Waktunya jam pulang pun tiba, semua karyawan kantor mulai berjalan keluar dari kantor, aku pun hendak pulang dan ingin masuk ke dalam mobil namun tak jadi lalu kembali menutup pintu mobil saat melihat sekretarisku dengan salah satu bagian manajer yang tadi siang menjadi alasan aku kesal. Tadi siang makan bersama, sekarang ingin pulang bersama. Tak akan aku biarkan.
"Namiya!"
Perempuan itu menoleh ke belakang dan terkejut sekaligus bingung saat melihat aku yang memanggilnya. Andres juga tak menyangka jika aku ada lagi di antara mereka, dia terlihat kesal namun berusaha tetap sopan karena aku atasannya.
"Pak Gilbert, ada apa memanggil saya?"
"Pulang bareng saya, ada tugas yang harus kamu selesaikan."
Tak pernah aku berbohong hanya untuk menahan seorang perempuan, pasti sekretarisku ini bingung dengan apa yang aku ucapankan. Apalagi Andres yang terlihat tak percaya jika yang ucapan kan benar. Aku
Sudah seharian penuh ini aku dirawat di rumah sakit. Aku sudah bisa pulang karena tak ada luka dalam, hanya luka kecil di keningku. Aku pingsan karena syok dengan kecelakaan yang menimpaku. Adikku, Nasya sedang menyuapi aku bubur rumah sakit karena dia mau aku makan dulu sebelum pulang agar ada tenaga.Tadi aku sudah menolak makan karena aku tahu bubur khas buatan rumah sakit benar-benar tidak enak karena rasanya hambar namun adikku memaksaku untuk memakannya demi kesehatanku. Dia pun tak akan mengizinkan aku pulang jika belum makan. Alhasil aku pun terpaksa makan bubur ini dengan ekspresi cemberut."Oh ya, kau belum memberitahu aku tentang bagaimana kau bisa ada di sini dan mengetahui jika aku mengalami kecelakaan.""Bosmu mengantar supir untukku ke rumah sakit dan memberitahu aku ketika sudah sampai di rumah sakit."Kening berkerut bingung mendengar jawaban adikku, aku sebenarnya berharap jika Gilbert akan m
Pagi-pagi aku sudah bangun untuk melakukan aktivitasku seperti biasanya namun aku terkejut saat melihat adikku tak ada di sisi kasur di sampingku. Aku pun berjalan keluar kamar dan mencarinya di ruang tamu, kodnisi rumah yang sudah bersih serta semua macam cucian yang sudah bersih membuat aku bingung siapa yang mengerjakan semua ini. Bahkan sarapan sudah terhidang di atas meja, makanan sederhana berupa tempe, tahu, ikan, dan sayur namun terlihat lezat dan nikmat."Dimana, Nasya?""Siapa yang melakukan semua ini?""Apakah Nasya yang melakukannya?"Semua pertanyaan dalam diriku terjawab saat aku melihat adikku sudah rapi dengan seragam sekolahnya, dia tersenyum saat melihat aku sudah bangun lalu menuntunku untuk duduk di lantai untuk makan bersama kemudian memindahkan makanan dari meja ke lantai. Senyum manis menghiasi bibirnya, lalu dia menaruh nasi dan lauk di piringku."Hari ini aku sengaja ba
Aku masih terdiam di tempat sambil menatap bangunan tinggi di depanku ini yang merupakan perusahaan Jagat Sejahtera, tempat aku akan melakukan tes wawancara. Dalam hatiku sedikit ada keraguan untuk melangkah masuk ke dalam, entah kenapa hati kecilku mengatakan bahwa aku ini jahat, berbohong untuk mengkhianati perusahaan lamaku yaitu Pradipta Group. Tanganku sedikit meremas tali tas selempang yang terlampir di bahuku, berusaha menyangkal kata hatiku dan lebih mengutamakan logikaku."Aku tak akan melakukan ini jika Pak Gilbert adalah bos yang menghormati bawahannya. Ini bukan salahku."Aku hendak melangkah masuk ke dalam namun langkahku tertahan saat mendengar suara dering ponsel dari tasku, aku pun langsung mengambil ponselku dan mematikan ponselku saat tahu yang meneleponku adalah bosku."Entah bekerja atau tidak, di kantor atau di luar kantor, dia terus saja mengganggu aku. Sangat menyebalkan, untungnya aku akan segera menda
