Namiya memutuskan pergi ke rumah sakit dimana Gilbert dirawat, ia langsung bertanya pada resepsionis mengenai letak kamar Gilbert, setelah mendapat jawaban, ia pun langsung memutuskan berjalan ke arah ruang rawat Gilbert tanpa peduli tatapan mencemooh dari orang-orang yang ia lewati. Ia harus menebalkan wajahnya dan menekan rasa malu akibat tatapan mencemooh semua orang yang pasti sudah tahu siapa dirinya dari kasus Gilbert.
Untungnya ruang tunggu Gilbert masih kosong, belum ada yang menjenguk pria itu sehingga Namiya memiliki kesempatan untuk bicara berdua dengan Gilbert mengenai kasus yang menyeret adiknya dan pria itu. Ia pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruang rawat pria itu dan melihat Gilbert yang sudah terbangun dan sudah diobati dokter, luka di kepala pria itu sudah diperban dan kondisinya yang terlihat baik-baik saja membuktikan bahwa kejadian pelemparan batu itu tidak memberikan cidera berat hingga merusak organ dalam kepala pria itu. Tanpa Namiya sadari, ia
Keesokkan harinya, Gilbert mengajak Namiya ke kantor polisi untuk menemui adik wanita itu, sepanjang jalan dari parkiran ke dalam kantor polisi, Gilbert terus saja merangkul pinggang ramping Namiya, bahkan sesekali mencium pipi wanita itu, menunjukkan kemesraan di tempat yang bukan semestinya, bahkan matanya sudah dibutakan nafsu hingga tak bisa lagi melihat bahwa Namiya tak menyukai sentuhannya dan merasa risih."Saya mencabut tuntutat akan kasus percobaan pembunuhan yang terjadi pada saya yang melibatkan seorang remaja perempuan bernama Nasya, lepaskan dia sekarang.""Tapi kenapa Anda melakukan itu, Pak Gilbert?"Ucapan Gilbert yang langsung bicara maksud kedatangannya ke tempat ini membuat inspektur yang duduk di kursi kebesarannya menjadi bingung, ia pun bertanya ke arah Gilbert karena ia tak habis pikir dengan Gilbert yang mau melepaskan orang yang mencoba membunuhnya. Di sisi lain, Namiya langsung melepaskan tangan Gilbert dari pinggangnya dan berlari ke arah
"Namiya!""Namiya!""Kamu dimana Namiya?!"Gilbert terus berteriak dan berjalan menjelajahi rumahnya, mencari keberadaan Namiya karena ia mempunyai sesuatu yang ingin ia berikan pada Gilbert. Senyumnya terlihat begitu merekah di bibirnya ketika mencari Namiya, akhirnya ia menemukan wanita itu berada di kamar mereka dan sedang bermain piano yang baru saja ia belikan tiga hari lalu sebagai hadiah untuk Namiya agar tidak kesepian selama ia bekerja di luar karena sekarang wanita itu telah ia larang bekerja.Gilbert pun berjalan dengan pelan agar tak menimbulkan suara yang membuat Namiya menyadari kehadirannya, baru akhirnya ia menutup mata wanita itu dari belakang dengan telapak tangannya. Hal itu membuat Namiya terkejut dan berusaha mengenali siapa yang menutup matanya dengan meraba tangan orang yang menutup matanya."Gilbert, ada apa? Kenapa menutup mata aku?""Aku punya hadiah buat kamu.""Baru beberapa hari lalu kamu kasih hadiah ke aku, bua
"Adik kamu mana?"Gerakan tangan Namiya yang sedang menata menu makan malam mereka di atas meja terhenti, ia menoleh pada pintu kamar adiknya yang tertutup rapat menandakan bahwa pemilik kamar tersebut tak berniat untuk keluar. Ia pun menghela nafas kasar, hal ini sudah terjadi sejak mereka pindah ke sini, tak mau terlalu memikirkannya. Namiya pun menoleh pada Gilbert yang barusan bertanya dan menggelengkan kepala, baru akhirnya ia duduk. Sepertinya Gilbert sudah tahu maksud gelengan kepalanya sehingga ia kembali bertanya."Dia masih menolak makan malam denganku? Apa sebesar itu kebencian Adikmu padaku hingga dia tak mau melihat wajahku bahkan hanya sebentar saja saat makan malam?""Yang terikat kontrak denganmu adalah aku, bukan Adikku. Jadi kau bisa paksa aku melakukan apapun, tapi tidak dengan Adikku."Kata-kata Namiya terdengar begitu menusuk, hal itu membuat Gilbert berhenti bertanya dan memilih memulai makan malam dan tak lagi bertanya karena ia tak mau
