Aubree dengan senyuman anggun seraya menatap Nathan.
“Terserah,” tukas Natahan dingin. Pria itu sama sekali tidak mau ikut campur dalam menentukan design pernikahan sialan yang tak pernah dia inginkan.
Aubree mengangkat bahunya tak acuh. Dia tak peduli dengan sikap acuh Nathan padanya. Terpenting bagi Aubree, dirinya sebentar lagi akan menikah dengan Nathan. Dan artinya pria itu akan menjadi miliknya seutuhnya.
Mobil yang dilajukan Nathan mulai memasuki toko perhiasan yang berada di Manhattan. Nathan turun dari mobil bersamaan dengan Aubree yang juga turun. Namun, sebelum melangkah masuk ke dalam toko perhiasan, Aubree memeluk lengan Nathan.
Pun lagi dan lagi Nathan membiarkan Aubree memeluknya. Pasalnya, Nathan tidak mau berdebat di tempat umum. Berdebat dengan gadis aneh yang ada di sampingnya ini sama saja membuatnya menjadi sakit kepala.
“Selamat siang, Tuan, Nona. Ada yang bisa kami bantu?” tanya sang pelayan dengan sopan dan ramah pada Nathan dan Aubree yang memasuki toko perhiasan.
“Aku ingin memilih cincin pernikahan. Berikan aku yang terbaik.” Aubree berkata dengan nada anggun dan berkelas.
“Mari, Tuan, Nona. Ikut saya ke dalam. Saya akan menunjukkan beberapa koleksi cincin pernikahan milik kami,” ujar sang pelayan dengan sopan.
Aubree menganggukkan kepalanya. Lalu dia melangkah bersama dengan Nathan—mengikuti pelayan itu. Tampak wajah Nathan terlihat dingin dan menunjukkan kejenuhannya. Namun, Nathan tentu tidak bisa meninggalkan Aubree. Jika dia meninggalkan Aubrree di sini, maka dirinya akan semakin pusing dengan tingkah gadis aneh di sampingnya.
“Nona, kami memiliki dua cincin pernikahan dengan kualitas berlian terbaik di dunia. Keduanya pasti akan sangat cantik di jari Anda, Nona.” Sang pelayan menunjukkan model cincin pernikahan yang dia maksud pada Aubree.
“Nathan, dua-duanya sangat cantik. Menurutmu aku pakai yang mana?” tanya Aubree dengan antusias.
“Terserah,” jawab Nathan datar.
Aubree berdecak kesal. “Bantu aku pilih, Nathan.”
“Aku sudah bilang padamu, Aubree. Kau bebas memilih mana yang kau suka,” tukas Nathan menahan emosinya.
Aubree berdecak. Gadis itu menarik napas dalam-dalam. Detik selanjutnya, Aubree mulai mencoba salah satu cincin pernikahan yang menarik di matanya itu. Ya, cincin berlian itu berkilau begitu indah.
“Nathan, aku mau yang ini saja. Nanti kita pesan dengan ukiran nama kita berdua, ya,” ucap Aubree seraya melihat cincin yang melingkar di jari manisnya itu.
“Tidak usah memakai ukiran nama,” tukas Nathan dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.
“Kenapa tidak usah? Kan bagus kalau cincin pernikahan kita memakai ukiran nama.”
“Norak, Aubree.”
“Norak dari mana? Cincin berlian yang aku pilih saja ini yang terbaik. Tidak mungkin norak, Nathan.”
“Tidak usah pakai nama. Aku tidak suka.”
“Alright, kalau begitu pakai ukiran tanggal pernikahan kita saja.”
Nathan mengumpat dalam hati. Dia lebih memilih cincin pernikahan itu tak perlu ada ukiran apa pun. Namun, tanggal pernikahan setidaknya jauh lebih baik daripada ukiran nama di cincin pernikahan itu. Kini Nathan memilih menganggukkan kepalanya merespon ucapan Aubree.
Senyuman indah di wajah Aubree terlukis melihat Nathan menyetujui permintaannya. Aubree mengeluarkan ponselnya dan menggenggam tangan Nathan, lalu memotret tangannya dengan tangan Nathan itu. Terlihat kilauan berlian di jari manisnya sangatlah indah.
“Apa yang kau lakukan?” seru Nathan kala Aubree mengambil gambar.