Pagi ini, aktivitasku berjalan seperti biasanya walaupun rasa bersalah menghantui diriku atas kejadian kemarin, namun aku tak menyesal telah melakukannya karena memang itu hakku dan sudah tercantum dalam kontrak kerja, aku hanya merasa bersalah pada Namiya karena membuatnya sedih.Aku baru saja datang ke kantor dan melihat meja sekretaris masih kosong, aku memaklumi jika Namiya tak datang hari ini ke kantor. Pasti Namiya masih merasa sakit di tubuh dan hatinya akibat perlakuanku semalam. Aku hanya bisa menghela nafas kasar, ingin sekali aku meneleponnya namun saat aku sudah membuka kontak nomornya di ponselku, jariku terasa begitu berat untuk menekan tombol hijau panggil."Aku terlalu pengecut untuk menghadapi Namiya sekarang, mungkin nanti aku akan menghubunginya untuk menanyakan kabarnya."Aku pun langsung masuk ke dalam kantor dan mulai melakukan tugasku sebagai bos di kantor walaupun nyatanya aku tidak fokus dengan pekerjaan kantor karena pikiranku masih tertuj
Nasya yang sedari tadi duduk menunggu kakaknya datang akhirnya berdiri dari kursi kayu yang ia duduki ketika melihat kakaknya datang dengan wajah pucat, mata memerah, tak lupa gerak tubuh seperti orang ketakutan. Ia pun langsung memeluk kakaknya dengan lembut, sedangkan Namiya langsung mendorong tubuh adiknya dengan pelan dan mundur menjauh. Ia tak mau adiknya jadi kotor karena bersentuhan dengan wanita kotor sepertinya."Kak.""Kau baik-baik saja?""Ada apa? Kenapa kau tidak pulang ke rumah kemarin?""Apa ada yang menyakitimu?"Namiya hanya membalas dengan gelengan kepala dan menoleh ke belakang, ia menjadi lebih takut ketika tahu bahwa mobil mewah berwarna hitam legam itu masih saja mengikutinya hingga akhirnya ia pulang. Ia tahu itu adalah mobil Gilbert, ia pun langsung masuk ke dalam secepat mungkin. Di sisi lain, Nasya menjadi merasa aneh dan bingung dengan perilaku kakaknya, ia menoleh ke arah pandangan kakaknya mengarah dan ternyata ke arah mobil
Namiya sudah duduk manis di kursi sekretarisnya yang berada di depan ruang kerja bosnya sambil menggenggam sebuah amplop putih berisi sebuah surat. Surat ini adalah keputusan finalnya setelah apa yang terjadi sebelumnya.Sebenarnya ia belum siap menghadapi dan bicara lagi dengan bosnya yaitu Pak Gilbert namun ia terpaksa harus berinteraksi lagi dengan pria itu untuk mengakhiri semua ini. Seharusnya ia sadar bahwa dari awal pekerjaan ini sudah salah saat ia melihat poin terakhir dalam kontrak kerja namun karena keterpaksaan ekonomi membuatnya menyetujui kontrak kerja itu tapi tidak lagi. Ia sadar bahwa lebih baik hidup miskin dan mendapat pekerjaan bergaji kecil dari pada bergaji besar namun tidak punya harga diri.Lamunan Namiya buyar saat mendengar suara ketukan sepatu, ia menoleh ke arah suara itu lalu langsung berdiri dan berjalan menghampiri bosnya sambil mengulurkan amplop tersebut ke arah bosnya.Gilbert yang baru saja datang sudah terkejut dengan kehad
