"Pekerjaan di Kantor menumpuk sampai kau harus membawanya ke kantor?"
Namiya yang baru saja mengunci pintu dan berbalik badan, melihat pemandangan Gilbert yang sedang sibuk bekerja dengan laptop dan berkas yang berserakan di tempat tidur. Saat mendengar suara Namiya, Gilbert pun langsung melupakan pekerjaannya dan menoleh ke arah wanita itu lalu mengangguk dan memberi isyarat tangan pada Namiya untuk berbaring di sampingnya. Namiya pun langsung menghampiri Gilbert dan berbaring di samping pria itu yang kini mengusap rambutnya dengan lembut.
"Mau aku bantu menyelesaikan pekerjaan ini?"
"Tidak perlu, sebentar lagi juga akan selesai."
"Aku ingin menolong, aku juga masih ingat jelas semua tentang pekerjaan Kantor dulu."
Namiya tetap memaksa ingin membantu, bahkan ia sudah bangun dan memperhatikan apa yang dikerjakan oleh Gilbert. Gilbert yang melihat bahwa Namiya tak akan mengalah akhirnya mengangguk dan memberikan tugas pada wanita itu.
"Baiklah, per
"Selamat, Namiya sedang hamil, mual dan muntah yang dirasakan adalah hal yang wajar saat wanita sedang hamil. Ini resep vitamin untuk kandungan Namiya."Baik Namiya maupun Nasya masih terdiam mematung mendengar hasil medis yang diberikan oleh dokter wanita tersebut yang baru saja memeriksa keadaan Namiya. Masih sulit dipercaya jika ada nyawa lain di kandungan Namiya, mereka bahkan tak merasa senang karena sekarang yang mereka rasakan adalah ketakutan, takut dengan respon Gilbert akan berita ini.Dokter wanita itu pun merasa bingung saat dua saudari ini masih diam dan tak merespon perkataannya, biasanya keluarga pasien yang tahu bahwa ada anggota keluarganya yang hamil pasti akan bahagia dan mengucap syukur tapi respon keduanya terlihat sangat aneh, seperti tidak menginginkan kehamilan Namiya. Bahkan selembar kertas kecil berupa resep obat yang berada di tangannya, tak kunjung di ambil oleh dua saudari itu yang masih menatap satu sama lain."Namiya, Nasya, apa ada m
Gilbert sangat khawatir saat melihat Namiya yang pingsan, dokter sudah memeriksa dan mengatakan Namiya hanya mengalami lelah saja dan banyak pikiran hingga tenaganya menjadi lemah namun tetap saja Gilbert tak bisa jadi tenang sebelum Namiya bangun.Tangannya perlahan-lahan mengusap lembut rambut Namiya, lalu mencium kening wanita yang ia sayangi, ia tahu jika perbuatannya telah melukai Namiya namun ia tak bisa punya anak dari Namiya karena statusnya sebagai calon suami Niola."Bangun, Namiya.""Kamu masih terikat kontrak sama saya, hidup kamu milik saya. Kamu engga bisa pergi dari kehidupan ini tanpa seizin saya.""Bahkan saat Kakak saya sekarat pun, kamu masih bisa mengingatkan tentang kontrak itu? Kamu memang pria biadab."Nasya sudah tak tahan dengan Gilbert yang membangunkan kakaknya dengan cara paling licik. Pria itu bahkan tak terlihat bersalah setelah membuat kakaknya dalam bahaya. Tangan Nasya sudah mengepal kuat karena menahan amarah karena ia
"Nasya, kamu dimana? Kakak khawatir sama kamu."Namiya sudah selesai makan malam dan sedari tadi terus saja mondar-mandir di depan pintu, menunggu adiknya pulang karena dari tadi siang hingga malam hari, adiknya belum kunjung pulang, sedangkan Gilbert berdiri dan menyandar di pintu sambil memperhatikan Namiya yang sekarang sedang mencoba menghubungi Nasya."Nasya, angkat panggilannya.""Teleponnya juga engga aktif."Entah sudah berapa kali Namiya menelepon Nasya dan tak diangkat. Dikirim pesan pun tak kunjung dibalas. Namiya hendak meminta bantuan pada Gilbert karena sudah putus asa adiknya tak memberi kabar namun ia tak jadi bicara pada Gilbert saat melihat adiknya sudah pulang dengan wajah lesu. Ia pun langsung menghampiri adiknya dan memeluk tubuh adiknya dengan erat, ia sangat merindukan adiknya walaupun baru beberapa jam tak bertemu."Kamu kemana saja? Kakak khawatir sama kamu, kenapa engg
"Malam ini aku akan tidur di kamar Adikku."Baru saja menginjakkan kaki di dalam rumah, Namiya sudah angkat suara dan langsung berjalan ke arah kamar adiknya, meninggalkan Gilbert yang terkejut dengan ucapan Namiya, biasanya Namiya akan tidur di kamar Nasya jika mereka sedang bertengkar atau Namiya ada masalah. Tapi Gilbert merasa bahwa tak ada masalah di hidup Namiya saat ini."Kenapa? Apa ini ada hubungannya dengan Tuan Nicholas?"Seketika langkah kaki Namiya terhenti mendengar nama pria paruh baya itu disebut oleh Gilbert. Sepertinya Gilbert masih tak percaya akan jawabannya di dalam mobil beberapa menit lalu, ia pun terpaksa berbalik badan dan menatap Gilbert untuk menjelaskan pada pria itu."Aku tidak punya hubungan apapun dengan Tuan Nicholas.""Berapa kali aku harus mengatakannya padamu? Berhentilah berpikir layaknya detektif karena aku hanya sedang ingin bersama Adikku, apa itu salah?""Tidak, baiklah, malam ini kau tidur di kamar Nasya. S