“Look at this!” Aubree menunjukkan foto gambar tangan mereka yang berpegangan mesra. “Bagus, kan? Aku ingin mempostingnya ke akun sosial mediaku. Aku mau menunjukkan pada semua orang kau hanya milikku.” Aubree menjawab dengan nada yang anggun.
Nathan tergelak mendengar ucapan Aubree. Sorot matanya menatap Aubree dingin. “Apa kau sudah gila? Untuk apa memposting hal-hal pribadimu di sosial media?”
Aubree tersenyum. Dia mengabaikan para pelayan toko dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Aubree membawa tangannya mengelus rahang Nathan dan berkata, “Yes, I'm crazy … I'm crazy because of you.”
Sebuah restoran Thailand di Manhattan telah menjadi tempat di mana Aubree makan malam bersama dengan Nathan. Ya, sepulang dari toko perhiasan Aubree mengajak Nathan untuk makan malam di salah satu restoran Thailand yang cukup terkenal di Manhattan. Tentu Nathan terpaksa menuruti Aubree karena Nathan tak mau pusing berdebat dengan gadis aneh itu.“Nathan, buka mulutmu.” Aubree mengarahkan sendok yang berisikan Tom Yam udang pada Nathan.“Kau saja.” Nathan menyingkirkan sendok Aubree. Pria itu enggan menerima suapan dari Aubree. Padahal Nathan ingin sekali pulang setelah mengantar Aubree ke toko perhiasan. Namun, lagi dan lagi Nathan terjebak dengan gadis aneh ini. “Nathan, ayo buka mulutmu.” Aubree kembali mendesak Nathan agar pria itu mau membuka mulutnya. Memaksa adalah salah satu sifat Aubree. Well, gadis itu memang terkenal sangat keras kepala dan harus mendapatkan apa yang dia inginkan. Dalam hidup, Aubree tak pernah tidak mendapatkan apa yang dia inginkan.Nathan mengembuskan na
Aubree tersenyum sumiringah bahagia kala membayangkan tentang kemarin. Ya, kemarin dia menghabiskan waktu satu harian bersama dengan Nathan. Mulai dari memilih cincin. Lalu makan malam bersama. Dan terakhir ketika dirinya ketiduran di mobil; Nathan membopongnya, serta memindahkan ke kamarnya. Aubree sudah mendengar dari pelayan kalau Nathanlah yang memindahkannya ke kamar. Sungguh, membayangkan tentang Nathan yang membopongnya membuat hari Aubree menjadi berwarna. Gadis itu terus tersenyum bahagia.“Sayang, kenapa kau senyum-senyum sendiri seperti itu?” Delina—ibu Aubree melangkah mendekat pada Aubree yang sedari tadi tak henti tersenyum.“Mom?” Aubree mengalihkan pandangannya kala melihat ibunya kini sudah duduk di sampingnya.“Apa yang membuatmu bahagia seperti ini, hm? Sudah lama rasanya Mommy tidak melihatmu sebahagia ini.” Delina membawa tangannya membelai rambut panjang Aubree. Dia memang sudah lama sekali tidak melihat putrinya tampak sebahagia ini. Sejak kepergian Hoshea—suami
BrakkkNathan membanting kasar pintu mobilnya. Pria itu turun dari mobil—dan melangkah masuk ke dalam apartemen pribadinya yang ada di Kawasan Park Avenue. Tampak raut wajah Nathan memendung kekesalan. Hari-harinya begitu sial setiap kali bertemu dengan Aubree. Keanehan, kegilaan, semua hal yang menyakut gadis itu membuat kepalanya nyaris pecah. Seperti tadi kala Aubree datang ke kantornya; gadis itu membuat masakan seperti membuat racun. Bagaimana bisa ada masakan dengan rasa seperti itu? Sungguh, apa sebenarnya kelebihan yang dimiliki gadis itu? Hanya lahir dari keluarga kaya sama saja tidak memiliki kelebihan apa pun!Dan hari ini Nathan memutuskan tidak pulang ke mansion kedua orang tuanya. Bukan tanpa alasan tapi Nathan tidak mau ayah atau ibunya menanyakan perkembangan hubungannya dengan Aubree. Lebih tepatnya Nathan enggan mendengar nama itu lagi. Hari ini dia sudah muak bertemu dengan Aubree yang menunjukan segala kegilaan gadis itu. Dia tidak mau sampai harus kembali mendenga