Di sebuah restoran dekat perusahaan Pradipta Group, seorang pria dengan pakaian rapi dan formal yaitu kemeja putih dipadu jas abu-abu dan celana bahan panjang berwarna abu-abu sedang makan malam bersama seorang wanita cantik dan seksi dengan gaun setengah paha dan ketat berwarna abu-abu. Jika dilihat mereka seperti sepasang kekasih namun nyatanya mereka adalah dua insan yang terjebak dalam perjodohan dua keluarga. Sebelum orang tua Gilbert meninggal, mereka telah menjodohkan Gilbert dengan Niola bahkan mereka sudah bertunangan, hal ini terjadi karena orang tua Gilbert dan Niola adalah teman semasa kuliah.Gilbert terpaksa menyetujui perjodohan ini demi memenuhi permintaan orang tuanya walaupun ia tak mempunyai rasa pada Niola. Namun tidak dengan Niola, dia punya rasa dan jatuh cinta pada Gilbert sejak lama ketika melihat pria itu di acara peresmian pemimpin Pradipta Group, ia melihat bagaimana gagah, berwibawa, dan tegasnya seorang Gilbert yang membuatnya langsung terpes
Namiya memutuskan pergi ke rumah sakit dimana Gilbert dirawat, ia langsung bertanya pada resepsionis mengenai letak kamar Gilbert, setelah mendapat jawaban, ia pun langsung memutuskan berjalan ke arah ruang rawat Gilbert tanpa peduli tatapan mencemooh dari orang-orang yang ia lewati. Ia harus menebalkan wajahnya dan menekan rasa malu akibat tatapan mencemooh semua orang yang pasti sudah tahu siapa dirinya dari kasus Gilbert.Untungnya ruang tunggu Gilbert masih kosong, belum ada yang menjenguk pria itu sehingga Namiya memiliki kesempatan untuk bicara berdua dengan Gilbert mengenai kasus yang menyeret adiknya dan pria itu. Ia pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruang rawat pria itu dan melihat Gilbert yang sudah terbangun dan sudah diobati dokter, luka di kepala pria itu sudah diperban dan kondisinya yang terlihat baik-baik saja membuktikan bahwa kejadian pelemparan batu itu tidak memberikan cidera berat hingga merusak organ dalam kepala pria itu. Tanpa Namiya sadari, ia
Jika melihat seorang pria yang sedang duduk di bangku kebesaran dalam ruangan CEO, pasti kalian akan berdecak kagum dengan ketampanan wajah pria muda berumur dua puluh lima tahun itu, pria dengan gelar kesempurnaan karena hidupnya tanpa celah. Dia terlihat begitu sibuk memeriksa laporan keuangan di akhir bulan untuk menjadi penutup laporan keuangan bulan ini bahkan ia belum pulang walau sudah malam hari.Nama pria itu adalah Aswin Mahendra, para wanita mengaguminya namun Aswin hanya punya satu wanita di hatinya adalah Lidia Trisia, tunangannya yang beberapa hari lagi akan menikah dengannya di sebuah gedung hotel dengan perayaan mewah, seribu undangan akan datang di pernikahannya dan dekorasi pesta yang layaknya pernikahan seorang pangeran dan puteri.Baru saja ia mengingat dengan tunangannya itu, lalu sebuah tangan memeluknya dari belakang, ia menoleh ke arah wajah pemilik tangan itu dan benar dugaannya bahwa tunangannya yang memeluknya. Mereka telah menjalin hubungan ha