Setelah waktunya penerbangan pesawat mereka tiba, Namiya pun hendak masuk ke dalam pesawat dan menyusul Nasya yang sudah masuk lebih dulu. Namun baru naik satu undakan tangga, tangannya sudah ditarik untuk turun oleh seseorang dengan kasar, Namiya hendak memarahi orang yang tak sopan itu namun saat melihat wajah orang itu, ia hanya bisa diam membisu, tak percaya jika pria yang sedari tadi ia pikirkan ada di sini dan di depannya bersama dengan puluhan pengawal berseragam serba hitam yang membawa pistol, seketika tubuh Namiya merinding ketakutan melihat bagaimana mata setajam elang itu menatap penuh amarah padanya dan seakan siap membunuhnya.Para staff bandara seperti pilot dan pramugari terkejut melihat para pria berpakaian hitam dengan pengawal mereka berhasil menembus keamanan bandara walaupun membawa pistol. Para penumpang pesawat pun berteriak histeris saat melihat kejadian ini, beberapa yang belum masuk pesawat hendak melarikan diri untuk menyelamatkan diri namun tidak bi
"Kami sudah berhasil mengeluarkan peluru dari kaki Pasien, kondisinya sudah tak kritis lagi, namun karena kehilangan banyak darah, Pasien mengalami keguguran, saat ini kita hanya perlu Pasien sadar dan mungkin Pasien akan berjalan dengan pincang selama beberapa hari karena bekas luka akibat peluru itu."Dokter tersebut memberikan info mengenai Namiya yang sudah ditangani dan dioperasi selama berjam-jam di UGD dan sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa karena kondisinya yang sudah membaik.Baik Nasya dan Gilbert, keduanya sama-sama menghela nafas lega dan langsung mengucap syukur karena Namiya selamat. Keduanya senang karena Namiya tidak meninggalkan mereka. Dokter pun meninggalkan kedua orang tersebut untuk kembali memeriksa pasien lain. Gilbert pun hendak masuk ke dalam ruang rawat Namiya, namun Nasya malau menghalangi jalannya dengan berdiri di depan pintu dan mendorong tubuhnya untuk menjauh dari ruang rawat Namiya."Kau tak boleh masuk ke dalam, Kakakku dalam k
Kejadian seminggu lalu dimana Gilbert ditemukan dalam kondisi tubuh terluka akibat luka sayatan pisau dan berlumuran darah telah dianggap sebagai percobaan bunuh diri. Semua bukti bahwa Namiya dan Nasya ada di tempat saat kejadian terjadi sudah hilang sehingga polisis menutu kasus ini terlebih karena pengakuan Gilbert sendiri yang mengatakan bahwa dia bunuh diri karena depresi atas kehidupannya yang banyak masalah. Untungnya Gilbert tak berkata jujur dan membantu Tuan Nicholas menyelamatkan Namiya atas kasus ini dan kasus Namiya yang tertembak di Bandara pun, Namiya sudah mengirim surat pencabutan atas kasus tersebut yang artinya Namiya tak mau melanjutkan kasus tersebut dan memilih memaafkan.Kini, Gilbert sedang berbaring di atas brankar sambil memakan suapan bubur dari suster yang merawatnya, kondisinya sudah membaik dan ia bisa diselamatkan dari maut walaupun mendapat banyak luka sayatan. Ia bertekad bahwa ia harus sembuh dengan cepat agar ia bisa segera menemui Namiya dan
Seorang wanita cantik dengan balutan jaket tebal dan selimut yang menutupi kakinya sedang membaca koran tentang pria yang ia cintai, kondisi Gilbert selama di rumah sakit menjadi berita terkini selama seminggu di koran dan internet karena status pria itu yang menjadi pengusaha terkaya tahun ini di Indonesia.Hari ini hujan yang turun dengan sangat deras hingga suasana terasa dingin tak bisa mendinginkan hati Namiya yang sudah menghangat saat melihat berita perceraian Gilbert dengan Niola. Hal itu membuktikan jika Gilbert memang benar-benar serius menjalin hubungan dengannya walaupun sebenarnya ia kasihan juga pada Niola karena bagaimana pun ia adalah wanita dan pastinya ia tahu apa yang dirasakan oleh Niola. Namun tetap saja rasa kasihannya tak melebihi rasa senangnya hingga ia tersenyum lebar dan langsung menuruni tempat tidur, berlari keluar dari kamar dengan menggenggam koran di tangannya dan masuk ke kamar adiknya dengan berteriak memanggil adiknya karena saking senangnya