"Pekerjaan di Kantor menumpuk sampai kau harus membawanya ke kantor?"Namiya yang baru saja mengunci pintu dan berbalik badan, melihat pemandangan Gilbert yang sedang sibuk bekerja dengan laptop dan berkas yang berserakan di tempat tidur. Saat mendengar suara Namiya, Gilbert pun langsung melupakan pekerjaannya dan menoleh ke arah wanita itu lalu mengangguk dan memberi isyarat tangan pada Namiya untuk berbaring di sampingnya. Namiya pun langsung menghampiri Gilbert dan berbaring di samping pria itu yang kini mengusap rambutnya dengan lembut."Mau aku bantu menyelesaikan pekerjaan ini?""Tidak perlu, sebentar lagi juga akan selesai.""Aku ingin menolong, aku juga masih ingat jelas semua tentang pekerjaan Kantor dulu."Namiya tetap memaksa ingin membantu, bahkan ia sudah bangun dan memperhatikan apa yang dikerjakan oleh Gilbert. Gilbert yang melihat bahwa Namiya tak akan mengalah akhirnya mengangguk dan memberikan tugas pada wanita itu."Baiklah, per
"Selamat, Namiya sedang hamil, mual dan muntah yang dirasakan adalah hal yang wajar saat wanita sedang hamil. Ini resep vitamin untuk kandungan Namiya."Baik Namiya maupun Nasya masih terdiam mematung mendengar hasil medis yang diberikan oleh dokter wanita tersebut yang baru saja memeriksa keadaan Namiya. Masih sulit dipercaya jika ada nyawa lain di kandungan Namiya, mereka bahkan tak merasa senang karena sekarang yang mereka rasakan adalah ketakutan, takut dengan respon Gilbert akan berita ini.Dokter wanita itu pun merasa bingung saat dua saudari ini masih diam dan tak merespon perkataannya, biasanya keluarga pasien yang tahu bahwa ada anggota keluarganya yang hamil pasti akan bahagia dan mengucap syukur tapi respon keduanya terlihat sangat aneh, seperti tidak menginginkan kehamilan Namiya. Bahkan selembar kertas kecil berupa resep obat yang berada di tangannya, tak kunjung di ambil oleh dua saudari itu yang masih menatap satu sama lain."Namiya, Nasya, apa ada m
Gilbert sangat khawatir saat melihat Namiya yang pingsan, dokter sudah memeriksa dan mengatakan Namiya hanya mengalami lelah saja dan banyak pikiran hingga tenaganya menjadi lemah namun tetap saja Gilbert tak bisa jadi tenang sebelum Namiya bangun.Tangannya perlahan-lahan mengusap lembut rambut Namiya, lalu mencium kening wanita yang ia sayangi, ia tahu jika perbuatannya telah melukai Namiya namun ia tak bisa punya anak dari Namiya karena statusnya sebagai calon suami Niola."Bangun, Namiya.""Kamu masih terikat kontrak sama saya, hidup kamu milik saya. Kamu engga bisa pergi dari kehidupan ini tanpa seizin saya.""Bahkan saat Kakak saya sekarat pun, kamu masih bisa mengingatkan tentang kontrak itu? Kamu memang pria biadab."Nasya sudah tak tahan dengan Gilbert yang membangunkan kakaknya dengan cara paling licik. Pria itu bahkan tak terlihat bersalah setelah membuat kakaknya dalam bahaya. Tangan Nasya sudah mengepal kuat karena menahan amarah karena ia
"Nasya, kamu dimana? Kakak khawatir sama kamu."Namiya sudah selesai makan malam dan sedari tadi terus saja mondar-mandir di depan pintu, menunggu adiknya pulang karena dari tadi siang hingga malam hari, adiknya belum kunjung pulang, sedangkan Gilbert berdiri dan menyandar di pintu sambil memperhatikan Namiya yang sekarang sedang mencoba menghubungi Nasya."Nasya, angkat panggilannya.""Teleponnya juga engga aktif."Entah sudah berapa kali Namiya menelepon Nasya dan tak diangkat. Dikirim pesan pun tak kunjung dibalas. Namiya hendak meminta bantuan pada Gilbert karena sudah putus asa adiknya tak memberi kabar namun ia tak jadi bicara pada Gilbert saat melihat adiknya sudah pulang dengan wajah lesu. Ia pun langsung menghampiri adiknya dan memeluk tubuh adiknya dengan erat, ia sangat merindukan adiknya walaupun baru beberapa jam tak bertemu."Kamu kemana saja? Kakak khawatir sama kamu, kenapa engg
"Malam ini aku akan tidur di kamar Adikku."Baru saja menginjakkan kaki di dalam rumah, Namiya sudah angkat suara dan langsung berjalan ke arah kamar adiknya, meninggalkan Gilbert yang terkejut dengan ucapan Namiya, biasanya Namiya akan tidur di kamar Nasya jika mereka sedang bertengkar atau Namiya ada masalah. Tapi Gilbert merasa bahwa tak ada masalah di hidup Namiya saat ini."Kenapa? Apa ini ada hubungannya dengan Tuan Nicholas?"Seketika langkah kaki Namiya terhenti mendengar nama pria paruh baya itu disebut oleh Gilbert. Sepertinya Gilbert masih tak percaya akan jawabannya di dalam mobil beberapa menit lalu, ia pun terpaksa berbalik badan dan menatap Gilbert untuk menjelaskan pada pria itu."Aku tidak punya hubungan apapun dengan Tuan Nicholas.""Berapa kali aku harus mengatakannya padamu? Berhentilah berpikir layaknya detektif karena aku hanya sedang ingin bersama Adikku, apa itu salah?""Tidak, baiklah, malam ini kau tidur di kamar Nasya. S