Nathan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah kota Manhattan. Aura wajah dingin, dan terselimuti ketegasan terlihat di wajah tampan pria itu. Pandangan lurus ke depan fokus pada hamparan jalanan yang luas. Ya, hari ini Nathan terpaksa menggantikan kakaknya meeting dengan beberapa rekan bisnis keluarganya. Tak ada pilihan lain, dia pun tak bisa untuk mangkir dari meeting penting ini. Saat mobil sport yang dilajukan Nathan mulai memasuki lobby The Mark Hotel. Pria itu turun dari mobil seraya memberikan kunci mobil di tanganya pada petugas valet. Tampak para staff hotel menyapa Nathan dengan ramah. Pun Nathan mengangguk singkat merespon para sapaan para staff hotel. Detik selanjutnya, Nathan menuju ruang pertemuan di mana rekan bisnis keluarganya sudah menunggu dirinya.“Selamat pagi, Tuan Nathan.” Ruben—rekan bisnis Nathan menyapa kala Nathan memasuki ruang meeting. Pria itu langsung mengulurkan tangannya, menjabat Nathan. “Pagi, Tuan Ruben.” Nathan menyambut jabatan tan
“Apa kau cemburu, hm?”Nada sensual, dan seksi itu berada tepat di depan bibir Nathan. Napas Aubree menerpa kulit pria itu. Namun, sayangnya Nathan tak tergoda. Pertanyaan Aubree membuat aura wajah Nathan tampak menyeramkan. Sepasang iris mata cokelat Nathan terhunus begitu tajam pada iris mata hijau Aubree.“Hentikan kekonyolanmu, Aubree Randall! Aku tidak mungkin cemburu! Kau saja yang tidak waras memakai pakaian tidak sesuai tempat di mana kau datangi! Kau sedang bekerja bertemu dengan rekan bisnismu bukan ingin menjual tubuhmu!”Nathan berbicara dengan begitu sarkas. Ya, penampilan Aubree bisa dikatakan nyaris telanjang. Punggung gadis itu terekspos. Belahan dada pun terekspos. Satu lagi, panjangnya dress yang dipakai Aubree sangat minim. Entah gaya busana apa yang dipakai Aubree. Menghadiri meeting seperti ingin ke pesta di klub malam.Aubree mengangkat bahunya tak acuh. Jika banyak orang akan tersinggung mendengar ucapan Nathan, lain halnya dengan Aubree. Di mata Aubree perkataa
Aubree mengulas senyuman anggun nan menawan di wajah cantiknya—kala mobil Nathan meninggalkan mansionnya. Ya, setelah Nathan mengantarnya pulang; pria itu langsung menuju ke perusahaannya. Sebenarnya hari ini Aubree masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan di kantor. Namun Nathan mengantarkannya pulang dengan alasan pakaiannya seperti orang yang telanjang. Well, Aubree tahu kalau Nathan cemburu jika banyak pria yang menatapnya. Hanya saja Nathan masih terlalu gengsi untuk mengatakan langsung padanya. Tak masalah, bagi Aubree mengatakan atau tidak sama saja. Nathan akan tetap menjadi miliknya.Kini Aubree melangkan kakinya memasuki mansion miliknya. Namun, tiba-tiba langkah Aubree terhenti kala melihat sosok wanita muda dengan pakaian formal kantor membungkukan kepalanya pada dirinya. Ya, itu adalah Elida—asisten pribadi Aubree.“Noan Aubree,” sapa Elida dengan sopan pada Aubree.“Ada apa kau ke sini? Bagaimana perusahaan?” tanya Aubree dingin dengan sorot mata tegas pada sosok asi
