Akhirnya mereka masuk ke dalam rumah. Tante Mayang bersikap seperti biasa bahkan sebagai pemain ulung tidak terlihat khawatir atau pun merasa curiga dengan kedatangan Ummi Syifa.Lalu mereka duduk di sofa panjang bersama Sulthan. Terlihat di meja masih ada tiga cangkir teh yang tergeletak begitu saja entah apakah disengaja atau tidak.“Mbak, ayuk cerita ada apa sebenarnya, mengapa kalian diam saja?” tanyanya lagi dengan penasaran.Ummi Syifa memperhatikan sekeliling rumah, kedua matanya mulai menelisik setiap sudut ruangan membuat Tante Mayang menaruh curiga.“Sepertinya ada tamu ya Mayang sebelum kami datang?” tanya Ummi Syifa sedikit ketus.“Oh iya tadi, ada tetangga mampir ke sini , biasalah ibu-ibu di sini doyan ngerumpi, oh ya Mbak Syifa, kalian belum cerita dari mana saja kalian?” Tante Mayang berusaha mengalihkan pembicaraan ke topik lain.“Aku nggak lihat tuh ada tetangga pulang dari rumahmu?” tanyanya lagi.“Mereka memang seperti itu, pulang lewat belakang, Mbak, malas kali l
“Ummi, apa maksudnya ini kenapa tentang meninggalnya Abi? Bukankah itu memang kecelakaan?” tanya Sulthan yang bingung dengan masalah ini.“Ya, Ummi menyangkut pautkan dengan kematian Abimu, karena memang dia penyebabnya!”“Iya kan Mayang kamu kan yang merekayasa semuanya, sampai terjadi kecelakaan itu?”“Jawab, Mayang!”“Aku sudah tahu semuanya dan kamu yang menjadi penyebabnya!”“Bukan aku Mbak itu tidak benar, bukan aku!” teriak Mayang histeris.“Darimana Mbak tahu kalau aku dalang dari semua ini?” tanyanya emosi.“Ya sudah kuduga kamu akan mengatakannya seperti itu!”Ummi Syifa lalu mengeluarkan sebuah gelang emas berliontinkan sebuah inisial huruf M dari dalam tasnya dan memperlihatkan kepada Mayang.Seketika raut wajahnya terkejut, kedua matanya membylat dan melototi gelang itu. Keringat dingin mulai keluar membasahi keningnya.“Kenan Mayang, kamu pasti tahu apa ini, karena aku yang memberikan gelang ini sama kamu, bukan begitu, Mayang adikku?” tanyanya mengejek.Tante Mayang ter
“Pak, tangkap dia!”“Dia sudah mengakui semua kejahatannya!” pekik Ummi Syifa dengan penuh semangat.“Mbak, kamu tidak bisa melakukan ini semua, kamu tidak sayang sama aku, Mbak?”“Lepaskan aku!”“Aku tidak bersalah, itu bukan aku yang melakukannya, mereka sendiri yang mengantarkan kematiannya sendiri, hahaha ... “ teriaknya bercampur dengan air mata kesedihan.Saat akan di bawa ke kantor polisi, kedua anak Tante Mayang menyaksikan penangkapan ibunya di depan mata mereka.“Delia, Angga, tidak ... Mamah tidak melakukannya!”“Ini hanya kesalahpahaman saja, Sayang!”“Kalian harus percaya dengan Mamah!” “Mamah tidak pernah melakukannya, hanya Tante Syifa saja yang menuduh dan memaksa Mamah untuk mengakuinya!” teriaknya Tante Mayang yang masih berkilah di depan kedua anak mereka.“Mah, Delia nggak menyangka Mamah bisa setega ini dengan Tante Syifa!”“Jujur Delia sangat sayang sama Mamah, bahkan dari Mamahlah Delia bisa belajar banyak tentang kehidupan ini, tetapi sepertinya Delia salah me
Sedangkan Angga adik Delia pergi ke rumah mertua Delia, orang tua Doni suami Delia.Hujan deras yang tiba-tiba turun tidak menyulutkan Angga untuk mendatangi rumah mertua kakaknya.“Kalau tahu begini, aku memakai mobil bukan pakai motor dan sekarang aku terjebak di jalan, dan basah kuyub seperti ini.”Angga menghentikan sesaat dan mencari tempat bertedug sebentar di sebuah toko. Hari ini dia lupa membawa jas hujan sehingga dia sudah basah kuyub.Rasa dingin sudah menyelimuti tubuh kekarnya yang hanya memakai kaos berlengan dan juga switter yabg sudah basah.Dia pun memikirkan semua kejadian tadi siang yang dengan sekejab telah membuat keluarganya berantakan. Pria bertubuh kekar itu segera mengambil ponselnya untuk menghubungi papahnya.“Papah juga tidak bisa dihubungi, Mbak Delia masuk rumah sakit dan sekarang Mamah masuk penjara karena persengkongkolan dengan Fina dan Abbas.”“Sebenarnya apa yang mereka inginkan dari Mamah, dan mereka hilang tanpa jejak!”“Aku tidak tahu siapa mereka