Aldrick & RheaSatu kesalahan dalam hidup ku Yaitu mencintai muLebih dari ku mencintai diri ku sendiriRhea sedang mencuci baju kakak kembar nya itu dengan telaten meskipun di mansion besar dan mewah milik ayah nya ini banyak pembantu namun tetap saja aldrick selalu menyuruh nya baik itu mencuci baju, menyetrika, menjemur, masak, dan lain-lain kalau bara dan amira (ayah ibu rhea dan aldrick) sedang tidak ada di rumah."Ting Tong Ting Tong", suara bel rumah dan tumben aldrick kakak nya tak berteriak memanggil nya untuk membuka pintu mansion namun rhea lebih memilih melanjutkan cucian nya mungkin aldrick sedang dalam mood baik.Rhea sudah selesai mencuci pakaian aldrick dan langsung berjalan ke kamar nya, ia harus belajar agar juara 1 umum yang d
JUDUL: BULAN RAMADHAN BERSAMA NAMIRASeorang anak kecil cantik berusia delapan tahun sedang duduk di meja belajarnya sambil menulis daftar keinginannya untuk Ramdhan tahun ini, setiap kata yang tergores di kertasnya menimbulkan senyum kegembiraan karena membayangkan keinginannya menjadi kenyataan."Selesai, aku langsung kasih ke mama biar ibu enggak lupa beli deh."Namira, nama gadis cantik itu setelahnya ia turun dari kursinya dan berlari ke arah ibunya yang sedang berada di dapur, memasak untuk makan malam mereka. Namira semakin cepat berlari hingga ia tak melihat jalan lagi, dan akhirnya terjatuh di lantai."Ibu, sakit!"Andin, sang ibu terkejut mendengar teriakan dan rintihan kesakitan, saat berbalik badan ia melihat putrinya sudah terduduk di lantai sambil menangis. Andin pun langsung mencuci tangannya dan menghampiri Namira."Namira, kamu kenapa sayang? Kok bisa jatuh?""Ta ... tadi Namira berlari ingin memberi ini ke ibu tapi Namira m
JUDUL: DUNIAKU DAN IBUSeorang wanita cantik membawa tempat makan berisi makanan kesukaan putri kecilnya sambil berjalan memasuki rumah sakit dengan senyum manis di bibirnya namun di hatinya ia takut dan khawatir akan kondisi sang putri yang makin memburuk setiap harinya. Sheina menatap dokter dan suster yang berlarian membawa alat-alat medis dengan wajah khawatir dan takut ke arah ruang rawat VIP putri kecilnya."Kiana.......Sheina menjatuhkan rantang yang ia bawa lalu berlari ke arah ruangan putrinya, air mata menetes di kedua pipinya. Ini yang Sheina takutkan selama dua tahun ini, ia takut tuhan akan mengambil Kiana, putrinya dari kehidupannya. Sheina membuka pintu ruang rawat putrinya dengan air mata yang telah mengalir deras di kedua pipinya saat melihat alat-alat medis menempel di tubuh mungil putrinya."Kiana sayang hiks mama di sini hiks kamu harus bertahan demi mama sayang," ucap Sheina memeluk putrinya namun hanya sebentar karena suster me
Harapan Sahabat PenulisPerkenalkan namaku adalah Maharani Dwi Putri, ibuku memberiku nama itu agar aku menjadi seorang putri yang akan selalu bersinar.Aku hanya gadis biasa dengan impian setinggi langit, bagaimana tidak? Aku memiliki impian bisa menerbitkan karya tulisku yang berupa Novel agar bisa diterbitkan oleh penerbit mayor.Sebenarnya impianku itu biasa saja bagi orang lain, namun bagiku itu adalah keajaiban yang akan sulit kuraih, melihat kemampuan menulisku yang masih rendah berbeda dengan penulis hebat di luar sana, seperti Tere Liye, Boy Chandra, atau penulis favoritku Pit Sansi."Rani!!!"Suara teriakan sahabatku, membuat aku tersadar dari lamunanku lalu menoleh pada sahabatku, Nara. Aku memasang wajah bersalah karena sudah tak mendengar ocehan sahabatku dari tadi."Kau pasti tidak mendengar apa yang kuceritakan dari tadi bukan?"