“Apa kau yang meminta ayahku untuk aku menggantikannya di meeting dengan Gera Wales?”Suara Nathan bertanya dengan begitu dingin. Aura kekesalan di wajahnya begitu terlihat. Ya, kini Nathan dan Aubree tengah berada di dalam mobil. Hari ini Nathan diminta oleh Arthur—ayahnya untuk menggantikan meeting. Dan kehadiran Aubree datang ke kantornya membuat kecurigaan Nathan. Dia yakin kalau Aubree yang meminta ayahnya agar dirinya menghadiri meeting ini.“Jika kau sudah tahu maka tidak perlu lagi dibahas. Kau tahu kalau aku selalu ingin didekatmu.” Aubree menatap dingin serta tersirat memendung kekesalan pada Nathan—yang tengah melajukan mobil. Aura rasa kesal akibat cemburu begitu terlihat di wajah Aubree. “Lebih baik kita membahas pembicaraan kita. Tadi kau menghindar dariku, Nathan. Pembicaraan kita belum selesai.”Nathan mengumpat dalam hati. Dugaannya benar. Dia yakin kalau memang ini adalah akal-akalan Aubree. Gadis itu pasti meminta Arthur—ayahnya untuk menggantikan meeting. Andai sa
“Aw—” Aubree meringis kala Nathan mengoleskan salep ke pergelangan kakinya yang kram. Ya, kini Aubree berada di sebuah ruangan di perusahaan tempat dia dan Nathan memiliki meeting penting. Awalnya, Nathan ingin membawa Aubree ke rumah sakit namun Aubree menolak karena ini hanyalah luka ringan bukan luka berat.“Nathan pelan-pelan. Kau ingin mematahkan kakiku, ya?” Bibir Aubree mencebik sebal. Nathan mengoleskan salep seperti ingin mematahkan pergelangan kakinya.“Diamlah … jangan berisik,” tukas Nathan dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Pria itu terus mengoleskan salep ke pergelangan kaki Aubree. Lebih tepatnya Nathan tak memedulikan rintihan Aubree yang meringis kesakitan.“Tuan Nathan … Nona Aubree …” Gera Wales—rekan bisnis Nathan dan Aubree menghampiri Nathan dan Aubree. Sebelumnya Gera telah mendapatkan laporan dari sekretarisnya tentang kejadian di lift. Itu kenapa Gera meminta sekretarisnya mengantarkan Nathan dan Aubree ke ruangan kosong.Nathan dan Aubree mengalihkan pa
Rockefeller Centre, Rockefeller Plaza, New York, USA.“Daddy … Mommy …” Audie, Nick, Niguel melambaikan tangan mereka ke arah Nathan dan Aubree yang tengah duduk menunggu mereka yang tengah bermain ice skating. Tampak senyuman di wajah Nathan dan Aubree begitu hangat melihat anak-anak mereka yang riang gembira kala bermain ice skating.Ya, Nathan membawa istri dan anaknya ke Rockefeller Centre. Tak tanggung-tanggung, Nathan sampai menyewa tempat ini satu hari hanya khusus menjadi tempat bermain ketiga anaknya. Biasanya weekend tempat ini akan ramai, Nathan tak mau ambil resiko sampai terjadi sesuatu pada ketiga anaknya. “Sayang, hati-hati bermain ice skating-nya.” Aubree berseru mengingatkan ketiga anak-anaknya. Meskipun sudah ada empat penjaga yang siaga menjaga Audie, Nick, dan Niguel tetap saja Aubree mencemaskan anak-anaknya.“Sayang, kau tenang saja, Audie, Nick, dan Niguel sudah hebat bermain ice skating. Lihatlah putri kita bahkan sampai menari. Lagi pula ada penjaga yang men
Pertengkaran Aubree dan Nathan berakhir manis dengan cara yang kerap mereka lakukan. Cara di mana memperkuat hubungan dua insan yang saling mencintai itu. Well, ini memang bukan pertama kali Nathan menjadi pria yang pencemburu. Bisa dikatakan semakin lama usia pernikahan Aubree dan Nathan, maka semakin menjadi kecemburuan Nathan. Seperti contoh, ada pria yang tidak sengaja melihat Aubree saja, Nathan sudah memberikan tatapan permusuhan pada pria tersebut. Andai kala itu Aubree tak buru-buru membawa Nathan pergi, sudah pasti Nathan akan mengajak ribut pria yang menatap dirinya.Jujur, Aubree pun terkadang jengah akan sifat berlebihan sang suami. Tapi anggaplah impian Aubree dulu telah terkabul. Aubree tak mungkin lupa dikala dirinya ingin sekali mendapatkan perhatian dari Nathan. Buah kesabaran Aubree memang manis. Terbukti Nathan sekarang bukan hanya memberikan perhatian penuh, tapi juga sangat overprotective.Ya, Aubree tak mengira rumah tangganya dengan Nathan sudah lebih dari empat