“Angkat saja Mas!” suruh Ida kepada Sulthan.“Oke!”p[Hallo, siapa ini?][Halo Sulthan, ini aku mantan tunanganmu, Sayang][Fina? Kamu tahu dari mana nomorku, Fin?]Sulthan lalu menggunakan speaker agar Ummi dan Ida ikut mendengarkan pembicaraan Fina dengannya.[Itu tidak penting yang jelas aku berhasil melacak nomormu, Sayang][Kamu ada di mana, Fina?][Cepat serahkan dirimu ke kantor polisi, kalian berdua sudah membuat hidupku tidak tenang][Tidak semudah itu kamu mendapatkan kami, Sayang, masih banyak yang harus diselesaikan, sebelum kalian sekeluarga merasakan apa yang aku rasakan!][Apa maksudmu, Fina? Cinta itu tidak bisa dipaksakan dan kamu adalah masa laluku, aku tidak mungkin kembali denganmu, aku sudah punya istri dan anak, tidak mungkin aku meninggalkan mereka hanya untukmu!][Ya, aku tahu itu, bahkan aku sudah tahu kalau kamu memang telah jatuh cinta kepada istri kampungan kamu itu, tetapi aku tidak peduli, bahkan aku bisa membelimu agar kamu mau bersamaku][Kamu sudah ngg
Namun, saat ingin membuka aplikasi platfom itu, tiba-tiba ponsel Ida berdering. Dia langsung mengambilnya.“Siapa Sayang?”“Mbok Siti, Mas!”“Cepat angkat!”[Assalamu’alaikum, Mbok!][Wa’alaikumsalam, Neng Ida, gawat Neng, maaf Neng ... hiks ...hiks ... baby Salsa, Neng][Mereka mengambil baby Salsa Neng, cepat pulang, Neng][Mbok baru sadar kalau baby Salsa tidak ada di kamar, kami diikat dan dibiarkan tergeletak di lantai, cepat Neng pulang, hiks ... hiks][Iya Mbok, Ida sudah tahu bahkan mereka sudah menghubungi kami, tetapi kalian baik-baik saja kan?][Iya Neng, alhamdulillah, cuma kami hanya syok saat kami sadar tangan dan kami terikat kuat][Maaf Neng, Ibu Lina mau bicara][Halo Bu, apakah Ibu baik-baik saja? Dan bagaimana Bapak, kalian semua nggak apa-apa kan?][Iya, Sayang, cepat kamu pulang, kita tidak aman di sini, bisa-bisa mereka akan datang lagi ke sini, Ibu takut][Bu, sebentar lagi kami akan pulang, kita akan bicara di rumah, kami masih dalam perjalanan][Baiklah, hati-
“Neng Ida akhirnya Neng pulang juga, Non Salsa Neng ... hiks ,hiks... Non Salsa ... diculik, pasti itu Non Fina, pasti dia, entah tahu dari mana rumah ini, Mbok nggak mengerti, semua terjadi begitu cepat.“Tiba-tiba saja saat kalian pergi setelah sepuluh menitan, ada asap masuk ke rumah ini dan seketika kami nggak tahu apa yang terjadi, Mbok langsung mengantuk.”“Saat kami sadar tangan dan kaki kami sudah terikat dan Mbok tidak menemukan keberadaan Non Salsa di mana-mana!” Mbok Siti menceritakan semua kejadian yang dia alami.“Nduk, siapa Fina kenapa dia ingin menculik anakmu dan apa hubungan dengan kedatangan kami ke sini, bukannya kita akan menangkap Abbas dan Ibunya yang nggak waras itu?” tanya Bu Lina yang masih bingung.“Bu, ceritanya panjang, dan nanti aku ceritakan, sekarang aku harus menyelamatkan anakku dari tangan mereka,” jawab Ida yang masih tampak khawatir dengan keselamatan anaknya.“Kamu harus hati-hati dengan mereka, kenapa kamu nggak lapor polisi saja, agar masalah in
Udara dingin menyelimuti malam itu, tidak ada rembulan atau bintang yang menerangi jalan yang mereka lalui.Di dalam mobil mereka terdiam sejenak, pandangan Ida lurus ke depan tetapi pikirannya melayang entah ke mana.Sesekali bening-bening air kristal itu keluar begitu saja dari pelupuk matanya yang indah. Tangannya mengepal memegang ujung hijabnya.Sulthan lalu memegang tangan Ida, berharap dengan sentuhan hangat dari suaminya bisa merendam amarah yang bergejolak di dalam hatinya.Dan benar saja, saat tangan Ida tersentuh oleh tangan suaminya, kepalannya merenggang dan dia menoleh ke arah Sulthan.“Terima kasih, Mas, masih ada di samping untuk menguatkanku!” “Aku nggak habis pikir jika Ibu bisa mengatakan seperti itu!”“Aku memang menyayangi Ibu, tetapi aku juga tidak mau kehilangan anakku, Mas. Aku bingung!”“Aku tidak mau ibu menganggapku sebagai anak durhaka, aku ingin Ibu tahu kalau aku memang menyayanginya tetapi aku tidak tega melihat anakku terpisah dariku, Mas ... hiks ...