JUDUL: PENIPUAN YANG MEMBERI MOTIVASISeorang gadis cantik yang memakai baju seragam putih abu-abu, duduk di bangku yang terbuat dari kayu di depan rumahnya.Suara isak tangis dan air mata yang mengalir di kedua pipinya, menandakan kesedihan yang dirasakan gadis yang bernama lengkap Ayu Ratnasari."Mama, semuanya gara-gara Ayu yang tergiur dengan harga laptop tersebut, seharusnya Ayu mendengarkan mama hiks hiks."Ayu menatap mamanya yang berada di sampingnya sambil memeluknya, dalam hati ia merutuki kebodohannya karena keinginannya membeli laptop."Sudahlah kak, anggap saja uang itu menjadi uang sial atas kerja kerasmu, sudah jangan bersedih lagi," ucap ibu Ayu, berusaha menenangkan putrinya yang bersedih.Sebenarnya ibu Ayu, juga sangat menyayangkan uang senilai hampir dua juta rupiah, lenyap karena tergiur akan harga murah laptop.Ayu bukan terlahir dari keluarga kaya atau miskin, ia terlahir dari keluarga sederhana. Di umurnya yang
Namiya menyambut kepulangan Gilbert sehabis kerja dengan pelukan hangat dan senyum manis di bibirnya, ia sedang butuh pelukan saat ini untuk menenangkan dirinya dari rasa khawatir dan takut dalam dirinya. Gilbert pun membalas pelukan istrinya lalu mengecup kening Namiya dengan lembut."Aku merindukanmu, Gilbert.""Tumben sekali kau merindukan aku secepat ini, kita baru berpisah tidak lebih dari sehari. Apa ada sesuatu yang terjadi.""Tidak ada yang terjadi. Apa tidak boleh seorang istri merindukan suaminya?""Boleh, ayo kita ke kamar."Namiya pun mengangguk dan keduanya pun berjalan menaiki tangga untuk je kamar. Gilbert tak masalah dengan sikap manja istrinya karena ia senang menanggapi sikap manja Namiya. Namun baru dua langkah menaiki tangga, suara panggilan dari seseorang di belakang membuat mereka berhenti melangkah dan berbalik badan."Nyonya, Tuan. Tunggu dulu.""Ada apa, Bi?"Namiya bertanya lebih dulu karena bingung melihat pe
Seorang wanita cantik sedang sibuk membuka setiap lembar dari buku usang yang sudah tua, buku yang ia bawa sebagai warisan terakhir panti asuhannya, satu-satunya barang yang tersisa dari panti walau kondisinya sudah hancur sebagian dan ada beberapa lembar yang robek akibat bencana alam waktu itu. Hanya ia yang tahu bahwa buku berisi informasi mengenai seluruh anak panti telah berada di tangannya, buku ini ditemukan tim sar berada di dekatnya ketika kejadian sehingga buku ini ikut dibawa bersamanya karena mungkin bisa membantu anak-anak panti yang selamat dan tak punya tempat tinggal lagi atau siapa pun di dunia ini untuk menopang hidup. Setelah bertahun-tahun lamanya, Namiya membuka buku ini untuk pertama kalinya, dulu ia tak pernah membuka buku ini karena ia tak mau mengetahui tentang identitas orang tua yang sudah membuangnya namun kejadian di pernikahannya membuat hati kecilnya meronta ingin tahu siapa ayah dan mamanya, ia tahu bahwa preman itu tahu siapa orang tuanya dan penguru
Hari ini Namiya bangun kesiangan namun tetap ia yang lebih cepat bangun dari Gilbert. Karena sekarang statusnya sudah berubah menjadi seorang istri, ia pun mulai menjalankan perannya sebagai istri dengan baik, ia berusaha melakukan apapun yang ia bisa untuk melayani suaminya dengan baik.Setelah ia selesai mandi, ia pun langsung menyalakan air hangat untuk suaminya mandi karena sepuluh menit lagi Gilbert akan bangun, pria itu punya rutinitas bangun tepat waktu, tidak kurang dan tidak lebih. Secepat mungkin pun Namiya mempersiapkan diri, memakai baju terbaik dan berdandan lalu menyisir rambutnya.Namun sayangnya suaminya sudah lebih dulu bangun saat ia sedang menyiapkan pakaian dan barang-barang kerja Gilbert. Gilbert tersenyum manis saat melihat Namiya sedang menjalankan tugasnya menjadi istri yaitu melayani kebutuhannya, Namiya juga membalas senyuman suaminya. Setelah aktivitasnya selesai, ia pun hendak keluar kamar dan mau melihat sarapan yang dibuat oleh pembantu namu