Aubree duduk di sofa seraya membaca majalah yang baru saja diantar oleh pelayan. Baru saja Nathan berangkat ke kantor. Sedangkan Audie, Nick, dan Niguel tengah berada di rumah ibunya. Bisa dikatakan Audie, Nick, dan Niguel memang kerap menginap di rumah kakek dan nenek mereka. Well, tentu saja Aubree dan Nathan tak melarang. Mereka pun senang karena anak-anak mereka sangat dekat dengan keluarga.Ngomong-ngomong, Aubree sudah sangat jarang datang ke kantor. Aubree sekarang hanya memeriksa pekerjaan dari rumah saja. Aubree menyerahkan pada asistennya untuk memimpin perusahaan. Ya, sejak di mana Aubree melahirkan Nick dan Niguel, Nathan memang kerap meminta Aubree fokus mendidik anak-anak mereka. Nathan tidak melarang Aubree untuk bekerja, hanya saja Nathan ingin Aubree memiliki lebih banyak waktu untuk mengurus anak-anak.“Nyonya Aubree.” Pelayan melangkah menghampiri Aubree yang tengah bersantai.“Hm? Ada apa?” Aubree mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan.“Nyonya, maaf mengga
Tiga tahun berlalu … Alunan musik piano indah dan merdu memenuhi panggung megah. Tampak sosok gadis kecil yang sangat cantik tengah bermain piano. Tubuhnya mungil dengan pipi tembam. Rambut pirang indahnya dikuncir kuda. Dari kejauhan saja bisa dilihat gadis kecil itu memiliki paras yang luas biasa cantik. Keahliannya pun mengipnotis seluruh tamu undangan di sana.Nathalie. Audie. R. Afford—gadis kecil yang berusia 4 tahun itu tengah bermain piano di panggung megah ditonton oleh ribuan tamu undangan. Semua orang di sana begitu kagum pada sosok gadis kecil yang sangat cantik itu. Alunan musik piano sangat lembut dan terdengar indah.“Go, Sweetheart.” Aubree bertepuk tangan bangga melihat putri kecilnya berada di panggung megah. Mata Aubree sampai berkaca-kaca penuh haru. Impiannya dulu menjadi seorang pianis diwujudkan oleh putri kecilnya. Di usia yang masih kecil, Audie mampu berada di panggung megah untuk pentas bersama dengan para pianis senior.Di tempat megah pementasan para pian
Beberapa bulan kemudian …Kandungan Aubree memasuki minggu ketiga puluh. Kehamilan kedua Aubree ini sukses membuat berat badan Aubree bertambah hingga lebih dari 20 kg. Lengan, paha, betis, pipi, semua membengkak. Aubree sampai-sampai jengkel melihat ke cermin, tak ada satu pun yang kurus pada tubuhnya selain kelingkingnya.Ya, wajar saja kalau kehamilan kedua ini berat badan Aubree naik drastis lebih dari kehamilan pertama, pasalnya kali ini Aubree mengandung bayi kembar. Keinginan Delina—ibunya telah terjuwud. Sudah sejak di mana Aubree mengandung, Delina sudah memiliki pengharapan Aubree mengandung bayi kembar. Akan tetapi kehamilan kedua Aubree ini bukanlah kembar tiga atau empat yang Delina inginkan. Kehamilan kedua Aubree ini kembar dua namun tentu Aubree sangatlah bersyukur. Hanya saja, hingga detik ini memang Aubree dan Nathan memutuskan untuk tidak menanyakan pada dokter jenis kelamin bayi kembar mereka. Pasalnya, baik Aubree dan Nathan ingin menjadikan hal ni kejutan untuk
Para pelayan mondar-mandir menyajikan makanan ke atas meja makan. Tak hanya makanan saja, tapi juga minuman tengah pelayan siapkan. Mulai dari apple juice, orange juice, hingga minuman beralkohol. Hari ini adalah hari di mana Nathan dan Aubree akan kedatangan tamu seluruh keluarga mereka. Rencananya hari ini mereka semua akan makan siang bersama. Tentu ini adalah rencana Bianca. Bianca ingin merayakan kehamilan kedua Aubree. Itu kenapa seluruh keluarga wajib hadir.“Nyonya Aubree, apa Anda ingin ada menu ayam untuk makan siang nanti?” tanya sang pelayan pada Auberr yang tengah menggendong Audie.“Hm, boleh. Siapkan saja. Jangan hanya daging. Oh, ya, siapkan seafood juga,” jawab Aubree hangat dengan senyuman di wajahnya.“Baik, Nyonya.” Pelayan itu kembali menyiapkan bahan-bahan makanan.Suara tangis Audie terdengar. Refleks, Aubree langsung menimang-nimang putri kecilnya yang tiba-tiba menangis. Namun, sayangnya tangis Audie tak kunjung reda. Padahal Aubree baru saja menyusui putri ke
Berita tentang kehamilan Aubree telah tersebar luas. Media pun sampai memberitakan kehamilan Aubree. Kabar tentang kehamilan Aubree memang menggemparkan publik. Pasalnya terakhir publik tahu Aubree telah tiada. Namun, tentu Nathan segera membereskan berita-berita tentang kematian Aubree. Nathan meminta asistennya untuk memberikan keterangan bahwa apa yang terjadi di antara dirinya dan Aubree karena kesalahnnya. Nathan meminta publik untuk tidak lagi mengungkit apa yang telah menjadi masa lalu.Jujur, Aubree merasa tidak enak karena media hehoh akan tentang kematian palsunya. Bahkan Aubree sampai menonktifkan sosial medianya. Sebelumnya, Aubree memang pernah mengaktifkan sosial medianya ketika pertama kali kembali ke New York. Pasalnya, Aubree memposting moment-moment indah dengan suami dan anaknya selama berlibur di Spanyol. Tapi tak lagi sekarang. Berita tentang kematian palsunya cukup heboh membuat Aubree beristirahat dari sosial media. Bukan tanpa alasan tapi Aubree takut membaca k
Tanpa terasa sudah dua minggu Nathan dan Aubree berada di Spanyol. Madrid dan Barcelona adalah dua kota di Spanyol yang dikunjungi oleh Nathan dan Aubree. Ya, bulan madu mereka sangat indah ditambah di tengah-tengah mereka ada Audie—putri kecil mereka yang sangat cantik dan menggemaskan. Audie benar-benar memiliki wajah perpaduan antara Nathan dan Aubree. Bayi perempuan kecil mungil itu sangatlah lucu. Ditambah Audie sangat pencemburu kalau melihat Nathan dan Aubree berciuman.Selama di Spanyol, Nathan selalu membawa Aubree menuju tempat-tempat yang indah dan romantis. Nathan benar-benar ingin membahagiakan Aubree dan Audie. Lebih dari satu tahun Nathan menikahi Aubree belum pernah Nathan membawa Aubree ke tempat yang indah. Terakhir kali Nathan membawa Aubree hanya liburan dalam kota—dan moment itu juga yang membuat Nathan dan Aubree mendapatkan badai masalah di rumah tangga mereka.Namun, semua masalah yang dulunya menyisakan luka dalam untuk Aubree mulai terkikis seiring berjalanny
Aubree tak menyangka Nathan sekarang sangat berbeda dengan Nathan yang dulu. Sifat Nathan yang dulu cenderung tak peduli. Kalaupun melarang Aubree maka tak akan sampai semurka sekarang. Sungguh, Aubree tak menyangka kalau Nathan sudah marah sangatlah menyeramkan. Padahal Adam adalah mantan kekasih Aubree sudah lama. Tapi Aubree tak mengerti kenapa bisa Nathan semurka itu.Tadi malam, tak lagi bisa terhitung berapa kali Aubree melakukan pergulatan panas dengan Nathan. Bahkan, Nathan baru membiarkan Aubree tidur pada pukul empat pagi. Andai saja, Aubree tak terkulai lemah sudah pasti Nathan akan tetap menyentuhnya lagi dan lagi.Meski Aubree sempat kesal akan sifat cemburu Nathan, tapi Aubree tetap bersyukur karena Nathan sekarang begitu mencintainya. Walau harus Aubree akui sifat Nathan sangat berlebihan. Seperti contoh ada pria yang mentap Aubree saja, Nathan langsung marah tidak jelas. Dan sekarang setelah pertengkaran manis tadi malam, Aubree akan pergi jalan-jalan dengan suami d